PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII C Mts Al-Musyawarah Lembang dalam Pembelajaran IPS.

(1)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII C Mts Al-Musyawarah Lembang dalam Pembelajaran IPS)

Di susun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana

SKRIPSI

Di susun Oleh: Elin Karlina

1103016 Pendidikan IPS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII C Mts Al-Musyawarah Lembang dalam Pembelajaran IPS)

Oleh: Elin Karlina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Elin Karlina 2015 Universitas Pendidikan Indonesa

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-undang


(3)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan dicetak ulang, diphotocopy, atau cara lainnya tanpa izin penulis

LEMBAR PENGESAHAN

Peningkatan Kecerdasan Sosial (Social Intelligence) Siswa melalui Pemanfaatan Masyarakat dan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E Mts Al-Musyawarah Lembang dalam Pembelajaran IPS)

Skripsi diajukan oleh: Elin Karlina

1103016

Disetujui dan Disahkan oleh Dosen Pembimbing 1

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed NIP. 196308201988031001

Dosen Pembimbing 2

Dr. Hj. Kokom Komalasari, M. Ed NIP. 197210012001122001


(4)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Dr. Nana Supriatna, M. Ed NIP. 19611014 1986011 001

LEMBAR PENGUJI

Skripsi ini telah diujikan pada :

Hari/ Tanggal : Kamis dan Jumat, 25-26 Juni 2015 Tempat : Gedung Muhammad Nu’man Sumantri (FPIPS), Lt. 2

Panitia Ujian :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M. Si NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 196801 1 001

3. Penguji :

1. Dra. Yani Kusmarni, M. Pd NIP. 196601131990012


(5)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Dra. Hj. Neiny Ratmaningsih, M. Pd NIP. 196112151986032

3. M. Iqbal, S. Pd, M. Si.


(6)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

IMPROVING STUDENTS’ SOCIAL INTELLIGENCE THROUGH THE USE OF THE SCHOOL’S COMMUNITY AND ENVIRONMENT AS LEARNING SOURCES

(A Classroom Action Research at Class VIII C at MTs Al-Musyawarah Lembang in Learning Social Science)

This study focuses on improving students’ social intelligence through the use of school’s community and environment as learning sources. It aims to explain how the planning, implementation, improvement, obstacles and solutions arise in learning social science. The method used in this research was the Classroom Action Research which was proposed by Kemmis and Taggart. The data collection was conducted at Class VIII-C at MTs Al-Musyawarah Lembang using the method of observation and interview. The theory used in the study was Daniel Goleman’s (2007) social intelligence theory. The result of the study revealed that the use of school’s community and environment as the sourcec of learning can be taken as the alternative of improving students’ social intelligence. The research also showed that it is important to plan the learning process by designing the lesson plans, model, methods and teaching strategies; the learning process should be related to the lesson plans which have been designed; the indicators of the significantly improved social intelligence can be seen from the improved awareness of students’ role and duties, teamwork, as well as students’ leadership; Also, the obstacles and solutions generally faced are the lack of teachers’ experience in using community and social environment, especially in designing students’ worksheets. Based on the research, it is recommended that the teachers and schools can take advantage of the school’s community and environment as better learning sources and also take it as one of the ways of improving students’ competence in other aspects.


(7)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT

DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR (PTK di Kelas VIII C Mts Al-Musyawarah Lembang dalam Pembelajaran IPS)

Penelitian ini tentang peningkatan kecerdasan sosial (social intelligence) siswa melalui pemanfaatan masyarakat dan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang bertujuan untuk menjelaskan bagaimana perencanaan, pelaksanaan, peningkatan serta kendala dan solusi yang muncul dalam pembelajaran IPS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kemmis dan Taggart. Pengumpulan data dilakukan di Mts Almusyawarah Lembang kelas VIII C menggunakan metode observasi dan wawancara. Teori yang digunakan adalah teori kecerdasan sosial dari Daniel Goleman (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan masyarakat dan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kecerdasan sosial siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan harus dilakukan sebelum pembelajaran dengan menyusun RPP, model, metode, serta strategi mengajar; pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan perencanaan yang telah dilakukan; Indikator dari kecerdasan sosial yang meningkat dan secara signifikan terlihat pada peningkatan Kesadaran akan peran dan tugas siswa, kerjasama, serta kepemimpinan siswa;serta kendala dan solusi yang dihadapi umumnya adalah kurangnya pengalaman guru dalam memanfaatkan masyarakat dan lingkungan sekolah, khususnya ketika tahap perencanaan dalam menyusun lembar kerja siswa. Berdasarkan penelitian, rekomendasi yang diberikan adalah agar guru dan pihak sekolah dapat memanfaatkan masyarakat dan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dengan lebih baik serta pemanfaatan sumber belajar untuk meningkatkan kompetensi di aspek yang lain.


(8)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Isi

Lembar Pengesahan . i

Lembar pernyataan ii

Kata Pengantar iii

Ucapan Terima kasih iv

Abstrak vii

Abstract viii

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 9

D. Manfaat Penelitian 9

E. Struktur Organisasi Skripsi 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Pembelajaran IPS 12

1. Definisi Pembelajaran IPS 12

2. Tujuan Pembelajaran IPS 18

3. Komponen Pembelajaran IPS 19

B.Lingkungan sosial sebagai Sumber Belajar 29

1. Pengertian Lingkungan Sosial 29

2. Macam-macam Lingkungan 31

3. Pemanfaatan lingkungan sebagai Sumber Belajar 33

C.Kecerdasan Sosial 34

1. Definisi Kecerdasan Sosial 34


(9)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D.Pemanfaatan masyarakat dan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk Peningkatan Kecerdasan Sosial 42

E. Penelitian terdahulu 44

F. Kerangka Berfikir 45

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek 46

B. Desain Penelitian 46

C. Metode Penelitian 47

D. Definisi Operasional 51

E. Instrumen Penelitian 56

F. Teknik Pengumpulan Data 57

G. Analisis dan Validasi Data 58

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian 63

1. Deskripsi Sekolah 63

2. Deskripsi Siswa 65

3. Deskripsi Guru Mitra 66

4. Deskripsi Kelas VIII C 67

B. Deskripsi Hasil Penelitian 68

1. Deskripsi Kegiatan Pra Tindakan 68

a. Identifikasi Masalah 69

b. Studi Pendahuluan 71

2. Deskripsi Proses Siklus Penelitian 71 a. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus Pertama 71 b. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus Kedua 85 c. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus Ketiga 96 d. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus Keempat 107

C. Pembahasan Hasil Penelitian 118

1. Perencanaan Pembelajaran IPS dengan Memanfaatkan Masyarakat dan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Kecerdasan Sosial Siswa 118


(10)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pelaksanaan Pembelajaran IPS dengan Memanfaatkan Masyarakat dan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kecerdasan Sosial Siswa 122 3. Peningkatan Kecerdasan Sosial Siswa dalam Pembelajaran

IPS melalui Pemanfaatan Masyarakat dan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar 126 4. Kendala dan Solusi dalam Pembelajaran IPS dengan

Memanfaatkan Masyarakat dan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Kecerdasan Sosial

Siswa 145

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan 147

B. Rekomendasi 150


(11)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Dimensi IPS dalam Kehidupan manusia 17 Tabel 2.2 Jenis-jenis sumber belajar 22 Tabel 4.1 Fasilitas dan Ruang Sekolah 64 Tabel 4.2 Jumlah Siswa tahun ajaran 2014-2015 66 Tabel 4.3 Daftar Nama siswa kelas VIII-C 68 Tabel 4.4 penilaian kecerdasan sosial siswa 77 Tabel 4.5 Penilaian kelompok secara mandiri 79 Tabel 4.6 Konversi dan nilai rata-rata presentase kedisiplinan siswa siklus 1 80 Tabel 4.7 Catatan Kedisiplinan Siswa 81 Tabel 4.8 Pedoman Observasi Penilaian guru 82 Tabel 4.9 Penilaian kecerdasan sosial siswa siklus 2 89 Tabel 4.10 Penilaian kelompok secara mandiri siklus 2 91 Tabel 4.11 Konversi nilai rata-rata rpesentase kedisiplinan siswa siklus 2 92 Tabel 4.12 catatan kedisiplinan siswa siklus 2 93 Tabel 4.13 Pedoman penilaian guru siklus 2 94 Tabel 4.14 Penilaian kecerdasan sosial siswa siklus 3 100 Tabel 4.15 Penilaian kelompok secara mandiri siklus 3 102 Tabel 4.16 Konversi nilai rata-rata presentase kedisiplinan siswa siklus 3 103 Tabel 4.17 Catatan kedisiplinan siswa siklus 3 104 Tabel 4.18 Pedoman penilaian guru siklus 3 105 Tabel 4.19 Penilaian kecerdasan sosial siswa siklus 4 111 Tabel 4.20 Penilaian kelompok secara mandiri siklus 4 113 Tabel 4.21 Konversi nilai rata-rata presentase siklus 4 114 Tabel 4.22 Catatan kedisiplinan siklus 4 115 Tabel 4.23 Pedoman Penilaian guru siklus 4 116


(12)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.24 Peningkatan kecerdasan sosial siswa antarsiklus 127

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Keterkaitan antara belajar dan pembelajaran secara proses 13 Gambar 2.2 Faktor-faktor belajar siswa 14

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir 44

Gambar 3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Taggart 48 Gambar 4.1 Denah tempat duduk siswa siklus pertama 73 Gambar 4.2 Dokumentasi Pelaksanaan siklus I 84 Gambar 4.3 Denah tempat duduk siswa siklus kedua 86

Gambar 4.4 Dokumentasi siklus II 95

Gambar 4.5 Denah tempat duduk siswa siklus ketiga 98 Gambar 4.6 Dokumentasi pelaksanaan siklus III 106 Gambar 4.7 Dokumentasi siswa dalam pelaksanaan observasi lapangan 117 Gambar 4.8 Dokumentasi kegiatan pembeljaran IPS di kelas 118 Gambar 4.9 Grafik peningkatan kecerdasan sosial siswa antarsiklus 126 Gambar 4.10 Grafik peningkatan kecerdasan sosial siswa secara kelompok 129 Gambar 4.11 Grafik peningkatan indikator kesadaran akan peran dan tugas 130 Gambar 4.12 Grafik indikator kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri 132 Gambar 4.13 Grafik Indikator kerjasama siswa 133 Gambar 4.14 Grafik indikator kematangan dan keluasan pola pikir 135 Gambar 4.15 Grafik indikator kepekaan terhadap fenomena 136 Gmbar 4.16 Grafik indikator kemampuan siswa membuat kesimpulan 137 Gambar 4.17 Grafik indikator kemampuan siswa memimpin diri 138 Gambar 4.18 grafik indikator kemampuan siswa memecahkan masalah 139 Gambar 4.19 grafik indikator komunikasi siswa 140 Gambar 4.20 Grafik indikator kemampuan siswa mengorganisasikan


(13)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelompok 141

Gambar 4.21 Grafik indikator kemampuan mediasi siswa 142 Gambar 4.22 Grafik penilaian kemandirian kecerdasan sosial siswa 144

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Persuratan (Surat Keputusan, Surat balikan penelitian)

Lampiran 2. Instrumen Penelitian (Pedoman Observasi, pedoman wawancara pra peneltiian)

Lampiran 3. Hasil penelitian (hasil wawancara pra penelitian, daftar hadir siswa, lembar kerja siswa, hasil kerja siswa, hasil observasi siswa, hasil observasi guru, hasil wawancara pasca penelitian)


(14)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) di Mts Al-Musyawarah Lembang tepatnya di kelas VIII C tempat penelitian ini dilakukan. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan selama rentang waktu tanggal 5 Januari-29 januari 2015 di kelas VIII C ditemukan beberapa permasalahan atau indikasi di dalam kelas yang peneliti lihat dari dua sudut pandang, yakni dari sudut pandang karakteristik proses pembelajaran dan dari sudut pandang karakteristik mengajar guru. Sudut pandang karakteristik proses pembelajaran melihat bagaimana proses pembelajaran IPS di kelas VIII C ini berlangsung seperti bagaimana aktivitas antara guru dan murid, aktivitas siswa di dalam kelas dan proses atau kondisi selama berjalannya waktu belajar IPS di kelas VIII C ini. Sedangkan sudut pandang karakteristik mengajar guru melihat bagaimana guru dalam menjalankan proses pembelajaran di dalam kelas dan bagaimana peran guru dalam aktivitas di kelas.

Dalam sudut pandang karakteristik proses pembelajaran, terdapat beberapa indikasi yang peneliti temukan, di antaranya adalah sebagai berikut: Pertama, siswa kurang memiliki keterampilan dalam menghargai orang yang sedang berbicara, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang tidak mendengarkan dengan saksama presentasi yang dilakukan oleh kelompok presenter di depan kelas; Kedua, siswa tidak memiliki keterampilan dalam berbicara dengan baik, hal ini terlihat dari cara siswa berkomunikasi dengan gurunya yang terkesan tidak menghargai; Ketiga, kurangnya rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran IPS, hal ini terlihat dari siswa yang tidak mendengarkan dengan baik ketika guru memberikan penjelasan terhadap diskusi yang berlangsung;

Keempat, siswa tidak memiliki keterampilan bertanya dan berfikir kritis yang baik, hal ini terlihat ketika proses diskusi sampai pada sesi tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan yang muncul terkesan asal dan tidak menggunakan kata tanya yang baik dan pertanyaan yang muncul hanya berupa pertanyaan yang


(15)

2

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengetes kelompok presenter; Kelima, siswa kurang memiliki kepekaan sosial, hal ini terlihat ketika ada seorang temannya yang sedang sakit, siswa yang lain mengacuhkan dan malah menganggap dia sedang bercanda dan ketika siswa ditanya oleh guru mengenai teman satu kelas yang tidak masuk kelas hampir semua siswa menjawab tidak tahu.

Dari sudut pandang karakteristik guru mengajar, peneliti menemukan beberapa indikasi, diantaranya adalah: Pertama, guru kurang memfasilitasi siswa untuk mengeksplor lebih ilmunya sendiri, dalam hal ini, guru tidak menggunakan lembar kerja siswa dalam meminta siswa untuk mencari bahan diskusi. sehingga mengakibatkan siswa hanya membaca apa yang mereka temukan dari buku teks atau buku pelajaran tanpa mampu untuk mengeksplor lebih; Kedua, guru tidak memfasilitasi siswa untuk mendorong siswa ketika berpendapat atau mengajukan sanggahan, terlihat guru hanya menerima pertanyaan dari siswa saja. Ketiga, dalam klarifikasi mengenai diskusi, guru hanya menyampaikan apa yang ada dalam buku teks saja tanpa mengambil atau mencari dari sumber lain sehingga dapat dikatakan bahwa apa yang disampaikan guru bersifat tekstual atau konsep saja. Keempat, guru tidak melakukan proses pembelajaran pada siswa yang bersifat bermakna karena hanya menyampaikan materi dari sumber buku teks saja tanpa menggunakan sumber lain seperti dari lingkungan sekitar siswa yang lebih dekat dengan kehidupan siswa.

Selain melakukan observasi awal, peneliti pun melakukan wawancara dengan guru yang mengajar IPS di kelas tersebut sekitar proses pembelajaran IPS di kelas dan kendala yang dihadapi oleh guru di dalam kelas ketika proses pembelajaran, selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu siswa di kelas VIII C tersebut mengenai hal yang sama.

Guru mata pelajaran IPS mengemukakan bahwa siswa di kelas ini akan lebih mudah paham jika menggunakan metode ceramah satu arah dan mencatat dari guru untuk menjadi bahan belajar siswa, sedangkan untuk metode diskusi hanya di lakukan sesekali saja karena dari segi waktu yang dibutuhkan memang menghabiskan waktu yang lebih banyak. Beliau pun berpendapat bahwa karakteristik setiap kelas yang beliau ajar tidaklah sama satu sama lain, kelas VIII C ini merupakan salah satu yang siswanya cukup pandai dalam hal akademik


(16)

3

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tetapi mereka kurang mampu dalam mengeksplor kemampuannya tersebut. Tetapi di lain sisi, di kelas ini pun sering ada yang tidak sekolah hingga berhari-hari tetapi ketika ditanyakan oleh teman-teman sekelasnya mereka serempak menjawab tidak tahu, sehingga tidak jarang pula guru atau wali kelas yang datang langsung ke rumah siswa. Sedangkan, Dari hasil wawancara dengan salah satu siswa di kelas VIII C mengenai pendapatnya tentang pembelajaran IPS, siswa menjawab bahwa sebenarnya pelajaran IPS merupakan pelajaran yang sangat luas dalam artian materi pelajarannya sehingga dia merasa kesulitan jika harus menghafalnya. Padahal seperti yang kita ketahui, pelajaran IPS bukanlah pelajaran yang bersifat hapalan, melainkan pemahaman.

Dari temuan-temuan di atas, terlihat bahwa hampir seluruh siswa kurang memiliki kepekaan maupun kesadaran terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya, bahkan yang berada di dalam satu kelas. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang memiliki kecerdasan sosial (Social Intelligence) yang sebagaimana diartikan oleh Lwin (2008, hlm. 197) sebagai “kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita”. Hal ini relevan dengan masalah dan temuan yang didapatkan oleh peneliti di lapangan ketika observasi awal, dimana siswa kurang memiliki kemampuan dalam memposisikan diri ketika berhubungan dengan orang lain atau dalam hal ini dengan teman-teman satu kelasnya. Kecerdasan sosial ini dapat diartikan juga sebagai kemampuan seseorang dalam berinteraksi maupun menjalin hubungan dengan orang lain secara serasi dan harmonis yang tentunya harus di miliki oleh setiap manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam proses kehidupannya. Kecerdasan ini di sebut pula oleh Gardner ke dalam tujuh jenis kecerdasan manusia (Sembilan jenis saat ini) sebagai kecerdasan Interpersonal atau ada pula yang menyebutnya sebagai kecerdasan antarpersonal. Sedangkan Goleman berdasarkan karakteristiknya menggolongkan pula kecerdasan ini ke dalam kecerdasan emosi (EQ). Kecerdasan emosi (EQ) Goleman atau kecerdasan antarpribadi Gardner adalah kebutuhan vital manusia karena ia berakar kuat dalam otak (Taufiq, 2005. Hlm. 19).

Pentingnya siswa memiliki kecerdasan sosial sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, dimana siswa hidup di dalam masyarakat dan menjadi bagian


(17)

4

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau unit terkecil dalam masyarakat yang nantinya mengemban pula amanah menjadi seorang pemimpin dan calon penerus generasi bangsa. Kecerdasan sosial ini pada pelaksanaannya di masyarakat pula di butuhkan untuk membentuk hubungan yang harmonis dan serasi di dalam masyarakat yang berlandaskan pada kepercayaan dan perasaan saling menjaga satu sama lain. Dari beberapa contoh kasus, sebut saja kasus-kasus pembunuhan maupun penganiayaan di masyarakat yang di dasari atas alasan-alasan yang tidak rasional seperti kecurigaan, ketidakpercayaan, maupun iri dengki yang menimbulkan berbagai konflik di dalam masyarakat. Hal inilah yang mendasari pentingnya siswa memiliki kecerdasan sosial baik kecerdasan dalam mengolah emosi maupun keterampilan dalam menjaga perasaan dan menciptakan hubungan yang harmonis, serasi dan seimbang di dalam masyarakat yang dapat di latih sejak dini.

Kecerdasan sosial merupakan salah satu jenis kecerdasan yang harus di latih dan dimiliki oleh setiap orang sejak dini, kecerdasan sosial ini pun sejalan dengan tujuan pembelajaran IPS pada umumnya, yakni menjadi good citizen atau warga negara yang baik (Soemantri, 2001, hlm. 260) walaupun terdapat beberapa pendapat lain mengenai tujuan pengajaran IPS di sekolah ini. Tetapi dalam hal ini, menjadi seorang warga negara yang baik berarti ia mengerti dan paham mengenai hak dan kewajibannya sebagai Warga Negara Indonesia.

Sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang berorientasi kepada manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan hubungannya dengan lingkungan, IPS memiliki tanggungjawab untuk melatih dan mengajarkan mengenai kecerdasan sosial ini. Hal ini dapat dilatih dengan berbagai cara dan sumber informasi yang semakin mudah untuk didapat seperti media cetak, elektronik maupun masalah atau hal yang memang berada dekat dengan kehidupan siswa itu sendiri dan dapat dibangun sejak siswa tersebut di usia sekolah menengah pertama untuk juga meningkatkan daya kritis dan analisis siswa. Salah satu cara yang dirasa cukup tepat bagi peneliti adalah dengan menggunakan masyarakat dan lingkungan sekolah sebagai sumber balajar siswa, dimana siswa belajar untuk mengenal dirinya, lingkungan sekolahnya serta masyarakat dimana tempat ia tinggal. Selain itu, penggunaan sumber belajar berupa masyarakat dan lingkungan sekolah ini pun melatih siswa untuk peka dan


(18)

5

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tanggap terhadap fenomena maupun peristiwa yang terjadi di sekitar kehidupannya. Hal itu sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sumaatmadja (1980, hlm. 16), yang menyatakan:

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang-bidang yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu pengajaran IPS yang belum mengangkat masyarakat sebagai sunber dan objeknya merupakan suatu bidang pegetahuan yang tidak berpijak pada kenyataan. IPS yang bersumber kepada kenyataan tidak mungkin mencapai sasaran dan tujuannya, dan tidak akan memenuhi tuntutan kemasyarakatan.

Berdasarkan pendapat atau pandangan yang dikemukakan oleh Sumaatmadja diatas, terlihat bahwa IPS sebagai ilmu praktis seharusnya bersumber dari fenomena dan masyarakat sebagai sumber dan objeknya agar lebih nyata dan sesuai dengan kenyataan selain itu siswa disiapkan untuk menjadi seorang yang terampil dalam pemecahan masalah dan menyeseuaikan pada apa yang diperlukan oleh masyarakat kelak. Senada dengan hal tersebut, Poedjiadi (2005, hlm. 79) pun menyatakan bahwa:

Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, diharapkan siswa akan memiliki kepedulian terhadap lingkungannya, dan berawal dari pemahaman konsep kepedulian itu, siswa dapat mencari solusi, mengambil keputusan dan melakukan tindakan nyata ketika menghadapi masalah dalam lingkungan mereka sendiri.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, terlihat bahwa pembelajaran IPS yang bermakna salah satunya adalah dengan menggunakan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar dan menjadikan fenoomena serta masyarakat sebagai objek dan sumber belajar guna melatih keterampilan dan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah serta menyiapkannya agar sesuai dengan tuntutan masyarakat dan menjadi salah satu sarana yang baik untuk melatih siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS, yakni untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik (Good Citizenship).

Pemanfaatan masyarakat dan lingkungan skeolah sebagai sumber belajar digunakan dalam penelitian ini untuk mendekatkan dan melatih siswa agar dekat dan peka terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya. Masyarakat merupakan suatu konsep yang cukup luas dan diartikan sebagai sekumpulan individu yang


(19)

6

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hidup bersama membentuk pola kehidupan dan bukan hanya sebagai masyarakat dalam artian berwarganegara saja, melainkan dalam unit terkecil masyarakat sekalipun yakni keluarga dapat dijadikan sebagai sumber belajar khususnya dalam pembelajaran IPS dan sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual yang dicanangkan.

Selain masyarakat, lingkungan sekolah dipilih oleh peneliti sebagai pokok bahasan untuk dijadikan sumber belajar dengan persepsi bahwa lingkungan sekolah merupakan salah satu lingkungan yang akrab dengan kehidupan siswa dan tempat dimana siswa bergaul dalam kesehariannya. Lingkungan sekolah yang dapat dijadikan sumber belajar pun terhitung cukup luas, beberapa diantaranya yang dapat dijadikan sebagia sumber belajar adalah lingkungan sosial maupun lingkungan fisik sekolah itu sendiri. Lingkungan sosial seperti diantaranya Kepala sekolah, staf sekolah, staf guru, teman sebaya, siswa di sekolah, bahkan penjaga sekolah, penjaga kantin dan Satpam. Sedangkan, lingkungan fisik sekolah yang dapat dijadikan sumber belajar seperti bangunan sekolah, lokasi sekolah, fasilitas sekolah, latar belakang sekolah, dan lain sebagainya.

Persepsi peneliti ini dikuatkan dengan teori dan pendapat sebagaimana disadur dari Poedjiadi (2005, hlm. 69) yang mengemukakan bahwa lingkungan sebagai sumber belajar dapat membuat siswa memiliki kepedulian terhadap lingkungannya sehingga siswa pada akhirnya juga dapat mencari solusi dan membuat keputusan dalam menghadapi masalah yang terjadi di lingkungannya sendiri. Pendapat lain yang mengemukakan hal serupa adalah pendapat dari Semiawan, dkk. (1989, hlm. 96) bahwa sumber belajar yang terdapat di lingkungan kita yang sangat bermanfaat diantaranya adalah 1) masyarakat desa atau sekeliling sekolah, 2) lingkungan fisik di sekitar sekolah, 3) bahan sisa atau barang bekas yang tidak terpakai, 4) peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi di masyarakat.

Beberapa Peneliti terdahulu pernah meneliti mengenai hal yang serupa dengan yang peneliti lakukan kali ini, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sinta Rahmalia dengan judul penggunaan lingkungan sekitar siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI) yang


(20)

7

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memunculkan hasil berupa keterampilan sosial siswa yang mencapai angka sebesar 90.6 %, penelitian yang dilakukan oleh Sinta ini menggunakan lingkungan sekitar siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial yang merupakan salah satu bagian dari kecerdasan sosial yang diteliti oleh peneliti saat ini. Dari penelitian ini terlihat adanya peningkatan dan hasil yang cukup baik bagi keterampilan sosial siswa dengan menggunakan sumber belajar lingkungan sekitar siswa.

Penelitian lain dilakukan oleh Dewi Sri Lestari dengan judul pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS yang menghasilkan peningkatan hasil belajar hingga sebesar 80 %. Penelitian ini juga menggunakan sumber belajar berupa lingkungan tetapi aspek yang ingin ditingkatkan adalah dari segi hasil belajar siswa. Dan dari hasil penelitian tersbeut, terlihat adanya peningkatan dalam hasil belajar siswa dan didapatkan angka 80% dalam siklus terakhir. Penelitian yang lain, dilakukan oleh Lisna Dwi Agustin dengan mengambil judul Pengembangan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS dengan metode REACT yang menghasilkan presentasi sebesar 92% dalam hal kecerdasan interpersonal.

Dari penelitian yang peneliti temukan, terdapat beberapa titik perbedaan antara satu penelitian dengan penelitian yang lain, seperti penekanan atau titik berat pada penggunaan sumber belajar, maupun dari segi kompetensi yang ingin ditingkatkan. Dari penelitian-penelitian tersebut juga, terdapat perubahan dalam bentuk peningkatan kompetensi siswa dengan menggunakan sumber belajar berupa lingkungan.

Lingkungan bukan hanya menjadi objek kajian bagi pelajaran IPS, melainkan juga menjadi objek yang menarik bagi pembelajaran IPS. Melalui pendekatan ini, guru dapat mengajarkan suatu pembelajaran yang bermakna bagi siswanya karena dari lingkungan lah siswa hidup dan belajar untuk memecahkan masalah yang mungkin dihadapi untuk ke depannya. Penggunaan sumber belajar berupa Lingkungan sosial ini memiliki kesesuaian dalam penggunaan pembelajaran inquiry. Maxim (2010, hlm. 389) mengemukakan bahwa:

Although children are effectual natural inquiries, they often lack the expertise required to carry out a wide variety of content are investigations. Children’s first experiences with constructivist inquiry are intended to serve as a bridge between their free, natural childhood explorations and the


(21)

8

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

acquisition of an interconnected set of organized process and skills that children will need to employ as the raise wuestions about their social world.

Sedangkan, Sudjana dan Rivai (2008 dalam Rusmiati, 2011, hlm. 12) Lingkungan dapat berfungsi untuk memperkaya materi pengajaran, memperjelas prinsip dan konsep yang dipelajari dalam bidang studi dan bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar siswa. Sehingga, dalam hal ini lingkungan dapat di gunakan sebagai sumber belajar untuk memperkaya khasanah pengetahuan siswa dan menjadikannya sebagai pembelajaran yang bermakna dan kontekstual, khususnya dalam pembelajaran IPS dimana IPS merupakan mata pelajaran di sekolah yang dekat dengan kehidupan sosial siswa agar siswa dapat membekali dirinya dan menyiapkan diri menjadi Warga negara yang baik sebagaimana tujuan dari pembelajaran IPS.

Dengan dasar pemikiran demikian, maka peneliti tertarik untuk membuat penelitian dengan mengambil judul “Peningkatan Kecerdasan Sosial (Social

Intelligence) Siswa Melalui Pemanfaatan Masyarakat Dan Lingkungan

Sekolah Sebagai Sumber Belajar” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII C Mts Al-Musyawarah Lembang dalam Pembelajaran IPS).

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti memfokuskan

permasalahan kali ini yakni: “Bagaimana meningkatkan kecerdasan sosial (Social Intelligence) siswa melalui pemanfaatan masyarakat dan lingkungan sekolah

sebagai sumber belajar dalam Pembelajaran IPS?”. Berikut ini rumusan masalah

yang lebih spesifik berdasarkan permasalahan tersebut:

1. Bagaimana guru merencanakan pembelajaran IPS untuk meningkatkan Kecerdasan Sosial (Social Intelligence) Siswa melalui pemanfaatan masyarakat dan Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di kelas VIII C Mts Al-Musyawarah Lembang?

2. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran IPS untuk meningkatkan Kecerdasan Sosial (Social Intelligence) Siswa melalui pemanfaatan


(22)

9

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat dan Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di kelas VIII C Mts Al-Musyawarah Lembang?

3. Bagaimana Hasil peningkatan Kecerdasan Sosial (Social Intelligence) Siswa melalui pemanfaatan masyarakat dan Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di kelas VIII C Mts Al-Musyawarah Lembang?

4. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh guru untuk menghadapi kendala dalam melaksanakan pembelajaran IPS untuk meningkatkan Kecerdasan Sosial (Social Intelligence) Siswa melalui pemanfaatan masyarakat dan Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di kelas VIII C Mts Al-Musyawarah Lembang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perencanaan yang di lakukan guru dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan Kecerdasan Sosial (Social Intelligence) Siswa melalui pemanfaatan masyarakat dan Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di kelas VIII C Mts Al-Musyawarah Lembang

2. Pelaksanaan proses pembelajaran IPS untuk meningkatkan Kecerdasan Sosial (Social Intelligence) Siswa melalui pemanfaatan masyarakat dan Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di kelas VIII C Mts Al-Musyawarah Lembang

3. Hasil Peningkatan Kecerdasan Sosial (Social Intelligence) Siswa melalui pemanfaatan masyarakat dan Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di kelas VIII C Mts Al-Musyawarah Lembang

4. Strategi yang dilakukan oleh guru untuk menghadapi kendala dalam melaksanakan pembelajaran IPS untuk meningkatkan Kecerdasan Sosial (Social Intelligence) Siswa melalui pemanfaatan masyarakat dan Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di kelas VIII C Mts Al-Musyawarah Lembang


(23)

10

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan pembelajaran memerlukan adanya interaksi dua arah dan kegiatan timbal balik antara guru dan siswa sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton. Selain itu, pembelajaran IPS selaku mata pelajaran yang dekat dengan kehidupan siswa haruslah menciptakan suatu pembelajaran yang bermakna (Meaningful) sehingga dengan adanya penelitian ini, peneliti memiliki harapan agar penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan pembelajaran IPS yang bermakna serta beberapa manfaat yang bersifat praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Bagi Siswa

Penelitian ini memiliki manfaat bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan belajarnya khususnya dalam pembelajaran IPS, meningkatkan Kecerdasan Sosial (Social Intelligence) yang dimiliki oleh siswa, siswa tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja melainkan juga kemampuan afektif dan psikomotor serta memiliki kepekaan dan tanggap terhadap hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

2. Manfaat Bagi Guru dan Sekolah

Bagi guru dan sekolah sebagai instansi pendidikan, penelitian memiliki manfaat untuk dijadikan referensi dalam pemilihan sumber belajar yang tepat agar sesuai dengan kondisi pembelajaran seperti masalah yang coba untuk dipecahkan oleh penelitian ini, serta untuk meningkatkan kecerdasan sosial (Social Intelligence) siswa agar bisa menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur penulisan dalam penyususnan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan dan berisikan mengenai Latar belakang masalah; Rumusan masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat penelitian dan Struktur Organisasi Skripsi.


(24)

11

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kajian pustaka berisi mengenai teori dan rumusan pustaka yang diambil oleh peneliti dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini di antaranya adalah mengenai Sumber belajar masyarakat dan lingkungan, serta kecerdasan sosial yang diambil dari berbagai literatur dan pustaka sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Metode Penelitian berisi mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dan tahapan-tahapan yang dilakukan oleh peneliti muali dari perencanaan atau persiapan, prosedur pelaksanaan, analisis data yang mencakup sumber data, teknik pengumpulan serta alat pengumpul data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini merupakan Pembahasan dari hasil penelitian yang di lakukan oleh peneliti dan di kaji serta di sandingkan dengan kajian pustaka yang telah dilakukan dan ditulis berdasarkan data, fakta dan informasi serta dikolaborasikan dengan berbagai literatur yang mendukung dari kajian pustaka.

BAB V PENUTUP

Bab ini membahas mengenai simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebagai jawaban atas pertanyaan dalam rumusan masalah serta rekomendasi yang diajukan oleh peneliti berdasarkan proses dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan.


(25)

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Mts Al-Musyawarah Lembang yang beralamatkan di Jalan Baru Adjak No. 158 Lembang, Kabupaten Bandung Barat dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII E. Secara umum, gambaran dari sekolah ini adalah sekolah yang memiliki ikatan kekeluargaan yang cukup kuat, beberapa tenaga pengajar disini adalah alumni dari sekolah ini sendiri. Sekolah ini merupakan sekolah swasta yang menggunakan sumber dana yang bersifat swadaya tanpa bantuan dari pemerintah dan sumber dana hanya berasal dari orangtua murid dan yayasan Musyawarah. Bangunan atau gedung Mts Al-Musyawarah menyatu dengan bangunan SMA Al-Al-Musyawarah dan satu ruang lingkup dengan SMK Taruna Bangsa. Walau dikatakan menyatu, tetapi kedua jenjang pendidikan ini memiliki ruang kelasnya masing-masing. Sedangkan untuk kelas VIII E sendiri sebagai kelas yang diadakannya penelitian, kelas ini merupakan salah satu kelas yang memiliki 29 murid dengan komposisi 17 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

B.Desain Penelitian

Desain atau tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan, dalam tahapan perencanaan peneliti merencanakan maupun merancang penelitian yang akan dilakukan. Terdapat beberapa kegiatan dalam tahapan perencanaan ini, seperti

a. Identifikasi masalah, tahap identifikasi masalah dimulai sejak minggu terakhir bulan januari dan awal bulan februari tepatnya pada tanggal 29 januari, 3 Februari, 5 Februari serta 12 Februari 2015. Identifikasi masalah ini dilakukan oleh peneliti melalui beberapa metode seperti wawancara dengan guru, wawancara dengan siswa, maupun pengamatan langsung di dalam kelas.


(26)

47

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Studi Pendahuluan, setelah melakukan tahapan identifikasi masalah dengan metode yang telah dikemukakan diatas, peneliti melakukan studi pendahuluan atas masalah yang terjadi di dalam kelas serta mencari alternatif solusi pemecahan masalah tersebut dilihat dari literatur dan studi pustaka yang ada.

c. Pembuatan perencanaan dengan menggunakan alternatif pemecahan masalah yang sebelumnya telah dirumuskan dan dituangkan dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) guna dijadikan pegangan guru mengajar di dalam kelas menggunakan sumber belajar yang ditawarkan oleh peneliti.

2. Pelaksanaan, pelaksanaan penelitian dilakukan setelah tahapan-tahapan sebelumnya dilalui dan dilakukan secara matang dan dirasa siap untuk pencarian data.

3. Pengamatan (Observing), Tahap pengamatan dalam pelaksanaanya dilakukan ketika berlangsungnya pula tahap pelaksanaan (Acting) yang bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi di dalam kelas sebelum dan setelah pelaksanaan tindakan berlangsung dan untuk mengetahui reaksi siswa atau peserta didik ketika tindakan berlangsung. Berdasarkan pelaksanaanya yang bersamaan dengan tahapan Acting, membuat pengamatan ini memerlukan pihak lain yang bertugas membantu peneliti utama, pihak lain ini bisa berupa teman sejawat maupun guru lain.

4. Analisa dan Refleksi, kegiatan peneliti dalam melihat, mengkaji, dan menganalisis hasil dari kegiatan atau tindakan yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil tindakan dan pengamatan yang dilakukan pada tahapan sebelumnya sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan guna menentukan langkah perencanaan dalam siklus berikutnya.

C.Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research). Wiriaatmadja (2012, hlm. 13) mengemukakan bahwa secara ringkas, penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat


(27)

48

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek-praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Sedangkan, Suharjo dalam Komalasari (2011, hlm. 271) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti lain (atau dilakukan sendiri oleh guru yang bertindak sebagai peneliti) di kelas atau sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.

Penelitian tindakan memberikan keuntungan-keuntungan tersendiri, seperti yang dikemukakan oleh Zuber-Skerritt (1992 dalam Wiriaatmadja 2012, hlm. 52), yaitu:

1. Praktis, dalam arti bahwa wawasan dan hasil yang diperoleh dari penelitian tidak saja secara teoritik penting untuk mengembangkan ilmu yang bersangkutan, akan tetapi juga meningkatkan praktek pembelajaran selama dan sesudah penelitian berlangsung.

2. Partisipatif dan kolaboratif, karena peneliti bukan orang luar, melainkan salah seorang staf dosen yang bekerja sama dengan dosen sejawat atau kolega demi kepentingan bersama.

3. Emansipatoris, karena pendekatan tidak dilakukan dalam jalur yang hierarkis, melainkan dilaksanakan oleh semua partisipan dalam kedudukan yang setara.

4. Interpretatif, karena inkuiri sosial ini tidak menuntut hasil berupa pernyataan peneliti yang positivistik dan bersifat benar atau salah terhadap pertanyaan penelitian, melainkan solusi yang berdasarkan kepada pandangan dan penafsiran semua subjek yang terlibat dalam penelitian. Pandangan Zuber-Skerritt di atas mengacu pada penelitian tindakan yang dilakukan di dalam perguruan tinggi sebagai langkah pendekatan alternatif dari penelitian pendidikan yang bersifat tradisional atau kuantitatif dalam IPS terhadap berbagai persoalan yang dihadapi dosen.


(28)

49

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model Spiral seperti yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart (1988) dengan menggunakan bagan seperti yang tercantum dalam Wiriaatmadja (2012, hlm. 66), yaitu:

Sumber: Wiriaatmadja (2012, hlm. 66)

Gambar 3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Taggart

Selain model spiral yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart, terdapat beberapa model lain dari PTK atau penelitian Tindakan Kelas, seperti model Ebbutt, model Lewin, model Elliott, model McKernan.

Adapun secara garis besar, model penelitian tindakan kelas apapun yang digunakan pada hakikatnya memiliki langkah atau tahapan yang memiliki kesamaan, yakni Planning (perencanaan), Acting (Pelaksanaan), Observing (pengamatan), dan Reflection (Refleksi). Adapun beberapa pendapat mengemukakan bahwa tahapan Acting dan Observing di jadikan ke dalam satu tahap merupakan hal yang dimaklumi karena memang pada pelaksanaannya kedua tahap tersebut dilaksanakan secara bersamaan. Secara rinci, berikut ini merupakan tahapan atau langkah PTK yang akan peneliti laksanakan:

1. Planning (perencanaan)

Planning merupakan langkah awal kegiatan PTK yang dilakukan setelah peneliti mengadakan observasi awal sebagai data dasar yang


(29)

50

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan peneliti dalam menemukan masalah dan keadaan kelas secara riil, adapaun yang termasuk ke dalam kegiatan planning adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi masalah, kegiatan ini merupakan kegiatan menemukan masalah yang muncul dalam observasi awal atau pengamatan awal peneliti di dalam kelas.

b. Perumusan masalah dan analisis penyebab masalah, kegiatan ini termasuk dalam kegiatan penentuan masalah apa yang akan menjadi fokus penelitian serta mengidentifikasi faktor penyebab munculnya masalah.

c. Membuat perencanaan solusi atas masalah yang muncul dan menjadi fokus penelitian.

Selain tahapan diatas, pada tahap planning juga termasuk ke dalam kegiatan penyusunan perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP maupun format penilaian atau evaluasi yang akan digunakan

2. Acting (pelaksanaan)

Pada tahap pelaksanaan ini, guru bertindak bukan hanya menjadi sosok yang mendominasi pembelajaran, melainkan juga diperlukannya peran aktif siswa untuk menciptakan suatu situasi belajar yang aktif dan menyenangkan di dalam kelas,. Termasuk ke dalam tahapan ini adalah: a. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok diskusi

b. Guru menyajikan suatu permasalahan yang akan dibahas di dalam kelas yang diambil dari dunia yang dekat dengan siswa seperti masyarakat sekeliling sekolahnya

c. Siswa diminta untuk mendiskusikan permasalahan yang di sajikan oleh guru

d. Siswa diminta oleh guru untuk mencari fenomena yang ada di sekitar lingkungan rumahnya ataupun sekolahnya terkait materi yang diberikan e. Kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan

kelas

f. Kelompok lain menyimak dan memberikan masukan atau komentar g. Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran


(30)

51

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Observing (pengamatan)

Tahap pengamatan dalam pelaksanaanya dilakukan ketika berlangsungnya pula tahap pelaksanaan (Acting) yang bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi di dalam kelas sebelum dan setelah pelaksanaan tindakan berlangsung dan untuk mengetahui reaksi siswa atau peserta didik ketika tindakan berlangsung. Berdasarkan pelaksanaanya yang bersamaan dengan tahapan Acting, membuat pengamatan ini memerlukan pihak lain yang bertugas membantu peneliti utama, pihak lain ini bisa berupa teman sejawat maupun guru lain.

4. Reflecting (Refleksi)

Kegiatan refleksi dalam penelitian ini merupakan kegiatan peneliti dalam melihat, mengkaji, dan menganalisis hasil dari kegiatan atau tindakan yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil tindakan dan pengamatan yang dilakukan pada tahapan sebelumnya sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan guna menentukan langkah perencanaan dalam siklus berikutnya.

D.Definisi Operasional

Berdasarkan latar belakang dan pemilihan judul yang peneliti ambil, setidaknya ada 4 konsep yang akan di bahas dan berkaitan dengan penelitian ini, yaitu: a. Sumber belajar; b. Masyarakat dan Lingkungan Sekolah; c. Kecerdasan sosial (Social Intelligence). Berikut ini definisi operasional mengenai konsep-konsep tersebut:

1. Masyarakat dan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam proses pembelajaran yang di manfaatkan oleh guru sebagai penunjang kelancaran proses pembelajaran oleh siswanya. Sumber belajar dapat dibuat maupun dimanfaatkan atas apa yang sudah ada.

Sudrajat (2008, dalam Ramawati, 20-13, hlm. 13) mengemukakan bahwa ‘Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran


(31)

52

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peserta didik’. Lingkungan yang dapat digunakan sebagai sumber belajar salah satunya adalah masyarakat.

Masyarakat (society) adalah sekumpulan individu yang hidup bersama dan membentuk pola kehidupan. Masyarakat di sini merupakan masyarakat dalam konteks manusia beserta pola kehidupannya baik dari segi sosial, budaya, ekonomi dan politik yang berada di lingkungan sekitar tempat tinggal siswa seperti keluarga, lingkungan rumah dan lingkungan pergaulan teman dekat siswa. Sedangkan lingkungan sekolah adalah tempat dimana ia bersekolah dan mengenyam pendidikan menengah serta lingkungan sekitar sekolah. Salah satu lingkungan yang dekat dengan kehidupan siswa adalah masyarakat dan lingkungan sekolah sebagai bagian dari lingkungan sosial dimana siswa berkehidupan dan berinteraksi setiap harinya.

Dari definisi dan asumsi tersebut, berikut ini peneliti mencoba merumuskannya ke dalam langkah-langkah pembelajaran di kelas dengan pemanfaatan masyarakat dan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar:

Langkah Pembelajaran Kegiatan siswa dalam pembelajaran

Pendahuluan

 Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam

 Guru meminta untuk berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing (menghayati ajaran agama)

 Guru memeriksa kehadiran dan kebersihan kelasnya oleh guru (Disiplin)

 Siswa ditanyakan kabarnya oleh guru, di lanjutkan dengan ilustrasi tentang nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan yang diberikan oleh guru (Menghayati ajaran agama)

 Siswa mengucapkan salam kepada guru dan berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing

 Siswa diperiksa kehadiran dan kebersihan kelasnya oleh guru

 Siswa memperhatikan guru ketika mengilustrasikan nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan


(32)

53

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu  Guru memberikan informasi

mengenai tujuan yang akan dicapai selama proses pembelajaran (Rasa Ingin Tahu)

Apersepsi:

Siswa ditanya oleh guru mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan mengaitkannya dnegan materi yang akan disampaikan

 Siswa memperhatikan guru dan tujuan yang akan dicapai

 Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan dan menyimak penjelasan oleh guru

Inti: Eksplorasi:

 Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri atas

komposisi yang berbeda (dilihat dari segi prestasi, jenis kelamin dan hobi) (Berjiwa Sosial)

 Setiap kelompok diberikan tugas yang berbeda (mewawancarai, mengamati, menganalisis masyarakat dan lingkungan sekolahnya)

Elaborasi

 Setiap kelompok

mempresentasikan hasil

wawancara, pengamatan maupun analisisnya dengan masyarakat dan lingkungan sekolah, kelompok lain

Eksplorasi:

 Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok yang terdiri atas komposisi yang berbeda

 Siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan oleh guru mengenai instruksi yang harus dilakukan

 Siswa mewawancarai, mengamati dan menganalisis guru, staf sekolah maupun fenomena atau masyarakat yang berada di sekitar lingkungan sekolah sesuai instruksi yang diberikan oleh guru

Elaborasi

 Siswa mempresentasikan hasil pencarian mengenai instruksi yang ia dapatkan.

 Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan menyanggah atau


(33)

54

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu memperhatikan dan memberikan

komentar, masukan atau argumentasinya

 Siswa mendapat poin 100 jika mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, serta memberikan pendapat; dan siswa mendapat pengurangan poin 50 jika tidak dapat menjawab sama sekali pertanyaan yang di ajukan oleh guru

 Poin berlaku secara berkelanjutan (akumulatif)

Konfirmasi

 Guru memberikan tanggapan atas pertanyaan yang muncul, menjawab pertanyaan yang belum terjawab dan mengklarifikasikan materi  Guru menjelaskan materi tentang

pranata sosial

memberi dan pandangan kepada kelompok presenter

 Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan akhir atas hasil diskusi

Konfirmasi

 Siswa menyimak dan memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru mengenai klarifikasi materi hasil diskusi

Penutup

 Guru memfasilitasi siswa untuk membuat kesimpulan hasil pertemuan

 Guru memberikan gambaran mengenai perencanaan pertemuan selanjutnya

 Siswa berdoa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menutup

Penutup

 Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan dari pertemuan

 Siswa menyimak penjelasan oleh guru mengenai rencana pertemuan berikutnya

 Siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing


(34)

55

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pertemuan hari ini.

2. Kecerdasan Sosial (Social Intelligence)

Kecerdasan sosial disebut oleh Gardner (2003) sebagai kecerdasan Interpersonal merupakan kemampuan dalam diri seseorang untuk berhubungan atau menjalin interaksi dengan orang lain. kecerdasan sosial seseorang dapat dilihat dari beberapa indikator maupun kompetensi yang diberikan oleh beberapa ahli, seperti yang di kemukakan oleh O’Sullivan (dalam Suyono, 2007, hlm. 107) yang mengajukan penilaian dari segi atau ranah kognitif, dimana kecerdasan sosial dalam ranah ini menekankan aspek kognitif atau kemampuan dalam diri seseorang. Sedangkan Khilstrom dan Canton (2000, hlm. 367) mengemukakan indikator kecerdasan sosial berdasarkan kompetensi sosial, yakni perilaku maupun sikap seseorang yang menunjukkan seberapa tingkat kemampuan dia dalam menjalin hubungan dengan orang lain yang dapat dilihat dari pola perilaku kehidupannya sehari-hari. Dalam kehidupan siswa di sekolah, setidaknya ada beberapa hal dan indikator yang dapat di lihat dan di gunakan untuk mengukur kecerdasan sosial siswa, berikut di antaranya:

Kompetensi siswa Aspek yang di nilai

Indikator 1. Ranah Kognitif a.Kemampuan

berpikir 

Siswa mampu berpikir kritis dan membuat analisis

 Siswa mampu membuat kesimpulan atas suatu fenomena

b.Kemampuan

beradaptasi 

Siswa memiliki kesadaran sosial  Siswa mampu menyesuaikan diri

dalam hubungan pertemanan

 Siswa mampu bekerjasama dengan baik

c. Kepekaan terhadap lingkungan sekitar

 Siswa peka terhadap fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya  Siswa mampu membaca situasi di

lingkungan sekitarnya

d. Problem solving  Siswa mampu memecahkan masalah dan memberikan alternatif jawaban pemecahan masalahnya


(35)

56

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Ranah Perilaku a. Disiplin siswa  Siswa datang tepat waktu

 Siswa taat pada aturan sekolah

 Siswa berperilaku sopan dan sesuai norma

b. Hubungan

sosial siswa 

Siswa mampu memimpin dirinya sendiri

 Siswa memiliki jiwa pemimpin

 Siswa mampu menjalin komunikasi yang baik dengan guru dan siswa lainnya

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan bergantung pada teknik pengumpulan data yang digunakan, sehingga berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, berikut ini beberapa instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Pedoman observasi

Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua jenis, yakni pedoman observasi yang bersifat terbuka yang digunakan oleh teman sejawat untuk menilai penampilan dan kondisi serta situasi kelas selama tindakan dilaksanakan, dan pedoman observasi tertutup yang digunakan oleh guru pamong untuk menilai secara garis besar situasi pembelajaran di kelas ketika tindakan dilakukan. Dalam penelitian kali ini, pedoman observasi digunakan untuk mencari data mengenai kecerdasan sosial siswa yang terlihat atau nampak dalam pembelajaran di kelas seperti dari segi kerjasama, keaktivan siswa, kematangan pola pikir yang terlihat dari analisis dan diskusi yang berlangsung, kemampuan beradaptasi siswa dalam kelompok yang baru serta bagaimana kemampuan siswa dalam mengorganisasikan kelompoknya.

b. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mencari data yang bersifat lebih mendalam dan personal baik yang dialami maupun dirasakan oleh peserta didik maupun oleh guru atau wali kelas. Dalam penelitian kali ini, pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data berupa data awal untuk menyusun latar belakang masalah penelitian serta data akhir yang


(36)

57

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berupa hasil peningkatan kecerdasan sosial siswa setelah digunakannya sumber belajar berupa masyarakat dan lingkungan sekolah.

c. Catatan lapangan

Catatan lapangan bersifat terbuka dan harus ditulis secara terperinci mengenai situasi dan kondisi atau hal-hal apa saja yang terjadi di dalam kelas selama berjalannya proses pembelajaran. Hal ini dapat menjadi salah satu data tambahan untuk melengkapi data hasil observasi maupun wawancara. Catatan lapangan merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa aktivitas siswa di kelas maupun di luar kelas selama proses pembelajaran IPS secara terbuka dan rinci mengenai aktivitas siswa di kelas.

d. Recorder, kamera dan dokumen

Recorder dan kamera digunakan untuk merekam dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran di kelas, sedangkan dokumen yang dimaksud disini adalah berupa perencanaan pembelajaran, materi yang akan disajikan, catatan keterlambatan siswa, daftar hadir siswa, catatan kedisiplinan siswa, serta hasil belajar siswa selama satu siklus guna menjadi bahan evaluasi untuk perencanaan siklus berikutnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data berkaitan erat dengan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data mengacu pada penggunaan cara dalam mengumpulkan dan mengoleksi data yang dibutuhkan oleh peneliti. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data beserta instrumen penelitian yang berkaitan, yakni sebagai berikut:

a. Observasi

Arikunto (2002, hlm. 134) mengemukakan bahwa observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi terbuka dengan tujuan agar pengamat mampu menggambarkan secara utuh atau mampu merekonstruksi proses implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud dalam diskusi balikan.


(37)

58

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Observasi dilakukan peneliti untuk mendapatkan hasil fenomena riil yang terjadi selama proses pembelajaran seperti kecerdasan sosial siswa yang terlihat atau nampak dalam pembelajaran di kelas seperti dari segi kerjasama, keaktivan siswa, kematangan pola pikir yang terlihat dari analisis dan diskusi yang berlangsung, kemampuan beradaptasi siswa dalam kelompok yang baru serta bagaimana kemampuan siswa dalam mengorganisasikan kelompoknya.maupun observasi awal guna menentukan masalah yang ingin dipecahkan nantinya dengan menggunakan PTK.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan metode tanya jawab antara dua pihak, yakni pihak yang bertanya atau yang mewawancarai dengan narasumber. Narasumber yang akan dipilih dalam penelitian kali ini adalah guru, wali kelas serta siswa yang dipilih secara acak berdasarkan prestasi siswa. Wawancara digunakan untuk mendapatkan data berupa data awal untuk menyusun latar belakang masalah penelitian serta data akhir yang berupa hasil peningkatan kecerdasan sosial siswa setelah digunakannya sumber belajar berupa masyarakat dan lingkungan sekolah.

c. Catatan lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan peneliti dalam pengamatannya di dalam kelas, hal-hal apa saja yang terjadi di dalam kelas dan catatan pribadi penulis baik yang berupa komentar maupun catatan lain yang dibutuhkan. Catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa aktivitas siswa di kelas maupun di luar kelas selama proses pembelajaran IPS secara terbuka dan rinci mengenai aktivitas siswa di kelas.

d. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan dalam penelitian ini dengan melihat kembali hasil tes belajar siswa, dokumen, foto maupun video selama kegiatan pembelajaran guna menjadi refleksi dan evaluasi kegiatan pembelajaran berikutnya.


(38)

59

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G.Analisis dan Validasi data

Setelah data terkumpul dan berada di tangan peneliti, diperlukan suatu tahapan analisis data yang dalam penelitian tindakan kelas dilakukan sepanjang waktu, berbeda dengan penelitian kuantitatif yang menganalisis data setelah data terkumpul semuanya (berada pada tahap akhir dari penelitian).

Analisis data dalam penelitian tindakan kelas termasuk kedalam jenis analisis data kualitatif yang terdiri atas beberapa tahapan, yakni:

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Degan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2012, hlm. 92). Reduksi data yang peneliti lakukan dalam penelitian kali ini adalah dengan mengurangi maupun memilih hal-hal yang pokok yang tertuang dalam data yang peneliti ambil baik dari instrumen penelitian yang berupa lembar observasi maupun catatan lapangan untuk nantinya dipilih pada apa saja yang memang dibutuhkan dalam penelitian kali ini.

b. Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2012, hlm. 95). Dalam penelitian kali ini, data disajikan dalam bentuk diagram dan narasi yang merupakan hasil analisis dari penyajian data tersebut. Hasil penyajian data berupa jumlah nilai atau skor yang didapat baik dalam penilaian kecerdasan sosial siswa maupun penilaian guru dihitung presentasinya dan dikategorikan ke dalam tiga bagian, yakni kurang, cukup, dan baik dengan rumus perhitungan rata-rata atau presentase dan tabel konversi sebagai berikut:


(39)

60

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jumlah Skor Maksimal

KONVERSI RATA-RATA (PERSENTASE) Nilai Skor Persentase

Kurang 0 - 33,3%

Cukup 33,4% - 66,6%

Baik 66,7% - 100%

Berdasarkan tabel konversi rata-rata di atas, terdapat tiga kondisi rentang dimana rentang dalam kondisi kurang berada pada presentase 0-33.3%, kondisi cukup pada 33.4%-66.6% dan rentang kondisi Baik dalam penelitian mengenai kecerdasan sosial siswa berada pada rentang 66.7%-100% dan pada rentang inilah kemudian nantinya peneliti akan menghentikan penelitian karena dianggap data yang didapat sudah jenuh.

c. Conclusion Drawing/Verification

Menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (2012, hlm. 98) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam peneltian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dlm penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh peneliti dan penelitian kali ini adalah dengan melihat hasil pencarian data, reduksi serta penyajian data yang disajikan dalam bentuk diagram untuk nantinya dianalisis dan diambil kesimpulan atas data yang diperoleh.

Salah satu hal yang terpenting dalam kegiatan penelitian adalah validitas data yang dimiliki dari penelitian. Konsep validitas dalam aplikasinya untuk penelitian tindakan mengacu kepada kredibilitas dan derajat keterpercayaan dari hasil penelitian. Borg dan Gell (2003) merujuk kepada Anderson dan


(40)

61

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Herr untuk lima tahap kriteria validitas (Wiriaatmadja, 2012, hlm. 164-167), sebagai berikut:

a. Validitas hasil, yang peduli dengan sejauh mana tindakan dilakukan untuk memecahkan masalah dan mendorong dilakukannya penelitian tindakan atau dengan kata lain, seberapa jauh keberhasilan dapat dicapai. b. Validitas proses, yaitu memeriksa kalikan proses yang dikembangkan

dalam berbagai fase penelitian tindakan.

c. Validitas demokratis, yaitu merujuk kepada sejauh mana penelitian tindakan berlangsung secara kolaboratif dengan para mitra peneliti, dengan perspektif yang beragam dan perhatian terhadap bahan yang dikaji.

d. Validitas katalitik (dari istilah katalisator), yakni sejauh mana penelitian berupaya mendorong partisipan mereorientasikan, memfokuskan dan memberi semangat untuk membuka diri terhadap transformasi visi mereka dalam menghadapi kenyataan kondisi praktek mengajar mereka sehari-hari.

e. Validitas dialog, yaitu merujuk kepada dialog yang dilakukan dengan sebaya mitra peneliti dalam menyusun dan mereview hasil penelitian beserta penafsirannya.

Untuk melihat kevalidan suatu data, Hopkins dalam Wiriaatmadja (2012, hlm. 168-170) menggunakan teknik-teknik khusus yang kemudian peneliti gunakan dalam penelitian kali ini, yaitu sebagai berikut:

1. Member chek, yakni dengan memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh peneliti dengan cara mengkonfirmasikan kepada guru kelas pada setiap akhir tindakan.

2. Triangulasi, yakni memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis yang diperoleh peneliti dengan cara membandingkan dengan hasil orang lain, yakni kepala sekolah, guru pamong, guru lain, siswa, staf TU dan sebagainya. Hasil triangulasi ini kemudian dijabarkan dalam catatan lapangan.


(1)

150

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diantaranya adalah dengan bertanya dan sharing dengan pihak-pihak yang lebih berpengalaman dalam menggunakan sumber belajar terkait, menggali informasi lebih mendalam mengenai permasalahan terkait, serta dengan lebih tegas kepada siswa untuk membuat siswa lebih fokus, cara lain adalah dengan menggunakan pembelajaran di luar ruangan sehingga siswa tidak jenuh selama proses pembelajaran IPS. Selain kendala yang dialami oleh guru, kendala pun dialami oleh siswa dalam pelajaran IPS dengan memanfaatkan masyarakat dan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar ini, seperti siswa dituntut untuk belajar mandiri dan menggali informasi sendiri yang memang jarang dilakukan sebelumnya, pada awalnya siswa cukup kesulitan dalam beradaptasi dengan kelompok baru yang memang bukan merupakan teman sepermainan mereka, serta siswa kesulitan menentukan siapa narasumber atau objek yang akan mereka wawancara atau mereka observasi. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala yang dialami oleh siswa adalah dengan mengkonsultasikannya dengan guru terkait dan meningkatkan kembali insiatif belajar secara mandiri dengan teman-teman sekelompoknya serta menjadikan lembar kerja siswa sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas.

B. Rekomendasi

Berikut ini beberapa rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan setelah melaksanakan kegiatan penelitian untuk dijadikan saran dan masukan kepada pihak-pihak terkait untuk kedepannya yang terdiri dari rekomendasi bagi siswa, bagi guru, bagi sekolah, serta bagi peneliti selanjutnya. Berikut merupakan rekomendasi yang diberikan:

1. Siswa

Pelaksanaan pembelajaran IPS bagi siswa terkadang menjadi suatu pembelajaran yang membosankan dengan berkutat pada teori dan hafalan materi. Setelah pelaksanaan penelitian kali ini, diharapkan siswa dapat merubah mindset dan pemikiran bahwa belajar IPS adalah sesuatu yang menyenangkan yang ternyata dekat dengan kehidupan siswa. Dari segi kecerdasan sosial, siswa diharapkan untuk dapat


(2)

berbaur dan beradaptasi dengan semua siswa yang ada di kelas pada khususnya dan di sekolah pada umumnya. Selain itu, siswa diharapkan dapat lebih peka dan tanggap terhadap lingkungan sekitar dan menghilangkan sifat acuh terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya serta memperbaiki cara berkomunikasi agar menjadi lebih santun dalam berbicara dan berkomunikasi baik dengan yang lebih muda, teman sebaya, maupun orang yang lebih tua darinya seperti berkomunikasi dengan guru.

2. Guru

Pemanfaatan masyarakat dan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar hanyalah salah satu contoh dari sumber belajar yang berbeda dan jarang digunakan selain dengan buku teks. Diharapkan guru dapat menggali lebih luas lagi mengenai kergaman jenis sumber belajar yang dapat digunakan dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang beragam pula agar tercipta suatu iklim pembelajaran IPS yang menyenangkan dan tidak membosankan dengan metode yang variatif. Selain itu, terciptanya iklim belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa haruslah berasal dari lingkungan terdekat siswa dengan dorongan motivasi dari guru untuk belajar lebih dan beradaptasi serta berbaur dengan teman-teman lainnya tanpa memunculkan suatu golongan eksklusif atau kelompok-kelompok yang tidak ingin bergaul selain dengan teman kelompoknya saja. Peran guru pun cukup besar untuk menyadarkan siswa mengenai tugas dan peran fungsinya di dalam masyarakat yang bermula dari kebiasaan dan pergaulan dalam kehidupan di sekolah.

3. Sekolah

Bagi sekolah, peneliti merekomendasikan salah satu ksumber belajar yang dapat digunakan untuk dijadikan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran yakni masyarakat dan lingkungan sekolah. Pemanfaatan masyarakat dan lingkungan sekolah ini bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi sekolah untuk menjadikan salah satu inovasi dalam


(3)

152

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan Kompetensi Dasar maupun dengan tujuan yang akan dicapai serta materi yang akan disampaikan kepada siswa.

4. Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan dalam pelaksanaan penelitian yang berkaitan dengan apa yang peneliti lakukan dalam penelitian kali ini. Selain itu, diharapkan penelitian selanjutnya dapat menggunakan masyarakat dan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang tidak hanya digunakan untuk meningkatkan kecerdasan sosial siswa secara umum saja, melainkan secara khusus ditujukan untuk meningkatkan indikator atau aspek tertentu seperti pada kecerdasan sosial kognisi transformasi perilaku atau kognisi implikasi perilaku. Selain itu, pemanfaatan masyarakat dan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan jamak siswa yang lain, seperti kecerdasan kinestetik, kecerdasan ruang, atau kecerdasan intrapribadi. Penggunaan Self-Assessment juga dirasa akan memperkaya data yang dikumpulkan dan pemanfaatan masyarakat dan lingkungan sekolah ini akan lebih baik jika menggunakan satu metode atau model pembelajaran khusus agar penelitian dilakukan dengan lebih baik dan lebih sempurna dibandingkan penelitian kali ini.


(4)

Daftar Pustaka

Arends, R. (2008). Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: pustaka pelajar

Arianto, Ismail, dkk. (1988). Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

untuk IKIP dan FKIP. Jakarta: Depdikbud

Effendi, Ridwan dan Elly M. (2007). Pendidikan Lingkungan Sosial, Budaya dan

Teknologi. Bandung: UPI dan CV. Yasindo Multiaspek

Elly M. Setiadi, dkk. (2006). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada media group

Goleman, Daniel. (2005). Working with Emotional Intelligence: Kecerdasan

Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Goleman, Daniel. (1999). Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional

Mengapa EI Lebih Penting Daripada IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Goleman, Daniel. (2007). Social Intelligence: Ilmu Baru tentang Hubungan

Antar-manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Hamalik, Oemar. (2003). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Harmin, M dan Melanie T. (2012). Pembelajaran Aktif yang Menginspirasi Edisi

Kedua. Jakarta Barat:Indeks

Komalasari, Kokom. (2011). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama

Komalasari, Kokom. (2011). Media Pembelajaran IPS: Modul Perkuliahan. Bandung: PRODI IPS FPIPS UPI

Lwin, M, Adam Khoo, dkk. (2008). How to Multiply Your Child’s

Intelligence:Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan.

Yogyakarta: Indeks

Majid, Abdul. (2008). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: Rosda

Mariyana, Rita, dkk. (2010). Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana Maxim, George W. (2010). Dynamic Social Studies for Constructivist

Classrooms. USA: Pearson Education Inc

Pasiak, Taufiq. (2005). Revolusi IQ/EQ/SQ: Antara Neurosains dan Al-Qur’an. Bandung: Mizan Media Utama


(5)

154

Elin Karlina, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE) SISWA MELALUI PEMANFAATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Poedjiadi, Anna. (2004). Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran

Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

dan Remaja Rosdakarya

Resosoedarmo, Soedjiran, dkk. (1985). Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Rosdakarya

Sanjaya, Wina. (2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana prenada media

Sapriya, dkk. (2007). Pengembangan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: upi press

Semiawan, conny dkk. (1989). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana

Mengaktifkan Siswa Belajar. Jakarta: PT gramedia

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang MempengarUhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Soemartono, g. (1991). Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

Somantri, M. Nu’man. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sternberg, J.R, James C. Kaufman dan Elena L. Grigorenko. (2011). Applied

Intelligence: Kecerdasan Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sumaatmadja, Nursid. (1980). Metodologi pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alumni

Supardan, Dadang. (2009). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. Jakarta: Bumi Aksara

Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suyono, Hadi. (2007). Social Intelligence: Cerdas Meraih Sukses Bersama Orang

Lain dan Lingkungan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Syamsuddin, M. A. (2011). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem

Pengajaran Modul. Bandung: Rosda

Wilis, Ratna. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Wiriaatmadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT


(6)

Jurnal:

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). UNIT-3 Pengembangan Materi IPS. Bandung: UPI Bandung

Rahmadonna. (-). Sumber belajar. Yogyakarta: UNY

Riyana, Cepi. – Komponen-komponen Pembelajaran. Bandung: PLB UPI

Shalilah, H. (2012). Kecerdasan Sosial (Social Intelligence). Tersedia http://hanifahsaj.blogspot.com/

Sungkono. (-). Pendayagunaan Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: UNY

Khilstrom, john F. And Nancy Cantor. (2000). Social Intelligence. California: Berkeley

Skripsi dan Tesis

Agustin, Dwi Lisna. (2014). Pengembangan kecerdasan interpersonal siswa

dalam pembelajaran IPS melalui metode REACT (Realting, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering). PTK VII C SMP 7

Bandung. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan. Lestari, Dewi sri. (2013). Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPS

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung).

Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan

Rahmalia, Sinta. (2015). Penggunaan Lingkungan Sekitar siswa untuk

meningkatkan keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan kelas di kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung). Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan

Yusniar. (2013). Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar pada

Pelajaran IPS Kelas V di SD Negeri Gue Gajah Aceh Besar. Skripsi


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PEMAHAMAN GLOBAL WARMING MELALUI MEDIA VIDEO BERTEMA MASALAH LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII C SMP Muhammadiyah 6 Bandung.

3 13 60

Penggunaan Strategi Permainan Teka-Teki Silang Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-A MTS Al-Musyawarah) Elsa Mulyani (1103941).

1 8 10

PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK KONSEP UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR ASOSIATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-B MTs. Al Musyawarah Lembang).

0 0 50

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL ASOSIATIF SISWA MELALUI PEMANFAATAN TAYANGAN INDONESIA BAGUS DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 4 Bandung kelas VIII-A dalam Pembelajaran IPS melalui pemanfaatan tayangan Indonesia Bagus NET TV).

1 9 79

PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA MELALUI PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS : penelitian tindakan kelas di SMP negeri 1 Tanjungsiang kelas VIII B.

7 21 46

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL SISWA DALAM MENGORGANISASI KELOMPOK DISKUSI MELALUI STRATEGI PAILKEM PADA PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-I SMP Negeri 7 Bandung.

4 16 38

PENINGKATAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI JURNAL BELAJAR (LEARNING JOURNAL): Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII-F SMPN 1 Lembang.

6 12 38

PENERAPAN MODEL PEER TEACHING DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLA TANGAN:Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas XI SMA AL-Musyawarah Lembang.

3 30 29

PENINGKATAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI JURNAL BELAJAR (LEARNING JOURNAL): Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII-F SMPN 1 Lembang - repository UPI S IPS 1104901 Title

0 0 5

EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD KELAS C PROG

0 0 3