EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL SISWA : Studi Pra Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII di SMPN 4 Purwadadi Kabupaten Subang Tahun Ajaran 2013/2014.

(1)

Yusup Gumelar, 2014

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL SISWA (Studi Pra Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMPN 4 Purwadadi

Kabupaten Subang Tahun Ajaran 2013/2014)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh Yusup Gumelar

1102609

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

=============================================================

English Education at Secondary Education

Oleh Yusup Gumelar

S.Pd UPI Bandung, 2014

Sebuah Tesis untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

© Yusup Gumelar 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Yusup Gumelar, 2014

YUSUP GUMELAR

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL SISWA (Studi Pra Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMPN 4 Purwadadi

Kabupaten Subang Tahun Ajaran 2013/2014)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf L. N, M. Pd NIP. 195206201980021001

Pembimbing II

Dr. Ilfiandra, M. Pd NIP. 197211241999031003

Mengetahui

Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling

Dr. H. Nandang Rusmana, M. Pd NIP. 196005011986031004


(4)

ABSTRAK

Yusup Gumelar (2013). Efektivitas Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa (Studi Pra Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII di SMPN 4 Purwadadi Kabupaten Subang Tahun Ajaran 2013/2014).

Penelitian ini bertujuan menghasilkan program bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa SMP. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Pra-Eksperimen. Partisipan penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN 4 Purwadadi Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 144 siswa, teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. Penelitian dilaksanakan melalui empat langkah: studi pendahuluan, pengembangan program, validasi rasional program, dan validasi empirik. Alat pengumpul data menggunakan instrumen tertulis berupa angket. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Bimbingan kelompok terbukti efektif untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa SMP, meliputi aspek pengetahuan diri (self knowledge), pengarahan diri (self direction), dan harga diri (self esteem) dengan 10 indikator meliputi (1) memahami kekuatan diri, (2) memahami keinginan diri, (3) mampu memotivasi diri, (4) percaya diri (memahami potensi diri), (5) memiliki tanggung jawab sebagai dari konsekuensi dari setiap perilaku, (6) pengendalian diri, (7) memiliki persepsi diri yang positif, (8) bangga dengan keadaan diri, (9) mampu mengevaluasi diri, (10) memiliki integritas diri. Hanya satu yang tidak terbukti efektif yaitu indikator memahami kelemahan diri aspek pengetahuan diri (self knowledge). Program bimbingan kelompok direkomendasikan kepada guru bimbingan dan konseling sekolah untuk diimplementasikan sebagai bagian terpadu dari layanan bimbingan dan konseling sekolah.


(5)

Yusup Gumelar, 2014

ABSTRACT

Yusup Gumelar (2013). The effectiveness of group counseling is to improve students intrapersonal competence (Pre eksperimental studies in the class eight of SMPN 4 Purwadadi Subang in the academic year of 2013/2014).

This research aims to produce effective group counseling program to improve junior high school students intrapersonal competencies. The research method used is a pre eksperimental research methods. The participants are students of junior high school class eight in the academic year of 2013/2014. The total number of participants are 144 students. The sampling technique is simple random sampling. The research was conducted through the four steps, they are : pre liminary studies, program development, program validation rational and empirical validation. Means of collecting data is using a questionnaire written instrument. The results showed that group counseling is proven effective for improving junior high school students’ intrapersonal competence, covers aspects are self knowledge, self direction, and self esteem with ten indicators (1) include understanding the power of self, (2) a desire to understand themselves, (3) be able to motivate your self, (4) confident (understanding the potential of self), (5) has the responsibility of any consequences of behavior, (6) self control, (7) positive self perception, (8) self proud state, (9) were able to evaluate yourself, (10) having self integrity. Only one who has not been proven effective, its’ indicator is to understand the weaknesses that aspect to self knowledge. Group counseling program was recommended to teachers and school counseling guidance to be implemented as an integral part of school guidance and counseling services.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN……… i

ABSTRAK………. ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR GRAFIK ……… .. xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL……… 9

A. Pengertian Kompetensi Intrapersonal………... 9

B. Karakteristik Kompetensi Intrapersonal ……….. 11

C. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kompetensi Intrapersonal……. 12

D. Upaya Pengembangan Kompetensi Intrapersonal……… 28

E. Bimbingan Kelompok Sebagai Strategi Intervensi………... 34

F. Prosedur Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal……….. 41


(7)

x Yusup Gumelar, 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ……….. 45

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ………..………. 45

C. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ……….. 46

D. Pengembangan Instrumen Penelitian ……….. 47

E. Teknik Analisis Data Penelitian ……….. 50

F. Prosedur dan Langkah-langkah Penelitian ………. 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Keefektifan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa SMP………..………... 66

B. Keterbatasan Penelitian……… 98

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 99

A. Simpulan………... 99

B. Rekomendasi………... 99

DAFTAR PUSTAKA ……….……..…….……….. 101

RIWAYAT HIDUP ………... 105


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel hal

2.1 Karakteristik individu dengan self esteem tinggi dan rendah ... 28

3.1 Populasi Penelitian Siswa Kelas VIII SMPN 4 Purwadadi T.A 2013/2014 46 3.2 Kisi-kisi Instrumen Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa ……….. 48

3.3 Kriteria Penyekoran ... 48

3.4 Rencana Tindakan ... 60

4.1 Harga Statistik Deskriptif Variabel Kompetensi Intrapersonal ... 66

4.2 Harga Statistik Deskriptif Aspek Pengetahuan Diri (Self Knowledge) ... 68

4.3 Harga Statistik Deskriptif Aspek Pengarahan Diri (Self Direction) ... 83


(9)

xii Yusup Gumelar, 2014

DAFTAR BAGAN

Bagan hal


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik hal

1. 1 Profil Kompetensi Intrapersonal Siswa SMPN 4 Purwadadi …...…….. 4 4. 1 Perbandingan rerata Aspek Pengetahuan Diri (Self Knowledge)……... 69 4. 2 Perbandingan rerata Aspek Pengarahan Diri (Self Direction)………… 83 4. 3 Perbandingan rerata Aspek Harga Diri (Self Esteem)………. 89


(11)

Yusup Gumelar, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Remaja dalam perkembangannya mengalami banyak masalah yang kompleks, diantaranya kecemasan, stress, perceraian orang tua, tidak mendapat kasih sayang sepenuhnya dari orang tua, free sex, alkohol, penyalahgunaan obat terlarang, kenakalan remaja dan menentukan tujuan hidup. Berbagai hasil penelitian dan pemberitaan dalam media masa telah menunjukan kompleksnya masalah perilaku remaja. Bahri (1994:6) berdasarkan hasil penelitiannya di Langsa menunjukan perilaku menyimpang siswa berupa perkalihaan, mengucapkan kata-kata tidak sopan, corat-coret dengan kata-kata atau gambar-gambar yang tidak senonoh, membolos dari sekolah, merusak fasilitas belajar (bangku, meja, dan buku pelajaran), tindakan melawan guru dan orang tua. Satuan tugas pendidikan kota Bogor menyampaikan (Kompas, 8 Maret 2012) selama tahun 2008-2011 sebanyak 93 siswa SMA, SMK, dan SMP terluka akibat kekerasan antar pelajar, 10 di antaranya tewas dan 4 cacat. Dari sisi kejadian 80 kasus terjadi di SMK, 2 kasus di SMA, dan 18 kasus di SMP.

Mempertimbangkan berbagai permasalahan, tantangan, dan tuntutan yang harus dihadapi remaja, agar remaja terhindar dari masalah dan mampu mengaktualisasikan dirinya ditengah besarnya godaan lingkungan, seorang remaja harus memiliki kepribadian sehat, dengan daya tahan yang tinggi. Daya tahan yang penting dalam diri manusia adalah daya tahan psikologis atau psychological strength.

Menurut Cavanagh (2002:191) tingkat psychological strength atau daya tahan psikologis adalah suatu kekuatan yang diperlukan untuk menghadapi berbagai tantangan dalam keseluruhan hidupnya termasuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya. Pada dasarnya daya psikologis merupakan suatu daya atau kekuatan yang menggerakan individu untuk berbuat dalam menjalani tuntutan keseluruhan hidupnya. Daya psikologis dibangun oleh 3 (tiga) unsur yang saling berkaitan, yaitu: (1) pemenuhan kebutuhan (need fulfillment),


(12)

(2) kompetensi intrapersonal (intrapersonal competences), dan (3) kompetensi interpersonal (interpersonal competences).

Kompetensi intrapersonal merupakan satu dimensi psychological strength yang diprediksi memiliki posisi strategis dalam mempengaruhi berkembangnya kompetensi pada dua dimensi lainnya. Terbangunnya kompetensi intrapersonal pada diri seseorang, akan memudahkan dalam menyadari kebutuhannya sehingga bisa menjadi wahana bagi siswa dalam memenuhi kebutuhannya. Di sisi lain dengan kemampuan intrapersonal yang kuat akan berdampak pada pengembangan kompetensi interpersonal.

Cavanagh (2002:203) mengungkapkan aspek-aspek yang mempengaruhi

kompetensi intrapersonal “intrapersonal relationship are actuality based on three competencies: self knowledge, self direction and self esteem”. Maksudnya hubungan intrapersonal berkaitan dengan tiga kompetensi yaitu: pengetahuan tentang diri (self knowledge), pengarahan diri sendiri (self direction), dan harga diri (self esteem). Di antara ketiga area tersebut terdapat tumpang tindih karena merupakan bagian dari diri yang sama, tetapi ketiganya tetap merupakan kompetensi yang terpisah. Sebagai contoh self knowledge “saya tahu siapa diri

saya”, self direction “saya membuat keputusan diri saya sendiri”, self esteem

“saya orang berharga”. Kompetensi interpersonal melengkapi kompetensi intrapersonal yang memenuhi kebutuhan pertumbuhan psikologis.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan pentingnya kompetensi intrapersonal untuk mendapat perhatian yang lebih intensif. Muzdalifah (2004) menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa intrapersonal merupakan dasar dari semua bentuk komunikasi, oleh karena itu kedudukan kompetensi intrapersonal menjadi sangat penting. Penelitian Eliasa (2010) yaitu program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil kompetensi intrapersonal siswa berada pada kategorisasi sedang.

Penelitian Wahyudi (2011) berfokus pada pembelajaran berbasis kecerdasan intrapersonal hasil penelitian menunnjukkan bahwa kompetensi intrapersonal yang berorientasi pada aspek kognitif berada pada kategorisasi


(13)

3

Yusup Gumelar, 2014

rendah. Penelitian Erhamwilda (2011) melibatkan 501 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategorisasi kompetensi intrapersonal berada pada tingkat sedang yaitu 83.03%. Hasil penelitian Grant (2009) tentang hubungan tingkat prokastinasi dan kompetensi intrapersonal siswa menunjukan bahwa siswa dengan kompetensi intrapersonal tinggi cenderung kurang melakukan prokastinasi akademis secara keseluruhan daripada seseorang siswa dengan kompetensi intrapersonal rendah.

Hasil observasi dan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMPN 4 Purwadadi Kabupaten Subang menyatakan bahwa dengan beraneka ragamnya latar belakang siswa di sekolah tersebut, banyak siswa yang mengeluh merasa bingung dengan identitas diri mereka, kurang percaya diri dengan keadaan diri mereka. Hal tersebut disebabkan diantaranya, siswa merasa ada kekurangan dalam hal fisik, dan perbedaan status sosial ekonomi orang tua. Lebih lanjut diungkapkan bahwa terdapat siswa yang selama 7 hari berturut-turut tidak masuk sekolah dengan tanpa keterangan, setelah dilakukan layanan kunjungan rumah (home visit) diperoleh informasi bahwa siswa tersebut merasa malu karena mendapat ejekan sebutan orang miskin dari teman-teman sekelasnya karena tidak mampu membeli LKS. Masalah yang dialami siswa tersebut dapat membuat perjalanan akademik siswa terganggu, termasuk pencapaian tugas perkembangan lainnya menjadi kurang optimal.

Yusuf dan Nurihsan (2008:200) mengungkapkan salah satu faktor yang menyebabkan individu mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan dalam perjalanan kehidupan adalah tidak ada atau kurangnya bimbingan untuk memahami dan menguasai tugas-tugas perkembangan. Salah satu cara untuk mengatasi kegagalan tersebut perlu diberikan layanan bimbingan dan konseling yang optimal sesuai dengan kebutuhan remaja, terutama remaja yang baru memasuki masa pubertas yakni remaja pada tingkat Sekolah Menengah Pertama atau SMP.

Menurut Rusmana (2009:13) dalam pelaksanaannya kegiatan bimbingan dapat dilakukan secara individual dan kelompok. Dalam situasi tertentu dimana


(14)

suatu masalah tidak dapat ditangani secara individual, situasi kelompok dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan bagi siswa.

Hasil studi pendahuluan terhadap 144 siswa kelas VIII SMPN 4 Purwadadi Tahun Ajaran 2013/2014 tentang kompetensi intrapersonal, indikator setiap aspek sebagai berikut: (1) Aspek pengetahuan diri (self knowledge) menunjukan bahwa siswa: 75,20 memahami kekuatan diri, 69,40 memahami kelemahan diri, 75,00 memahami keinginan diri, dan 79,80 mampu memotivasi diri. (2) Aspek pengarahan diri (self direction) menunjukan bahwa siswa 73,40 percaya diri. 79,20 memiliki tanggung jawab sebagai konsekuensi dari setiap perilaku, dan 71,00 mempunyai pengendalian diri. (3) Aspek harga diri (self esteem) menunjukan bahwa siswa 76,10 memiliki persepsi diri yang positif, 77,40 bangga dengan diri sendiri, 77,00 mampu mengevaluasi diri, dan 79,80 memiliki integritas diri. Gambaran tingkat penguasaan setiap aspek disajikan melalui grafik.

Grafik 1. 1

Profil Kompetensi intrapersonal Siswa SMPN 4 Purwadadi

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

A. Pengetahuan diri B. Pengarahan diri C. Harga diri


(15)

5

Yusup Gumelar, 2014

Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti dengan guru bimbingan dan konseling di SMPN 4 Purwadadi bahwa selama ini mereka telah berusaha melaksanakan program tersebut di sekolah, mereka menuturkan bahwa dalam faktanya ada keterbatasan untuk memberikan bimbingan yang dapat membantu meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa didiknya. Keterbatasan layanan tersebut misalnya kurangnya pengetahuan teknik atau strategi layanan, serta materi yang disampaikan kepada siswa. Keterbatasan layanan tersebut disebabkan karena kurangnya kemampuan guru bimbingan dan konseling yang bukan berlatar belakang bimbingan dan konseling sehingga teknik atau strateginya tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Sehingga perlu dilakukan penelitian dalam bentuk eksperimen. Salah satunya adalah dengan penerapan strategi bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok potensial untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Setiap siswa menghadapi permasalahan dan tekanan yang beragam dalam kehidupannya. Dalam menghadapi permasalahan dan tekanan tersebut, terdapat siswa yang mampu mengatasinya dengan cara efektif dan konstruktif, ada pula yang tidak mampu mengatasinya dengan cara efektif melainkan destruktif, sehingga terganggu prestasi akademiknya serta kehidupannya di masa yang akan datang.

Keefektifan individu dalam mengatasi permasalahan dan tekanan dipengaruhi oleh daya psikologis (Cavanagh, 2002:192). Daya psikologis dibangun oleh 3 (tiga) unsur yang saling berkaitan, yaitu: (1) pemenuhan kebutuhan (need fulfillment), (2) kompetensi intrapersonal (intrapersonal competencies), dan (3) kompetensi interpersonal (interpersonal competencies). Ketiga unsur ini saling berkaitan satu sama lain, serta penting berfungsinya dua unsur yang lain dan bagi unsur itu sendiri, sehingga perubahan dalam satu unsur akan diikuti oleh perubahan dalam unsur yang lain. Ketika seseorang mampu berelasi dengan dirinya sendiri secara nyaman, maka memungkinkan mereka untuk berelasi secara nyaman dengan orang lain. Dengan kata lain kemampuan


(16)

intrapersonal yang kuat akan berdampak pada pengembangan kompetensi interpersonal, dan apabila kompetensi intrapersonal dan interpersonal meningkat, maka pemenuhan kebutuhan akan meningkatkan pula, yang kemudian akan meningkatkan daya psikologis, yang pada akhirnya akan menentukan kesehatan psikologis atau tingkat keberfungsian psikologisnya.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan pentingnya kompetensi intrapersonal yang baik, agar siswa mampu melihat batas-batas diri sekaligus kelebihan diri, memiliki integritas tinggi, sehingga tidak perlu membangun pencitraan diri secara palsu, sikap dan perilaku yang ditampakkan, sama dengan dengan sikap dan perilaku sesungguhnya. Siswa tersebut tidak takut terhadap penilaian orang lain karena ia berdiri kokoh pada kekuatan sendiri.

Untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal dapat dilakukan melalui berbagai upaya bimbingan dan konseling (BK), misalnya pemberian informasi, konsultasi, bimbingan kelompok, sosiodrama, konseling individual, konseling kelompok, dan layanan lainnya. Dari berbagai jenis layanan BK yang ada, peneliti memilih bimbingan kelompok dipandang lebih tepat digunakan untuk peningkatan kompetensi intrapersonal, karena dalam proses bimbingan kelompok dapat menggunakan metode dan teknik yang dapat digunakan diantaranya: menulis (written), gerak (movement), lingkaran (rounds), dyad dan triad, creative props, arts and crafts (seni dan kerajinan tangan), fantasi, bacaan umum, umpan balik, kepercayaan (trust), experiential, dilema moral, keputusan kelompok, dan sentuhan (touching).

Dalam bimbingan kelompok konseli dibantu dalam upaya mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain. Atas paparan di atas, maka rumusan masalah secara umum adalah, bagaimanakah efektivitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP).

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah menguji keefektifan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa.


(17)

7

Yusup Gumelar, 2014

D. Asumsi Dan Hipotesis Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Kelompok (groups) merupakan pilihan perlakuan, bukan alternatif pendekatan kedua dalam membantu perubahan seseorang. Kelompok dirancang untuk semua latar dan untuk berbagai klien, yang memberikan hal-hal sebagai berikut: (a) laboratoris alami yang menunjukan kepada orang-orang bahwa mereka tidak sendiri dan bahwa akan selalu ada harapan untuk menciptakan kehidupan yang berbeda, dan (b) memberikan rasa kebersamaan (sense of community) (Corey dan Corey, 2006).

2. Informasi yang diberikan dalam bimbingan kelompok itu terutama dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak langsung (Natawidjaja, 1987:32).

3. Permainan bisa digunakan sebagai alat untuk membantu klien guna memperoleh kesadaran yang lebih penuh, mengalami konflik-konflik internal, menyelesaikan inkonsistensi-inkonsistensi dan dikotomi-dikotomi, dan menembus jalan buntu yang menghambat penyelesaian urusan yang tak selesai (Corey, 2007:132).

4. Kompetensi intrapersonal dapat tingkatkan melalui sesi-sesi konseling. Sekurang-kurangnya ada enam pengalaman baru yang dapat diperoleh konseli dalam proses konseling: (a) mengenal konflik-konflik internal; (b) menghadapi realitas; (c) mengembangkan tilikan; (d) memulai suatu hubungan yang baru; (e) meningkatkan kebebasan psikologis; dan (f) memperbaiki konsep-konsep yang keliru melalui konseling (Surya, 2009:28-29).

Hipotesis penelitian adalah: “Bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII SMPN 4 Purwadadi Tahun Ajaran 2013/2014”.


(18)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi implikasi manfaat baik secara teoritis, praktis dan manfaat bagi sekolah yang menjadi lokasi penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang bimbingan dan konseling, khususnya yang berkenaan dengan program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa.

2. Manfaat praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak sebagai berikut :

a. Bagi siswa, dapat membentuk dan mengembangkan kompetensi intrapersonal siswa secara efektif yang sesuai dengan tatanan nilai yang ideal.

b. Bagi guru Bimbingan dan Konseling sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada konselor sekolah dalam menyusun program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa. c. Bagi sekolah, dengan memperoleh gambaran umum mengenai kompetensi intrapersonal siswa, dan kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam mengembangkan kompetensi intrapersonal siswa, sehingga dapat segera diatasi melalui strategi bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa.


(19)

9


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan dan metode penelitian, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional dan variabel penelitian, pengembangan instrumen penelitian, teknik analisis data penelitian dan diakhiri dengan pembahasan tentang prosedur dan langkah-langkah penelitian.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dapat digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012:35).

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk: (1) mengetahui gambaran kompetensi intrapersonal siswa, dan (2) melakukan uji efektivitas program, sementara pendekatan kualitatif digunakan untuk: (1) mendeskripsikan pelaksanaan strategi bimbingan kelompok, dan (2) perubahan perilaku siswa setelah diimplementasikan program.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode pra eksperimen, penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai pengembangan strategi bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa. Gambaran yang diperoleh dengan cara memberikan test di awal, kemudian diberikan intervensi dalam jangka waktu tertentu, selanjutnya diberi test akhir (posttest) dan kemudian hasil kedua test tersebut dibandingkan.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Purwadadi yang terletak di jalan Desa Koranji Kecamatan Purwadadi Kabupaten


(21)

46

Yusup Gumelar, 2014

Subang. Dipilihnya sekolah SMPN 4 Purwadadi dengan pertimbangan terdapat gejala kurangnya ketercapaian kompetensi intrapersonal siswa yang menjadi fokus dalam penelitian.

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 4 Purwadadi Tahun Ajaran 2013/2014 berjumlah 144 siswa. Alasan memilih siswa SMP kelas VIII karena rata-rata berusia antara 12-14 tahun dan berada pada masa puncak transisi (usia pubertas) dari tahap perkembangan sebelumnya yakni dari masa anak-anak menuju remaja awal. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. 1 berikut.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Siswa Kelas VIII SMPN 4 Purwadadi Tahun Ajaran 2013/2014

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 VIII A 21 15 36

2 VIII B 21 15 36

3 VIII C 21 15 36

4 VIII D 20 16 36

JUMLAH 144

Sampel penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, simple random sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini berdasarkan patokan hasil analisis angket siswa yang rata-rata skornya paling rendah untuk kompetensi intrapersonal.

C. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu tentang strategi bimbingan kelompok dan kompetensi intrapersonal.

1. Bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok dalam penelitian ini adalah seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dirancang peneliti dan guru bimbingan dan konseling untuk


(22)

mengarahkan pribadi siswa Kelas VIII SMPN 4 Purwadadi Tahun Ajaran 2013/2014 secara bertanggung jawab dalam meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa sehingga mampu peka terhadap dirinya bahkan orang lain melalui serangkaian kegiatan yang terdiri dari: perencanaan, perancangan, penerapan, evaluasi, dan teknik bimbingan yang tepat.

2. Kompetensi intrapersonal

Kompetensi intrapersonal dalam penelitian ini berasal dari teori Cavanagh (2002) yaitu kemampuan siswa berelasi baik dengan diri sendiri yang ditandai dengan tiga aspek yakni: pengetahuan diri (self knowledge), pengarahan diri (self direction), dan aspek harga diri (self esteem). Secara rinci defenisi setiap aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Aspek pengetahuan diri (self knowledge) adalah tingkat pengetahuan siswa tentang dirinya yang meliputi indikator: kekuatan, kelemahan, keinginan, dan motivasi diri.

b. Aspek pengarahan diri (self direction) adalah kemampuan siswa untuk mengarahkan perilaku dalam kehidupannya, serta menerima tanggung jawab sebagai konsekuensi dari perilaku mereka. Aspek pengarahan diri meliputi: percaya diri, pemenuhan kebutuhan dan pengendalian diri.

c. Aspek harga diri (self esteem) adalah kekuatan yang ada pada diri seseorang. Harga diri hampir seluruhnya bersifat tidak disadari dan memotivasi orang untuk mendapatkan kehidupan yang baik dan melindungi dari tantangan yang tidak diperlukan atau merugikan. Indikator yang merupakan bagian dari harga diri adalah: persepsi diri, bangga dengan diri sendiri, evaluasi diri, dan integritas diri.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Tahapan pengembangan instrument meliputi langkah-langkah berikut ini: 1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi kisi instrumen dikembangkan dari defenisi operasional dan variabel penelitian yang didalamnya mengandung aspek-aspek dan indikator untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan skala. Instrumen angket terdiri


(23)

48

Yusup Gumelar, 2014

atas tiga aspek yang kemudian menjadi sepuluh indikator yang diturunkan dalam item pernyataan.

Kisi-kisi instrumen yang dikembangkan menjadi instrumen pengumpul data tentang profil kompetensi siswa dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen

Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa

Aspek Indikator No Item

Jum lah Item 1. Pengetahuan

diri (self knowledge)

1.3Memahami kekuatan diri 1.2Memahami kelemahan diri 1.3Memahami keinginan diri 1.4Mampu memotivasi diri

1,2,3,4,5,6 7,8,9,10,11,12 13,14,15,16,17 18,19,20,21,22, 23 6 6 5 6 2 Pengarahan

diri (self direction)

2.1Percaya diri

2.2Memiliki tanggung jawab sebagai konsekuensi dari setiap perilaku.

2.3Pengendalian diri

24,25,26,27,28 29,30,31,32,33, 33 34,35,36,37,38 5 5 3 Harga diri

(self esteem)

3.1 Memiliki persepsi diri yang positif

3.2 Bangga dengan diri sendiri. 3.3 Mampu mengevaluasi diri. 3.4 Memiliki integritas diri.

39,40,41,42 43,44,45,46 47,48,49,50,51 52,53,54,55,56, 57 4 4 5 6

Jumlah 57

Instrumen pengumpul data berupa angket tersebut berbentuk skala Likert dengan lima alternatif jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-ragu (RR), Tidak Sesuai (TS),dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

Tabel 3.3 Kriteria Penyekoran

No Kategori Skor

1 Sangat Sesuai (SS) 5

2 Sesuai (S) 4

3 Ragu-ragu (RR) 3

4 Tidak Sesuai (TS) 2


(24)

2. Penimbangan Instrumen

Setelah kisi-kisi instrumen tersusun dan mendapat evaluasi dari dosen pembimbing tesis, maka dihasilkan draft yang siap mendapat pertimbangan dari dosen penimbang (judgement expert).

Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh item yang layak dipakai, setiap item yang dikembangkan dikoreksi oleh tiga orang penimbang untuk dikaji secara rasional dari segi isi dan redaksi item, serta ditelaah kesesuaian item dengan aspek-aspek yang akan di ungkap.

Ketiga penimbang tersebut adalah: Dr. Mubiar Agustin, M. Pd., Dr. Ipah Saripah, M. Pd., dan Nandang Budiman, M. Si. Mereka pakar Bimbingan dan Konseling yang memiliki keahlian dan pengalaman yang memadai.

Setiap penimbang memberikan koreksinya, terhadap item yang menurut penimbang kurang layak, baik secara konstruk maupun kebahasaannya, dilakukan dengan revisi seperlunya sesuai dengan saran-saran para penimbang tersebut. Diskripsi hasil penimbangan pakar terhadap item instrumen diantaranya: setiap indikator harus sekitar 3-5 pernyataan, pernyataan-pernyataan dalam setiap item harus operasional dan dapat dipahami oleh siswa SMP sebagai objek penelitian.

3. Uji Coba Instrumen Pengumpul Data a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukan tingkat kesahihan instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data penelitian. Suatu instrumen dikatakan valid berarti menunjukan alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur yang sebenarnya harus di ukur. Langkah-langkah pengujian validitas adalah dengan cara menghitung koefisien korelasi product moment (r) hitung (rxy).

b. Uji Reliabilitas

Setelah diuji validitas setiap item selanjutnya alat pengumpul data tersebut diuji tingkat reliabilitasnya. Reliabilitas berhubungan dengan masalah ketetapan atau konsistensi tes. Reliabilitas tes berarti bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen


(25)

50

Yusup Gumelar, 2014

tersebut sudah baik. Instrumen yang dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapakalipun diambil, tetap akan sama.

Dalam pengujian reliabilitas instrumen, penulis menggunakan bantuan perhitungan program Ms. Excel 2007 dengan rumus statistika Cronbach’s Alpha 0,808 (sangat tinggi). Proses pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan software SPSS versi 17 for windows dan MS Exel 2007.

E. Teknik Analisis Data Penelitian

Adapun proses analisis data dilakukan untuk mengetahui untuk mengetahui efektivitas bimbingan kelompok dalam meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa, digunakan analisis perbedaan dua rata-rata atau uji beda melalui teknik uji t.

F. Prosedur dan Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah utama dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Kajian literatur

Kajian literatur ini merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam rangka studi eksploratif untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang teori, konsep dan hasil studi yang relevan dengan :

a. Bimbingan kelompok.

b. Kompetensi intrapersonal siswa.

c. Strategi bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa. Studi pustaka ini dilakukan sebelum penelitian.

2. Kajian empiris di lapangan

Kajian empiris dilakukan dengan :

a. Melihat gambaran kebutuhan kompetensi intrapersonal siswa. Pelaksanaannya dilakukan dengan metode angket, wawancara dan observasi untuk melihat potret dan fenomena yang terjadi dengan jelas. b. Upaya-upaya yang dilakukan oleh konselor tentang layanan bimbingan. c. Profil kompetensi intrapersonal siswa.


(26)

3. Penyusunan program hipotetik

Penyusunan program dilakukan peneliti berdasarkan hasil analisis data penelitian. Hasil data analisis tersebut dijadikan sebagai landasan dalam penyusunan program. Adapun struktur program sebagai berikut.

a. Orientasi

Bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang penting serta strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan sekolah. Bimbingan dan konseling berperan penting untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkannya potensi dirinya secara optimal dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya yang menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral spiritual.

Kegiatan bimbingan dapat dilakukan dengan baik, apabila ditunjang dengan sebuah program yang baik pula. Tanpa adanya sebuah program, maka kegiatan bimbingan konseling tidak dapat berjalan. Hal ini dikarenakan salah satu kegunaan dari sebuah program ialah sebagai pedoman dalam melakukan sebuah kegiatan yang dilakukan dapat menyentuh sasaran atau subjek tertentu. Mcdavid & Hawthorn (2006:15) mendefinisikan program sebagai hubungan bermakna yang dirancang dan diterapkan dengan tujuan. Suatu program dapat dipahami sebagai aktivitas dari kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai satu atau beberapa sasaran hasil. Oleh karena itu, penyusunan program bimbingan dan konseling harus dipersiapkan dengan baik. Menurut Yusuf (2009:69) Perencanaan program merupakan seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk mencapai tujuan. Aktivitas-aktivitas itu meliputi identifikasi kebutuhan konseli atau needs assessment, perumusan tujuan, pengembangan komponen program (kurikulum bimbingan, layanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem), penyusunan deskripsi kerja para personel pelaksana, penetapan anggaran/pembiayaan, penyiapan sarana dan prasarana, atau fasilitas yang mendukung penyelenggaraan program.

Program bimbingan dan konseling yang direncanakan dengan seksama, berdasarkan analisis kebutuhan konseli, sekolah dan masyarakat, bertujuan


(27)

52

Yusup Gumelar, 2014

untuk mengembangkan potensi konseli sesuai tahap-tahap perkembangannya. Sebagaimana dikemukakan oleh Yusuf (Supriatna, 2011:61) bahwa “dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penerapan program bimbingan dan konseling adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya.”

Berbagai hasil penelitian menunjukan kompleksnya masalah siswa sebagai remaja dan terjadi banyak penyimpangan perilaku, yang disebabkan oleh faktor lingkungan buruk, dan atau faktor pribadi yang penuh konflik. Dibanding faktor lingkungan, faktor pribadi dapat menjadi pemicu yang lebih kuat akan munculnya penyimpangan perilaku. Pribadi yang daya tahannya kuat tidak mudah dipengaruhi lingkungan, sebaliknya pribadi yang lemah mudah dipengaruhi.

Daya tahan yang penting dalam diri manusia adalah daya tahan psikologis atau psychological strength, yang menjadi kekuatan untuk menghadapi berbagai tantangan dalam keseluruhan hidup seseorang. Menurut Cavanagh (2002:191) dimensi psychological strength meliputi: need fulfillment, intrapersonal competences, dan interpersonal competences. Kompetensi intrapersonal memiliki posisi strategis dalam mempengaruhi berkembangnya dua kompetensi lainnya. Kompetensi intrapersonal merupakan kekuatan yang diperlukan dalam menghadapi tuntutan yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Semakin besar daya dalam menghadapi dirinya sendiri, semakin efektif perilaku individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sebaliknya, semakin kecil daya yang dimiliki dalam menghadapi dirinya sendiri, semakin besar kemungkinan timbulnya konflik dan frustasi.

Untuk memastikan bahwa program dalam penelitian ini telah sesuai dan memadai dengan kebutuhan siswa, efisien, dan efektif dalam memfasilitasi peserta didik, serta melalui perencanaan, penilaian dan evaluasi yang memadai, maka dibutuhkan sebuah panduan baku untuk dijadikan sebagai acuan pengembangannya. Joyce, Weil dan Calhoun (Supriatna, 2010:55) mengemukakan bahwa setiap model dalam kerangka memfasilitasi individu


(28)

belajar atau berubah, baik dimensi pribadi, sosial, intelektual maupun perilakunya, dapat dianalisis dari segi landasan teoretik atau asumsi model, tujuan prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial, sistem penunjang, dan tahapan langkah-langkah (syntax).

Merujuk pada beberapa uraian tentang tahapan-tahapan kelayakan dalam penyusunan program dan didasari atas pertimbangan kebutuhan penelitian serta perspektif pemikiran peneliti, maka kerangka teoretik strategi bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa SMPN 4 Purwadadi meliputi: orientasi, rasional, tujuan program, asumsi, tujuan program, kompetensi konselor, personil, rencana tindakan, evaluasi dan indikator keberhasilan.

b. Rasional

Menurut Surya (2009:49) kompetensi intrapersonal merupakan kecakapan yang dapat membantu orang berhubungan secara baik dengan dirinya. Apabila orang mampu berhubungan dengan dirinya secara efektif, maka efektif pula dalam hubungan dengan orang lain. Sebaliknya kegagalan dalam hubungan dengan diri sendiri dapat menimbulkan kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain.

Kompetensi intrapersonal berkaitan dengan tiga aspek yaitu: (1) pengetahuan tentang diri (self knowledge); (2) pengarahan diri sendiri (self direction); dan (3) harga diri (self esteem). Di antara ketiga area tersebut terdapat tumpang tindih karena merupakan bagian dari diri yang sama, tetapi ketiganya tetap merupakan kompetensi yang terpisah.

Menurut Cavanagh (2002:207) orang yang datang ke konseling seringkali karena tidak memiliki pengetahuan secara memadai tentang dirinya (self knowledge kurang) meliputi kekuatan, kelemahan, kebutuhan, perasaan dan motif. Ketidaktahuan tentang diri sendiri dapat menimbulkan beberapa perilaku yang kurang efektif dan dapat berpengaruh pada kondisi psikologisnya. Konselor perlu menyadari bahwa individu yang kurang pemahaman dirinya cendrung secara tidak sadar memindahkan perhatian konselor ke area dirinya yang tidak dikenal.


(29)

54

Yusup Gumelar, 2014

Dalam hal pengarahan diri (self direction) menurut Surya (2009:51) konseling membantu konseli mengenal sebab-sebab timbulnya masalah dan memberikan dukungan kepada konseli untuk melakukan berbagai tindakan yang tepat dalam keseluruhan perilakunya.

Menurut Surya (2009:52) untuk menghadapi konseli yang kurang harga diri (self esteem), konselor mengungkap perilaku kurang harga diri pada konseli melalui penampilan. Pada tahap awal konselor harus melengkapi konseli dengan cara-cara yang positif atau tidak menunjukan penolakan. Melalui interaksi konseling yang penuh suasana penerimaan dan pengertian, secara bertahap konselor membantu konseli menemukan cara-cara yang tepat untuk mendapatkan harga diri.

Cavanagh (2002:93) mengungkapkan para ahli konseling sepakat bahwa konseling yang efektif haruslah merupakan satu pengalaman baru, satu hubungan yang unik dalam kehidupan klien yang menyediakan kesempatan untuk menerima diri dan hidup dengan cara berbeda dan untuk berperilaku dengan caya yang baru.

Menurut Surya (2009:28-29) sekurang-kurangnya ada enam macam pengalaman baru yang dapat diperoleh klien dalam proses konseling yaitu: (1) mengenal konflik-konflik internal, (2) menghadapi realitas, (3) mengembangkan tilikan, (4) memulai suatu hubungan yang baru, (5) meningkatnya kebebasan psikologis, (6) memperbaiki konsep-konsep yang keliru.

Penyusunan program bimbingan kelompok berdasar pada masalah siswa yang terjadi di SMPN 4 Purwadadi melalui identifikasi kebutuhan. Masalah yang terjadi pada siswa diindikasikan dapat mengganggu keoptimalan pencapaian tujuan pendidikan. Salah satu cara untuk mengetahui kebutuhan siswa adalah dengan menyusun instrumen sebagai alat pengungkap masalah siswa.

Hasil studi pendahuluan terhadap 144 siswa kelas VIII SMPN 4 Purwadadi Tahun Ajaran 2013/2014 tentang kompetensi intrapersonal, indikator setiap aspek sebagai berikut: (1) Aspek pengetahuan diri (self


(30)

knowledge) menunjukan bahwa siswa: 75,20 memahami kekuatan diri, 69,40 memahami kelemahan diri, 75,00 memahami keinginan diri, dan 79,80 mampu memotivasi diri. (2) Aspek pengarahan diri (self direction) menunjukan bahwa siswa 73,40 percaya diri. 79,20 memiliki tanggung jawab sebagai konsekuensi dari setiap perilaku, dan 71,00 mempunyai pengendalian diri. (3) Aspek harga diri (self esteem) menunjukan bahwa siswa 76,10 memiliki persepsi diri yang positif, 77,40 bangga dengan diri sendiri, 77,00 mampu mengevaluasi diri, dan 79,80 memiliki integritas diri.

Berdasarkan fakta dan gambaran fenomena di atas, dapat disimpulkan bahwa perlunya peningkatan kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII SMPN 4 Purwadadi Tahun Ajaran 2013/2014, peningkatan kompetensi intrapersonal tersebut dapat dilakukan melalui bimbingan kelompok dengan teknik dan metode yang tepat.

c. Tujuan Program

Berdasarkan temuan hasil penyebaran instrumen dalam pengumpulan data awal (pre test) maka secara umum tujuan dari program adalah membantu siswa meningkatkan kompetensi intrapersonal untuk mencapai kematangan pengembangan pribadi yang mampu menunjang keberhasilan akademik. Secara khusus tujuan dari program ini sebagai berikut :

a. Memiliki pengetahuan diri (self knowledge) yang baik, yang di dalamnya mencakup tujuan agar siswa mampu :

1) Memahami kekuatan diri dan berusaha mengembangkannya.

2) Memahami keinginan diri dan mampu mengemukakannya dengan cara yang baik agar dapat dimengerti oleh orang lain.

3) Mampu memotivasi diri saat mengalami kegagalan.

b. Memberikan pengarahan yang baik untuk diri sendiri (self direction), yang bertujuan agar siswa mampu mengendalikan diri saat mengalami masalah agar tidak menimbulkan kerugian baik untuk diri sendiri dan orang lain. c. Memiliki harga diri yang positif (self esteem), yang didalamnya mencakup


(31)

56

Yusup Gumelar, 2014

1) Memiliki persepsi diri yang positif, mau menerima masukan dari orang lain untuk kebaikan diri.

2) Menunjukan rasa bangga dengan keadaan diri sendiri. d. Asumsi

Asumsi yang dijadikan acuan dalam merancang strategi bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa SMP adalah sebagai berikut:

1. Siswa yang kompetensi intrapersonalnya sedang dan ataupun rendah kurang memahami dirinya, kurang pengendalian diri dan atau kurang harga diri (Cavanagh, 2002:203).

2. Kompetensi intrapersonal dapat tingkatkan melalui sesi-sesi konseling. Sekurang-kurangnya ada enam pengalaman baru yang dapat diperoleh konseli dalam proses konseling: (a) mengenal konflik-konflik internal; (b) menghadapi realitas; (c) mengembangkan tilikan; (d) memulai suatu hubungan yang baru; (e) meningkatkan kebebasan psikologis; dan (f) memperbaiki konsep-konsep yang keliru melalui konseling (Surya, 2009:28-29).

3. Permainan bisa digunakan sebagai alat untuk membantu klien guna memperoleh kesadaran yang lebih penuh, mengalami konflik-konflik internal, menyelesaikan inkonsistensi-inkonsistensi dan dikotomi-dikotomi, dan menembus jalan buntu yang menghambat penyelesaian urusan yang tak selesai (Corey, 2007:132).

4. Bimbingan kelompok adalah upaya untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri klien. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi yang diberikan dalam bimbingan kelompok itu terutama dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak langsung (Natawidjaja, 1987:32).


(32)

e. Kompetensi Konselor

Kualitas kepribadian konselor terkait dengan keefektifan konseling. Menurut Yusuf & Nurihsan (2010:37) kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif.

Kompetensi yang dibutuhkan konselor sekolah dalam meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa SMP adalah sebagai berikut:

1) Memiliki dorongan yang kuat untuk membantu orang lain yang mengalami kesulitan/masalah.

2) Mampu membangun hubungan sosial yang baik dan nyaman dengan siswa, para guru, wali kelas, dan orang tua.

3) Memiliki kepribadian yang sehat, ditandai dengan kemampuan pengendalian diri yang baik, berperilaku sesuai standar nilai, mampu mengenali diri dengan baik, mampu bertindak realistis, menghargai orang lain, dan berperilaku wajak sehingga layak diteladani.

4) Menguasai keterampilan dasar konseling secara teoretis maupun praktis, meliputi : (1) keterampilan menerima kehadiran konseli (Attending), (2) keterampilan ber-empati (emphatizing skill), (3) keterampilan menyimpulkan pembicaraan (summarizing skill), (4) keterampilan bertanya (questioning skill), (5) keterampilan menampilkan kesejatian diri/kejujuran (genuinenee skill), (6) keterampilan menunjukan sikap tegas (assertiveness skill), (7) keterampilan melakukan konfrontasi (confrontation skill), (8) keterampilan memecahkan masalah (problem solving skill), dan (9) mengantisipasi kemungkinan terjadinya penghentian komunikasi (comunication stopper) dalam konseling.

5) Memahami perkembangan siswa sebagai remaja, dan keterikatan satu dengan yang lainnya.

6) Memahami pengertian kompetensi intrapersonal, aspek-aspek kompetensi intrapersonal yang meliputi : self knowledge, self direction, dan self esteem.


(33)

58

Yusup Gumelar, 2014

7) Terampil menggunakan tehnik dan pendekatan konseling untuk meningkatkan self knowledge, self direction, dan self esteem siswa.

8) Memahami tentang permasalahan-permasalahan yang mungkin dialami siswa SMP sebagai remaja yang akan dipersiapkan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan memasuki dunia kerja.

f. Personil

Personil dan penjabaran pekerjaannya (job description) dalam bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa SMP, adalah sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah, melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut, dan memberikan kemudahan penggunaan fasilitas lainnya bagi terlaksananya pelayanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa yang efektif dan efesien.

b. Guru BK adalah pelaksana utama yang melakukan semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Diantaranya mengumpulkan data yang dibutuhkan sebagai informasi bagi kemajuan siswa terutama aspek kompetensi intrapersonal, pengumpulan data ini bisa diperoleh melalui analisis instrument kompetensi intrapersonal, buku pribadi siswa, dan hasil wawancara. c. Guru Mata Pelajaran membantu mensosialisasikan dan memberikan

kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa.

d. Wali Kelas membantu Guru BK melaksanakan tugas khususnya dalam kelas yang menjadi tanggung jawabnya berupa mengidentifikasi dan mengumpulkan data siswa yang membutuhkan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa.

g. Rencana Tindakan

Rencana tindakan atau disebut juga rencana kegiatan (action plans) disusun untuk membantu peluncuran program bimbingan kelompok agar dapat


(34)

dilaksanakan secara efektif dan efisien. Rencana tindakan tersebut merupakan uraian detail dari program yang menggambarkan struktur isi program yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa kelas VIII SMPN 4 Purwadadi. Rencana tindakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. 6 berikut.


(35)

Yusup Gumelar, 2014

Tabel 3. 6

RENCANA TINDAKAN (ACTION PLAN)

PROGRAM INTERVENSI BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL SMPN 4 PURWADADI

Aspek Indikator yang dikembangkan Metode dan Teknik Jenis Permainan Media dan Sumber Bahan Alokasi

Waktu Pelaksana Pengetahuan

diri (Self knowledge)

Memahami kekuatan diri Menulis (written), gerak (movement), dan melingkar (rounds)

Daftar kekuatan dan My Close Friend

Kertas dan alat tulis

2 x 40 menit Peneliti

Memahami keinginan diri Menulis (written), gerak (movement), dan melingkar (rounds)

My Ballon dan Pesawat Hati

Balon, kertas, dan alat tulis

2 x 40 menit Peneliti

Mampu memotivasi diri Menulis (written),

dan gerak

(movement),

The Number Game of Sheet

Kertas dan alat tulis

1 x 40 menit Peneliti

Pengarahan diri (Self direction)

Pengendalian diri Dilema moral Kapal Livina Kertas dan alat tulis

1 x 40 menit Peneliti

Harga diri (Self Esteem)

Memiliki persepsi diri yang positif

Gerak (movement), dan Fantasi

Gambar Persepsi dan Jika Aku Menjadi

2 x 40 menit Peneliti

Bangga dengan keadaan diri

Gerak (movement), dan Melingkar (rounds)


(36)

h. Evaluasi dan Indikator Keberhasilan

Rencana evaluasi program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa dirumuskan atas dasar tujuan yang ingin dicapai. Dirumuskan pula evaluasi program yang berfokus kepada keterlaksanaan program, sebagai bentuk akuntabilitas pelayanan bimbingan dan konseling. Kriteria patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling mngacu pada ketercapaian kompetensi, kebutuhan-kebutuhan konseli dan pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung berperan membatu konseli memperoleh kompetensi intrapersonal.

Terdapat dua macam aspek kegiatan penilaian program pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan pelayanan bimbingan dan konseling dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektifan pelayanan bimbingan dan konseling dari hasilnya. Aspek yang dinilai baik proses maupun hasilnya antara lain.

a) Kesesuaian program dengan pelaksanaan

Pada aspek ini akan dievaluasi relevansi strategi bimbingan kelompok dengan kebutuhan siswa serta kesesuaian isi (content) program dengan proses pelaksanaan program bimbingan.

b) Keterlaksanaan program

Pada aspek ini yang akan dievaluasi untuk melihat keterlaksanaan strategi bimbingan kelompok diantaranya :

(1) Waktu pelaksanaannya sesuai dengan jadwal tidak. (2) Alokasi waktu yang telah direncanakan.

(3) Materi yang disampaikan, sesuaiannya dengan kebutuhan siswa dan perlunya penambahan atau pengurangan materi.

c) Dampak layananan bimbingan kelompok terhadap kompetensi intrapersonal siswa.


(37)

62

Yusup Gumelar, 2014

Indikator keberhasilan untuk mengetahui perkembangan siswa setelah menerima program bimbingan kelompok yang telah diberikan melalui perhitungan secara statistik dari instrumen yang diberikan kepada siswa berupa penilaian hasil instrument pre test dan post test. Indikator keberhasilan disesuaikan dengan masing-masing dari tujuan program yang diangkat. Indikator keberhasilan dikategorikan dalam bentuk pencapaian yang terjadi, baik secara fisik dilihat dari ikut berpartisipasi, adanya respon positif, semangat dan antusiasnya siswa, sedangkan pencapaian berupa psikis dilihat dari ekspresi wajah, emosi dan bahasa tubuh siswa.

Tindak lanjut (follow up) dilakukan untuk memelihara kompetensi intrapersonal siswa SMP dengan cara guru bimbingan dan konseling harus lebih intensif lagi memberikan layanan bimbingan kelompok. Program bimbingan kelompok dapat dilaksanakan terpadu dengan program sekolah yang ada dengan mengoptimalkan dukungan sistem sekolah lainnya dalam kegiatan ekstra kurikuler, Masa Orientasi Siswa (MOS) dan kegiatan OSIS lainnya.

Adapun Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK) setiap sesi pertemuan bimbingan kelompok terlampir.

4. Validasi Program

Dalam rangka menghasilkan strategi bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa SMP menjadi program yang lebih layak untuk memenuhi tujuan penelitian. Setelah melalui validasi program hipotetik oleh dua pakar bimbingan dan konseling dan satu orang praktisi lapangan. Pakar yang melakukan penilaian yaitu Dr. Mubiar Agustian, M. Pd dan Dr. Ipah Saripah, M. Pd yang memiliki latar belakang pendidikan Doktor (S-3) dalam bidang bimbingan dan konseling, dan satu praktisi lapangan Dra. Wara Sri Utami yang merupakan guru BK SMPN 1 Subang.

Validasi rasional layanan dilakukan oleh peneliti untuk menyampaikan program yang dikembangkan dengan tujuan untuk menghasilkan strategi bimbingan kelompok yang teruji secara efektif. Pakar mempertimbangkan dua dimensi dalam pembuatan program yaitu struktur dan isi layanan. Struktur berisi


(38)

tentang judul, penggunaan istilah, sistematika penulisan, keterbacaan, dan kelengkapan. Sedangkan isi layanan berisi tentang orientasi, rasional, tujuan program, asumsi, kompetensi konselor, personil, rencana tindakan, evaluasi dan indicator keberhasilan. Diskripsi hasil penimbangan pakar dan praktisi lapangan terhadap dimensi program dijelaskan sebagai berikut.

Orientasi, personil, dan rencana tindakan pada dasarnya sudah cukup memadai, tetapi ada perbaikan sewajarnya. Dalam orientasi sebelum masuk ke landasan teori harus diawali dengan pendapat pribadi terlebih dahulu. Dalam personil pihak-pihak yang terlibat dalam bimbingan, harus dijelaskan fungsinya, sehingga jelas keterlibatannya dalam kegiatan bimbingan. Sedangkan dalam rencana tindakan yang perlu diperbaiki bahwa tujuan dari rencana tindakan harus disesuaikan dengan tujuan awal.

Rasional, tujuan program, dan asumsi ada perbaikan. Rasional harus dimunculkan masalah terlebih dahulu, masalah tersebut diambil dari hasil identifikasi kebutuhan need assessment yang telah dilakukan dan ditampilkan dengan jelas. Dalam tujuan program harus berdasarkan identifikasi kebutuhan need assessment dan merupakan gambaran perilaku yang diharapkan setelah siswa mengikuti layanan. Sedangkan dalam asumsi program harus merupakan anggapan yang melandasi pengembangan pogram dan dibuat secara terperinci.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh konselor dalam program hipotetik ini dianggap standarnya terlalu tinggi, maka kompetensi konselor direvisi dengan didasarkan atas bentuk kemampuan dan kompetensi yang disesuaikan atau yang harus miliki untuk menjalani program sehingga program hipotetik yang direkomendasikan dapat dilaksanakan dalam kegiatan bimbingan.

Dalam evaluasi yang dilakukan dalam setiap aktivitas layanan, harus disiapkan lembar jurnal kegiatan sebagai refleksi kegiatan yang telah dilaksanakan. Dan dalam evaluasi dan indikator keberhasilan ini harus ada follow up (tindak lanjut) dari program bimbingan tersebut.

Tahap berikutnya revisi program yang telah divalidasi. Program yang dihasilkan diharapkan menjadi rekomendasi bagi guru layanan bimbingan di SMPN 4 Purwadadi


(39)

64

Yusup Gumelar, 2014

5. Uji Coba Keefektifan Program

Dalam penelitian ini diawali dengan memberikan test di awal (Pretest), kemdian diberikan intervensi, adapun pelaksanaan intervensi dilaksanakan dengan sembilan pertemuan, pertemuan pertama permainan “Daftar kekuatan”, pertemuan kedua permainan “my close friend”, pertemuan ketiga permainan “My ballon”, pertemuan keempat permainan “Pesawat hati”, pertemuan kelima permainan “The number game of sheet”, pertemuan keenam permainan “Kapal livina”, pertemuan ketujuh permainan “Gambar persepsi”, pertemuan kedelapan permainan “Jika Aku Menjadi”, dan pertemuan kesembilan permainan “Marina menari”.

Untuk menguji keefektifan program dilakukan dengan cara membandingkan data sebelum dengan data sesudah dari satu kelompok sampel, atau membandingkan data antar waktu dari satu kelompok sampel, maka dilakukan pengujian hipotesis komparasi dengan uji-t sebagai berikut:

H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 < µ2

µ1= rerata sesudah intervensi µ2 = rerata sebelum intervensi

Langkah-langkah penelitian dapat digambarkan dalam alur penelitian sebagai berikut.


(40)

Bagan 3. 1 Alur Penelitian

KEGIATAN HASIL

TAHAPAN

Kajian Literatur Kajian Lapangan

Instrumen Kompetensi Intrapersonal

Siswa Studi

Pendahuluan

Program Hipotetik Pengungkapan Data

Profil Kompetensi Intrapersonal Siswa Pengambilan Sampel

Judgment, Uji Keterbacaan &

Uji Validitas

Pelaksanaan Program Uji Keefektifan Revisi Program

Bimbingan Kelompok yang Efektif Pra Eksperimen


(41)

66


(42)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada Bab ini diuraikan simpulan penelitian dan rekomendasi sebagai berikut.

A. Simpulan

Hasil penelitian menunjukan bahwa bimbingan kelompok terbukti efektif untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa SMP, meliputi aspek pengetahuan diri (self knowledge), pengarahan diri (self direction), dan harga diri (self esteem) dengan 10 indikator meliputi (1) memahami kekuatan diri, (2) memahami keinginan diri, (3) mampu memotivasi diri, (4) percaya diri (memahami potensi diri), (5) memiliki tanggung jawab sebagai dari konsekuensi dari setiap perilaku, (6) pengendalian diri, (7) memiliki persepsi diri yang positif, (8) bangga dengan keadaan diri, (9) mampu mengevaluasi diri, (10) memiliki integritas diri. Hanya satu yang tidak terbukti efektif yaitu indikator memahami kelemahan diri aspek pengetahuan diri (self knowledge).

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil dan simpulan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, maka dirumuskan beberapa rekomendasi untuk kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling, serta peneliti selanjutnya sebagai berikut.

1. Kepala Sekolah

Mengingat program bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa, hendaknya kepala sekolah mempertimbangkan untuk mengambil kebijakan memasukan program ke dalam layanan bimbingan dan konseling di SMPN 4 Purwadadi.

2. Guru Bimbingan dan Konseling

a. Penting sekali bagi guru Bimbingan dan Konseling mengimplementasikan program bimbingan kelompok dalam meningkatkan kompetensi intrapersonal, agar siswa dapat memilihara dan meningkatkan kompetensi intrapersonal yang dimiliki. Program bimbingan tersebut dapat dilaksanakan terpadu dengan


(43)

100

Yusup Gumelar, 2014

Efektivitas Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa

program sekolah yang ada dengan mengoptimalkan dukungan sistem sekolah misalnya dalam kegiatan ekstrakurikuler, MOS, dan OSIS.

b. Agar strategi bimbingan kelompok dalam meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa dapat diimplementasikan dengan baik, hendaknya guru Bimbingan dan Konseling memaksimalkan standar kompetensi konselor sesuai dengan program, dengan mengikuti berbagai macam pelatihan, seminar dan workshop yang mendukung agar dapat melaksanakan strategi bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa secara optimal. 3. Peneliti Selanjutnya

Alat pengumpul data pada penelitian ini hanya menggunakan angket (kuesioner) saja, sehingga belum menghasilkan kompetensi intrapersonal secara mendalam. Oleh karena itu, perlu digunakan metode tambahan seperti wawancara agar memperoleh hasil dan pembahasan yang lebih akurat dan mendalam.

Teknik pengumpulan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik stratified random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dibagi menurut lapisan-lapisan tertentu dan masing-masing lapisan memiliki jumlah sampel yang sama. Kelebihan dari pengambilan acak berdasar lapisan ini adalah lebih tepat dalam menduga populasi karena variasi pada populasi dapat terwakili oleh sampel.

Penelitian ini menggunakan metode pra eksperimen dimana pra eksperimen yang hanya melingkup satu kelompok yang menjadi objek perbandingan dalam penelitian, seyogyanya peneliti selanjutnya dapat menggunakan strategi bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen. Metode ini diasumsikan kontrolnya lebih baik daripada pra eksperimen .


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Amien, Endang Abdul Muin. (2010). Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Amstrong. T. (2009). Multiple Intelligences in the Classroom. New York: ASCD Publication.

Anakwe et. Al. (1999). Career Management in Changeng Times: Role of Self-Knowledge, Interpersonal Self-Knowledge, and Environmental Knowledge. New York: Pace University.

Bahri, Saiful. (1994). Kecenderungan Agresi Siswa SMA Ditelaah Dari Iklim Kehidupan Keluarga dan Sekolah. Tesis PPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Branden, Nathaniel. (1994). The six Pillar of Self Esteem. New York: Bantam Book Publishing History.

Cavanagh, M & Levitov, J. (2002). The Counseling Experience: A Theoretical and Practical Approach. Second Edition. Unites State of America: Waveland Press, Inc.

Cavanagh, M. (1982). The Counseling Experience A Theoritical and Practical. California: Wadsworth.

Corey, Marianne Schneider, & Corey, Geray. (2006). Groups Process and Practice (Seventh ed). Belmon: Thomson Brooks/Cole.

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Judul Asli Theory and Practice of Counseling & Psychotherapy. Bandung: Refika Aditama.

Erickson. (2006). Identity and Life Cycle. Selected Papers. Psychology Issues Monograps.Vol. 1. New York: Internasional University Press.

Erhamwilda. (2011). Model Konseling Sebaya untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa SMK. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Goleman, Daniel. (1996). Alih Bahasa: T Hermayu Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional, mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(45)

102

Yusup Gumelar, 2014

Grant, C. The Relationship Between Procrastination And Intrapersonal Intelligence In College Students THE UNIVERSITY OF NORTH DAKOTA, 2009, 107 pages. [Online]. Tersedia di :http;//gradworks.umi.com/34/06/3406199. Html. [10 November 2012].

Guindon, M. H. (2010). Self Esteem Across The Lifespan. New York: Routledge Taylor & Francis Group.

Hartinah, Siti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Reflika Aditama.

Hall & Lindzey.(1985). Introduction to Thoeries of Personality. New York: Jhon Willey & Sons.

Hurlock, E (1999). Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Ismail, A. (2006). Education Games. Yogyakarta: Pilar Media.

Kartadinata, S. (2009). Kerangka Kerja Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Pendekatan Ekologis sebagai Suatu Alternatif. Bandung: UPI Press.

Lwin, May (2008). How To Multiply Your Child’s Intelligance: Cara mengembangkan Berbagai Komponen Keterampilan. Jakarta: Penerbit Indeks.

Logue. Alexandra W. (1995). Self Control Waiting until Tomorrow for What You Want Today. New Jersey: Prentice Hall.

Long & Martinez. Masculinity, Feminity, and Hispanic Professional Womens’s Self -Esteem and Self-Acceptance. Journal of Counseling & Development. Vol 73.

Leslie. (1997). Coopersmith’s Model of Self Esteem: Bias Toward the Stable Extravert?. The Journal of Social Psychology. 137 (1), 139-142.v

Musnamar, Thohari. (1992). Dasar-dasarKonseptual Bimbingan dan Konseling Islami. Yogyakarta: Hidayat.

McDavid, J. & Hawthorn, I. (2006). Program Evaluation and Performance Measurement. Thousand Oaks CA: Sage.


(46)

Mcallister & Bregman. (2001). Set Size Effects in Self-Disclosure. New York: Southeastern Louisiana University.

Mullis & Chapman. (2000). Age, Gender, and Self Esteem Differences in Adolescent Coping Styles. The Journal of Social Psychology. 140 (4). 539-541.

Natawidjaja. Rochman. (1987). Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan Kelompok I. Bandung: CV. Diponegoro.

Nurihsan, Juntika. (2011). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Reflika Aditama.

Rohayati, Iceu. 2011. Program Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa SMA. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok Di Sekolah (Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizki Press.

Robert. (2005). Behavioral Intention Formation In Knowledge Sharing: Examining The Roles of Extrinsic Motivators, Social-Psychological Forces and Organizational Climate. MIS Quarterly Vol. 29. No. 1, pp. 87-111.v

Santrock, J. W (2007). Remaja Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santrock, J. W. (2008). (Alih Bahasa Tri Wibowo) Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Setiowati, Arum. (2011). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa Melalui Permainan. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sukartini, Sri Patimah. (2003). Model Konseling Keterampilan Hidup untuk Mengembangkan Dimensi Kendali Pribadi yang Tegar. Disertasi PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, Mamat (Eds). (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Bandung: Rajawali Pers.


(47)

104

Yusup Gumelar, 2014

Supriatna, Mamat. (2010). Model Konseling Aktualisasi Diri untuk Mengembangkan Kecakapan Pribadi Mahasiswa. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Surya, M. (2009). Psikologi Konseling. Bandung: Maestro.

Varner. & Palmer. (Tt). Role of Cultural Self Knowledge in Successful Exsplatriation. Management Review. Vol. 27. No.1. Singapura: Singapura Institut.

Winkel, WS & Hastuti, Sri. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(1)

Yusup Gumelar, 2014

Efektivitas Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada Bab ini diuraikan simpulan penelitian dan rekomendasi sebagai berikut.

A. Simpulan

Hasil penelitian menunjukan bahwa bimbingan kelompok terbukti efektif untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa SMP, meliputi aspek pengetahuan diri (self knowledge), pengarahan diri (self direction), dan harga diri (self esteem) dengan 10 indikator meliputi (1) memahami kekuatan diri, (2) memahami keinginan diri, (3) mampu memotivasi diri, (4) percaya diri (memahami potensi diri), (5) memiliki tanggung jawab sebagai dari konsekuensi dari setiap perilaku, (6) pengendalian diri, (7) memiliki persepsi diri yang positif, (8) bangga dengan keadaan diri, (9) mampu mengevaluasi diri, (10) memiliki integritas diri. Hanya satu yang tidak terbukti efektif yaitu indikator memahami kelemahan diri aspek pengetahuan diri (self knowledge).

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil dan simpulan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, maka dirumuskan beberapa rekomendasi untuk kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling, serta peneliti selanjutnya sebagai berikut.

1. Kepala Sekolah

Mengingat program bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa, hendaknya kepala sekolah mempertimbangkan untuk mengambil kebijakan memasukan program ke dalam layanan bimbingan dan konseling di SMPN 4 Purwadadi.

2. Guru Bimbingan dan Konseling

a. Penting sekali bagi guru Bimbingan dan Konseling mengimplementasikan program bimbingan kelompok dalam meningkatkan kompetensi intrapersonal, agar siswa dapat memilihara dan meningkatkan kompetensi intrapersonal yang dimiliki. Program bimbingan tersebut dapat dilaksanakan terpadu dengan


(2)

100

Yusup Gumelar, 2014

Efektivitas Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa

program sekolah yang ada dengan mengoptimalkan dukungan sistem sekolah misalnya dalam kegiatan ekstrakurikuler, MOS, dan OSIS.

b. Agar strategi bimbingan kelompok dalam meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa dapat diimplementasikan dengan baik, hendaknya guru Bimbingan dan Konseling memaksimalkan standar kompetensi konselor sesuai dengan program, dengan mengikuti berbagai macam pelatihan, seminar dan workshop yang mendukung agar dapat melaksanakan strategi bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa secara optimal.

3. Peneliti Selanjutnya

Alat pengumpul data pada penelitian ini hanya menggunakan angket (kuesioner) saja, sehingga belum menghasilkan kompetensi intrapersonal secara mendalam. Oleh karena itu, perlu digunakan metode tambahan seperti wawancara agar memperoleh hasil dan pembahasan yang lebih akurat dan mendalam.

Teknik pengumpulan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik stratified random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dibagi menurut lapisan-lapisan tertentu dan masing-masing lapisan memiliki jumlah sampel yang sama. Kelebihan dari pengambilan acak berdasar lapisan ini adalah lebih tepat dalam menduga populasi karena variasi pada populasi dapat terwakili oleh sampel.

Penelitian ini menggunakan metode pra eksperimen dimana pra eksperimen yang hanya melingkup satu kelompok yang menjadi objek perbandingan dalam penelitian, seyogyanya peneliti selanjutnya dapat menggunakan strategi bimbingan kelompok untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen. Metode ini diasumsikan kontrolnya lebih baik daripada pra eksperimen .


(3)

Yusup Gumelar, 2014

Efektivitas Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Amien, Endang Abdul Muin. (2010). Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Amstrong. T. (2009). Multiple Intelligences in the Classroom. New York: ASCD Publication.

Anakwe et. Al. (1999). Career Management in Changeng Times: Role of Self-Knowledge, Interpersonal Self-Knowledge, and Environmental Knowledge. New York: Pace University.

Bahri, Saiful. (1994). Kecenderungan Agresi Siswa SMA Ditelaah Dari Iklim Kehidupan Keluarga dan Sekolah. Tesis PPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Branden, Nathaniel. (1994). The six Pillar of Self Esteem. New York: Bantam Book Publishing History.

Cavanagh, M & Levitov, J. (2002). The Counseling Experience: A Theoretical and Practical Approach. Second Edition. Unites State of America: Waveland Press, Inc.

Cavanagh, M. (1982). The Counseling Experience A Theoritical and Practical. California: Wadsworth.

Corey, Marianne Schneider, & Corey, Geray. (2006). Groups Process and Practice (Seventh ed). Belmon: Thomson Brooks/Cole.

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Judul Asli Theory and Practice of Counseling & Psychotherapy. Bandung: Refika Aditama. Erickson. (2006). Identity and Life Cycle. Selected Papers. Psychology Issues

Monograps.Vol. 1. New York: Internasional University Press.

Erhamwilda. (2011). Model Konseling Sebaya untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa SMK. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Goleman, Daniel. (1996). Alih Bahasa: T Hermayu Emotional Intelligence:

Kecerdasan Emosional, mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(4)

102

Yusup Gumelar, 2014

Grant, C. The Relationship Between Procrastination And Intrapersonal Intelligence In College Students THE UNIVERSITY OF NORTH DAKOTA, 2009, 107 pages. [Online]. Tersedia di :http;//gradworks.umi.com/34/06/3406199. Html. [10 November 2012].

Guindon, M. H. (2010). Self Esteem Across The Lifespan. New York: Routledge Taylor & Francis Group.

Hartinah, Siti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Reflika Aditama.

Hall & Lindzey.(1985). Introduction to Thoeries of Personality. New York: Jhon Willey & Sons.

Hurlock, E (1999). Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Ismail, A. (2006). Education Games. Yogyakarta: Pilar Media.

Kartadinata, S. (2009). Kerangka Kerja Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Pendekatan Ekologis sebagai Suatu Alternatif. Bandung: UPI Press.

Lwin, May (2008). How To Multiply Your Child’s Intelligance: Cara mengembangkan Berbagai Komponen Keterampilan. Jakarta: Penerbit Indeks.

Logue. Alexandra W. (1995). Self Control Waiting until Tomorrow for What You Want Today. New Jersey: Prentice Hall.

Long & Martinez. Masculinity, Feminity, and Hispanic Professional Womens’s Self -Esteem and Self-Acceptance. Journal of Counseling & Development. Vol 73. Leslie. (1997). Coopersmith’s Model of Self Esteem: Bias Toward the Stable

Extravert?. The Journal of Social Psychology. 137 (1), 139-142.v

Musnamar, Thohari. (1992). Dasar-dasarKonseptual Bimbingan dan Konseling Islami. Yogyakarta: Hidayat.

McDavid, J. & Hawthorn, I. (2006). Program Evaluation and Performance Measurement. Thousand Oaks CA: Sage.


(5)

Yusup Gumelar, 2014

Efektivitas Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mcallister & Bregman. (2001). Set Size Effects in Self-Disclosure. New York: Southeastern Louisiana University.

Mullis & Chapman. (2000). Age, Gender, and Self Esteem Differences in Adolescent Coping Styles. The Journal of Social Psychology. 140 (4). 539-541.

Natawidjaja. Rochman. (1987). Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan Kelompok I. Bandung: CV. Diponegoro.

Nurihsan, Juntika. (2011). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Reflika Aditama.

Rohayati, Iceu. 2011. Program Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Percaya Diri SiswaSMA. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok Di Sekolah (Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizki Press.

Robert. (2005). Behavioral Intention Formation In Knowledge Sharing: Examining The Roles of Extrinsic Motivators, Social-Psychological Forces and Organizational Climate. MIS Quarterly Vol. 29. No. 1, pp. 87-111.v

Santrock, J. W (2007). Remaja Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santrock, J. W. (2008). (Alih Bahasa Tri Wibowo) Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Setiowati, Arum. (2011). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa Melalui Permainan. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sukartini, Sri Patimah. (2003). Model Konseling Keterampilan Hidup untuk Mengembangkan Dimensi Kendali Pribadi yang Tegar. Disertasi PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, Mamat (Eds). (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Bandung: Rajawali Pers.


(6)

104

Yusup Gumelar, 2014

Supriatna, Mamat. (2010). Model Konseling Aktualisasi Diri untuk Mengembangkan Kecakapan Pribadi Mahasiswa. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Surya, M. (2009). Psikologi Konseling. Bandung: Maestro.

Varner. & Palmer. (Tt). Role of Cultural Self Knowledge in Successful Exsplatriation. Management Review. Vol. 27. No.1. Singapura: Singapura Institut.

Winkel, WS & Hastuti, Sri. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

PANDANGAN SISWA TENTANG SHALAT JUM’AT (Studi Kasus Pada Siswa Kelas VIII B di SMPN 13 Malang)

0 23 18

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP WIYATAMA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 188

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP WIYATAMA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 8 67

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIS SISWA (Kasus: Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 5 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 9 58

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 43

PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU BIMBINGAN KONSELING (BK) TERHADAP KETAATAN SISWA (Studi Pada Kelas VIII SMPN 19 Bandar Lampung)

1 5 71

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 01 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

1 5 93

PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK BUZZ GROUP UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA SMA

0 0 11

PENGEMBANGAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN PROSOSIAL

0 3 17

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS VIII A SMP N 4 BAE KUDUS TAHUN PELAJARAN 20122013

0 0 15