OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PELANGGARAN PROGRAM ACARA GOOD MORNING di SBO TV.

(1)

“ Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pelanggaran

Program Acara Good Morning di SBO TV ”

SKRIPSI

Oleh :

DELLA DORINDA LISTIO NPM. 0743010223

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN ” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(2)

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PELANGGARAN PROGRAM ACARA GOOD MORNING di SBO TV

Disusun Oleh :

DELLA DORINDA LISTIO

NPM. 0743010223

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 2 Desember 2010

PEMBIMBING TIM PENGUJI 1. Ketua

Dra. Dyva Claretta, MSi Dra. Sumardjijati, M.Si NPT. 3 6601 94 00251 NIP. 196203231993092001

2. Sekretaris

Drs. Kusnarto, M.Si NIP. 195808011984021001

3. Anggota

Dra. Dyva Claretta, MSi NPT. 3 6601 94 00251

Mengetahui, D E K A N

Dra.Ec.Hj.Suparwati,MSi NIP. 1955 0718198302 2 001


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu dekat dengan kita karena berkat anugerah dan kebaikanNya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pelanggaran Program Acara Good Morning di SBO TV”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban bagi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam rangka memenuhi tugas akademik guna melengkapi sebagian syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana.

Hasil penulisan skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun terwujud karena bantuan dan bimbingan dari Ibu Dra.Dyva Claretta,MSi sebagai dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, MSi sebagai Ketua Progdi Ilmu Komunikasi Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, MSi sebagai Sekretaris Progdi Ilmu Komunikasi


(4)

4. Bapak dan Ibu Dosen Progdi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dalam materi perkuliahan.

5. Kedua orang tua dan saudara-saudara penulis yang senantiasa memberikan doa

membantu terselesainya skripsi penelitian ini.

6. Serta semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan Skripsi Penelitian ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Harapan penulis semoga dengan terselesainya Skripsi Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

Surabaya, November 2010


(5)

   

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL...iv

DAFTAR GAMBAR...v

DAFTAR LAMPIRAN ...vi

ABSTRAKSI ...vii

BAB I : PENDAHULUAN ...1

1.1.Latar Belakang Masalah...1

1.2. Perumusan Masalah...9

1.3. Tujuan Penelitian...9

1.4. Manfaat Penelitian………...10

BAB II : KAJIAN PUSTAKA...11

2.1. Definisi Televisi...11

2.1.1. Fungsi Televisi……….…………....12

2.1.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa……….……….. 14

2.1.3. Televisi Lokal……….……….………....15

2.2 Program Siaran Televisi………..………....16

2.2.1. Macam-macam Program Televisi……...……….16

2.2.2 Format Acara Televisi……….….19


(6)

2.3.1 Pengertian Opini Publik……….….... 21

2.3.2 Unsur-unsur Opini Publik……….…. 23

2.3.3 Penentuan opini ……… 23

2.3.4 Arah tujuan opini ………...24

2.4 Teori Jarum Hypodermik……….………...24

2.5 Kerangka Berpikir………..…...26

BAB III : METODE PENELITIAN………...28

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……….. 28

3.1.1. Opini………..29

3.1.2. Masyarakat Surabaya………...31

3.1.3. Program Acara Good Morning di SBO TV………...32

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel………..………….….33

3.2.1. Populasi……….…………...33

3.2.2. Sampel Penelitian………..…………...…..33

3.2.3. Teknik Penarikan Sampel……….……….35

3.3. Teknik Pengumpulan Data……….………….…...37

3.4. Metode Analisa Data………...………...38

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ………...40

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian……….40

4.1.1 Gambaran Umum Kota Surabaya………...40

4.1.2 Gambaran Umum SBO TV ………...42

4.1.3 Program Acara Good Morning ………..44

4.2. Penyajian dan Analisis Data ………...44

4.2.1. Identitas Responden ……….45


(7)

4.2.1.2. Karakteristik Berdasarkan Usia ………...45

4.2.1.3. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………...46

4.2.1.4. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan ……….47

4.2.1.5. Pengetahuan Tentang SBO TV………... 48

4.2.1.6. Pengetahuan Tentang Acara Good Morning ………...48

4.2.2. Frekuensi dan Durasi………...49

4.3. Opini Masyarakat Terhadap Pelanggaran Program Acara Good Morning……... 50

4.3.1. Opini Responden Tentang Jam Tayang Good Morning ……….51

4.3.2. Opini Responden Tentang Joke-joke Acara Good Morning ………..52

4.3.3. Opini Responden Tentang Bahasa yang Digunakan Presenter …………..54

4.3.4. Opini Responden Tentang Tema Dalam Acara Good Morning………...56

4.3.5. Opini Responden Tentang Program Good Morning Lebih Banyak Berisi Olok-olokan Diantara Presenternya ………...57

4.3.6. Opini Responden Tentang Penampilan Presenter Good Morning……...59

4.4. Pembahasan Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pelanggran Program Acara Good Morning di SBO TV ………....60

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ……….………..62

5.1. Kesimpulan ………...62

5.2. Saran ……….62


(8)

  iv   

 

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Daftar Kecamatan di Surabaya ………..40

Tabel 4.2. Jumlah Masyarakat Surabaya yang Berusia >17 tahun ……….42

Tabel 4.3. Jenis Kelamin Responden ………...……...45

Tabel 4.4. Usia Responden ………..46

Tabel 4.5. Pendidikan Terakhir Responden ………...47

Tabel 4.6. Jenis Pekerjaan Responden ………48

Tabel 4.7. Frekuensi Menonton Acara Good Morning Dalam Satu Bulan………...49

Tabel 4.8. Durasi Menonton Acara Good Morning Dalam Satu Bulan ………...50

Tabel 4.9. Opini Responden Tentang Jam Tayang Acara Good Morning………...52

Tabel 4.10. Opini Responden Tentang Joke-joke Dalam Acara Good Morning ………….53

Tabel 4.11. Opini Responden Tentang Bahasa yang Digunakan Presenter………..55

Tabel 4.12. Opini Responden Tentang Tema Dalam Acara Good Morning………56

Tabel 4.13. Program Good Morning Lebih Banyak Berisi Olok-olok Diantara Presenter...58

Tabel 4.14. Opini Responden Tentang Penampilan Presenter Good Morning……….59

Tabel 4.15. Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pelanggaran Program Acara Good Morning di SBO TV ………...61


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Gambar Teori Jarum Hypodermik………..25 Gambar 2.2. Kerangka Berpikir………...27 Gambar 3.1. Bagan Multistage Cluster Random Sampling………...……..36


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner

Lampiran 2. Identitas Responden Lampiran 3. Hasil Jawaban Kuisioner Lampiran 4. Hasil Perhitungan Opini

Lampiran 5. Bukti KPID Jawa Timur Menegur Acara Good Morning


(11)

vii ABSTRAKSI

DELLA DORINDA LISTIO, OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PELANGGARAN PROGRAM ACARA GOOD MORNING di SBO TV

Televisi merupakan media yang paling luas pengaruhnya. Dari sekian media yang ada, televisi paling pas memiliki sifat ubiquity yakni, segalanya ada di televisi. Televisi tidak hanya memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat. Jika acara-acara yang disampaikan tidak sesuai dengan aturan-aturan penyiaran yang telah ditetapkan, maka hal tersebut akan memberikan implikasi yang negatif terhadap kehidupan masyarakat. SBO adalah stasiun televisi lokal yang ada di Jawa Timur. Sebagai TV lokal, program acara yang disiarkan SBO kurang mencerminkan adat dan budaya Jawa Timur. Salah satu program acara di SBO adalah Good Morning. Program acara ini memiliki indikasi kurang mendidik dan melakukan pelanggaran terhadap P3 dan SPS, hal itu ditandai dengan program acara Good Morning pernah mendapatkan teguran dari KPID Jatim.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana opini masyarakat Surabaya terhadap pelanggaran program acara Good Morning di SBO TV. Sedangkan opini itu sendiri adalah pendapat responden, yang dapat berupa opini positif, opini netral maupun opini negatif.

Penelitian ini menggunakan Teori Jarum Hypodermik dimana unsur-unsur yang terdapat dalam teori jarum hypodermik adalah stimulus (pesan) dan response (efek). Stimulus yang dimaksud adalah tayangan Good Morning. Setelah audience terkena stimulus, yang berupa isi siaran meliputi: bahasa, tema dan penampilan presenter dalam program Good Morning, maka akan menghasilkan suatu response audience setelah menonton tayangan. Response dapat berupa response positif, netral, atau negatif dalam memberikan suatu opini terhadap program Good Morning.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa responden mempunyai opini yang netral. Artinya pemirsa tidak mempermasalahkan content dari program acara Good Morning, responden beranggapan bahwa acara tersebut bersifat informasi ringan dan menghibur sehingga masih layak ditonton untuk sekedar hiburan dan menambah pengetahuan. Dalam hal ini, teori jarum hypodermik masih memungkinkan untuk mengatakan bahwa media memiliki pengaruh besar untuk menciptakan opini masyarakat sekalipun ditemukan adanya pelanggaran pada acara yang bersangkutan, namun pelanggaran tersebut masih dapat ditoleransi berhubung usia responden penelitian adalah usia yang telah mampu membedakan yang baik dan buruk.

Kata kunci : Teori Jarum Hypodermik, Opini masyarakat Surabaya terhadap pelanggaran program acara Good Morning di SBO TV.


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberadaan komunikasi massa telah membawa kita pada era globalisasi, sebuah zaman yang menawarkan ruang tak terbatas, membuang sekat-sekat antar negara dan mengintegrasikannya ke dalam satu persepsi sehingga informasi-informasi dapat kita ketahui secara cepat. Ini terjadi berkat revolusi informasi-informasi yang memasuki pelosok dunia lewat saluran media massa diantaranya adalah televisi dan internet. Melalui bantuan teknologi mutakhir ini pula kita dapat mengakses berbagai berita mulai dari kebijakan pemerintah, kenaikan harga di pasar, perseteruan antar pemilik saham, gosip selebritas, pemerkosaan, seks bebas dan kriminalitas.

Komunikasi massa itu sendiri adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang (Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus mengunakan media massa (Ardianto,2004:3)

Media massa merupakan saluran atau media yang digunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. Yang termasuk media disini adalah


(13)

2

televisi, surat kabar, majalah, radio dan film. Media massa dapat digolongkan sebagai media elektronik dan media cetak keseluruhannya sering juga disebut pers.

Ada tiga fungsi utama media massa dalam masyarakat, yaitu : (1) pengawas lingkungan (survaillance of environment), (2) korelasi antar bagian-bagian dalam masyarakat dalam memberikan reaksi terhadap lingkungan (correlation of the parts of society in responding to the environment), (3) transmisi warisan sosial budaya, yang dilakukan secara berkesinambungan yang berhubungan dengan penyampaian informasi dari generasi ke generasi berikutnya (transmition of the social heritage of generation to the next).

Pada dasarnya media massa merupakan sesuatu yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, baik komunikasi personal, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Pada saat ini media masa telah menjadi suatu kebutuhan hampir pada seluruh masyarakat berbagai lapisan baik pada lapisan atas, tengah, dan bawah. Kebutuhan tersebut bertambah seiring dengan perkembangan informasi yang sedang berkembang pada saat ini.

Hal ini didukung pula oleh lahirnya kebebasan berpendapat yang diatur melalui Undang-Undang Penyiaran No. 32 tahun 2002 dan Undang-Undang Pers No. 40 tahun 1999 serta dibungkus dengan himpunan etika profesi wartawan (kode etik jurnalistik) bagi para pencari berita. Sehingga tidak heran kalau dewasa ini, media massa cetak maupun elektronik berlomba untuk menayangkan variatif program untuk mendongkrak posisi ratting mereka serta mendapatkan keuntungan


(14)

3

sebesar-besarnya untuk menghidupi lembaga penyiaran yang bersangkutan melalui iklan.

Dilain pihak dengan adanya ratting maka pihak periklanan akan berupaya mendapatkan porsi beriklan pada acara yang memiliki ratting yang tinggi. Maka melihat kecenderungan ini, televisi berupaya membuat acara yang lain atau menarik minat untuk ditonton oleh pemirsanya sehinga seringkali suatu program siaran diproduksi tanpa memperhitungkan kualitas siaran dan seringkali melanggar P3 dan SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran).

Pemberitaan di media massa khususnya televisi, merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan berita (informasi) yang paling diminati masyarakat pada umumnya. Penyampaian informasi yang disampaikan kepada penerima pesan (penonton) dengan cara yang lebih menarik yaitu dengan adanya tampilan audio visual sehingga terasa lebih hidup dan dapat menjangkau ruang lingkup yang sangat luas, sehingga hal ini merupakan salah satu nilai positif yang dimiliki media massa televisi.

Televisi merupakan media yang paling luas pengaruhnya. Dari sekian media yang ada seperti surat kabar, radio, internet dan lain-lain, televisi paling pas memiliki sifat media, yang dalam ilmu komunikasi disebut dengan ubiquity, yakni, segalanya ada di televisi. Tampilan-tampilan yang ada di televisi hanyalah potongan-potongan kecil kehidupan masyarakat, kulit luar dari realitas.


(15)

Tawaran-4

tawarannya sangat menggugah, menyuguhkan kenikmatan, hidup senang dan hal-hal yang berbau surgawi lainnya. Padahal-hal, kenyataan itu tidak sepenuhnya benar.

Akan tetapi, televisi tidak hanya memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat (penonton). Jika acara-acara yang disampaikan oleh media massa televisi tidak sesuai dengan aturan-aturan penyiaran yang telah ditetapkan dan dikemas dengan baik, maka hal tersebut akan memberikan implikasi yang negatif terhadap kehidupan masyarakat. Dengan bertambah banyaknya stasiun televisi, pihak-pihak pengusaha televisi menganggap tentunya hal ini akan memunculkan persaingan dan situasi yang kompetitif antar media elektronik untuk dapat merebut perhatian pemirsa dengan cara menyuguhkan acara-acara yang diperhitungkan akan disenangi oleh pemirsa. Dalam konteks pertelevisian (swasta) kita akan melihat adanya kelompok kepentingan. Yakni, perusahaan pengelola pertelevisian dan kelompok yang ingin menjual produknya lewat perusahaan televisi.

Untuk dapat menarik perhatian khalayak, paket acara yang ditawarkan dikemas semenarik mungkin. Berbagai paket acara yang disajikan diproduksi

dengan memperhatikan unsur informasi, pendidikan serta hiburan. Namun,

ketatnya persaingan justru menggeser paradigma pihak pengelola stasiun untuk menyajikan program acara yang hanya mementingkan ratting. Program acara-acara yang sering muncul di layar kaca justru kurang memperhatikan unsur informasi, pendidikan, sosial budaya bahkan etika dan norma masyarakat.


(16)

5

Di sinilah letak keistimewaan televisi. Ia mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk memperlihatkan, mendramatisasi dan mempopulerkan potongan-potongan kecil serta fragmen kultural dari informasi. Dan itu secara rutin dilakukan televisi ketika menyampaikan berita, hiburan dan iklan. Oleh karena agenda televisi ada di tangan kelompok kepentingan dan lembaga-lembaga politik, ekonomi serta budaya masyarakat tertentu, maka informasi yang disajikan sering kali dan tentu saja mewakili kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. Selanjutnya, ideologi dominan kapitalisme menjungkir balikan sikap dan persepsi masyarakat. Masyarakat sebagai konsumen tetap televisi senantiasi bersikap dan bergaya dengan bersandar pada citra yang dibangun dari televisi.

Besarnya potensi media televisi terhadap perubahan masyarakat menimbulkan pro dan kontra. Pandangan pro melihat televisi merupakan wahana pendidikan dan sosialisasi nilai-nilai positif masyarakat. Sebaliknya pandangan kontra melihat televisi sebagai ancaman yang dapat merusak moral dan perilaku desktruktif lainnya. Secara umum pandangan tersebut dapat digolongkan dalam tiga katagori, yaitu pertama, tayangan televisi dapat mengancam tatanan nilai masyarakat yang telah ada, kedua televisi dapat menguatkan tatanan nilai yang telah ada, dan ketiga televisi dapat membentuk tatanan nilai baru masyarakat termasuk lingkungan anak.

Tidak jarang, televisi melalui acara-acara dan iklan komersial yang ditayangkan cenderung memaksa penonton mengikuti patron penciptaan budaya


(17)

6

terkini, khususnya dalam soal gaya hidup dan seksualitas. Televisi menjadi media dominan, bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

SBO adalah salah satu stasiun televisi lokal yang ada di daerah Jawa Timur khususnya di daerah Surabaya dan sekitarnya. Sebagai TV lokal, acara-acara yang disiarkan SBO kurang mencerminkan adat dan budaya Jawa Timur. Banyak acara SBO yang dikonsep bergaya metropolis, isi dari acara itu tidak mencerminkan SBO sebagai TV lokal Jawa Timur khususnya kota Surabaya. Padahal disebutkan dalam P3 dan SPS BAB V Pasal 8 ayat (2) tentang Penghormatan Terhadap Norma Kesopanan dan Kesusilaan, bahwa: “Lembaga penyiaran wajib menghormati norma kesopanan dan kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat”.

Dampak dari siaran televisi SBO yang sarat dengan gaya metropolis, pada akhirnya dimungkinkan berakibat pada tingkah laku khalayak pemirsa SBO yang akan meniru kesalahan-kesalahan/pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh media ini. Tetapi di lain pihak, masyarakat Surabaya tidak seluruhnya berstatus sosial yang sama, tetapi heterogen baik pendidikan, pendapatan dan kelas sosial.


(18)

7

Pemicu terjadinya pelanggaran seringkali justru dari pelaku media itu sendiri, antara lain: presenter, juru kamera, bahkan produser yang kurang memahami adanya aturan atau UU P3 dan SPS yang berlaku bagi lembaga penyiaran

Salah satu program acara di SBO adalah Good Morning, acara tersebut sebenarnya bersinergi dengan acara Good Morning yang disiarkan melaui Hard Rock FM, yang kemudian ditayangkan selama satu jam secara live dari hari Senin sampai dengan hari Jumat oleh SBO TV. Tema-tema yang diangkat oleh acara Good Morning tiap hari berbeda-beda.

Acara Good Morning seringkali menampilkan joke-joke yang kasar, presenternya sering menggunakan kata-kata “kotor” atau tabu untuk dicapkan. Contoh: “Saknoe kere kok gak mari-mari”. Hal ini jelas melanggar:

1. P3 dan SPS BAB V Pasal 8 tentang Penghormatan Terhadap Norma

Kesopanan dan Kesusilaan, yang berbunyi: “Lembaga penyiaran harus berhati-hati agar tidak merugikan dan menimbulkan efek negatif terhadap keberagaman khalayak baik dalam agama, suku, budaya, usia, gender dan/atau latar belakang ekonomi.

2. BAB XVI Pasal 44 tentang Bahasa, Bendera, Lambang Negara dan Lagu

Kebangsaan, yang berbunyi: Program siaran harus menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar baik tertulis atau lisan, kecuali bagi program siaran atau berita yang disajikan dalam bahasa daerah atau asing.


(19)

8

3. P3 dan SPS Bagian Ketiga tentang Kata-kata Kasar dan Makian, yang

berbunyi: “Program siaran dilarang menggunakan kata-kata kasar dan makian baik diungkapkan secara verbal maupun non-verbal yang mempunyai kecenderungan menghina/merendahkan martabat manusia, memiliki makna jorok/mesum/cabul/vulgar, serta menghina agama dan Tuhan.

Selain itu, tema-tema yang diangkat dalam acara Good Morning terlalu masuk ke dalam privacy seorang individu (pelanggaran P3 dan SPS BAB VI Pasal 9 tentang Penghormatan Terhadap Hak Privasi dan Pribadi, yang berbunyi: “Lembaga Penyiaran Wajib memperhatikan dan menghormati hak privasi dan pribadi dari narasumber, dan juga melanggar BAB VII Pasal 11 tentang Penghormatan Hak Privasi dan Pribadi, yang berbunyi: “Program siaran langsung atau rekaman wajib menghormati privasi sebagai hak atas kehidupan pribadi dan ruang pribadi dari subyek dan obyek berita”), cara berpenampilan presenter dalam acara ini juga acak-acakan tidak sesuai dengan P3 dan SPS BAB V Pasal 9 ayat (2) tentang Penghormatan Terhadap Norma Kesopanan dan Kesusilaan, yang berbunyi: “Program siaran wajib berhati-hati agar tidak merugikan dan menimbulkan efek negatif terhadap norma kesopanan dan kesusilaan yang dianut oleh keberagaman masyarakat”.

Hal ini bisa memberikan dampak buruk pada khalayak masyarakat penonton program acara Good Morning. Dengan frekuensi melihat isi siaran yang terus-menerus dalam jangka waktu yang lama maka bukan tidak mungkin akan terjadi perubahan sikap dan perilaku serta gaya hidup para penonton acara Good


(20)

9

Morning. Padahal dalam Peraturan KPI tentang Standar Program Siaran, menimbang: bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia harus melindungi hak warga negara untuk mendapatkan informasi yang tepat, akurat, bertanggung jawab dan hiburan yang sehat.

Acara Good Morning pernah mendapat teguran dari KPID (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah) Jawa Timur pada tanggal 23 Juli 2010. Untuk itu KPID mengharapkan adanya perbaikan tayangan siaran program acara Good Morning. (lampiran 5).

Program acara Good Morning ini menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa program acara Good Morning tidak layak untuk disiarkan karena berisi gurauan-gurauan yang kurang pantas. Sebagian masyarakat lagi berpendapat bahwa acara Good Morning adalah acara yang menarik untuk ditonton karena bersifat menghibur.

Dari uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka judul penelitian ini adalah: “Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pelanggaran Program Acara Good Morning di SBO TV”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah : Bagaimana opini masyarakat Surabaya terhadap pelanggaran program acara Good Morning di SBO TV.


(21)

10

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui opini masyarakat Surabaya terhadap pelanggaran program acara Good Morning di SBO TV.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Teoritis

Untuk menambah kajian di bidang ilmu komunikasi terutama pengaruh media massa pada masyarakat.

2. Bagi Praktisi

Sebagai referensi dan bahan evaluasi bagi televisi SBO tentang program acara Good Morning.


(22)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Definisi Televisi

Televisi merupakan salah satu bentuk dari media massa dalam bentuk elektronik yang memiliki keunggulan untuk melakukan komunikasi massa. Salah satu keunggulan yang dimiliki adalah tampilan audio visualnya. Selain itu, jaringan televisi kini merupakan satu-satunya medium yang bisa meraih hampir seluruh rumah tangga.

Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara yang ditampilkan atau disiarkan melalui media massa televisi. Tayangan tersebut bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indra yang kita miliki, tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 100% dari informasi yang diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Stimulated Experinence) dari media audiovisual tadi. (Darwanto,2007:119)

Dari segi komunikasinya, dalam arti pengaruhnya, televisi memiliki keuntungan atas pesannya yang bisa dilihat serta didengar. Selain itu televisi memiliki sifat-sifat:


(23)

12

1. Immediacy, dimana daya penyampaiannya langsung tanpa mengenal batas

jarak dan waktu.

2. Intimacy, dimana siaran-siarannya dapat diikuti dan dinikmati dalam

lingkungan kekeluargaan di rumah-rumah sehingga menjadikan komunikasi berlangsung dalam suasana keakraban.

3. Pictorial, televisi merupakan medium yang menggunakan cara komunikasi

dengan gambar-gambar bergerak disertai suara dan diproyeksikan pada layar (kaca) atau melakukan penerjemahan alam pikiran dan kata-kata ke dalam bahasa gambar sehingga memudahkan pemahaman orang. (Suhandang, 2005: 88-89).

2.1.1 Fungsi Televisi

Memberikan informasi, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. Tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.

Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa serta efek yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa


(24)

13

terhadap isi pesan acara televsi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi dan kondisi pemirsa saat menonton televisi (Kuswandi,1996:99)

Agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak sasaran perlu diperhatikan faktor-faktor seperti pemirsa, waktu, durasi dan metode penyajian:

1. Pemirsa

Sesunggguhnya dalam bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk media elektronik faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Hal ini tentu saja berkaitan dengan kebutuhan pemirsa, minat, materi pesan, dan jam penayangan suatu acara.

2. Waktu

Setelah komunikator mengetahui kebutuhan, minat dan kebiasaan pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangannya. Pertimbangannya adalah agar setiap acara yang ditayangkan dapat secara proporsioanl diterima oleh khalayak atau sasaran yang dituju. Untuk acara yang khlayaknya anak-anak tentu saja ditayangkan mulai sore hari sampai sekitar jam delapan malam. Hal ini tentu saja memperhatikan kegiatan anak yang pada pagi sampai siang hari melakukan aktivitasnya di sekolah.


(25)

14

3. Durasi

Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan suatu acara. Ada yang berdurasi 30 menit, dan ada yang satu jam penuh bahkan lebih.

2.1.2 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Proses komunikasi menggunakan media massa disebut komunikasi massa. Komunikasi massa dapat diartikan sebagai suatu proses dimana komunikator secara professional menggunakan media massa di dalam menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak. Televisi adalah salah satu

media massa yang merupakan paduan radio (broadcast) dan film (moving

picture). Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi jauh dihasilkan dengan prinsip radio, sedangkan segi penglihatan oleh gambar. (Effendy, 2000 : 174)

Televisi memiliki daya tarik yang sangat kuat melebihi media massa lainnya. Kalau radio memiliki daya tarik yang kuat karena unsur-unsur vokal, musik dan efek suara, maka televisi selain memiliki ketiga unsur itu juga memiliki visual berupa gambar hidup yang menimbulkan kesan mendalam bagi penonton.

Televisi sebagai sarana jurnalistik selalu berusaha menyampaikan suatu berita yang menarik minat khalayak. Salah satu jenis berita yang disajikan


(26)

15

oleh televisi adalah berita dari dunia selebriti atau yang disebut infotainment. Dengan berita-berita seputar selebriti membuat khalayak memandang selebritis sebagai suatu objek berita yang menarik dan menghibur.

2.1.3 Televisi Lokal

Televisi lokal adalah televisi mendiami geografis tertentu dan melayani masyarakat dalam batasan geografis tersebut. Televisi Lokal hadir dengan spirit otonomi daerah, sangat di rasakan dampak kehadirannya sebagai warna baru dunia penyiaran tanah air. Berbagai daerah selama ini disadari kurang optimal diangkat dalam wujud audio visual. Sehingga kehadiran televisi lokal, menjadi solusi penting untuk hal tersebut.

Dibungkus dengan kemasan lokal yang kental, televisi lokal selalu berupaya mempersembahkan yang terbaik bagi masyarakat dengan budaya kearifan lokal yang berbeda-beda. Paket tayangan yang bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan unsur kedaerahan lainnya tentunya menjadi suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat demi optimalisasi pembangunan setempat. Termasuk diantaranya harapan atas peluang pembukaan lapangan pekerjaan baru bagi daerah.


(27)

16

2.2 Program Siaran Televisi

Program siaran adalah program yang berisi pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak yang disiarkan oleh lembaga penyiaran.

2.2.1 Macam-macam Program Televisi

Berdasarkan Straubhaar (2000:226), macam-macam program televisi antara lain:

1. Commercials dan other interruptions

Merupakan program yang diletakkan diantara regular programs dan regular interruptions yang memiliki beberapa bentuk, yaitu :

a. Commercials: iklan komersil dalam bentuk promosi barang dan jasa yang

ditayangkan di televisi.

b. Public Service Announcement : iklan tentang layanan masyarakat, tentang

acara budaya, hingga penyuluhan kesehatan dan keadaan darurat.

c. Program Promotion : merupakan bentuk in-house advertising yang dimana

stasiun televisi mengiklankan program yang ditayangkan dalam jaringan televisinya.


(28)

17

2. Entertainment Programs

Program hiburan yang sebagian besar muncul secara harian, mingguan, ataupun sesering mungkin. Dalam kategori ini termasuk beberapa program lain, yaitu :

a. Drama : acara fiksi yang ditayangkan oleh televisi dalam bentuk cerita drama hingga cerita detektif yang memiliki karakter dan plot cerita yang serupa dengan cerita aslinya.

b. Action Adventure Programs : acara yang memiliki elemen aksi kuat yang mengisahkan jalan cerita antara orang baik melawan orang jahat.

c. Situation Comedies (sitcom): acara yang bersifat humor yang dimana memiliki jejak kelemahan dan kegiatan dari karakter peran yang dimainkan

d. Variety Show : format acara dengan berbagai macam pertunjukkan musik, komedi, dan hiburan lainnya. Biasanya terdapat pembawa acara yang memperkenalkan serta berinteraksi dengan bintang tamu selama acara berlangsung.

e. Talk Show : acara yang menyerupai variety show namun terfokus pada sebuah pembicaraan antara bintang tamu yang berinteraksi dengan pembawa acara.


(29)

18

f. Personality and Game Shows: acara yang memiliki karakteristik yang dimana pembawa acaranya bersaing dengan peserta yang telah dipilih sebelumnya.

g. Soap Operas : jenis dari acara drama yang bermulai dari bertahun-tahun yang lalu dari program radio yang ceritanya diadaptasi menjadi acara televisi

h. Children’s Programs: bentuk acara mulai dari program pendidikan hingga kartun animasi yang terdapat kekerasan di dalamnya.

i. Movies : acara dimana televisi menayangkan film layar lebar.

j. Special Program : acara singkat yang merupakan bukan bagian dari acara program tetap.

k. Sport and Special Events : merupakan bentuk siaran untuk sebuah potongan besar acara dari durasi televisi.

l. Docudramas : merupakan bentuk tahunan acara yang menceritakan kisah fiksi sejarah yang tak memihak. Biasanya merupakan hayalan nyata dari potongan cerita masa kini di masyarakat.

m. Miniseries: bagian dari banyak acara yang dimana dipecah menjadi beberapa tayangan program sore dan menjadi acara penting yang memiliki daya saing rating.


(30)

19

3. Other Program Merupakan bentuk acara yang memiliki nilai informasi dan berpengaruh, seperti :

a. News and Public Affairs : termasuk acara berita jaringan dan berita lokal, acara public yang penting dalam jangkauan khusus, acara dokumenter dan berita khusus, acara dialog tetap yang mewawancarai tokoh masyarakat dalam bentuk pertanyaan jurnalistik.

b. Religious Programs : mulai dari pelayanan agama secara elektronik hingga dialog agama dan pelayanan tempat ibadah lokal.

c. Cultural and Educational Programs : termasuk acara budaya dan pendidikan bagi anak secara praktis yang ditayangkan di televisi.

2.2.2 Format Acara Televisi

Format acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut (Rukmananda, 2004: 63).

Drama (fiksi) : adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang.


(31)

20

Non drama (non fiksi) : adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dan realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan.

Berita dan olahraga : adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari (Rukmananda, 2004: 64).

2.3 Definisi Opini

Opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda (Sastropoetro, 2000 : 41). Sedangkan mengenai opini publik itu sendiri melukiskan kelompok manusia yang berkumpul secara spontan dengan syarat :

1. Dihadapkan pada suatu persoalan.

2. Berbeda pendapat tentang persoalan tersebut dan berusaha untuk

menanggulangi persoalannya.

3. Sebagai akibat dari keinginan mengadakan diskusi dan mencari jalan


(32)

21

Sementara pengertian opini menurut Cutlip and Centre adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial (Sastropoetro, 2000 :42). Pendapat atau opini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan.

2. Merupakan kesatuan dari banyak pendapat.

3. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.

Sementara William Albing mengemukakan bahwa opini itu dinyatakan kepada sesuatu hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut.

Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Subjek dari suatu opini biasanya adalah masalah baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang yang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertahankannya (Sunarjo, 2004 : 31).

2.3.1 Pengertian Opini Publik

Pengertian publik secara psikologis adalah sekelompok orang yang mempunyai minat yang sama tentang satu hal atau sekelompok orang yang menaruh perhatian terhadap suatu masalah yang sama, melibatkan diri dalam


(33)

22

masalah tersebut dan berusaha untuk turut mengatasinya (Herbert Blumer). Karakteristik publik (Sunarjo, 2004 : 20) :

1. Satu kelompok yang tidak merupakan kesatuan (kelompok tidak teratur).

2. Interaksi terjadi secara tidak langung biasanya melalui media massa. 3. Perilaku publik didasarkan kepada perilaku individu.

4. Tidak saling mengenal satu sama lain (anonim) dan terdiri dari berbagai

lapisan masyarakat (heterogen).

5. Mempunyai minat yang sama terhadap suatu masalah.

6. Minat yang sama belum tentu mempunyai opini yang sama terhadap suatu

masalah.

7. Berusaha untuk mengatasi masalah tersebut.

8. Adanya diskusi sosial, karena itu publik ada kecendrungan untuk berpikir

secara rasional.

Pengertian opini publik adalah kesatuan pendapat yang muncul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan, membicarakan isu yang kontroversial, mendiskusikannya dan berusaha unuk mengatasinya. Istilah opini publik dapat digunakan untuk menunjukkan suatu pengumpulan pendapat yang dikemukakan oleh individu-individu atau pendapat-pendapat kolektif dari


(34)

23

sejumlah orang dari kumpulan tertentu dan bukan dalam pengertian semua orang tanpa batas dan ketentuan khusus pula.

2.3.2 Unsur-unsur Opini Publik

Opini publik merupakan pendapat yang ditimbulkan oleh adanya 4 unsur sebagai berikut :

1. Adanya suatu masalah atau situasi yang bersifat kontroversial.

2. Adanya publik yang secara spontan terpikat kepada masalah, bermaksud

melibatkan diri ke dalamnya dan berusaha untuk memberikan pendapatnya.

3. Adanya kesempatan untuk bertukar pikiran atau berdebat mengenai masalah

yang kontroversial oleh suatu publik.

4. Adanya interaksi dari individu-individu dalam publik yang menghasilkan

suatu pendapat yang bersifat kolektif untuk diekspresikan (Sastropoetro, 2000 : 54).

2.3.3 Penentuan Opini

1. Opini positif, yang artinya masyarakat setuju atau sependapat terhadap fakta

yang terjadi dalam masyarakat.

2. Opini netral, yang artinya masyarakat tidak mempermasalahkan fakta yang


(35)

24

3. Negatif, yang artinya masyarakat tidak setuju atau tidak sependapat terhadap

fakta yang terjadi dalam masyarakat.

2.3.4 Arah Tujuan Opini

Opini artinya dalam bahasa Indonesia adalah pendapat. Pendapat adalah pandangan seseorang mengenai sesuatu. Jadi, pendapat adalah subjektif. Dengan demikian, pendapat adalah evaluasi, penilaian, dan bukan fakta. Karena bukan

fakta maka berubah atau diubah, tergantung situasi sosial yang berlaku.

Opini-opini yang berkembang pada suatu masyarakat akan mencapai suatu konsensus yang matang dan menyatu dalam masyarakat yang membentuk opini publik. Opini yang berkembang di masyarakat yang kemudian ditangkap dan dirumuskan merupakan suatu bahan bagi pengambil keputusan untuk menentukan nilai kemungkinan setiap alternatif kebijakan yang akan diambil oleh para penentu kebijakan (Sunarso, 2000).

2.4 Teori Jarum Hypodermik

Teori ini berkembang di sekitar tahun 1930 hingga 1940an. Dan ini merupakan teori media massa pertama yang ada. Teori ini mengasumsikan bahwa komunikator yakni media massa digambarkan lebih pintar dan juga lebih segalanya dari audience. Teori jarum hypodermik dapat juga diasumsikan bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas


(36)

25

sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula.

Unsur-unsur yang terdapat dalam Teori jarum hypodermik adalah stimulus (pesan) dan

response (efek). Stimulus dapat diartikan sebagai pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang dan gambar kepada komunikan. Sehingga itu akan menjadi rangsangan kepada penerima pesan tersebut.

Response diartikan efek sebagai hasil akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan. Efek kognitif timbul setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendy, 2003 : 255).

Gambar 2.1

Model Teori Jarum Hypodermik

Stimulus

Response :

Positif Netral Negatif

Sumber : (Effendy, 2003 : 257).

Menurut gambar model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa tayangan


(37)

26

program acara infotaiment, film, drama, berita kontoversi, dan lain-lain. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan, maka akan terjadi respons terhadap pesan yang disampaikan baik itu respon positif, negatif ataupun keragu-raguan dalam memberikan suatu opini.

2.5 Kerangka Berpikir

Televisi merupakan media yang paling luas pengaruhnya. Dari sekian media yang ada seperti surat kabar, radio, internet dan lain-lain, televisi paling pas

memiliki sifat media, yang dalam ilmu komunikasi disebut dengan ubiquity,

yakni, segalanya ada di televisi. Tampilan-tampilan yang ada di televisi hanyalah potongan-potongan kecil kehidupan masyarakat, kulit luar dari realitas. Tawaran-tawarannya sangat menggugah, menyuguhkan kenikmatan, hidup senang dan hal-hal yang berbau surgawi lainnya. Padahal-hal, kenyataan itu tidak sepenuhnya benar.

Akan tetapi, hal tersebut tidak hanya memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat (penonton). Jika acara-acara yang disampaikan oleh televisi tidak sesuai dengan aturan-aturan penyiaran yang telah ditetapkan dan dikemas dengan baik, maka hal tersebut akan memberikan implikasi yang negatif terhadap kehidupan masyarakat.

Besarnya potensi media televisi terhadap perubahan masyarakat menimbulkan pro dan kontra. Pandangan pro melihat televisi merupakan wahana pendidikan


(38)

27

dan sosialisasi nilai-nilai positif masyarakat. Sebaliknya pandangan kontra melihat televisi sebagai ancaman yang dapat merusak moral dan perilaku desktruktif lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti membuat kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar 2.2: Kerangka Berpikir Stimulus :

Tayanganacara Good Morning di SBO TV:

- Isi Siaran: -Bahasa - Tema

-Penampilan presenter

Response : Positif Netral Negatif

Dari gambar tersebut, stimulus yang dimaksud adalah tayangan acara

Good Morning di TV SBO, stimulus dengan indikator yang terdiri dari isi siaran, meliputi: bahasa, tema dan penampilan presenter.

Setelah audience terkena stimulus, yang berupa isi siaran, yang meliputi:

bahasa, tema dan penampilan presenter yang digunakan dalam program Good

Morning, maka akan menghasilkan suatu response audience setelah menonton

tayangan yang bersangkutan. Response dapat berupa response positif, netral,


(39)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Yang dimaksudkan dengan definisi operasional disini adalah suatu pembatasan atau perincian prosedur yang memungkinkan penegasan ada atau tidaknya realitas tertentu sebagaimana digambarkan menurut konsepnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang terjadi pada masyarakat Surabaya yang berusia 17 tahun ke atas yang menjadi objek penelitian, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang situasi, kondisi, ataupun variabel tertentu. (Bungin, 2001 ; 48).

Dengan menggunakan metodologi kuantitatif yaitu metodologi yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian lebih mementingkan aspek keluasan data dibanding kedalaman data. Sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi. Hubungan riset dengan subjek jauh, sehingga alat ukur harus dijaga keobjektifannya. Periset tidak boleh membuat batasan konsep atau alat ukur sekehendak hatinya sendiri. (Kriyanto : 2006 : 57).


(40)

29

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey. Penelitian

survey menggunakan alat kuesioner dengan desain close untuk mengukur opini

masyarakat terhadap program Good Morning di TV SBO.

Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui opini masyarakat Surabaya

terhadap program acara Good Morning di TV SBO. Untuk lebih mudah

pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut :

3.1.1 Opini

Opini dalam penelitian adalah pendapat responden terhadap program

siaran Good Morning di SBO yang disiarkan dari hari Senin sampai dengan

hari Jumat pukul 07.00 – 08.00 WIB, yang meliputi:

- Pendapat responden tentang waktu penyiaran

- Pendapat responden tentang joke-joke yang dilakukan oleh penyiar

- Pendapat responden tentang penggunaan bahasa yang dipakai

- Pendapat responden tentang tema-tema yang diangkat, seperti:

kehidupan privacy narasumber

- Pendapat responden tentang cara mengolok-olok presenter lawan

bicaranya


(41)

30

Pengukuran opini masyarakat terhadap program acara Good Morning di TV SBO :

Untuk pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur opini seseorang tentang sesuatu objek sikap. Objek sikap ini biasanya telah ditentukan secara spesifik dan sistematik oleh peneliti. Indikator-indikator dari variabel sikap terhadap suatu objek merupakan titik tolak dalam membuat pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi responden. Jawaban dari kuesioner digolongkan menjadi empat jenis pilihan jawaban, yaitu :

1. Sangat Setuju (SS) Skor 4

2. Setuju (S) Skor 3

3. Tidak Setuju (TS) Skor 2

4. Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 1

Pengukuran sikap masyarakat tentang program acara Good Morning di

TV SBO dapat ditunjukkan melalui total skor dari seluruh jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Asumsi pemberian tiga jawaban untuk tiap-tiap pertanyaan yang diajukan adalah :

1. Positif, yang artinya masyarakat menyetujui adanya pelanggaran


(42)

31

2. Netral, yang artinya masyarakat tidak mempermasalahkan ada atau

tidaknya pelanggaran pada program acara Good Morning di TV SBO.

3. Negatif, yang artinya masyarakat tidak menyetujui adanya

pelanggaran terhadap program acara Good Morning di TV SBO.

Melalui penskalaan diatas, nantinya jawaban responden akan diberi skor pada semua pertanyaan dengan menggunakan skala interval (tinggi, sedang, rendah). Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk kelas interval tingkat tinggi, sedang dan rendah menggunakan rumus :

Interval = Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah Jenjang yang diinginkan

= 24 – 6

3 = 18

3

= 6

3.1.2 Masyarakat Surabaya

Masyarakat Surabaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berusia 17 tahun ke atas, memiliki KTP dan berdomisili di kota Surabaya. Dimana data responden yang diambil meliputi usia 17 tahun

keatas. Penempatan usia ini didasarkan karena sasaran dari acara Good


(43)

32

pertimbangan bahwa usia tersebut, seseorang telah memiliki kemampuan intelektual maupun keterampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman. (Dariyo, 2004: 66)

3.1.3 Program Acara Good Morning di SBO TV

Good Morning adalah salah satu program acara di SBO, acara tersebut

sebenarnya bersinergi dengan acara Good Morning yang disiarkan melalui Hard

Rock FM, yang kemudian ditayangkan secara live oleh SBO TV. Dalam program

Good Morning sering kali presenter acara menggunakan kata-kata “kasar” yang

tabu untuk di ucapkan. Tema yang diangkat acara Good Morning pun terlalu

memasuki privacy individu dan juga penampilan presenter yang kurang rapi (acak-acakan).

Jam tayang program Good Morning di SBO, mulai hari Senin sampai Jumat pukul 07.00 – 08.00 WIB, sehingga jumlah jam tayang sebanyak 20 kali dalam sebulan.

Lamanya penayangan program Good Morning. Setiap kali tayang 1 jam mulai hari Senin sampai Jumat pukul 07.00 – 08.00 WIB. 1*5*4 = 20 jam tiap bulan.


(44)

33

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Surabaya (yang memiliki kartu identitas di Surabaya), untuk lebih jelasnya peneliti memilih usia 17 tahun ke atas. Penempatan usia ini didasarkan pada jenis kelamin dan tingkat pendidikan karena sangat mempengaruhi pola berpikir dan cara penilaian terhadap suatu fenomena yang ada disekeliling mereka. Penduduk Surabaya yang berusia 17 tahun ke atas sebanyak 1.829.421 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2009) yang tersebar di lima wilayah, yaitu Surabaya Pusat, Surabaya Utara, Surabaya selatan, Surabaya timur dan Surabaya barat.

Pemilihan kota Surabaya sebagai lokasi penelitian karena TV SBO adalah TV lokal daerah Jawa Timur pada umumnya dan Surabaya pada khususnya. Sehingga para penonton program acara SBO kebanyakan adalah masyarakat yang berdomisili di Surabaya dan sekitarnya.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi. Karakteristik sampel penelitian adalah masyarakat Surabaya, berusia 17 tahun ke atas, pernah menonton Program acara Good Morning di TV SBO.


(45)

34

Jumlah sample yang dibutuhkan dari penelitian ini dapat diketahui dengan Rumus Yamane (Rakhmat, 1999 : 82), yaitu :

n =

1 N.d

N

2 

Keterangan :

N = Jumlah populasi kota Surabaya

n = Jumlah sample yang diperlukan

d = Standar kesalahan, dengan menentukan presisi (d) ± 10% , dengan tingkat kepercayaan 90%

Dengan menggunakan rumus yang telah dipaparkan sebelumnya, maka jumlah sampel dari keseluruhan populasi pada penelitian ini :

1.829.421

n =

1.829.421 (0.1²)+1

1.829.421 n =

18295,21

n = 99,99 ≈ dibulatkan menjadi 100


(46)

35

Kemudian secara proporsional jumlah responden dialokasikan pada setiap wilayah (Nazir, 2003 : 361) ditentukan dengan rumus :

n1 = x n

N N1

Keterangan :

n1 : Jumlah penduduk yang berusia 17 tahun ke atas di suatu kelurahan

N1 : Jumlah Stratum

N : Jumlah seluruh penduduk yang berusia 17 tahun ke atas dari 8

kelurahan

n : Jumlah sampel yang ditetapkan

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multistage Cluster Random Sampling. Teknik ini digunakan jika populasi letaknya tersebar secara geografis, sehingga peneliti sangat sulit di dalam menentukan kerangka sampling dari semua unsur-unsur yang ada dalam populasi tersebut. (Singarimbun, 1995 : 166).

Maka dalam pengambilan sampel, dilakukan secara bertahap berdasarkan wilayah-wilayah yang ada.


(47)

36

Berikut gambar bagan Multistage Cluster Random Sampling:

Surabaya Barat Surabaya Pusat Surabaya Timur Surabaya Selatan Surabaya Utara Kec. Rungkut K Kec.Gunung Anyar Kel. Penjarin gansari Kel. Rungku t Kidul Kel. Rungkut Tengah Kel. Gunung Anyar Kec.Sawahan Kec.Wonokromo SURABAYA Kel. Sawung galing Kel. Wonok romo Kel. Sawahan Kel. Pakis Gambar 3

Bagan Multistage Cluster Random Sampling

Dalam penelitian ini, kota Surabaya mempunyai 31 kecamatan, yang terdiri dari 163 kelurahan. Adapun untuk lebih jelasnya, bagan tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Pemerintahan kota Surabaya terdiri dari lima wilayah, yakni : Surabaya Pusat, Surabaya Utara, Surabaya selatan, Surabaya


(48)

37

2. Selanjutnya dilakukan pengundian kembali untuk menentukan dua

kecamatan yang akan mewakili setiap satu wilayah. Sehingga didapat empat kecamatan yaitu: Kecamatan Rungkut, Kecamatan Gunung Anyar, Kecamatan Sawahan, dan Kecamatan Wonokromo.

3. Pada hasil random ketiga, dilakukan pengundian pada tingkat

kelurahan yang akan mewakili kecamatan-kecamatan tersebut. Setiap kecamatan terpilih dua kelurahan, sehingga didapat delapan kelurahan yang akan menjadi sample penelitian ini, yaitu: Kel. Rungkut Kidul dan Kel.Penjaringansari (untuk Kecamatan Rungkut), Kel.Gunung Anyar dan Kel.Rungkut Tengah (untuk Kecamatan Gunung Anyar), Kel.Sawunggaling dan Kel. Wonokromo (untuk Kecamatan Wonokromo), Kel.Sawahan dan Kel.Pakis (untuk Kecamatan Sawahan).

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara dalam mengumpulkan data yang diperoleh langsung atau tidak langsung dari lapangan yang nantinya akan digeneralisasikan dan dianalisis. Pengumpulan


(49)

38

data dapat dilakukan dengan cara observasi, penyebaran kuesioner dan pengumpulan data-data sekunder (Rakhmat, 2001 : 96). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung dari tempat penelitian (dari sumbernya) dan diolah sendiri oleh lembaga yang bersangkutan untuk dimanfaatkan. (Bungin, 2004 : 122)

2. Data Sekunder

Adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung tetapi melalui perantara atau menggunakan lembaga lain yang bukan pengelolanya, tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu (Bungin, 2004 : 122). Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang terkait dengan judul penelitian, data jumlah masyarakat Surabaya dan data-data yang ada pada website internet.

3.4 Metode Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian di masukkan kedalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan dalam table frekuensi. Berdasarkan table frekuensi tersebut, data kemudian dianalisis secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai


(50)

39

dengan tujuan analisis. Dalam mengkode, menganalisis dan menginterpretasikan data yaitu memberi uraian-uraian yang jelas dari kuesioner dengan menghubungkan hasil temuan yang ada di lapangan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

F P =

N

Keterangan :

P : Prosentase responden

F : Frekuensi responden

N : Jumlah populasi

Dengan rumus tersebut, maka akan diperoleh prosentase yang diinginkan dengan kategori tertentu, hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan diinterpretasikan.


(51)

40   

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Surabaya

Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Surabaya terletak di tepi Pantai Utara Provinsi Jawa Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di utara dan di timur, Kabupaten Sidoarjo di selatan, serta Kabupaten Gresik di barat. Kota Surabaya terdiri atas 31 kecamatan. Berikut adalah daftar kecamatan di Surabaya yang dibagi dalam lima wilayah:

Tabel 4.1 Daftar Kecamatan di Surabaya

Surabaya Barat Surabaya Pusat Surabaya Utara Surabaya Timur Surabaya Selatan Benowo Pakal Asemworo Sukomanunggal Tandes Sambikerep Lakarsantri Tegalsari Simokerto Genteng Bubutan Bulak Kenjeran Semampir Pabean Cantikan Krembangan Gubeng Gununganyar Sukolilo Tambaksari Mulyorejo Rungkut Tenggilis Mejoyo Wonokromo Wonocolo Wiyung Karangpilang Jambangan Gayungan Dukuh Pakis Sawahan

Sumber : BPS, 2009


(52)

41   

Dalam penelitian ini, sasaran lokasi penelitian adalah wilayah Surabaya Timur dan wilayah Surabaya Selatan. Dimana Surabaya Timur memiliki tujuh kecamatan diantaranya Tambaksari, Gubeng, Rungkut, Tenggilis Mejoyo, Gunung Anyar, Sukolilo, dan Mulyorejo. Dari tujuh kecamatan tersebut, terpilihlah Kecamatan Rungkut dan Kecamatan Gunung Anyar. Kecamatan Rungkut terpilih Kelurahan Rungkut Kidul dan Kelurahan Penjaringan Sari, sedangkan Kecamatan Gunung Anyar terpilih Kelurahan Gunung Anyar dan Kelurahan Rungkut Tengah.

Sedangkan Surabaya Selatan memiliki delapan kecamatan, diantaranya Sawahan, Kecamatan Wonokromo, Kecamatan Karangpilang, Kecamatan Dukuh Pakis, Kecamatan Wiyung, Kecamatan Wonocolo, Kecamatan Gayungan, Kecamatan Jambangan. Dari delapan kecamatan tersebut, terpilih Kecamatan Wonokromo dan kecamatan Sawahan. Untuk Kecamatan Wonokromo yang terpilih adalah Kelurahan Sawunggaling dan Kelurahan Wonokromo, sedangkan Kecamatan Sawahan yang terpilih adalah Kelurahan Sawahan dan Kelurahan Pakis. Adapun jumlah masyarakat yang berusia 17 tahun keatas dari delapan kelurahan terpilih adalah sebagai berikut:


(53)

42   

Tabel 4.2. Jumlah Masyarakat Surabaya yang Berusia >17 tahun

No. Nama Kelurahan Jumlah Penduduk

1. Kelurahan Rungkut Kidul 9.117 jiwa

2. Kelurahan Penjaringan Sari 9.445 jiwa

3. Kelurahan Gunung Anyar 8.948 jiwa

4. Kelurahan Rungkut Tengah 9.067 jiwa

5. Kelurahan Sawunggaling 21.066 jiwa

6. Kelurahan Wonokromo 32.832 jiwa

7. Kelurahan Sawahan 15.782 jiwa

8. Kelurahan Pakis 25.185 jiwa

Total 131.442 jiwa

Sumber : BPS 2009

4.1.2 Gambaran Umum SBO TV

SBO TV atau Suroboyo TV adalah stasiun televisi lokal yang ada di Surabaya, Jawa Timur. SBO bermarkas di Graha Pena Surabaya dan merupakan stasiun televisi di bawah PT Surabaya Televisi Indonesia, salah satu anak perusahaan Grup Jawa Pos. Stasiun televisi ini mulai mengudara pada tanggal 1 Januari 2006. SBO TV mengudara setiap hari pada pukul 05.30-01.00 WIB, pada saluran 36 UHF (Surabaya dan sekitarnya), 55 UHF (Pasuruan, Malang, Kediri dan Nganjuk), serta 26 UHF (Madiun, Tuban, Bojonegoro, Magetan dan Jember).

Tanggal 1 Mei 2007, SBO TV sebagai stasiun televisi lokal Surabaya menayangkan berbagai macam program acara hiburan, informasi dan berita yang dikemas dengan menarik. SBO TV tumbuh dengan cepat menjadi agen perubahan dan pembaharu dalam dinamika sosial masyarakat di Surabaya. Saat ini SBO TV


(54)

43   

merupakan stasiun televisi lokal disaksikan oleh sekitar 180 ribu pemirsa yang tersebar di 7 kota di seluruh Jatim dan sekitar, atau kira-kira 80 % dari jumlah penduduk Surabaya. Rancangan program-program menarik diikuti ratting yang bagus, menarik minat pengiklan untuk menayangkan promo mereka di SBO TV.

Sejak awal, cita-cita SBO TV adalah menciptakan serangkaian acara unggulan dalam satu saluran, yang memungkinkan para pengiklan memilih SBO TV sebagai media iklan-iklan mereka. Cita-cita itu menjadi nyata karena sejak berdiri hingga saat ini SBO TV senantiasa menjadi market leader. Hingga tahun 2009, SBO TV tetap mempertahankan posisi market leader dengan pangsa pemirsa mencapai 17,9 % (ABC 5+) dan 17,5 % (all demo). SBO TV juga berhasil mempertahankan pangsa periklanan televisi tertinggi sebesar 15,2 % seperti dilaporkan oleh AGB Nielsen Media Research.

Di SBO TV, kualitas bukanlah kata tanpa makna, melainkan harmonisasi dari kreatifitas, idealisme, kesungguhan, kerja keras, kebersamaan dan do'a. Enam (6) aspek tersebut tercermin dan mewarnai program-program SBO TV yang mengusung motto "Spirit of The City" namun tampil dalam kemasan yang "Muda dan Dinamis".

Alamat : Gedung Graha Pena Lt. 21 Jl. Ahmad Yani 88 Surabaya

Telp. : 031 820 20 65

Fax. : 031 829 45 95

Website. : www.sbotivi.com

email. : [email protected]


(55)

44   

4.1.3. Program Acara Good Morning di SBO TV

Good Morning adalah salah satu program acara di SBO TV, acara tersebut sebenarnya bersinergi dengan acara Good Morning yang disiarkan melaui Hard Rock FM, yang kemudian ditayangkan selama satu jam secara live dari hari Senin sampai dengan hari Jumat mulai pukul 07.00 - 08.00 WIB oleh SBO TV. Tema-tema yang diangkat oleh acara Good Morning tiap hari berbeda-beda.

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data

Pada bagian ini disajikan data-data yang didapatkan dari hasil kuisioner yang telah dijawab 100 responden yang ada di wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Selatan. Alat ukur yang digunakan oleh peneliti adalah kuisioner yang telah disebarkan kepada seluruh responden di masing-masing wilayah tempat penelitian.

Setelah kuisioner diisi dan ditabulasikan, maka dapat diketahui tentang keadaan keseluruhan data. Data-data yang ditampilkan adalah penjabaran secara rinci dari setiap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuisioner dan telah digolongkan berdasarkan kategori-kategori yang sudah ditentukan oleh peneliti. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi. Data yang akan disajikan dalam penelitian ini meliputi beberapa hal, diantaranya adalah data identitas responden, frekuensi dan durasi, opini masyarakat Surabaya terhadap program acara Good Morning di SBO TV.


(56)

45   

4.2.1 Identitas Responden

Pada bagian ini, data-data yang diperoleh adalah data berdasarkan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Data ini disajikan untuk menjelaskan secara umum responden yang ada.

4.2.1.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan, maka diperoleh karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 : Jenis Kelamin Responden ( n = 100 )

No. Jenis kelamin F Persentase (%)

1. Laki-laki 36 36

2. Perempuan 64 64

Total 100 100

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang mengisi kuisioner, sebesar 36 % atau 36 responden berjenis kelamin laki-laki dan 64 % atau 64 responden berjenis kelamin perempuan.

4.2.1.2 Karakteristik Berdasarkan Usia

Dari hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan, maka diperoleh karakteristik responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut :


(57)

46   

Tabel 4.4. Usia Responden ( n = 100 )

No. Usia Jumlah Persentase (%)

1. 17 th – 27 th 36 36

2. 28 th – 38 th 52 52

3. 39 th – 49 th 11 11

4. 50 th – 60 th 1 1

Total 100 100

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang mengisi kuisioner, sebanyak lebih dari setengah jumlah responden yaitu 52 % atau 52 responden berusia antara 28 – 38 tahun, sisanya 36 % atau 36 responden berusia antara 17 – 27 tahun, 11 % atau 11 responden berusia antara 39 – 49 tahun, dan 1 % atau 1 responden berusia antara 50 – 60 tahun. Pemilihan rentan usia tersebut ( 17 tahun ke atas ), seseorang dianggap telah memiliki kemampuan intelektual dan keterampilan dalam menganalisa masalah dengan sikap yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perkembangan zaman ( Dariyo, 2004: 66 ).

4.2.1.3 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Dari hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan, maka diperoleh karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir adalah sebagai berikut:


(58)

47   

Tabel 4.5 Pendidikan Terakhir Responden ( n = 100 )

No. Pendidikan terakhir Jumlah Persentase (%)

1. SMA 73 73

2. D3 5 5

3. S1 22 22

Total 100 100

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang mengisi kuisioner, sebanyak 73 % atau 73 responden memiliki pendidikan terakhir SMA, 5 % atau 5 responden memiliki pendidikan terakhir D3 dan 22 % atau 22 responden memiliki pendidikan terakhir S1. Seperti halnya usia, tingkat pendidikam juga akan berpengaruh pada cara pandang dan pola pikir seseorang. Dalam hal ini responden yang memiliki pendidikan terakhir di perguruan tinggi (S1) dianggap sudah dapat menentukan dan menilai sesuatu berdasarkan pertimbangan logika dan perasaan. Walaupun belum tentu juga seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi dibanding orang lain memiliki cara berfikir yang lebih baik. Ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi antara lain faktor individu itu sendiri, lingkungan, dan pengalaman.

4.2.1.4 Karakteristik Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Dari hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan, maka diperoleh karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan adalah sebagai berikut:


(59)

48   

Tabel 4.6 Jenis Pekerjaan Responden ( n = 100 )

No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1. Ibu rumah tangga 12 12

2. Wiraswasta 23 23

3. Swasta 49 49

4. PNS 2 2

5. Mahasiswa 14 14

Total 100 100

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang mengisi kuisioner, sebagian besar adalah swasta yaitu sebayak 49 % atau 49 responden, sisanya adalah wiraswasta sebanyak 23 % atau 23 responden, ibu rumah tangga 12 % atau 12 responden, mahasiswa sebanyak 14 % atau 14 responden dan PNS sebanyak 2 % atau 2 responden

4.2.1.5 Pengetahuan Tentang SBO TV

Berdasarkan hasil jawaban responden dapat diketahui dari 100 responden yang mengisi kuisioner, sebanyak 100 % atau semua responden mengetahui bahwa SBO adalah salah satu TV lokal di Jawa Timur.

4.2.1.6. Pengetahuan Tentang Acara Good Morning

Berdasarkan hasil jawaban responden dapat diketahui dari 100 responden yang mengisi kuisioner, sebanyak 100 % atau semua responden mengetahui dan pernah menonton acara Good Morning di SBO TV.


(60)

49   

4.2.2. Frekuensi dan Durasi

Frekuensi responden dalam menonton acara Good Morning di SBO TV terbagi menjadi tiga kategori untuk memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan tentang berapa kali mereka menonton acara Good Morning di SBO TV dalam satu bulan. Dari tabel di bawah ini dapat diketahui frekuensi responden menonton tayangan acara Good Morning di SBO TV.

Tabel 4.7

Frekuensi Menonton Acara Good Morning Dalam Satu Bulan ( n = 100 )

No. Frekuensi Menonton Jumlah Persentase (%)

1. 1-6 kali 81 81

2. 7-12 kali 19 19

3. 13-20 kali 0 0

Total 100 100

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 100 responden yang mengisi kuisioner, sebanyak 81 % atau 81 responden menonton acara Good Morning di SBO TV sebanyak 1-6 kali dalam satu bulan, sisanya 19 % atau 19 responden menonton acara Good Morning di SBO TV sebanyak 7-12 kali dalam satu bulan.

Sedangkan durasi menonton Acara Good Morning di SBO TV dalam satu bulan terbagi menjadi tiga kategori untuk memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan tentang berapa lama mereka menonton acara Good Morning di SBO TV dalam satu bulan. Dari tabel di bawah ini dapat diketahui durasi responden menonton tayangan acara Good Morning di SBO TV.


(61)

50   

Tabel 4.8

Durasi Menonton Acara Good Morning Dalam Satu Bulan ( n = 100 )

No. Frekuensi Menonton Jumlah Persentase (%)

1. 1-6 jam 81 81

2. 7-12 jam 19 19

3. 13-20 jam 0 0

Total 100 100

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 100 responden yang mengisi kuisioner, sebanyak 81 % atau 81 responden menonton acara Good Morning di SBO TV sebanyak 1-6 jam dalam satu bulan, sisanya 19 % atau 19 responden menonton acara Good Morning di SBO TV sebanyak 7-12 jam dalam satu bulan. Hal ini wajar karena jam tayang dari Good Morning pukul 07.00-08.00 WIB terbentur dengan jam kerja maupun rutinitas lainnya.

4.3 Opini Masyarakat Terhadap Pelanggaran Program Acara Good Morning 

Opini masyarakat di Surabaya terhadap pelanggaran program acara Good Morning di SBO TV diukur dengan 6 pertanyaan, yang diajukan agar responden memilih masing-masing 1 dari 4 kategori yang telah disusun dalam posisi berurutan pada masing-masing pertanyaan dalam kuisioner. Kemudian masing-masing kategori diberikan skor dari yang tertinggi ke yang terendah secara berurutan.

Diperoleh data, bahwa skor tertinggi adalah 24 dan skor terendah adalah 6. Perolehan data tersebut serta pengkategoriannya adalah sebagai berikut :


(62)

51   

1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor

jawaban tertinggi responden, yaitu 6 x 4 = 24

2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor

jawaban terendah responden, yaitu 6 x 1 = 6

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut :

Range = Skor tertinggi - Skor terendah Jenjang yang diinginkan

= 24 – 6

3

= 18

3

= 6

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut :

1. Opini negatif = 6 – 11

2. Opini netral = 12 – 17

3. Opini positif = 18 – 24

Dengan demikian jika dimasukkan ke dalam tabel frekuensi dapat dilihat seperti tabel-tabel di bawah ini :

4.3.1 Opini Responden Tentang Jam Tayang Acara Good Morning

Adapun jawaban responden mengenai pernyataan tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini:


(63)

52   

Tabel 4.9

Opini Responden Tentang Jam Tayang Acara Good Morning

No. Keterangan Jumlah %

1. Sangat Setuju 4 4

2. Setuju 89 89

3. Tidak Setuju 7 7

4. Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 100 100

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 93 % atau 93 responden menyatakan bahwa waktu penyiaran acara Good Morning kurang tepat karena waktu tersebut berbenturan dengan aktivitas dan rutinitas sehari-hari. Bagi yang berprofesi sebagai tenaga pendidik maupun karyawan pada jam tersebut sudah mulai bekerja sehingga tidak bisa menonton acara Good Morning. Mereka juga menyatakan jika acara Good Morning ditayangkan 1 jam lebih awal, acara tersebut akan bisa ditonton sambil bersiap-siap ke kantor dan menikmati sarapan pagi. Sedangkan 7 % atau 7 responden menyatakan bahwa waktu penyiaran acara Good Morning sudah tepat dikarenakan waktu penyiaran sesuai dengan arti nama program acaranya yaitu selamat pagi sehingga harus disiarkan pada pagi hari, selain itu acara tersebut bisa dilihat (dinikmati) di mobil dalam perjalanan menuju tempat kerja.

4.3.2 Opini Responden Tentang Joke-joke Dalam Acara Good Morning

Joke-joke dalam acara Good Morning kurang layak/kurang tepat untuk audiencenya karena tidak sesuai dengan P3 dan SPS BAB V Pasal 8 tentang Penghormatan Terhadap Norma Kesopanan dan Kesusilaan, yang berbunyi: “Lembaga


(64)

53   

penyiaran harus berhati-hati agar tidak merugikan dan menimbulkan efek negatif terhadap keberagaman khalayak baik dalam agama, suku, budaya, usia, gender dan/atau latar belakang ekonomi, serta P3 dan SPS Bagian Ketiga tentang Kata-kata Kasar dan Makian, yang berbunyi: “Program siaran dilarang menggunakan kata-kata kasar dan makian baik diungkapkan secara verbal maupun non-verbal yang mempunyai kecenderungan menghina/merendahkan martabat manusia, memiliki makna jorok/mesum/cabul/vulgar, serta menghina agama dan Tuhan.

Adapun frekuensi jawaban responden mengenai pernyataan ini, dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10

Opini Responden Tentang Joke-joke Dalam Acara Good Morning

No. Keterangan Jumlah %

1. Sangat Setuju 0 0

2. Setuju 56 56

3. Tidak Setuju 44 44

4. Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 100 100

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 56 % atau 56 responden menyatakan bahwa acara Good Morning berisi joke-joke yang kurang layak/kurang tepat untuk audiencenya. Sisanya sebanyak 44 % atau 44 responden menyatakan bahwa joke-joke yang ada dalam acara Good Morning masih layak.

Bagi responden yang menyatakan bahwa acara Good Morning berisi joke-joke yang kurang layak, beralasan bahwa acara Good Morning bukanlah acara komedi


(65)

54   

sementara itu joke-joke yang ditampilkan tidak lucu malah terkesan ngawur seperti gurauan yang pernah dilontarkan presenter Good Morning pada seorang penelfon: “Ternyata sekarang banyak juga manusia brengsek macam Anda ya”. Bagi responden yang menyatakan bahwa joke-joke dalam acara Good Morning masih layak beralasan bahwa joke-joke tersebut wajar untuk menghibur para penontonnya.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 56 responden atau 56 % berpendapat Good Morning melakukan pelanggaran terhadap P3 dan SPS karena berisi joke-joke yang kurang layak/kurang tepat untuk audiencenya, sedangkan sisanya sebanyak 44 responden atau 44 % berpendapat bahwa Good Morning tidak melakukan pelanggaran terhadap P3 dan SPS karena berisi joke-joke yang sifatnya menghibur para audiencenya.

4.3.3 Opini Responden Tentang Bahasa yang Digunakan Presenter

Presenter Good Morning seringkali menggunakan bahasa yang seenaknya sendiri, kurang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Hal ini melanggar P3 dan SPS BAB XVI Pasal 44 tentang Bahasa, Bendera, Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan, yang berbunyi: Program siaran harus menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar baik tertulis atau lisan, kecuali bagi program siaran atau berita yang disajikan dalam bahasa daerah atau asing.

Adapun frekuensi jawaban responden mengenai pernyataan ini, dapat dilihat pada tabel 4.11


(66)

55   

Tabel 4.11

Opini Responden Tentang Bahasa yang Digunakan Presenter

No. Keterangan Jumlah %

1. Sangat Setuju 0 0

2. Setuju 95 95

3. Tidak Setuju 5 5

4. Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 100 100

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 95 % atau 95 responden menyatakan bahwa bahasa yang digunakan presenter kurang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Sisanya sebanyak 5 % atau 5 responden menyatakan bahwa bahasa yang digunakan presenter masih sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Bagi responden yang menyatakan bahwa bahasa yang digunakan presenter kurang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, banyak yang beralasan bahwa bahasa yang di gunakan oleh presenter Good Morning menggunakan bahasa gaul yang bergaya / berlogat Jakarta. Bagi responden yang menyatakan bahwa bahasa yang digunakan presenter masih sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia beralasan bahwa bahasa yang digunakan sudah sesuai dengan konsep acara dan tema yang dibawakan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 95 responden atau 95 % berpendapat Good Morning melakukan pelanggaran terhadap P3 dan SPS karena bahasa yang digunakan presenter kurang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, sedangkan sisanya sebanyak 5 responden atau 5 % berpendapat bahwa Good


(67)

56   

Morning tidak melakukan pelanggaran terhadap P3 dan SPS karena bahasa yang digunakan presenter masih sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

4.3.4 Opini Responden Tentang Tema Dalam Acara Good Morning

Tema yang diangkat dalam acara Good Morning terlalu masuk ke dalam privacy seorang individu hal ini merupakan pelanggaran P3 dan SPS BAB VI Pasal 9 tentang Penghormatan Terhadap Hak Privasi dan Pribadi, yang berbunyi: “Lembaga Penyiaran Wajib memperhatikan dan menghormati hak privasi dan pribadi dari narasumber”, dan juga melanggar BAB VII Pasal 11 tentang Penghormatan Hak Privasi dan Pribadi, yang berbunyi: “Program siaran langsung atau rekaman wajib menghormati privasi sebagai hak atas kehidupan pribadi dan ruang pribadi dari subyek dan obyek berita”. Adapun frekuensi jawaban responden mengenai pernyataan ini, dapat dilihat pada tabel 4.12

Tabel 4.12

Opini Responden Tentang Tema Dalam Acara Good Morning

No. Keterangan Jumlah %

1. Sangat Setuju 0 0

2. Setuju 32 32

3. Tidak Setuju 68 68

4. Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 100 100

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 32 % atau 32 responden menyatakan bahwa tema-tema yang diangkat terlalu memasuki privacy individu. Sebanyak 68 % atau 68 responden menyatakan bahwa tema-tema yang diangkat masih dalam batas


(68)

57   

wajar. Bagi responden yang menyatakan tema-tema yang diangkat terlalu memasuki privacy individu, banyak yang beralasan bahwa tema-tema yang diangkat dalam program Good Morning terlalu jauh membahas tentang gaya hidup seseorang sedangkan hak privacy seseorang tidaklah perlu diungkap terlalu jauh di media massa. Bagi responden yang menyatakan tema-tema yang diangkat masih dalam batas wajar, beralasan bahwa tema-tema yang diangkat oleh Good Morning adalah sebuah berita pengetahuan bagi para penontonnya sehingga layak untuk dibahas.

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden sebanyak 68 % berpendapat tema acara Good Morning masih dalam batas wajar dan tidak memasuki privacy individu seseorang, ini bukanlah merupakan pelanggaran P3 dan SPS. Sedangkan sisanya sebanyak 32 responden atau 32 % menyatakan bahwa tema dalam acara Good Morning terlalu memasuki privacy individu seseorang dan hal ini merupakan pelanggaran P3 dan SPS.

4.3.5 Opini Responden Tentang Program Good Morning Lebih Banyak Berisi Olok-olokan Diantara Presenternya

Program Good Morning lebih banyak berisi olok-olokan diantara presenternya hal ini merupakn pelanggaran P3 dan SPS Bagian Ketiga tentang Kata-kata Kasar dan Makian, yang berbunyi: “Program siaran dilarang menggunakan kata-kata kasar dan makian baik diungkapkan secara verbal maupun non-verbal yang mempunyai kecenderungan menghina/merendahkan martabat manusia, memiliki makna jorok/mesum/cabul/vulgar, serta menghina agama dan Tuhan.

Adapun frekuensi jawaban responden mengenai pernyataan ini, dapat dilihat pada tabel 4.13.


(69)

58   

Tabel 4.13

Program Good Morning Lebih Banyak Berisi Olok-olokan Diantara Presenternya

No. Keterangan Jumlah %

1. Sangat Setuju 0 0

2. Setuju 59 59

3. Tidak Setuju 41 41

4. Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 100 100

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 59% atau 59 responden menyatakan bahwa Program Good Morning lebih banyak berisi olok-olokan di antara presenternya. Sisanya sebanyak 41 % atau 41 responden menyatakan bahwa Program Good Morning tidak banyak berisi olok-olokan di antara presenternya.

Bagi responden yang menyatakan Program Good Morning lebih banyak berisi olok-olokan di antara presenternya, banyak yang berpendapat bahwa presenter acara Good Morning bersikap seenaknya sendiri tanpa peduli acara yang dia bawakan. Bagi responden yang menyatakan Program Good Morning tidak banyak berisi olok-olokan diantara presenternya, berpendapat bahwa hal itu hanya sebagian dari gaya presenter untuk membawakan acara agar menarik minat para penontonnya.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 59 responden atau 59% berpendapat Good Morning melakukan pelanggaran terhadap P3 dan SPS karena lebih banyak berisi olok-olokan di antara presenternya, selain itu menurut KPI sendiri olok-olok tidak patut disiarkan di ranah publik karena dapat mengganggu kepentingan publik yang terdiri dari masyarakat yang heterogen baik


(1)

60   

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 47 % atau 47 responden menyatakan bahwa penampilan presenter Good Morning acak-acakan. Sebanyak 53 % atau 53 responden menyatakan bahwa penampilan presenter Good Morning sudah rapi dan sesuai. Bagi responden yang menyatakan penampilan presenter Good Morning acak-acakan, banyak yang berpendapat bahwa presenter Good Morning tidak layak untuk membawakan suatu acara di TV dikarenakan penampilannya terkesan apa adanya dan kurang enak ditonton. Bagi responden yang menyatakan penampilan presenter Good

Morning sudah rapi dan sesuai berpendapat bahwa penampilan dan gaya presenter

sudah cukup baik.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 53 responden atau 53% berpendapat Good Morning tidak melakukan pelanggaran terhadap P3 dan SPS BAB V Pasal 9 ayat (2) tentang Penghormatan Terhadap Norma Kesopanan dan Kesusilaan karena penampilan presenter Good Morning sudah sesuai, sedangkan sisanya sebanyak 47 responden atau 47 % berpendapat bahwa Good Morning melakukan pelanggaran terhadap P3 dan SPS BAB V Pasal 9 ayat (2) tentang Penghormatan Terhadap Norma Kesopanan dan Kesusilaan karena penampilan presenter Good Morning yang terlihat acak-acakan.

4.4 Pembahasan Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pelanggaran Program Acara Good Morning di SBO TV

Dari beberapa tabel di atas, maka dapat disusun tabel mengenai opini masyarakat Surabaya terhadap program acara Good Morning di SBO TV. Untuk mengetahuinya dapat dilihat pada tabel 4.15


(2)

61   

 

Tabel 4.15 : Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Pelanggaran Program Acara Good Morning di SBO TV

No. Keterangan Frekuensi Prosentase

1. Positif 25 25%

2. Netral 75 75%

3. Negatif 0 0%

Total 100 100

Sumber : Data yang diolah pada Lampiran 4

Dari tabel 4.15 di atas menunjukan bahwa 75 % responden mempunyai opini yang netral. Artinya bagi pemirsa, tayangan Good Morning adalah salah satu program siaran informasi ringan dan bersifat menghibur. Sehingga masih layak ditonton untuk sekedar hiburan dan menambah pengetahuan.

Sebanyak 25 % responden mempunyai opini yang positif. Artinya penonton berpendapat bahwa acara Good Morning adalah acara yang kurang layak untuk di tonton karena isi siaran kurang mendidik dan kurang menghibur.


(3)

   

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan BAB sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Opini masyarakat Surabaya terhadap pelanggaran program acara Good

Morning di SBO TV menunjukan bahwa responden mempunyai opini yang netral.

Artinya bagi pemirsa, tayangan Good Morning adalah salah satu program siaran informasi ringan dan bersifat menghibur. Sehingga masih layak ditonton, untuk sekedar hiburan dan menambah pengetahuan. Hal tersebut terjadi karena responden penelitian berusia 17 tahun ke atas dan memiliki pendidikan minimal SMA, dimana masyarakat tersebut pada usianya telah mampu membedakan hal yang baik dan buruk. Tetapi bagi UU Penyiaran melalui P3 dan SPS temuan-temuan pelanggaran pada acara Good Morning tetap terjadi karena mengunakan/masuk ke dalam wilayah publik.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disebutkan di atas, maka dapat diajukan saran sebagai berikut :

1. SBO TV selaku Produsen acara Good Morning seyogyanya mematuhi UU Penyiaran juga P3 dan SPS dalam menyiarkan program acaranya agar acara


(4)

   

 

63

Good Morning memberi pengetahuan dan pendidikan yang benar pada para

penontonnya.

2. Seyogyanya presenter acara Good Morning mempelajari P3 dan SPS dalam menyiarkan program acaranya.

3. Setiap media televisi hendaknya mempertimbangkan kepentingan publik agar masyarakat mendapat informasi yang benar dan mencerdaskan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin, Sikap Manusia dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial (Format Kuantitatif dan Kualitatif), Surabaya: Airlangga University Press, 2001

___________, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2006

Bandura, A, Social Learning Theory, Teori Belajar Sosial.. Jurnal Belajar Umum Press. 1977 Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004

Effendy, Onong, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000 , Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003

Hensley, C. & Singer, S., Applying Social Learning Theory to Childhood and Adolescent

Firesetting, International Journal of Offender Therapy and Comparative

Criminology, 2004

Krisyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2006 Miller, N. & Dollard, J. Social Learning and Imitation. Yale University Press 1991 .

Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003

Rakhmat, Jallaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: CV. Remaja Rosda Karya, 1999 _______________, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001

_______________, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006 Santoso Sastrosaputro. Pendapat Publik, Pendapat Umum dan Pendapat Khalayak dalam

Komunikasi Sosial. Bandung: Remaja Karya 1987

Sunarjo, Djoenaesih S. Opini Publik. Yogyakarta, Liberty, 2004 Sobur, Alex, Psikologi Umum, Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2003


(6)

65 Non Buku :

Artikel Harian < http : //www.okezone.com : 7 Agustus 2010. Berita terkini,< http : // www.Detik.com : 7 Agustus 2010.

< http : // www. Search-docs ( google searching ). accessed on Agustus 4 st and 9st, 2010. < http : // www. Komunikasi massa ( google searching ). accessed on Agustus 4 st and 9st, 2010

< http : // www. Social Learning Theory ( google searching ). accessed on Agustust, 2010 < http : // www. Televisi sebagai media massa ( google searching ). accessed on Agustus 21 st

and 22 st, 2010

< http : // www.sbotivi.com. accessed on Agustus 20 st and 21st, 2010 Badan Pusat Statistik, 2009