PENERAPAN MODEL INDUKTIF KATA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT TUNGGAL SISWA SEKOLAH DASAR.

(1)

PENERAPAN MODEL INDUKTIF KATA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT TUNGGAL

SISWA SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

AYU RATNA PURI

1105902

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENERAPAN MODEL INDUKTIF KATA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT TUNGGAL

SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh Ayu Ratna Puri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Ayu Ratna Puri 2015

Universitas Pendidikan Indonesia 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagaian dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lain tanpa ijin dari penulis


(3)

(4)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL INDUKTIF KATA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT TUNGGAL SISWA

SEKOLAH DASAR Oleh

Ayu Ratna Puri 1105902

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya kemampuan menulis siswa kelas II Sekolah Dasar pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Siswa kesulitan mengungkapkan ide gagasannya dalam bentuk tulisan berupa kalimat tunggal. Kesulitan yang dihadapi siswa yaitu sulit menentukan pilihan kata, dan merangkai kata menjadi sebuah kalimat sehingga hasil kalimatnya menjadi rancu. Kesalahan yang paling banyak ditemukan yaitu kesalahan dalam penggunaan ejaan dan tanda baca. Proses pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional, siswa kurang diberikan stimulus untuk menulis. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya siswa yang mendapat nilai dibawah KKM yaitu sebanyak 69,23%. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan penelitian tindakan kelas yaitu penerapan model induktif kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat tunggal. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu (1) mengungkapkan perencanaan pembelajaran menulis kalimat tunggal melalui penerapan model induktif kata bergambar (2) mengungkapkan pelaksanaan pembelajaran menulis kalimat tunggal melalui penerapan model induktif kata bergambar (3) mengungkapkan peningkatan kemampuan menulis kalimat tunggal melalui penerapan model induktif kata bergambar. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian terjadi peningkatan kemampuan menulis kalimat tunggal, terbukti dari perolehan nilai rata-rata pra siklus 55,38 meningkat pada siklus I menjadi 62,42 pada siklus II 75,71 dan pada siklus III nilai rata-rata siswa 82,00. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model induktif kata bergambar dapat

meningkatkan kemampuan menulis kalimat tunggal. Hasil penelitian ini

direkomendasikan kepada guru agar menerapakan model induktif kata bergambar pada pembelajaran bahasa Indonesia sehingga kemampuan menulis kalimat tunggal siswa meningkat.


(5)

ABSTRACT

The application of picture word inductive model to improve the competence in writing simple sentence for elementary school students

By Ayu Ratna Puri

1105902

This research is conducted in the reason of the low score in the students’ competence of writing in the second grade of elementary school in the Indonesian subjects. The students have difficulties to create their idea into the simple sentence. The students’ difficulties are in the term of diction and making an organized sentence. The most errors are the misuse of spelling and punctuation. The learning process is used to be conventional and the students did not get the stimulus to write. That caused many students to get the score below the KKM as much as 69,23%. To overcome this problem, the evaluation class is conducting the picture word inductive model to improve the competence of making simple sentence. The research aims to 1) implementing the lesson plan of writing simple sentence through the picture word inductive model 2) implementing the learning of writing simple sentence through the picture word inductive model 3) implementing the improvement of competence in writing simple sentence through the picture word inductive model. The method that had been used in this research is the class evaluation adopted from the Kemmis and Mc Taggart that consists of three cycles. Each cycle consists of four steps that deal with the plan, implementation, observation, and reflection. The competence’s result to write simple sentence is improving, confirmed by the average score in the pre-cycle is 55,38 become 62,42 in the cycle one, turned into 75,71 in the cycle two, and went to 82,00 in the cycle three. According to the result above, it can be concluded that application of picture word inductive model is improving the competence of writing simple sentence. This result is recommended to the teacher for applying this picture word inductive model to Indonesian subject in order to raise the students’ competence in writing simple sentence.


(6)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Penelitian

Bahasa merupakan sarana yang digunakan manusia untuk komunikasi. Manusia dapat menyampaikan dan menerima pesan atau informasi melalui bahasa. Maka dari itu kemampuan berbahasa menjadi penting untuk dimiliki oleh setiap manusia. Bahasa memiliki cakupan yang luas berupa bahasa isyarat, bahasa lisan dan bahasa tulis. Manfaat dari bahasa diantaranya untuk mempersatukan suatu bangsa. Negara Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku dan budaya dapat bersatu dengan adanya bahasa Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut maka bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional negara Indonesia. Hal tersebut menjadi dasar bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran wajib dalam pendidikan formal di negara Indonesia.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP 2006 (dalam Susanto, 2012, hlm. 245) standar isi bahasa Indonesia sebagai berikut: ‘Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.’

Untuk meningkatkan kemampuan tersebut maka diperlukan kemampuan berbahasa dan bersastra. Kemampuan berbahasa dan bersastra meliputi empat aspek yaitu aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan merupakan ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia. Salah satu aspek tersebut adalah menulis. Menulis merupakan kemampuan yang tidak dapat diperoleh secara alamiah melainkan harus melalui proses pembelajaran. Menulis juga memiliki suatu manfaat seperti yang dikemukakan oleh Suparno dan Muhammad Yunus (2007, hlm. 1.29) bahwa “Menulis dapat meningkatkan kecerdasan,


(7)

mengembangkan daya insiatif dan kreativitas, menumbuhkan keberanian, serta merangsang kemauan dan kemampuan mengumpulan informasi.” Berkaitan dengan hal tersebut maka penulis menganggap bahwa kemampuan menulis penting untuk dikuasai karena dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran lain.

Kemampuan seseorang dalam berbahasa dapat dilihat dari perkembangan bahasanya. Perkembangan bahasa juga berpengaruh terhadap proses berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Perkembangan bahasa menurut Abin Syamsudi (dalam Susanto, 2012, hlm. 74) yaitu:

1. Pada awal masa (usia 6-7 tahun) anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata.

2. Pada masa akhir (usia 11-12 tahun) anak telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata.

Dari pemaparan tersebut maka anak kelas II SD, harusnya sudah menguasai lebih dari 2.500 kata sehingga diperkirakan sudah mampu untuk membuat sebuah kalimat. Kalimat yang dibuat bisa dalam bentuk lisan maupun tulisan. Penguasaan kosa kata dapat menunjang peningkatan kemampuan membaca dan menulis. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ehri, dkk. (dalam Joyce, B dkk. 2009, hlm. 153) menyatakan bahwa pengembangan kosa kata merupakan saluran penting untuk peningkatan keterampilan baca tulis. Susanto (2012, hlm. 74) mengemukakan bahwa “Bagi anak usia sekolah dasar, perkembangan bahasanya, minimal dapat menguasai tiga kategori yaitu (1) dapat membuat kalimat yang lebih sempurna; (2) dapat membuat kalimat majemuk; dan (3) dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan.” Namun pada fakta di lapangan masih terdapat siswa yang belum bisa membuat kalimat yang baik dalam bentuk tulisan.

Berdasarkan hasil observasi dan pre-test yang dilakukan di kelas II SD, penulis menemukan masalah dalam kemampuan menulis siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa kesulitan mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan berupa kalimat tunggal. Selain itu kurangnya pembendaharaan kosa kata menyebabkan siswa sulit menentukan pilihan kata untuk dijadikan sebuah kalimat. Masalah lainnya yaitu siswa sulit untuk merangkai kata menjadi suatu kalimat yang padu sehingga hasil kalimat menjadi


(8)

rancu dan makna kalimat tidak jelas. Selain itu terdapat kesalahan dalam penggunaan ejaan seperti kesalahan dalam penulisan kata, penggunaan huruf kapital dan penggunaan tanda baca.

Faktor eksternal juga mempengaruhi terhadap masalah tersebut, diantaranya pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional. Guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran berpusat pada guru (teacher center). Selain itu guru juga kurang memberikan stimulus kepada siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Kendala-kendala tersebut menjadikan pembelajaran terasa membosankan maka berdampak pada kurangnya minat serta motivasi siswa dalam menulis. Sehingga 69,24% siswa kelas II SD semester 2 mendapatkan nilai di bawah KKM dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. KKM yang ditentukan oleh sekolah pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 70.

Dari permasalahan tersebut maka perlu diadakan upaya untuk memperbaiki pembelajaran. Salah satu alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan cara memilih model pembelajaran yang efektif. Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model induktif kata bergambar. Dalam model pembelajaran ini menggunakan media gambar, yang memberikan manfaat sebagai stimulus untuk mengembangkan kosa kata. Sehingga memudahkan siswa dalam menulis kalimat. Selain itu salah satu langkah pembelajaran dalam model ini, yaitu kata yang telah diperoleh dari hasil analisis gambar dituangkan dalam bentuk tulisan pada bagan kata bergambar. Hal tersebut berfungsi untuk memudahkan siswa menganalisis huruf atau kata untuk dibuat sebuah kalimat sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam penggunaan ejaan khususnya dalam penulisan kata. Oleh karena itu, penerapan model ini diharapkan dapat membantu siswa dalam menulis kalimat tunggal atau kalimat sederhana.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti ingin memperbaiki pembelajaran dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Penerapan Model Induktif Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Tunggal Siswa Sekolah Dasar”.


(9)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka, permasalahan umum penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan kemampuan menulis kalimat tunggal melalui penerapan model induktif kata bergambar di kelas II SD Negeri Sarijadi 5 Kota Bandung?”

Dari permasalahan pokok tersebut, maka dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian yang mengarah pada permasalahan utama penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis kalimat tunggal melalui penerapan model induktif kata bergambar di kelas II SD Negeri Sarijadi 5? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis kalimat tunggal melalui

penerapan model induktif kata bergambar di kelas II SD Negeri Sarijadi 5? 3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis kalimat tunggal melalui

penerapan model pembelajaran induktif kata bergambar di kelas II SD Negeri Sarijadi 5?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian maka, secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat tunggal siswa kelas II SD Negeri Sarijadi 5. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

1. Perencanaan pembelajaran menulis kalimat tunggal melalui penerapan model induktif kata bergambar di kelas II SD Negeri Sarijadi 5.

2. Pelaksanaan pembelajaran menulis kalimat tunggal melalui penerapan model induktif kata bergambar di kelas II SD Negeri Sarijadi 5.

3. Peningkatan kemampuan menulis kalimat tunggal dengan penerapan model induktif kata bergambar di kelas II SD Negeri Sarijadi 5.


(10)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan. Manfaat yang diharapkan peneliti diuraikan menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Memberikan wawasan yang luas mengenai penerapan model induktif kata bergambar kepada semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan. Sebagai upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas dari pembelajaran khususnya dalam pembelajaran menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Penulis

1) Memberikan wawasan mengenai perencanaan dan pelaksanaan dari penerapan model induktif kata bergambar dalam suatu proses pembelajaran..

2) Memberikan pengalaman sebagai bekal calon pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

b. Manfaat bagi Siswa

1) Meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam menulis kalimat tunggal pada pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model induktif kata bergambar.

2) Meningkatkan kemampuan menulis kalimat tunggal siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model induktif kata bergambar.

c. Manfaat bagi Guru

1) Memberikan alternatif model pembelajaran khususnya pada pembelajaran bahasa Indonesia dalam meningkatkan kemampuan menulis kalimat tunggal.

2) Memberikan pengetahuan mengenai penerapan model induktif kata bergambar yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat tunggal dalam pembelajaran bahasa Indonesia.


(11)

d. Manfaat bagi Sekolah

Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk menerapkan kebijakan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) melalui penerapan model induktif kata bergambar. Sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


(12)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang metode penelitian, pendekatan penelitian, desain penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, analisis dan pengolahan data.

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Hermawan dkk. (2010, hlm. 87) mengemukakan secara singkat definisi dari PTK yaitu sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara propesional. Sedangkan Ebbutt mengemukakan bahwa ‘penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan – tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan – tindakan tersebut (dalam Wiriaatmadja, 2012:12).

Berdasarkan dua pendapat tersebut maka, Penelitian Tindakan Kelas secara garis besar adalah suatu penelitian yang dilakukan dalam beberapa tindakan untuk memperbaiki atau meningkatkan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas tipe guru sebagai peneliti. Peneliti bertindak langsung untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas. Tujuan dilakukan PTK ini sejalan dengan pendapat Hermawan, Mujono & Suherman, (2010, hlm. 91) yaitu untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas dimana guru terlibat secara penuh dalam proses perencanaan, aksi (tindakan), dan refleksi.

B. Desain Penelitian

Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Kemmis dan Taggart. Desain Kemmis ini menggunakan model yang dikenal sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan


(13)

perencanaan kembali merupakan dasar untuk ancang-ancang pemecahan permasalahan.

Berikut uraian langkah-langkah menurut Kemmis dan Taggart dalam penelitian tindakan kelas (PTK):

1. Rencana (planning) yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan untuk

memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap sebagai solusi.

2. Tindakan (acting) yaitu apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.

3. Pengamatan (observing) yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan kepada siswa.

4. Refleksi (reflecting) yaitu mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan. (Hermawan, Mujono & Suherman, 2010, hlm. 151)

Untuk lebih jelasnya maka, berikut akan digambarkan skema atau alur PTK model Kemmis dan Taggart :


(14)

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa model PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart ini dilakukan melalui empat tahapan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Alur siklus tersebut saling berkelanjutan dan berkesinambungan. Siklus pertama dilakukan berdasarkan masalah yang teramati, jika hasilnya masih kurang maka dilanjutkan ke siklus berikutnya yang merupakan perbaikan dari siklus pertama. Siklus dihentikan jika hasil penelitian dirasa sudah cukup dan memenuhi tujuan yang diharapkan. Selain itu menurut Wiriaatmadja (2008:103) “Apabila perubahan yang bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran telah tercapai, atau apa pun yang diteliti telah menunjukkan keberhasilan, siklus dapat diakhiri.”

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Sarijadi 5, yang beralamatkan di Kota Bandung. Kondisi lingkungan belajar cukup nyaman dan tenang karena sekolah berada cukup jauh dari jalan raya dan berada di daerah perumahan. Jumlah tenaga pendidik sebanyak 11 orang yang terdiri dari 9 PNS dan 2 guru bantu, selain itu ada juga seorang TU/operator sekolah dan seorang penjaga sekolah.

Sekolah ini merupakan tempat peneliti melakukan kegiatan PPL. Kelas yang dipakai untuk penelitian adalah kelas II. Peneliti memilih kelas II sebagai subjek penelitian karena rendahnya kemampuan menulis kalimat tunggal sehingga sebagian besar siswa mendapat nilai dibawah KKM yang telah ditetapkan.

D. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang akan menjadi subjek penelitian adalah kelas II SDN Sarijadi 5 di Kota Bandung Tahun Akademik 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 13 orang. Siswa tersebut terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan.

E. Waktu Penelitian


(15)

pembelajaran 2014/2015. Pelaksanaan penelitian yaitu dari mulai bulan April sampai bulan Mei.

F. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran digunakan sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran induktif kata bergambar.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa digunakan sebagai acuan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

2. Instrumen Pengungkap Data Penelitian

a. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa saat penerapan model induktif kata bergambar untuk menulis kalimat tunggal.

b. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat informasi kualitatif yang terjadi terkait dengan tindakan. Catatan lapangan diuraikan dalam bentuk deskripsi atau paparan aktivitas pembelajaran, yang di dalamnya dijelaskan mengenai perilaku spesifik yang dapat menjadi penunjuk adanya permasalahan atau penunjuk untuk langkah berikutnya.

Tabel 3.1 Catatan Lapangan

Catatan Lapangan Refleksi dan Analisis


(16)

c. Tes

Berupa lembar tes tertulis sebagai evaluasi serta untuk menilai kemampuan menulis kalimat tunggal melalui penerapan model induktif kata bergambar terhadap siswa yang dilakukan penulis pada setiap siklus. G. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 3 siklus. Setiap siklus dijalankan dalam 4 tahap, yaitu perencanaan (Planning), pelaksanaan (Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting).

Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Membuat kesepakatan dengan guru (rekan sejawat) sebagai observer dan memberikan penjelasan kepada observer tentang hal-hal yang harus dilakukan observer.

2) Mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Sekolah SDN Sarijadi 5.

3) Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu menulis kalimat tunggal berdasarkan ciri-ciri tumbuhan dan binatang tertentu.

4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik kelas II semester II dengan menerapkan model induktif kata bergambar.

5) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).

6) Menyiapkan instrumen tes tertulis berupa lembar soal tes siklus I.

7) Menyiapkan instrumen non tes berupa lembar pengamatan siswa dan guru dalam pembelajaran.

8) Menyiapkan lembar catatan lapangan. b. Tahap Pelaksanaan

1) Memberikan lembar observasi kepada observer untuk diisi.

2) Melaksanakan pembelajaran tematik di kelas II dengan menerapkan model pembelajaran induktifkata bergambar.


(17)

3) Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai kemampuan menulis kalimat tunggal siswa kelas II dengan menerapkan model induktifkata bergambar.

4) Mencatat semua aktivitas belajar yang terjadi pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.

5) Diskusi dengan observer untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada lembar observasi.

c. Tahap Pengamatan

1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran.

2) Observer mengisi lembar pengamatan. d. Tahap Refleksi

Peneliti melakukan analisis dari data yang dikumpulkan pada siklus I. Setelah hasil belajar siswa dan pengamatan observer dikaji, pada siklus II peneliti mengulang kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I. Temuan pada tahap refleksi siklus I digunakan untuk memperbaiki RPP dan pembelajaran siklus II.

Siklus II

a. Tahap Perencanaan

1) Melakukan perbaikan dari kelemahan pada siklus I untuk dijadikan perbaikan pada siklus II.

2) Membuat RPP dengan memperhatikan refleksi pada siklus I. 3) Menyiapkan media, alat peraga, dan sumber pembelajaran. 4) Merancang pembuatan LKS (Lembar Kerja Siswa).

5) Menyiapkan instrumen tes tertulis siklus II.

6) Menyiapkan instrumen non tes berupa lembar pengamatan siswa dan guru dalam pembelajaran

7) Menyiapkan lembar catatan lapangan b. Tahap Pelaksanaan

1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan mempertimbangkan perbaikan-perbaikan dari siklus


(18)

I. Diharapkan pada siklus II siswa sudah lebih menguasai pembelajaran menulis kalimat tunggal.

2) Melakukan tes siklus II untuk mendapatkan data kemampuan menulis kalimat tunggal serta hasil belajar siswa.

3) Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar yang terjadi pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi. 4) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi data hasil pengamatan

pada lembar observasi. c. Tahap Pengamatan

1) Observer mencatat dan merekam aktivitas belajar siswa.

2) Peneliti menyesuaikan apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini sudah sesuai dengan yang diharapkan.

d. Refleksi

Peneliti melakukan analisis dari data yang dikumpulkan pada siklus II. Setelah hasil belajar siswa dan pengamatan observer dikaji, pada siklus III peneliti mengulang kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II. Temuan pada tahap refleksi siklus II digunakan untuk memperbaiki RPP dan pembelajaran siklus III.

Siklus III

a. Tahap Perencanaan

1) Melakukan perbaikan dari kelemahan pada siklus II untuk dijadikan perbaikan pada siklus III.

2) Membuat RPP dengan memperhatikan refleksi pada siklus II. 3) Menyiapkan media pembelajaran.

4) Merancang pembuatan LKS (Lembar Kerja Siswa). 5) Menyiapkan instrumen tes tertulis siklus III.

6) Menyiapkan instrumen non tes berupa lembar pengamatan siswa dan guru dalam pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus III sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan mempertimbangkan perbaikan-perbaikan dari siklus


(19)

II. Diharapkan pada siklus III siswa sudah lebih menguasai pembelajaran menulis kalimat tunggal.

2) Melakukan tes siklus III untuk mendapatkan data kemampuan menulis kalimat tunggal.

3) Mencatat dan mendokumentasikan aktivitas belajar yang terjadi pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.

4) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi data hasil pengamatan pada lembar observasi.

c. Tahap Pengamatan

1) Observer mencatat dan mendokumentasikan aktivitas belajar siswa. 2) Peneliti menyesuaikan apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus III ini

sudah sesuai dengan yang diharapkan. d. Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, untuk mendapatkan suatu simpulan. Diharapkan setelah akhir siklus III, kemampuan menulis kalimat tunggal siswa kelas II SD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia meningkat.

H. Rencana Pengolahan dan Uji Keabsahan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes kemampuan menulis kalimat tunggal siswa. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari lembar aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan model induktif kata bergambar dan lembar catatan lapangan. Data kualitatif diolah kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi. Selain itu untuk mengetahui kemajuan kemampuan menulis kalimat tunggal siswa, maka dibuat rencana pengolahan data kuantitatif dari hasil tes siswa yaitu sebagai berikut:

a. Pengolahan Ketuntasan Klaksikal

“Kelas dikatakan sudah tuntas secara klasikal jika telah mencapai 75% dari seluruh siswa memperoleh nilai KKM berdasarkan BNSP 2007 (dalam Putra,T. 2014). Dengan berpedoman pada hal tersebut, untuk mengetahui


(20)

keberhasilan pembelajaran perlu diadakannya perhitungan persentase jumlah siswa yang tuntas atau telah memenuhi KKM. Pengolahan data ketuntasan kelas berdasarkan nilai KKM dihitung dengan menggunakan rumus :

Kriteria kentuntasan minimal siswa di SDN Sarijadi 5 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 70, dan siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai KKM yang ditetapkan.

b. Pengolahan nilai rata – rata kelas

Pengolahan nilai rata – rata kelas yang diperoleh siswa yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

R = Σ Σ Keterangan

R : nilai rata – rata

∑x : jumlah semua nilai siswa ∑N : jumlah siswa

(Hermawan dkk, 2010, hlm. 232) c. Pengolahan Kemampuan Menulis Kalimat Tunggal

Berikut ini merupakan rambu-rambu penilaian kemampuan menulis kalimat tunggal melalui penerapan model induktif kata bergambar.

Tabel 3.2

Format Penilaian Kemampuan Menulis Kalimat Tunggal

No Aspek yang Dinilai Skala Penilaian Bobot Skor 1 2 3 4 5

1 Struktur dan makna 5

2 Pilihan Kata/Diksi 3

3 Isi Kalimat 5

4 Ejaan 5

5 Kerapian Tulisan 2

Skor Total

Ketuntasan kelas = ∑ �ℎ � � � ℎ �


(21)

Setiap penilaian aspek dikalikan dengan bobot yang telah ditentukan kemudian dijumlahkan keseluruhannya, maka didapatkan nilai untuk kemampuan menulis kalimat tunggal.

Tabel 3.3

Deskripsi Skala Nilai Kemampuan Menulis Kalimat Tunggal

Aspek Skor Kriteria

Struktur dan makna

5 Mengandung pola SP/SPO/SPPel/SPOpel dengan makna yang tepat dan lengkap

4 Mengandung pola SP/SPO/SPPel/SPOpel dengan makna yang tepat

3 Mengandung pola SP/SPO/SPPel/SPOpel dengan makna yang kurang tepat

2 Mengandung pola SP/SPO/SPPel/SPOpel dengan makna yang tidak tepat

1 Tidak mengandung pola SP/SPO/SPPel/SPOpel dan makna tidak tepat atau tidak lengkap Pilihan

Kata/Diksi

5 Semua kosa kata yang digunakan sangat tepat, lugas dan jelas

4 Sebagian besar kosa yang digunakan tepat, lugas dan jelas

3 Sebagian kosa kata yang digunakan kurang tepat 2 Sebagian besar kosa kata yang digunakan tidak

tepat

1 Semua kosa kata yang digunakan tidak tepat Isi Kalimat 5 Isi kalimat sesuai dengan gambar dan menjelaskan

ciri-ciri objek pada gambar secara lengkap dan tepat

4 Isi kalimat sesuai dengan gambar dan menjelaskan ciri-ciri objek pada gambar dengan tepat tetapi penjelasan kurang lengkap

3 Isi kalimat sesuai dengan gambar tetapi penjelasan ciri-ciri objek kurang tepat

2 Isi kalimat sesuai dengan gambar tetapi penjelasan ciri-ciri objek tidak tepat

1 Isi kalimat tidak sesuai dengan gambar dan tidak menjelaskan ciri-ciri objek pada gambar

Ejaan 5 Penggunaan ejaan dan huruf kapital benar semua serta menggunakan tanda baca titik (.) pada akhir kalimat.


(22)

4 Terdapat 1-2 kesalahan dalam penggunaan ejaan dan huruf kapital serta menggunakan tanda baca titik (.) pada akhir kalimat

3 Terdapat 3-4 kesalahan dalam penggunaan ejaan dan huruf kapital serta menggunakan tanda baca titik (.) pada akhir kalimat

2 Terdapat 1-4 kesalahan dalam penggunaan ejaan dan huruf kapital serta tidak menggunakan tanda baca titik (.) pada akhir kalimat

1 Terdapat banyak kesalahan dalam penggunaan ejaan serta huruf kapital dan tidak menggunakan tanda baca titik (.) pada akhir kalimat

Kerapian Tulisan

5 Tulisan sangat rapi, tidak ada coretan, huruf yang ditulis jelas dan terbaca

4 Tulisan rapi, ada sedikit coretan, huruf yang ditulis jelas dan terbaca

3 Tulisan kurang rapi, ada beberapa coretan, huruf yang ditulis kurang jelas dan kurang terbaca 2 Tulisan tidak rapi, banyak terdapat coretan, banyak

huruf yang kurang jelas dan kurang terbaca 1 Tulisan tidak rapi, tidak jelas, dan tidak terbaca

Arti Skala

1 SK Sangat Kurang

2 K Kurang

3 C Cukup

4 B Baik

5 SB Sangat Baik

Nilai yang diperoleh siswa, kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel berikut:

Tabel 3.4

Pedoman Kategori Kemampuan Menulis Kalimat Tunggal Siswa

NILAI KATEGORI

81-100 Sangat Baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat Kurang


(23)

Adapun rumus perhitungan persentase yang digunakan dari Santoso (dalam Ernawati, 2014, hlm. 60) dan penganalisaan dilakukan dengan menggunakan rambu-rambu analisis berikut:

P = � Keterangan:

P : persentase

F : jumlah siswa yang memenuhi kategori, N : jumlah keseluruhan siswa,


(24)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini membahas mengenai simpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian penerapan model induktif kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat tunggal siswa kelas II SD yang telah dilakukan. A. Simpulan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis kalimat tunggal siswa kelas II SDN Sarijadi 5 dapat meningkat melalui penerapan model induktif kata bergambar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa simpulan yang diperoleh yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), dan membuat media pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat sesuai KTSP dan Permendiknas No 41 tahun 2007 yang di dalamnya disusun komponen identitas pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran (meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup), penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. RPP penelitian ini dibuat dengan mengacu pada penerapan model induktif kata bergambar dengan menerapkan langkah-langkah model induktif kata bergambar. Rencana pembelajaran mengalami perbaikan dalam setiap siklusnya dengan menambahkan beberapa langkah pembelajaran dan memperbaiki media pembelajaran yang akan digunakan. 2. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus. Pada pelaksanaanya

dilakukan sesuai dengan RPP yang mengacu pada penerapan model induktif kata bergambar. Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran menulis kalimat tunggal. Penggunaan gambar yang merupakan konsep awal model induktif kata bergambar ini berhasil menstimulus siswa, dalam mengembangkan kosa kata. Sehingga siswa terbantu dalam menentukan


(25)

pilihan kata untuk dijadikan sebuah kalimat tunggal. Pada pelaksanaan siklus I banyak siswa yang kesulitan dalam penggunaan ejaan dan tanda baca serta kerapian tulisan maka, dalam siklus II dan III ditekankan penjelasan dan bimbingan mengenai ejaan dan tanda baca serta kerapian tulisan. Selain itu dalam proses pembelajaran salah satu langkah model induktif kata bergambar yaitu kegiatan mengeja dan membaca kata dilakukan berulang-ulang agar siswa hafal dan ingat mengenai penulisan kata sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam penggunaan ejaan yang berupa penulisan huruf.

3. Kemampuan menulis kalimat tunggal siswa mengalami peningkatan setelah melakukan penerapan model induktif kata bergambar. Peningkatan kemampuan menulis kalimat tunggal terjadi pada setiap siklusnya. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata kemampuan menulis kalimat tunggal siswa. Pada pra siklus nilai rata-rata siswa yaitu 55,38 dengan ketuntasan belajar yaitu 30,76% dan meningkat pada siklus I dengan nilai rata-rata yaitu 62,42 dengan ketuntasan belajar 46,15% siswa yang tuntas mencapai KKM. Kemudian meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 75,71 dengan ketuntasan belajar 84,61%. Pada siklus ke III mengalami peningkatan lagi dengan perolehan nilai rata-rata 82,00 dengan ketuntasan belajar 84,61%. Adapun aspek yang menjadi penilaian kemampuan menulis yaitu struktur dan makna, pilihan kata/diksi, isi kalimat, ejaan dan kerapian tulisan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pemaparan hasil simpulan di atas, maka ada beberapa rekomendasi yang ingin disampaikan penulis setelah melakukan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru

Penerapan model induktif kata bergambar dapat dijadikan alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa. Dengan model ini, guru dapat meningkatkan aktivitas siswa, menumbuhkan minat dan motivasi dalam pembelajaran menulis. Sebagai catatan yang juga dapat menjadi pertimbangan bagi guru adalah mengenai pemilihan gambar. Guru bisa memanfaatkan gambar yang mudah dikenali siswa sehingga siswa dapat lebih


(26)

mudah mengidentifikasi gambar tersebut. Dalam model ini juga siswa belajar mengenali dan mengingat kata yang ditulis dalam bagan kata bergambar sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam penulisan kata yang digunakan dalam kalimat siswa.

2. Bagi Sekolah

Dengan adanya penelitian penerapan model induktif kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat tunggal ini, diharapkan dapat memotivasi guru-guru untuk melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta prestasi belajar siswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. Selain itu peneliti mengharapkan model ini tidak hanya digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat tunggal saja, melainkan model ini dapat dicoba dalam menulis sebuah karangan deskripsi, karangan persuasi, karangan narasi, dan karangan argumentasi. Selain dalam menulis model ini juga dapat dicoba diterapkan untuk meningkatkan kemampuan membaca.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Alwasillah, C. (2013). Menulis dari Teori Hingga Praktik. Bandung: ALFABETA.

Cahyani, I. (2012). Pembelajaran Menulis Berbasis Karakter dengan Pendekatan Experiental Learning. Bandung: Program Studi Pendidikan Dasar SPS UPI.

Cahyani, I., & Rosmana, I.A. (2006). Pendidikan Bahasa Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

Hartati, T., Ernalis & Churiah, Y., (2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Bandung: UPI PRESS.

Hermawan, R., Mujono, & Suherman, A., (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI PRESS.

Huda, Miftahul. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang: PUSTAKA PELAJAR.

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching: Model-model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mustakim. (1994). Membina Kemampuan Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Putrayasa, I. D. (2012). Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.

Resmini, M., Hartati, T., & Cahyani, I. ( 2009). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

Suparno dan Muhammad Yunus. (2007). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Susanto, A. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


(28)

Tarigan, H.G. (2008). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung:Angkasa.

Wiriaatmadja, Ri. (2010). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Rosdakarya.

Sumber Jurnal:

Apriliana, A. C. (2013). Pengaruh Picture Word Induktif Model Terhadap Keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan Siswa Kelas II SDN Sirnagalih Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Tesis UPI: Tidak diterbitkan.

Ernawati, D. E. (2014). Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri Cibeunying Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi UPI: Tidak diterbitkan.

Putra, Teguh Oscar Madya. (2014). PENERAPAN PENDEKATAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN.

Skripsi UPI: Tidak diterbitkan. Sumber Internet:

Madeamin, I. (2012). Model Spiral Kemmis & Taggart. [Online]. Diakses dari http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-3-model-spiral-dari-kemmis.html.

Permendiknas No 41 Tahun 2007. [Online]. Diakses dari http://www.slideshare.net/sdompu/permendiknas-no-41-tahun-2007-standar-proses-15623976.


(1)

Adapun rumus perhitungan persentase yang digunakan dari Santoso (dalam Ernawati, 2014, hlm. 60) dan penganalisaan dilakukan dengan menggunakan rambu-rambu analisis berikut:

P = � Keterangan:

P : persentase

F : jumlah siswa yang memenuhi kategori, N : jumlah keseluruhan siswa,


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini membahas mengenai simpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian penerapan model induktif kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat tunggal siswa kelas II SD yang telah dilakukan.

A. Simpulan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis kalimat tunggal siswa kelas II SDN Sarijadi 5 dapat meningkat melalui penerapan model induktif kata bergambar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa simpulan yang diperoleh yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), dan membuat media pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat sesuai KTSP dan Permendiknas No 41 tahun 2007 yang di dalamnya disusun komponen identitas pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran (meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup), penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. RPP penelitian ini dibuat dengan mengacu pada penerapan model induktif kata bergambar dengan menerapkan langkah-langkah model induktif kata bergambar. Rencana pembelajaran mengalami perbaikan dalam setiap siklusnya dengan menambahkan beberapa langkah pembelajaran dan memperbaiki media pembelajaran yang akan digunakan. 2. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus. Pada pelaksanaanya

dilakukan sesuai dengan RPP yang mengacu pada penerapan model induktif kata bergambar. Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran menulis kalimat tunggal. Penggunaan gambar yang merupakan konsep awal model induktif kata bergambar ini berhasil menstimulus siswa, dalam mengembangkan kosa kata. Sehingga siswa terbantu dalam menentukan


(3)

pilihan kata untuk dijadikan sebuah kalimat tunggal. Pada pelaksanaan siklus I banyak siswa yang kesulitan dalam penggunaan ejaan dan tanda baca serta kerapian tulisan maka, dalam siklus II dan III ditekankan penjelasan dan bimbingan mengenai ejaan dan tanda baca serta kerapian tulisan. Selain itu dalam proses pembelajaran salah satu langkah model induktif kata bergambar yaitu kegiatan mengeja dan membaca kata dilakukan berulang-ulang agar siswa hafal dan ingat mengenai penulisan kata sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam penggunaan ejaan yang berupa penulisan huruf.

3. Kemampuan menulis kalimat tunggal siswa mengalami peningkatan setelah melakukan penerapan model induktif kata bergambar. Peningkatan kemampuan menulis kalimat tunggal terjadi pada setiap siklusnya. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata kemampuan menulis kalimat tunggal siswa. Pada pra siklus nilai rata-rata siswa yaitu 55,38 dengan ketuntasan belajar yaitu 30,76% dan meningkat pada siklus I dengan nilai rata-rata yaitu 62,42 dengan ketuntasan belajar 46,15% siswa yang tuntas mencapai KKM. Kemudian meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 75,71 dengan ketuntasan belajar 84,61%. Pada siklus ke III mengalami peningkatan lagi dengan perolehan nilai rata-rata 82,00 dengan ketuntasan belajar 84,61%. Adapun aspek yang menjadi penilaian kemampuan menulis yaitu struktur dan makna, pilihan kata/diksi, isi kalimat, ejaan dan kerapian tulisan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pemaparan hasil simpulan di atas, maka ada beberapa rekomendasi yang ingin disampaikan penulis setelah melakukan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru

Penerapan model induktif kata bergambar dapat dijadikan alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa. Dengan model ini, guru dapat meningkatkan aktivitas siswa, menumbuhkan minat dan motivasi dalam pembelajaran menulis. Sebagai catatan yang juga dapat menjadi pertimbangan bagi guru adalah mengenai pemilihan gambar. Guru bisa memanfaatkan gambar yang mudah dikenali siswa sehingga siswa dapat lebih


(4)

mudah mengidentifikasi gambar tersebut. Dalam model ini juga siswa belajar mengenali dan mengingat kata yang ditulis dalam bagan kata bergambar sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam penulisan kata yang digunakan dalam kalimat siswa.

2. Bagi Sekolah

Dengan adanya penelitian penerapan model induktif kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat tunggal ini, diharapkan dapat memotivasi guru-guru untuk melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta prestasi belajar siswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. Selain itu peneliti mengharapkan model ini tidak hanya digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat tunggal saja, melainkan model ini dapat dicoba dalam menulis sebuah karangan deskripsi, karangan persuasi, karangan narasi, dan karangan argumentasi. Selain dalam menulis model ini juga dapat dicoba diterapkan untuk meningkatkan kemampuan membaca.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Alwasillah, C. (2013). Menulis dari Teori Hingga Praktik. Bandung: ALFABETA.

Cahyani, I. (2012). Pembelajaran Menulis Berbasis Karakter dengan Pendekatan Experiental Learning. Bandung: Program Studi Pendidikan Dasar SPS UPI.

Cahyani, I., & Rosmana, I.A. (2006). Pendidikan Bahasa Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

Hartati, T., Ernalis & Churiah, Y., (2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di Kelas Rendah. Bandung: UPI PRESS.

Hermawan, R., Mujono, & Suherman, A., (2010). Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: UPI PRESS.

Huda, Miftahul. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang: PUSTAKA PELAJAR.

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching: Model-model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mustakim. (1994). Membina Kemampuan Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Putrayasa, I. D. (2012). Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.

Resmini, M., Hartati, T., & Cahyani, I. ( 2009). Pembinaan dan

Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung:

UPI PRESS.

Suparno dan Muhammad Yunus. (2007). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Susanto, A. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


(6)

Tarigan, H.G. (2008). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung:Angkasa.

Wiriaatmadja, Ri. (2010). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Rosdakarya.

Sumber Jurnal:

Apriliana, A. C. (2013). Pengaruh Picture Word Induktif Model Terhadap Keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan Siswa Kelas II SDN Sirnagalih Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Tesis UPI: Tidak diterbitkan.

Ernawati, D. E. (2014). Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri Cibeunying Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi UPI: Tidak diterbitkan.

Putra, Teguh Oscar Madya. (2014). PENERAPAN PENDEKATAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN.

Skripsi UPI: Tidak diterbitkan. Sumber Internet:

Madeamin, I. (2012). Model Spiral Kemmis & Taggart. [Online]. Diakses dari http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-3-model-spiral-dari-kemmis.html.

Permendiknas No 41 Tahun 2007. [Online]. Diakses dari http://www.slideshare.net/sdompu/permendiknas-no-41-tahun-2007-standar-proses-15623976.