Contoh Makalah Studi Kasus
Contoh Makalah Studi Kasus
BAB I PENDAHULUAN
Dalam kehidupannya, setiap manusia selalu dihadapkan pada berbagai masalah. Salah satu diantaranya adalah masalah Broken Home. Broken Home adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa tidak nyaman dengan kondisi didalam keluarganya sendiri yang disebabkan oleh faktor tertentu.
Broken Home dapat menimbulkan efek yang buruk bagi anak apabila tidak segera di atasi. Broken Home dapat di sebabkan banyak faktor antara lain akibat dari orang tua yang bercerai, tidak adanya komunikasi dan keterbukaan dalam keluarga, kurangnya perhatian dari orang tua kepada anak, sehingga hal ini dapat memicu timbulnya suasana ketidak harmonisan dan kenyamanan bagi anak.
Dalam keadaan yang demikian anak sering merasa tidak nyaman di dalam keluarga anak sering kabur dari rumah, sering bertengkar dengan orang tua, dan tidak jarang dari mereka melampiaskan kekesalannya itu ke hal-hal negatif seperti terlibat pergaulan bebas serta pemakaian narkoba.
(2)
Untuk menyelesaikan masalah tersebut salah satu cara bisa diselesaikan menggunakan teknik studi kasus. Studi kasus sendiri dapat diartikan sebagai berikut :
A. Pengertian Studi Kasus
1.Menurut Mohamad Surya dan I. Djumhur
Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantunya memperoleh penyesuaian yang lebih baik.
2.Menurut Sayekti Pujosuwarno
Dengan studi kasus kita mampu mengumpulkan data selengkap-lengkapnya tentang individu. Data tersebut dapat kita olah atau analisa kemudian hasilnya akan dapat merupakan dugaan permasalahan dari individu terseut, berdasarkan semua itu maka kita dapat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dengan setepat mungkin.
3.Menurut A. N. Sadu dan Amarjit Singh
Studi kasus adalah bentuk analisa kualitatif dengan melakukan observasi yang cermat dan lengkap tentang seorang manusia satu situasi atau satu lembaga. 4.Menurut S. Nasution
Studi kasus adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang aspek suatu lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya. Dalam buku tersebut dijelaskan
(3)
bahwa studi kasus merupakan salah satu bentuk desain penelitian disamping survey dan eksperimen.
B.Langkah-Langkah Memberikan Bantuan Dalam Memecahkan Masalah Menurut I. Djumhur dan Mohamad Surya.
1.Langkah Identifikasi Kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.
2.Langkah Diagnosa
Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpul data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya. 3.Langkah Prognosa
(4)
Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah prognosa ini sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan berbagai faktor.
4.Langkah Terapi
Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
5.Langkah Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
(5)
BAB II ISI LAPORAN A.Identifikasi Kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.
I.Pengumpulan Data a.Data Pribadi :
1.Nama : siswa “ x “ 2.Tempat lahir : Yogyakarta 3.Tanggal lahir : 20 Agustus 1994 4.Umur : 16 tahun 5.Jenis kelamin : Laki-laki 6.Agama : Islam 7.Kelas : 3 IPS
(6)
8.Alamat : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul 9.Sekolah : SMA
10.Jumlah saudara : Anak tunggal b.Data Keluarga :
1.Ayah : -Nama ayah : Sunaryo -Umur : 50 tahun -Pekerjaan : Wiraswasta
-Alamat : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul 2.Ibu :
-Nama ibu : Suranti -Umur : 45 tahun -Pekerjaan : wiraswasta
-Alamat : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul II.Hasil Wawancara dan Observasi
a. Dengan Guru
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru kelas didapatkan berbagai keterangan bahwa siswa “X” merupakan siswa pendiam, kurang bergaul dengan teman-temannya, sulit melakukan penyesuaian diri, sering tidak membawa
(7)
perlengkapan dan alat tulis, prestasinya rendah dan memiliki tingkat emosi yang cukup tinggi.
b. Dengan Wali Kelas
Berdasarkan wawancara dari wali kelas didapat informasi bahwa siswa “X” mengalami penurunan prestasi belajar yang cukup drastis. Dibandingkan dari data prestasinya sewaktu dikelas satu maupun kelas dua. Selain itu ia juga sering tidak masuk kelas tanpa izin.
c. Dengan Orang Tua Siswa
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tuanya didapat keterangan bahwa mereka senantiasa mencukupi semua keinginan dan kebutuhan anaknya. Anak diberikan kebebasan untuk bergaul dengan siapa saja, memilih jalan hidupnya sendiri, serta orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sehingga komunikasi antara orang tua dengan anak tidak terjaga dengan baik.
d. Dengan teman dekatnya
Berdasarkan hasil wawancara dengan teman dekat siswa tersebut didapatkan informasi bahwa siswa “X” kurang senang berada dirumah, dia mengaku bahwa suasana dirumahnya sangat membosankan. Orang tua yang hanya mementingkan
(8)
urusannya masing-masing. Siswa tersebut juga mengatakan ia lebih suka pergi dari rumah, pergi ke diskotik, suka mabuk-mabukkan dan sering main wanita.
e. Melalui Angket dan Sosiometri
Berdasarkan hasil dari data angket dan sosiometri dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa tersebut tidak banyak di sukai oleh teman-temannya. Dan ia hanya memilih beberapa teman yang ia sukai.
f. Wawancara dengan Klien
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien didapat data bahwa klien mengaku kalau ia tidak suka dirumah, ia lebih suka bermain diluar rumah dengan teman-temannya untuk mencari kesenangan, menghambur-hamburkan uang untuk hal yang kurang bermanfaat. Ia juga mengaku bahwa kedua orang tuanya sering bertengkar hanya gara-gara hal kecil, mereka juga sibuk dengan pekerjaanya masing-masing. Sehingga, tidak ada waktu untuk berkumpul bersama, mereka tidak pernah mau tahu kebutuhan akan kasih sayang sebagaimana orang tua yang lain.
(9)
Yang mereka tahu hanyalah memberikan uang yang mereka pikir itu cukup melaksanakan kewajiban sebagai orang tua terhadap anaknya. Orang tua juga tidak pernah memberikan ajaran agama juga norma-norma dalam masyarakat. g. Observasi pada kilen terhadap perilakunya
Berdasarkan hasil observasi dapat di ketahui bahwa perilaku yang di lakukan oleh klien tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Klien juga terlihat kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran di Sekolah, sering tidak membawa perlengkapan sekolah, sering melamun atau menyendiri, tidak suka bergaul teman sebayanya, dan kurang bersosialisasi.
B. Diagnosa
Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpul data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan
(10)
kesimpulan ini kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya.
Berdasarkan data pengumpulan dari permasalahan yang di hadapi klien maka dapat di diagnosa yaitu anak tersebut mempunyai masalah dalam keluarganya (broken home).
C.Langkah Prognosa
Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah prognosa ini sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan berbagai faktor.
Berdasarkan dari diagnosa dapat di ambil langkah prognosa, kemudian di kemukakan pula kemungkinan-kemungkinan langkah selanjutnya di tempuh untuk memberikan bantuan yaitu :
1.Memberikan arahan pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha untuk bersosialisasi dan terbuka dengan teman di sekolahnya.
(11)
2.Memberikan arahan untuk lebih meningkatkan komunikasi dengan orang tuanya.
3.Memberikan arahan kepada klien untuk lebih meningkatkan ketakwaannya serta keimanannya.
4.Menyuruh orang tua untuk datang ke sekolah.
D. Langkah Terapi
Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
Berdasarkan prognosa yang telah di tentukan kemudian klien memilih semua alternative pilihan untuk di laksanakan.
1.Memberikan arahan pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha untuk bersosialisasi dan terbuka dengan teman di sekolahnya. Hal ini ia lakukan dengan cara mengikuti kegiatan- kegiatan yang ada di sekolah seperti mengikuti ekstra kurikuler( pramuka, organisasi osis) dan belajar kelompok.
(12)
2.Memberikan arahan untuk lebih meningkatkan komunikasi dengan orang tuanya. Alternatif ini ia aplikasikan dengan cara makan malam bersama dengan orang tua, menonton televisi bersama, liburan bersama, dan berbincang-bincang serta bercanda bersama ketika ada waktu luang.
3.Memberikan arahan kepada klien untuk lebih meningkatkan ketakwaan serta keimanannya. Hal ini diaplikasikan kedalam beberapa kegiatan keagamaan, yaitu ia mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah, pengajian dan TPA di masyarakat, berusaha melaksanakan sholat lima waktu secara tertib dan sering membaca Al Quran setelah sholat magrib.
4.Memanggil orang tua klien ke sekolah guna konselor memberikan pengertian pada orang tua agar lebih memberikan waktu luang pada anaknya, memberikan kasih sayang yang tulus pada anak, mengajarkan norma-norma dan ajaran agama. E. Langkah Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan dan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
Berdasarkan treatmen yang telah dilakukan oleh klien maka konselor mengadakan evaluasi. Hal ini dilakukan guna untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemecahan masalah siswa.
(13)
Berdasarkan evaluasi terhadap observasi yang dilakukan konselor terhadap tingkah laku klien, didapat hasil bahwa sudah nampak ada perubahan didalam diri klien. Namun hal ini belum mencapai hasil yang maksimal, hal ini dibuktikan klien belum bisa melakukan proses sosialiasi dengan baik, terkadang masih membolos, dan dalam bergaul ia masih memilih-milih teman.
Berdasarkan hasil keterangan klien didapat juga informasi bahwa orang tuanya di dalam memberikan bimbingan dan kasih sayang terhadap klien masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan dari klien bahwa, orang tuanya masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan biasanya mereka melupakan waktu luang untuk berkumpul bersama.
Berhubungan dengan hal tersebut kemudian konselor berusaha menindak lanjuti kasus siswa X tersebut agar bisa tuntas. Hal ini di lakukan dengan cara konselor mengadakan “Home Visit” hal ini di lakukan dengan cara konselor datang langsung ke rumah klien untuk bertemu dengan kedua orang tua klien. Dalam hal ini konselor memberikan arahan, pengertian pada ke dua orang tua tersebut untuk lebih dapat memberikan kasih sayang, pendidikan agama juga norma-norma, sehingga diharapkan klien dapat nyaman di rumah, klien dapat meningkatkan segenap potensi yang di milikinya di sekolah. Dengan hal ini di harapkan klien akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang sehat
(14)
juga mampu optimal dalam hidupnya, dan yang terpenting adalah terciptanya keharmonisan suasana dalam keluarga.
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh konselor tersebut, konselor mengadakan evaluasi kembali bahwa klien telah mengalami perubahan yang cukup drastis hal ini di tunjukan dari perubahan perilaku klien menjadi lebih baik dan peningkatan prestasi klien di sekolah menjadi lebih baik, klien tidak lagi membolos juga senantiasa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Berdasarkan keterangan dari klien di dapatkan informasi bahwa klien sudah nyaman di rumah, klien juga mengaku setelah konselor mengadakan “Home visit” orang tuanya lebih perhatian padanya, lebih dapat terbuka satu sama lain dalam anggota keluarganya.
(15)
BAB III KESIMPULAN
Dari isi laporan diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa “X” yang masih duduk dibangku SMA sedang mengalami masalah Broken Home. Hal ini ditandai dengan klien mengaku kalau ia tidak suka dirumah, ia lebih suka bermain diluar rumah dengan teman-temannya untuk mencari kesenangan, menghambur-hamburkan uang untuk hal yang kurang bermanfaat. Ia juga mengaku bahwa kedua orang tuanya sering bertengkar hanya gara-gara hal kecil, mereka juga sibuk dengan pekerjaanya masing-masing.
Data ini diperkuat dengan adanya keteraangan dari guru kelas yang mengatakan bahwa klien merupakan pribadi yang pendiam, sukar bersosialisai, dan tidak disukai teman-temannya karena ia memiliki tingkat emosi yang tinggi.
(16)
Dari wali kelas mengatakan bahwa prestasi klien menurun sangat drastis. Orang tua mengaku bahwa mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan telah mencukupi semua kebutuhan dan keinginan anaknya. Dari teman dekatnya mengatakan bahwa klien tidak suka dirumah dan lebih sering bermain bersama teman-teman untuk menghambur-hamburkan uang serta bermain wanita. Serta data dari angket dan sosiometri yang menunjukkan bahwa klien tidak disukai oleh teman-temannya. Hanya beberapa teman yang mau memilihnya dan sebaliknya klien hanya memilih beberapa teman yang disukainya.
Dalam menyelesaian suatu permasalahan seorang pembimbing memiliki andil yang cukup besar untuk menyelesaikan masalah. Dalam kasus siswa “X” berdasarkan data-data yang telah diperoleh dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sisw “X” mengalami masalah yaitu Broken Home.
Dalam hal ini pembimbing memberikan bantuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa “X”. Yaitu dengan cara memberikan arahan pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha bersosialisasi dan terbuka dengan teman disekolahnya, lebih meningkatkan komunikasi dengan orang tua, meningkatkan ketaqwaannya serta keimanannya dan menyuruh orang tua untuk datang ke sekolah guna untuk memberikan masukan padanya.
(17)
Selain itu pembimbing juga mengadakan kunjungan rumah (Home Visit) guna memberikan arahan dan masukan pada orang tua klien. Untuk lebih dapat meluangkan waktu untuk berkumpul dengan anaknya, menjaga komunikasi dan keharmonisan didalam keluarga, lebih terbuka pada anak, senantiasa memberikan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku didalam masyarakat.
Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pembimbing dapat dinyatakan bahwa klien mampu menyelesaiakan permasalahannya yakni ditandai dengan klien sudah mampu meningkatkan prestasi, mampu melakukan proses sosialisasi dengan teman-teman, sudah bisa mengikuti kegiatan keagamaan disekolahnya, sudah merasa nyaman dengan suasana dirumah, dan mengisi waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat.
SARAN
Berdasarkan masalah yang dialami oleh klien maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya pembimbing senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang pada seluruh peserta didiknya.
2. Guru pembimbing senantiasa selalu memberikan layanan informasi kepada peserta didik, sehingga mereka dapat mencegah timbulnya permasalahan.
(18)
3. Sebaiknya guru pembimbing memberikan layanan bimbingan secara tepat dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai pada peserta didik. Sehingga peserta didik mampu mengembangkan kemampuannya secara optimal dan hidup sehat.
4. Guru pembimbing harus selalu mengadakan kerjasama dengan kepala sekolah, guru kelas, wali kelas, orang tua, dan masyarakat.
5. Sebaiknya orang tua selalu memberikan perhatian dan kasih sayang pada anak-anaknya.
6. Dalam mendidik anak sebaiknya orang tua menerapkan pola asuh yang demokrasi.
7. Sejak dini orang tua harus sudah mengajarkan norma-norma dan ajaran agama pada anak.
8. Sebaiknya orang tua selalu menjaga komunikasi antar anggota keluarga, keharmonisan dan kehangatan dalam keluarga.
(19)
Contoh Makalah Studi Kasus II
IDENTITAS 1. Identitas Siswi /Klien
Dalam penyusunan studi kasus, identifikasi siswi yang berkasus (klien) merupakan tahap awal yang harus dilalui di dalam proses penyusunan studi kasus. Pada saat ini konselor mengamati klien yang bersekolah di SMPN 1 pangkalan, Kec.Pangkalan. Kab. Karawang.
Identifikasi Diri Siswa
Nama Siswi : Icih Suningsih Nama Panggilan : Icih/ esih Kelas : 9 (Sembilan) B
(20)
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru. Kab. Karawang
Sekolah : SMPN 1 Pangkalan. Karawang Hobby : Olahraga
Jumlah saudara : 3 (tiga) Anak ke : 2 (dua)
Keadaan Kesehatan Penglihatan : Normal Pendengaran : Normal Pembicaraan : Agak Cedal Potensi jasmani: Normal
Fasilitas Belajar dan Pendukung Kelengkapan belajar
Buku paket : lengkap Buku catatan : lengkap
(21)
Ruang belajar : tidak punya Bimbingan
Dari ayah: pernah Dari ibu : selalu Dari saudara: selalu
Waktu belajar: - waktu belajar kurang teratur. belajar jika disuruh orang tua.
Kelakuan dan prestasi Klien
Sikap pada teman: Cukup baik, tidak membeda-bedakan teman.
Sikap pada guru: Cukup Baik, tapi masih merasa segan untuk bertanya. Prestasi: Kurang baik/lambat, prestasi rendah.
2. Identifikasi Orang Tua
Nama lengkap : Ujang Muksin
Umur/TTL : 39 tahun / Karawang , 7 April 1969 Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Hubungan dengan anak : Anak kandung
(22)
Kab. Karawang
Nama lengkap : Dini
Umur/TTL : 31 tahun / Karawang, 28 Agustus 1977 Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru. Kab. Karawang
Perumahan
Klien tinggal bersama ayah, ibu, Adik dan kakaknya dalam lingkungan Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru. Kab. KarawangDalam lingkungan tempat tinggalnya tersebut hubungan bertetangga cukup bagus. Hal ini
mendukung perkembangan sosial klien untuk berinteraksi dengan lingkungan masyarakat di sekitar tempat tinggal siswa berada.
Tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat di desa tempat tinggalnya tergolong menengah kebawah. Sebagian besar warga di daerah tempat tinggal siswa
(23)
BAB II
Gambaran Masalah
Dalam penyusunan studi kasus, identifikasi siswa yang berkasus (klien) merupakan tahap awal yang harus dilalui di dalam proses penyusunan studi kasus. Pada saat ini konselor mengamati klien” Icih Suningsih seorang murid perempuan yang bersekolah di SMPN 1 pangkalan dalam beberapa minggu terakhir ( klien ) kelihatannya murung tidak bergairah untuk belajar bahkan untuk beberapa nilai pelajarannya turun di samping itu, anak tersebut cepat merasa tersinggung apabila di tegur sama temannya di tambah lagi sering terlambat masuk kelas, oleh salah seorang gurunya sudah di panggil dan sudah di peringatkan namun belum membawakan hasil.
Gejala-gejala yang nampak jelas pada diri klien diantaranya sebagai berikut: Gejala yang Bersifat Positif ,
(24)
Gejala yang bersifat positif adalah sikap atau perbuatan yang dapat membantu dan meningkatkan proses belajar mengajar pada diri klien. Gejala-gejala tersebut diantaranya :
Rajin mengikuti kegiatan sekolah Tidak suka membolos sekolah Rajin mengerjakan tugas/PR
Gejala-gejala yang Bersifat Negatif,
Gejala yang bersifat negatif adalah sikap atau perbuatan yang kurang baik di tunjukan beberapa minggu terakhir, yang dapat mengganggu proses belajar mengajar pada diri klien. Gejala tersebut diantaranya:
Sering terlihat murung, tidak bergairah untuk belajar
Cepat merasa tersinggung apabila di tegur sama temannya Sering terlambat masuk Kelas
Beberapa nilai pelajarannya turun Bertindak semaunya sendiri
Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data mengenai siswa yang berkasus (klien) dilakukan dengan berbagai pendekatan. Dalam studi kasus ini pendekatan atau cara yang
(25)
digunakan oleh konselor dalam rangka pengumpulan data tentang siswa yang bermasalah ialah sebagai berikut:
Berdasarkan Pengamatan di Sekolah Kepribadian :
Sebelumnya pribadi ( klien ) baik, selalu semangat dalam mengikuti mata pelajaran, dan bahakan nilai pelajarannya baik, walaupun cenderung mudah putus asa, kurang teliti dalam mengerjakan sesuatu dan semua keinginannya ingin selalu dituruti. namun siswi ini (klien) tidak pernah memilih-milih teman.
Tingkah Laku :
Tingkah laku klien di rumah menunjukkan sikap yang cukup baik. Ia juga sangat patuh terhadap peraturan sekolah. Ia termasuk siswa yang disiplin baik dalam piketnya, datang ke sekolah atau mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah lainnya, ramah terhadap lingkungan sekolah maupun di dalam kelas.
Perkembangan Jasmani :
Perkembangan jasmani klien cukup baik. Klien memiliki fisik yang normal dan sama seperti teman-teman seusianya, bahkan termasuk anak yang cukup lincah dan energik.
(26)
Dalam kesehariannya, klien terlihat memilki rasa tidak percaya diri untuk mengutarakan isi hatinya ketika ada materi pelajaran yang belum ia pahami. Pada saat guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya klien cenderung untuk memilih diam saja. Ia tidak berani angkat tangan untuk bertanya.
Berdasarkan Wawancara Latar Belakang Keluarga
Berdasarkan wawancara dengan orang tua klien, klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai buruh serabutan. Ibunya sebagai ibu rumah tangga. Klien dan keluarganya tinggal di lingkungan desa Wargasetra, Kec. Tegalwaru Kab. Karawang. Rumahnya tergolong sedang dan sederhana. Di dalam lingkungan desa tersebut klien tidak mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga hubungan bertetangganyapun cukup baik dan akrab.
Minat
Minat klien terhadap kegiatan sekolah yang berhubungan dengan masalah pelajaran cukup baik walaupun secara intelektual klien tertinggal dengan teman
(27)
yang lain-lainnya. Hal ini dapat dilihat dari presensi klien yang tidak pernah membolos dan selalu masuk sekolah.
Hobi Siswa
Siswa memiliki hobi bermain voli di rumah maupun sekolah. Kadang waktu luangnya sering dimanfaatkan atau digunakan untuk bermain voli daripada mempelajari kembali pelajaran yang sudah diterangkan di sekolah.
DIAGNOSIS
Masalah yang dihadapi siswi SMP sangatlah kompleks dan banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya masalah. Faktor tersebut dapat berasal dari diri sendiri, keluarga atau lingkungan. Begitu pula yang dialami klien. Ada banyak faktor yang menimbulkan masalah pada diri klien, diantaranya adalah sebagai berikut:
Faktor yang Berasal dari Diri Sendiri Motivasi yang kurang
Anak kurang mau bekerja keras agar terbiasa dalam pelajaran. Anak tidak mau meneliti kembali hasil pekerjaannya.
Anak terlalu manja.
(28)
Faktor dari Lingkungan Keluarga
Kurang bimbingan orang tua saat belajar.
Terlalu dimanja dengan selalu menuruti keinginan klien
Pelanggaran-pelangaran klien kurang mendapat teguran dari orang tua. Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah
Kurang terbuka kepada guru.
Kurang terbuka kepada teman satu lingkungan sekolah
Sikap mudah putus asa dalam pelajaran maupun dalam hal lain. Luar sekolah atau masyarakat
Kurang memanfaatkan waktu luang, waktu hanya digunakan untuk : Nonton TV
Pacaran
Mengikuti kemajuan tekhnologi Mengikuti kemajuan Pasion
Dari rincian di atas dapat disimpulkan berbagai hal yang menyebabkan permasalahan pada klien. Permasalahan tersebut berasal dari diri klien sendiri, keadaan keluarga dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap sikap dan daya tangkap belajar siswa. Dapat ditarik kesimpulan yang terjadi pada diri klien disebabkan oleh :
(29)
Kurang minat belajar.
Bimbingan dari orang tua kurang. Pengaruh kemajuan teknologi
Anggota keluarga terlalu memanjakannya. Keinginannya belum terpenuhi
Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap klien yang menyebabkan klien kurang tertarik pada pelajaran dan malas belajar atau berpikir untuk mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya, bahkan untuk berpikir bersosial dengan ramah di lingkungan sekolah sajah tidak terjamah.
C. PROGNOSIS
Langkah Memecahkan Persoalan Tersebut
Mengajak klien berbincang-bincang mengenai masalah yang dihadapinya sehingga memudahkan konselor untuk megetahui pribadi siswi dan masalah yang sedang dihadapinya serta mempermudah memberikan bantuan dan bimbingan.
Memberi bimbingan yang luas pada klien yang berhungan dengan pendidikan sehingga dapat menimbulkan minat dan motivasi untuk meningkatkan semangat belajar dari siswi/klien yang bermasalah tersebut.
(30)
Memberi pengarahan pada klien bahwa sikapnya yang semaunya sendiri menimbulkan kerugian pada dirinya sendiri maupun terhadap orang lain di sekitarnya.
Memberikan pengarahan dan penjelasan agar klien memeperhatikan penjelasan dari guru. Serta tidak mudah menyerah bila mengalami kesulitan belajar.
Menasehati klien agar tidak telalu manja pada siapapun terutama kepada kedua orang tua siswa/klien yang bermasalah tersebut.
Menasihati klien agar lebih rajin belajar.
Mendatangi rumah orangtuanya dengan tujuan bersilaturahmi dan penuh kekeluargaan sesuai dengan hadits Rasulluwloh saw, yang di riwayatkan oleh bukhori muslim, yang artinya :
Barang siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliaikan tetangganya. ( Bukhori Muslim )
Setelah bertemu dengan orang tuanyya kemudian di pertanyakan perkara permasalahan yang di hadapi oleh anaknya, hanyasajah dalam penyampaiannya harus penuh kehati-hatian khawatir akan orangtuanya tidak menerima kedatangan kita. Hal ini tertuang dalam al-quran surah al-maidah ayat 2 yang artinya :
(31)
Dan saling tolong menolonglah kamu sekalian di dalam hal kebaikan dan taqwa dan janganlah saling tolong menolong di dalam dosa dan permusuhan ‘’ (Al-Maidah : 02 )
Jadi pihak kita berkewajiban menanyakan hal’ikhwal perilaku anaknya dengan kejadian tersebut dapat di ambil jalan pemecahannya sambil menanyakan kepada si anak mengapa bersikap murung tak bergairah. Artinya kita bisa menyikapi karakterristik si anak mengapa bersikap murung , kalau memang ada permasalahan pribadi si anak apa yang terjadi bisa langsung dipertanyakan , apabila sianak secara tertutup tidak bisa mengugkapkan, maka di cari jalan dengan menanyakan kepada rekan-rekannya baik dalam 1 kelas 1 lingkungan teman dan rekanlain (pacar). Sebab yang menjadi kekhawatiran pihak kita takut orangtuanya langsung mengambil tindakan yang tidak kita inginkan kita mendatangi keluarga aank perempuan itu karna terdesit dalam sebuah hadits menyatakan :
“Tidak sempurna iman seseorang, sehingga dia mencintai saudaranya itu seperti dia mencintai dirinya sendiri ‘’.
Jika kita sudah sering berkunjung, akan terbinalah rasa kasih sayang hingga lebih mencintai saudara kita itu sebagai mana kita mencintai diri kita sendiri. Selain itu wajib bagi kita sebagai orang tua sesuai dengan hadits rasulluwloh saw
(32)
yang berbunyi : hak dan kewajiban sebagai orang tua ada tiga (3), yang pertama (1) memberi nama yang bagus kepada si anak ketika dia dilahirkan kedua (2), memberikan ilmu dengan jalan menyekolahkan dan memasukan kepesantren tetkala dia berakal , ketiga (3) menikahkan anaknya dengan laki-laki atau perempuan yang sekiranya baik dalam penilaian kekeluargaan, keagamaan dan ketampanan apabila dia sudah mencapai usia dewasa ( Bukhori muslim). Dalam menyikapi hal ini orang tua wajib selalu mengawasi dan memeriksakan keadaan pribadi si anakdalam masa di sekolah apabila menemukan sikap anak prilaku yang berbeda dari kebiasaan adat istiadat kebiasaan sehari-harinya perlu di sikapi dan di pertanyakan sebagai contoh yang biasa prikau hidupnya bersikap baik dan sopan tapi ada perubahan pada dirinya bersikap acuh tak acuh maka perlu diambil jalan dengan cara(1). Menanyakan apa yang terjadi sesungguhnya pada diri anak itu bila kita enggan untuk menanyakan langsung akan sikap anak tersebut maka kita berkewajiban bertanya kepada rekan-rekannya si anak tersebut. Dengan jalan demikian kita dapat mengambil solusi dan pemecahan masalhnya serta seraya mendatangi piahak sekolah agar kita terbebas dari beban sesuai , karna sekolah merupakan pusat kegiatan masyarakat .semua kegiatan kemasyarakatan dapat di tanagani di dalamnya oleh pungsionalis sekolah termasuk pula kenakalan remaja. Antara orang tua, lembaga masyrakat dan pungsionalis sekolah harus saling bantu
(33)
membantu di dalam mengatasi berbagai permasalahan remaja.Pembinaan masyarakat yang sistemmatis dapat di lakukan melalui penyiapan kader-kader masyarakat, organisasi pemuda, tenaga intelektual, suakrelawan dan lain sebaginya. Semua itu di tujukan untuk meningkatkan pendidikan sebaian orang tua yang belum mengertikewajibannya sebagai orang tua, serta sebagianremaja yang belum mengetahui pula tentang kewajiban mereka terhadap kedua orang tuanya, leh karna itu pada mubalig dan mubaligoh sebagai pemberi penyidikan di masyarakat hendaklah dapat memberikan kesan kepada para remajabahwa agama merupakan kebutuhan utama untuk menentramkan hati mereka. Sesuai dengan pirman Allah di dalam surat Ar’raru ayat 28 yang artinya :
(34)
BAB III PENUTUP Kesimpulan
Masalah yang dihadapi siswi dalam kasus ini adalah terlalu manja dan setiap mempunyai keinginan harus selalu terpenuhi, mempunyai sikap semaunya sendiri, terlebihnya lagi siswi tersebut kurang mendapatkan bimbingan belajar, dan terlalu dimanja oleh kedua orang tuanya.
(35)
Dalam menyelesaikan suatu masalah, haruslah difikirkan dan direncanakan secara matang, langkah-langkah yang ditempuh harus dilakukan dengan sabar, tekun dan berkesinambungan.
(1)
Memberi pengarahan pada klien bahwa sikapnya yang semaunya sendiri menimbulkan kerugian pada dirinya sendiri maupun terhadap orang lain di sekitarnya.
Memberikan pengarahan dan penjelasan agar klien memeperhatikan penjelasan dari guru. Serta tidak mudah menyerah bila mengalami kesulitan belajar.
Menasehati klien agar tidak telalu manja pada siapapun terutama kepada kedua orang tua siswa/klien yang bermasalah tersebut.
Menasihati klien agar lebih rajin belajar.
Mendatangi rumah orangtuanya dengan tujuan bersilaturahmi dan penuh kekeluargaan sesuai dengan hadits Rasulluwloh saw, yang di riwayatkan oleh bukhori muslim, yang artinya :
Barang siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliaikan tetangganya. ( Bukhori Muslim )
Setelah bertemu dengan orang tuanyya kemudian di pertanyakan perkara permasalahan yang di hadapi oleh anaknya, hanyasajah dalam penyampaiannya harus penuh kehati-hatian khawatir akan orangtuanya tidak menerima kedatangan kita. Hal ini tertuang dalam al-quran surah al-maidah ayat 2 yang artinya :
(2)
Dan saling tolong menolonglah kamu sekalian di dalam hal kebaikan dan taqwa dan janganlah saling tolong menolong di dalam dosa dan permusuhan ‘’ (Al-Maidah : 02 )
Jadi pihak kita berkewajiban menanyakan hal’ikhwal perilaku anaknya dengan kejadian tersebut dapat di ambil jalan pemecahannya sambil menanyakan kepada si anak mengapa bersikap murung tak bergairah. Artinya kita bisa menyikapi karakterristik si anak mengapa bersikap murung , kalau memang ada permasalahan pribadi si anak apa yang terjadi bisa langsung dipertanyakan , apabila sianak secara tertutup tidak bisa mengugkapkan, maka di cari jalan dengan menanyakan kepada rekan-rekannya baik dalam 1 kelas 1 lingkungan teman dan rekanlain (pacar). Sebab yang menjadi kekhawatiran pihak kita takut orangtuanya langsung mengambil tindakan yang tidak kita inginkan kita mendatangi keluarga aank perempuan itu karna terdesit dalam sebuah hadits menyatakan :
“Tidak sempurna iman seseorang, sehingga dia mencintai saudaranya itu seperti dia mencintai dirinya sendiri ‘’.
Jika kita sudah sering berkunjung, akan terbinalah rasa kasih sayang hingga lebih mencintai saudara kita itu sebagai mana kita mencintai diri kita sendiri. Selain itu wajib bagi kita sebagai orang tua sesuai dengan hadits rasulluwloh saw
(3)
yang berbunyi : hak dan kewajiban sebagai orang tua ada tiga (3), yang pertama (1) memberi nama yang bagus kepada si anak ketika dia dilahirkan kedua (2), memberikan ilmu dengan jalan menyekolahkan dan memasukan kepesantren tetkala dia berakal , ketiga (3) menikahkan anaknya dengan laki-laki atau perempuan yang sekiranya baik dalam penilaian kekeluargaan, keagamaan dan ketampanan apabila dia sudah mencapai usia dewasa ( Bukhori muslim). Dalam menyikapi hal ini orang tua wajib selalu mengawasi dan memeriksakan keadaan pribadi si anakdalam masa di sekolah apabila menemukan sikap anak prilaku yang berbeda dari kebiasaan adat istiadat kebiasaan sehari-harinya perlu di sikapi dan di pertanyakan sebagai contoh yang biasa prikau hidupnya bersikap baik dan sopan tapi ada perubahan pada dirinya bersikap acuh tak acuh maka perlu diambil jalan dengan cara(1). Menanyakan apa yang terjadi sesungguhnya pada diri anak itu bila kita enggan untuk menanyakan langsung akan sikap anak tersebut maka kita berkewajiban bertanya kepada rekan-rekannya si anak tersebut. Dengan jalan demikian kita dapat mengambil solusi dan pemecahan masalhnya serta seraya mendatangi piahak sekolah agar kita terbebas dari beban sesuai , karna sekolah merupakan pusat kegiatan masyarakat .semua kegiatan kemasyarakatan dapat di tanagani di dalamnya oleh pungsionalis sekolah termasuk pula kenakalan remaja. Antara orang tua, lembaga masyrakat dan pungsionalis sekolah harus saling bantu
(4)
membantu di dalam mengatasi berbagai permasalahan remaja.Pembinaan masyarakat yang sistemmatis dapat di lakukan melalui penyiapan kader-kader masyarakat, organisasi pemuda, tenaga intelektual, suakrelawan dan lain sebaginya. Semua itu di tujukan untuk meningkatkan pendidikan sebaian orang tua yang belum mengertikewajibannya sebagai orang tua, serta sebagianremaja yang belum mengetahui pula tentang kewajiban mereka terhadap kedua orang tuanya, leh karna itu pada mubalig dan mubaligoh sebagai pemberi penyidikan di masyarakat hendaklah dapat memberikan kesan kepada para remajabahwa agama merupakan kebutuhan utama untuk menentramkan hati mereka. Sesuai dengan pirman Allah di dalam surat Ar’raru ayat 28 yang artinya :
(5)
BAB III PENUTUP Kesimpulan
Masalah yang dihadapi siswi dalam kasus ini adalah terlalu manja dan setiap mempunyai keinginan harus selalu terpenuhi, mempunyai sikap semaunya sendiri, terlebihnya lagi siswi tersebut kurang mendapatkan bimbingan belajar, dan terlalu dimanja oleh kedua orang tuanya.
(6)
Dalam menyelesaikan suatu masalah, haruslah difikirkan dan direncanakan secara matang, langkah-langkah yang ditempuh harus dilakukan dengan sabar, tekun dan berkesinambungan.