Beberapa faktor penyebab kurangnya minat masayarakat Karangasem dalam melestarikan dan mengembangkan kambing gembrong yang semakin memprihatinkan.

(1)

i

LAPORAN

HIBAH UNGGULANPROGRAM STUDI

BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA MINAT

MASYARAKAT KARANGASEM DALAM

MELESTARIKAN DAN MENGEMBANGKAN

KAMBING GEMBRONG YANG SEMAKIN

MEMPERIHATINKAN

Prof. Ir. W. Sayang Yupardhi, M.Agr.S. NIDN 0018024902

Dr.Ir. Ni Wayan Tatik Inggriati, MP, NIDN 0011086102

Dibiayai dari Dana PNBP Universitas Udayana dengan Surat Perjanjian Penugasan Penelitian No: 564/UN.14.1.25/PNL/2015

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

OKTOBER, 2015


(2)

i

Halaman Pengesahan

1. Judul Penelitian : Beberapa Faktor Penyebab Kurangnya MinatMasyarakat Karangasem Dalam Melestarikan dan

Mengembangkan Kambing Gembrong yang Semakin Memperihatinkan.

2. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Prof. Ir. W. Sayang

Yupardhi, M.Agr.S.

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIP : 194902181979031003

d. Pangkat/Gol : Pembina Utama/IVe

e. Jabatan Fungsional : Guru Besar

f. PS/Fakultas : Peternakan/Fak. Peternakan

g. Alamat :

Kantor : P.B. Sudirman, Denpasar, Telp. 235231

Rumah : Jl. Kembang Matahari 8, Denpasar 80235:Telp.Rumah (0361) 233822, HP: 08179774658

3. Jumlah anggota peneliti : 1 orang 4. Jumlah mahasiawa : 2 orang

5. Pembiayaan : Rp. 17.750.000

Jumlah biaya yang diajukan

ke Fakultas : Rp. 17.750.000

Mengetahui

Denpasar, 20 Oktober 2015 Ketua Jurusan Fakultas Peternakan, Ketua Peneliti,

Dr. Ir. I. B. Gaga Partama, M S Prof. Ir. W. Sayang Yupardhi, M.Agr.S. NIP : 195903121986011001 NIP : 194902181979031003

Mengetahui

Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Universitas Udayana


(3)

ii


(4)

iii

UCAPAN TERIMAKASIH

Pertama-tama penulis memenjatkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat waranugraha-Nya/karunia-Nya, laporan penelitian ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada: Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD. KEMD, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada, Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS, selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana, atas dukungan moral dan material yang diberikan pada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.Pada kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan, kepada Ibu Dr. Ir. NLP Sriani, MSi, dan mahasiswa Indra serta Teguh, yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data di lapangan.

Semoga Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dan memudahkan penulis dalam menyelesaikan disertasi ini, serta kepada seluruh keluarga penulis.

Denpasar; 20 Oktober 2015 Penulis


(5)

iv

BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA MINAT

MASYARAKAT KARANGASEM DALAM

MELESTARIKAN DAN MENGEMBANGKAN

KAMBING GEMBRONG YANG SEMAKIN

MEMPERIHATINKAN

oleh

W. Sayang Yupardhi and N.W. Tatik Inggriati

Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali 80232 ABSTRAK

Ternak kambing gembrong (KG) merupakan plasma nutfah dan aset daerah Bali yang sangat berharga, sehingga harus dilestarikan dan dikembangkan. Saat ini populasi KG semakin berkurang dan terancam mengalami kepunahan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan peternak kurang berhasil dalam melestarikan dan mengembangkan KG.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian survai, dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data. Lokasi penelitian di beberapa desa yang merupakan kantong-kantong kambing gembrong di Kabupaten Karangasem. Responden diambil secara purposive yaitu tujuh orang peternak KG dan sembilan orang mantan peternak KG, sehingga jumlahnya menjadi 16 orang. Data dianalisis secara deskriftif.

Hasil penelitian menunjukkan menurunnya populasi KG disebabkan oleh: 1). Pelaku (pengetahuan yang rendah, sikap negatif dan keterampilan rendah) pada peternak dalam memelihara KG, 2). kurangnya dukungan pemerintah pusat maupun daerah terhadap peternakan KG, sehingga peternak merasa rugi memelihara KG.

Saran yang diajukan adalah pemerintah diharapkan meningkatkan penyuluhan dan pendampingan, serta memberikan fasilitas untuk menerapkan inovasi teknologi pada peternak KG.


(6)

v

FACTOR CAUSES OF DECREASING COMMUNITY INTEREST OF KARANGASEM REGENCY TO PRESERVE AND DEVELOP

GEMBRONG GOAT BY

W. Sayang Yupardhi and N.W. Tatik Inggriati

Faculty of Animal Science, Udayana University, Denpasar, Bali 80232 e-mail:sayangyupardi19@gmail.com, tatikinggriati@yahoo.com

ABSTRACT

The Gembrong Goat (GG) is one of the genetic potential and as a suprime value asset of the Bali Regency. So that, it must be preserve and develop accordingly. At the moment the population of it decreases gradually and probably in one day the animal is not available any more. The objectives of the experiment were to study factor causes farmers less successful in preserve and develop the animal.The experimental design used was survey with quisioners as the tool for collecting data. The location of the experiment was at some villages centers of the animal at Karangasem Regency. Respondents were taken purposive i.e. 7 people of the GG farmers and 9 people of the ex GG farmers. Total numbers of them were 16 people. Data were analysed descriptively. Result of the experiment showed that the first was decreasing of the animal population were cuused by behavior (lack of knowledge, negative attitude and low skill) of the farmers for rearing of the animal. And the second was supported less of the Central Government of Indonesia and the Government of Bali Province to the animals husbandry. Therefore, the farmers fill no any benefit of it.From the data mentioned above it could be suggested that the government is expected to increase more information, guidance, and facilitate the farmers to implement the innovation of technology on the GG.


(7)

vi

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PANGESAHAN ………... ...……

UCAPAN TERIMAKASIH………...…

ABSTRAK………..

ABSTRACT………...

DAFTAR ISI ……….....

BAB I. PENDAHULUAN ………

1.1. Latar

Belakang ……… 1

1.2. Tujuan

Khusus Penelitian ………... 2 1.3.

Keutamaan/Urgensi Penelitian ………2

BAB II. STUDY PUSTAKA ………...

BAB III. METODA PENELITIAN………......

3.1. Materi dan

Metoda………..……….. 7

3.2. Lokasi dan

Waktu Penelitian ..………..……… 7

3.3. Luaran

Kegiatan Penelitian ..………...……….. 8

BAB IV. HASIL PENELITIAN ……….

4.1. Karakteristik

Petugas Dinas Peternakan Karangasem ... 9

4.2. Karakteristik

Peternak KG ..……… 10

4.3. Pemeliharaa


(8)

vii

4.4. Reproduksi

Kambing Gembrong ……… 18

4.5. Perilaku,

Persepsi dan Motivasi PeternakPeternak ...……….... . 21

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ……….………..

5.1 Simpulan…

……….……….. 23

5.2 Saran………

……….. 23

DAPTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu sumber daya hayati di Bali adalah kambing gembrong (KG). Kambing ini merupakan spesies asli Pulau Bali, dan habitat aslinya adalah daerah Karangasem. Saat inispesies KGsemakin sulit ditemukan. Kambing ini merupakan aset daerah yang perlu dilestarikan untuk menambah keragaman hayati sehingga ekosistem Pulai Bali ini dapat dipertahankan sebagaimana mestinya. Keberadaan KG memiliki arti penting sebagai plasma nutfah keanekaragaman hayati yang dapat pula berfungsi sebagai sumber daya genetic. Perbaikan mutu genetic sangat diperlukan, untuk dapat beradaptasi terhadap lingkungan setempat. Hasil survai pendahuluan yang dilakukan oleh Yupardhi, dkk., (2009) melaporkan bahwa populasi kambing gembrong di tempat aslinya (Karangasem) berkurang terus dari waktu ke waktu.

Untuk mengetahui secara faktual mengapa populasi KG terus berkurang perlu dilakukan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Saat ini sudah ada kelompok ternak “Wisnu Segara” di Desa Tumbu, Karangasem, yang mulai memeliharanya sejak tahun 2010 dalam jumlah terbatas, yaitu sekitar 16 ekor ex Desa Sawe, Jembrana milik BPTP Denpasar, Bali). Pada kesempatan yang baik ini akan dilakukan penelitian yang pelaksanaannya melalui survai ke desa-desa yang dahulu merupakan kantong-kantong kambing gembrong yang terkenal sebagai penghasil ternak kambing gembrong cukup banyak di daerah Karangasem (Desa Bugbug, Culik, Bunutan). Targetnyaadalah masyarakatdapat menyadari arti penting, makna, dan manfaatKGdalam melestarikan lingkungan dan menambah keragaman sumber hayati daerah Bali ini. Oleh karena itu, penelitian/survai KG sangat penting dan perlu didanai dalam rangka memenuhi sasaran yang diinginkan seperti tersebut di atas untuk melindungi (konservasi) plasma nutfah yang dimiliki Bali dan mengembangkan populasinya karena peranannya yang cukup signifikan.


(11)

2

1.2 Tujuan Khusus Penelitian

Penelitian/survai ini dilakukan untuk mengetahui/memastikan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan peternak kurang berhasil mengembangkan kambing gembrong.

1.3 Urgensi Penelitian

Salah satu sumber daya hayati di Bali adalah kambing gembrong. Kambing gembrong merupakan spesies asli Pulau Bali, dan habitat aslinya adalah daerah Karangasem. Saat inispesies KGsemakin sulit ditemukan. Kambing gembrong merupakan aset daerah yang perlu dilestarikan untuk menambah keragaman hayati sehingga ekosistem Pulai Bali ini dapat dipertahankan sebagaimana mestinya. Keberadaan KG memiliki arti penting sebagai plasma nutfah keanekaragaman hayati yang dapat pula berfungsi sebagai sumber daya genetik, perbaikan mutu genetik yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan setempat. Hasil survai pendahuluan yang dilakukan oleh Yupardhi, dkk, (2009) melaporkan bahwa populasi KG di tempat aslinya (Karangasem) berkurang terus dari waktu ke waktu.

Menurut berita selentingan (rumor) bahwa penurunan populasi KG di Karangasem sebagian besar disebabkan oleh predator anjing-anjing hutan yang memangsanya. Faktor lainnya antara lain kurang laku di pasar (karena ukuran tubuhnya relatif kecil dibandingkan kambing lain kecuali kambing kacang), bulu yang sebelumnya menjadi favorit umpan mancing di laut kini telah diganti dengan umpan dari plastik karena lebih mudah mendapatkannya dan lebih murah harganya. Faktor sosial-budaya seperti untuk keperluan ritual keagamaan orang cenderung memilih kambing yang lebih besar ukuran fisiknya, karena dagingnya lebih banyak dan dari segi komersial ongkos potongnya sama dengan kambing yang lebih kecil. Dalam waktu kurang-lebih 15 tahun belakangan ini (1993 – 2009), penurunan populasi kambing gembong tersebut sangat drastis; tahun 1993 jumlahnya 59 ekor (Matram, dkk., 1993) dan tahun 2009 tinggal hanya 5 ekor saja di Sangyang Ambu, Desa Bugbug, Karangasem (Yupardhi, dkk.,2009).Bila hal ini dibiarkan terus ada kemungkinan suatu saat nanti KG tersebut akan punah.


(12)

3

Untuk mengetahui secara faktual mengapa populasi KG terus berkurang perlu dilakukan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Saat ini sudah ada kelompok ternak “Wisnu Segara” Desa Tumbu, Karangasem mulai memeliharanya sejak tahun 2010 dalam jumlah terbatas, sekitar 16 ekor ex Desa Sawe, Jembrana milik BPTP- Bali. Pada kesempatan yang baik ini akan dilakukan penelitian yang pelaksanaannya melalui survai ke desa-desa yang dahulu merupakan kantong-kantong KG yang terkenal. Desa yang dulu pernah sebagai penghasil ternak KG cukup banyak di Kabupaten Karangasem adalah desa Bugbug, Culik, dan Bunutan. Kelompok ternak “Wisnu Segara” sebagai kelompok ternak KG yang berlokasi di Desa Tumbu, telah mendapat pembinaan tentang bagaimana carameningkatkan populasi KG pada bulan Agustus 2011. Pembinaan tersebut dilakukan melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang diselenggarakan oleh UNUD yang menitikberatkan pada perbaikan SDM dan manajemen pemeliharaannya. Pengembangan KG sangat memungkinkan karena daerah Karangasem merupakan habitat aslinya dengan daerah berbukit dan persediaan hijauan pakan ternak yang memadai.Penelitian/survai yang diusulkan ini merupakan kelanjutan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya (tahun 2009 dan 2011 secara berturut-turut). Targetnyaadalah masyarakatdapat menyadari arti penting, makna, dan manfaat kambing gembrong dalam melestarikan lingkungan dan menambah keragaman sumber hayati daerah Bali ini. Oleh karena itu, penelitian/survai KG sangat penting dan perlu didanai dalam rangka memenuhi sasaran yang diinginkan, seperti tersebut di atas untuk melindungi (konservasi) plasma nutfah yang dimiliki Bali dan mengembangkan populasinya karena peranannya yang cukup signifikan.

Secara garis besar urgensi penelitian/survai ini adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan eksistensi kambing gembrong sebagai sumber keragaman hayati dan plasma nutfah daerah Bali, bila faktor-faktor penghambat perkembangan kambing gembrong dapat dieleminasi atau paling tidak diminimalisir.


(13)

4

2. Mengurangi pengangguran di daerah Bali, terutama yang berminat dan mau bekerja keras dalam peternakan.


(14)

5

BAB II STUDI PUSTAKA

Kambing gembrong ini penampilannya lucu dan menarik dengan spesifikasi berbulu panjang berwarna putih seperti sutra (Rumich, 1967). Menurut Robinson (1970), jenis kambing ini hanya diketemukan di Bali, dan menurut Matram (1993) bahwa kambing ini memiliki tipe kelahiran tunggal sampai kembar tiga. Diharapkan masyarakat Bali yang pada umumnya sangat kreatif mulai melirik kambing ini untuk dipelihara dan nantinya dapat dimanfaatkan untuk berinovasi. Beberapa tahun yang lalu, kambing gembrong ini sangat populer di kalangan masyarakat, karena nilai plus yang dimilikinya khususnya bulunya yang putih seperti sutra sangat cocok untuk umpan mancing ikan di laut. Penampilannya yang lucu dan menarik sangat cocok untuk hewan kesayanan atau tontonan bagi wisatawan di kebun binatang. Namun kini, kambing ini kurang/belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya, sehingga sebagian besar kambing gembrong menderita sakit (Yupardhi, 1998). Sudah tentunya kondisi ini sangat berpengaruh terhadap populasinya, semakin lama semakin berkurang. Hasil survai pendahuluan yang dilakukan oleh Yupardhi, dkk. (2009), pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak secara ekstensif menyebabkan predator yaitu anjing-anjing hutan sangat mudah memangsanya, karena bulu-bulu di mukanya menutupi mata sehingga pengelihatannya terhalang dan bulu badan yang lebat mengurangi kelincahannya untuk menghindar dari predator disamping kurangnya perhatian peternak terhadap kesehatan ternaknya.

Ditinjau dari topografi daerah, daerah Karangasem (Bali Timur) sebagian besar (91,26%) merupakan lahan yang diperuntukkan non sawah seperti tegalan, perkebunan, hutan rakyat, pekarangan, dan fungsi sosial (Anonymousa), 1998). Dilaporkan pula bahwa endapan lahar Gunung Agung hanya cocok ditanami vegetasi tanaman pangan yang tahan terhadap kekeringan atau tanaman palawija seperti misalnya kedele, jagung, kacang tanah, kacangan ijo, dan sebagainya. Nampaknya, hasil ikutan tanaman-tanaman tersebut dan tanaman makanan ternak lain seperti turi, lamtoro, gamal, dan lain-lainnya yang ditanam oleh para


(15)

6

peternak sebagai pagar pekarangan rumah atau pun pagar pematang tegalan dapat dimanfaatkan untuk mendukung strategi peningkatan populasi kambing gembrong melalui perbaikan manajemen pemeliharaan di masyarakat. Tetapi, mengapa hal ini tidak terjadi pada kambing gembrong, sedangkan kambing-kambing jenis lainnya seperti kambing peranakan etawah (PE) dapat berkembang dengan pesat, di mana salahnya? Hal ni perlu dikaji melalui penelitian yang akan dilakukan.

Plasma nutfah adalah substansi pembawa keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan, atau hewan serta mikroorganisme. Plasma nutfah merupakan kekayaan alam yang sangat barharga untuk mendukung kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan untuk mendukung pembangunan nasional (Aninymousb), 2015).

Plasma nutfah, adalah masa organisme (flora ataupun fauna) yang masih membawa sifat-sifat getnetik asli. Merupakan substansi kehidupan yang mengatur perilaku turun temurun, sehingga pepolasinya memiliki sifat yang berbeda dengan populasi yang lainnya. Perbedaan yang terjadi itu dapat berupa bentuk fisik, ketahanan terhadap penyakit, kemampuan berhadaptasi dengan lingkungan, dll (Anonymousc), 2015).

Plasma nutfah adalah sumberdaya alam keempat, selain sumberdaya air, udara, dan tanah. Pelestarian plasma nutfah sebagai sumber genetik, akan dapat menentukan keberhasilan pembangunan di bidang pangan (Anonymousd), 2015).Hal tersebut dapat mendukung penelitian ini menjadi sangat penting, sehingga pengamatan terhadap perilaku, persepsi, dan motivasi peternak dalam beternak KG perlu dilakukan.

Rakhmat(1995),Samsudin (1987), Pasandaran dan Hermanto(1995), menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi, sesuai dengan karakteristik personal yang dimilikinya. Perilaku petani dapat berubah karena dipengaruhi oleh status sosial, status ekonomi, psikologis, tingkat pendidikan, pola usahatani, luas pemilikan lahan, letak dan topografi desa. aksesibelitas penggunaan informasi, ketersediaan sarana produksi, sosial budaya, dan kelembagaan. Inggriati (2014), dari hasil penelitiannya mendapatkan bahwa factor utama yang dapat mempengaruhi perilaku peternak sapi bali perbibitan di


(16)

7

Bali, adalah factor internal seperti faktor ekonomi, selain juga dipengaruhi oleh factor eksternal seperti system penyuluhan yang ada di Bali.

Perilaku peternak berkaitan dengan persepsi dan motivasi peternak. Menurut Lendriyono dan Su‟adah (2003) bahwa, terjadinya proses persepsi seperti berikut: Obyek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor, yang dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indra dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak, dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya.

Motivasi dijelaskan oleh Sudrajat (2008) bahwa, motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antosiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Selanjutnya dipertegas pula, bahwa seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan menentukan kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja, maupun dalam kehidupan lainnya. Kualitas perilaku seperti pengetahuan, sikap, dan ketrampilan akan dapat ditingkatkan melalui proses penyuluhan (Mulyono, 2011).


(17)

8

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Materi dan Metode

Survai dilakukan secara purposive untuk menentukan sampel/respondendari masing-masing lokasi (desa) yang dulunya merupakan kantong-kantong ternak kambing gembrong termasuk peternak anggota kelompok “Wisnu Segara”; Dinas Peternakan dan Kelautan, Kabupaten Karangasem dilibatkan dalam survai ini sebagai responden.

Pengambilan data dilaksanakan dengan metode survai yaitu suatu metode dengan mendatangi responden secara langsung, dan mewawancarainya berdasarkan daftar petanyaan yang telah disediakan sesuai dengan tujuan penelitian (Lampiran 1). Jawaban dari responden dicatat sebagaimana mestinya. Metode observasi juga diterapkan untuk dapat mengamati dan mencatat data maupun informasi yang dapat mendukung hasil penelitian ini.

Peralatan yang digunakan dalam survai ini adalah, kertas/lembar pertanyaan, penggaris, bolpoint, dan sebagainya. Data yang diperoleh selama penelitian/survai dianalisis secara deskriptif.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian, dipilih secara purposive yaitu di desa-desa yang dulunya sebagai kantong-kantong kambing gembrong seperti desa Bugbug, Culik, dan Bunutan. Kelompok Peternak “Wisnu Segara” yang berada di Desa Tumbu, yang masih memelihara beberapa ekor kambing gembrong secara intensif juga dilibatkan sebagai responden. Demikian juga Dinas Peternakan dan Kelautan, Kabupaten Karangasem sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam peternakan umumnya ikut dilibatkan dalam survei ini sebagai responden.


(18)

9

3.3. Luaran Kegiatan Penelitian

Target luaran kegiatan penelitian adalah :

1. Informasi ilmiah penting untuk peternak, peneliti dan pemerintah daerah tentang faktor faktor yang menyebabkan kurangnya minat masyarakat di Kabupaten Karangasem dalam pengembangan ternak kambing gembrong. 2. Buku Ajar “Kambing Gembrong Flasma Nutfah yang Populasinya

Memprihatinkan” 3. Laporan penelitian


(19)

10 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1KarakteristikPetugas Dinas Peternakan Karangasem

Wawancara dengan tiga orang petugas yang berkaitan dengan keberadaan KG di Kabupaten Karangasem, yaitu Kepala Bidang Produksi Ternak, dinas Peternakan Karangasem, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Abang, dan PPL Kecamatan Karangasem. Hasil wawancara menunjukkan bahwa, seluruh petugas mengetahui ada kambing gembrong di daerahnya, namun setelah diadakan wawancara lebih lanjut, ketiga petugas tersebut memberikan informasi yang berbeda tentang jumlah dan jenis kelamin kambing gembrong, seperti terlihat dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1.

Informasi tentang Jumlah dan Jenis Kelamin Kambing Gembrong No Nama Responden Jantan

(ekor)

Betina (ekor)

Muda (ekor)

Total (ekor) 1 Kabid Prod Ternak Disnak

Karangasem

13 27 20 60

2 PPL Kec. Abang 4 8 5 17

3 PPL KEc. Karangasem 6 6 17 29

Data tentang kambing gembrong secara terperinci hanya dikatakan ada oleh PPL Kec. Karangasem, sedangkan kedua petugas lainnya mengatakan tidak ada.

Berkurangnya jumlah kambing gembrong dari tahun ke tahun, menurut ketiga responden disebabkan oleh beberapa hal antara lain: 1) Jumlah kelahiran anak hanya satu ekor setiap melahirkan; 2) Harga sama dengan harga kambing kacang; 3) Kurangnya perhatian pemerintah terhadap keberadaan kambing gembrong; 4) Tingkat kematian kambing gembrong tinggi, karena penyakit; 5) Belum dipelihara secara intensif.


(20)

11

Seluruh petugas menyatakan bahwa, kambing gembrong perlu dilestarikan karena merupakan plasma nutfah milik Kab. Karangasem. Keberadaan kambing gembrong yang merupakan tenak jenis kambing asli dari Bali, hanya diketahui oleh satu orang petugas, sedangkan dua petugas lainnya tidak mengetahui hal tersebut.

Dinas Peternakan diharapkan oleh ketiga petugas, untuk berupaya mempertahankan perkembangan kambing gembrong dengan mengambil langkah seperti berikut: 1) Memberi pembinaan yang lebih intensif kepada peternak; 2) Pemeliharaan dipusatkan pada satu kawasan; 3) Penjaringan bibit kambing gembrong untuk diternakkan di daerah yang cocok untuk perkembangannya; dan 4) Diberikan bantuan pakan dan kandang pada peternak;

4.2 Karakteristik Peternak KG

4.2.1 Umur

Umur tujuh peternak KG yang berlokasi di Ujung rata-rata 37 tahun, dengan rentangan antara 17 - 60 tahun.Mantan peternak KG sebanyak sembilan orang, yang tersebar di desa Bunutin (1 orang), Abang (1 orang) , Culik (3 orang), Bugbug (2 orang), SH Ambu (2 orang), rata-rata berumur 60 tahun dengan kisaran antara 30 – 70 tahun. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa, peternak maupun mantan peternak KG berada pada usia produktif.Sesuai dengan Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003 yang menetapkan penduduk usia produktif adalah antara umur 15 – 64 tahun.Peternak yang berada dalam usia produktif umumnya memiliki kemauan bekerja yang tinggi, karena masih memerlukan biaya yang cukup banyak untuk keluarganya. Berdasarkan kondisi tersebut, pemeliharaan KG masih memungkinkan untuk dianjurkan pada peternak.

4.2.2 Pendidikan Formal dan Non-Formal

Peternak KG memiliki pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak tiga orang (42,10%), Sekolah Dasar (SD) sebanyak tiga orang (42,10%), dan hanya satu orang (15,80%) tidak pernah sekolah. Mantan peternak KG paling banyak yaitu enam orang (66,99%) berpendidikan SD, dan hanya satu orang (10,79%) berpendidikan SMA (Tabel 4.2).


(21)

12 Tabel 4.2

Distribusi Frekwensi Peternak dan Mantan Peternak KG berdasarkan Pendidikan Formal

No Pendidikan Peternak KG Mantan Peternak KG Total Orang % Orang % orang % 1 Tidak sekolah 1 15,80 0 00.00 1 6,18

2 SD 3 42,10 6 66,99 9 56,32

3 SMP 0 00,00 2 22,22 2 12,50

4 SMA 3 42,10 1 10,79 4 25,00

Total 7 100,00 9 100,00 16 100,00

Pendidikan non-formal yang pernah diikuti oleh peternak anggota kelompok peternak „Wisnu Segara‟ hanya satu kali, yaitu pada saat dilaksanakannya pengabdian masyarakat oleh Fakultas Peternakan Universitas Udayana Tahun 2012. Materi yang diajarkan adalah mengenai cara memerah susu dan membuat kandangkhusus untuk proses pemerahan susu KG. Mantan peternak KG seluruhnya belum pernah mendapat penyuluhan yang berkaitan dengan pemeliharaan KG, jadi selama peternak beternak KG, hanya berdasarkan pengalaman saja. Hal tersebut menunjukkan, bahwa pengetahuan tentang managemen peternakan KG masih kurang dan perlu ditingkatkan.

4.2.3 Pekerjaan

Pekerjaan peternak KG kebanyakan yaitu empat orang (57,13% ) sebagai petani, sedangkan sisanya sebanyak tiga orang yang masing-masing satu orang (14,29%) bekerja sebagai pelajar, pegawai swasta dan ibu rumah tangga. Mantan peternak KG sebagian besar yaitu sebanyak tujuh orang (77,78%) bekerja sebagai petani, sedangkan sisanya masing-masing satu orang (11,11%) bekerja sebagai pegawai swasta dan pedagang (Tabel 4.3). Hal tersebut menunjukkan bahwa, untuk pengembangan ternak KG masih memungkinkan, karena pekerjaan sebagai petani dapat membuatpemeliharaanKG tidak sulit dilaksanakan.


(22)

13 Tabel 4.3

Distribusi Peternak dan Mantan Peternak KG berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan Peternak KG Mantan Peternak

KG

Total

Orang % Orang % Orang % 1 Petani 4 57,13 7 77,78 11 68,75 2 Swasta 1 14,29 1 11,11 2 11,51 3 Pedagang 0 00,00 1 11,11 1 6,58 4 Pelajar 1 14,29 0 00,00 1 6,58 5 Ibu RT 1 14,29 0 00,00 1 658 Total 7 100,00 9 100,00 16 100,00

4.2.4 Jumlah kambing gembrong

Jumlah kambing yang dipelihara oleh peternakselama kurun waktu dari tahun 2009 sampaiampai tahun 2012, mengalami penurunan sebanyak empat ekor yaitu dari 69 ekor menjadi 65 ekor. Kambing jantan mengalami penurunan sebanyak lima ekor yaitu dari 35 ekor menjadi 30 ekor, sedangkan kambing betina mengalami peningkatan sebanyak satu ekor dari 34 ekor menjadi 35 ekor.Mantan peternak KG pernah memelihara ternak KG jantan dewasa sebanyak masing-masing satu ekor oleh tujuh orang peternak, dan masing-masing-masing-masing dua ekor oleh dua orang peternak, sehingga jumlah KG secara keseluruhan sebanyak 11 ekor (Tabel 4.4).

Tabel 4.4

Jumlah dan Jenis Kambing Gembrong yang Dipelihara di Ujung No Jenis kambing gembrong Saat pertama

memelihara (ekor)

Saat diadakan penelitian

(ekor)

Perubahan jumlah (ekor)

1 Jantan dewasa 21 21 0

2 Jantan muda 14 09 -5

Jumlah kambing jantan 35 30 -5

3 Betina dewasa 27 31 +4

4 Betina muda 07 04 -3

Jumlah kambing betina 34 35 +1 Total jantan dan betina 69 65 -4


(23)

14

Jumlah KG yang dipelihara oleh anggota kelompok ternak Wisnu Segara pada tahun 2015, secara keseluruhan yaitu pejantan, induk, dan anak sebanyak 35 ekor. Berdasarkan hasil observasi langsung di lokasi, kondisi KG sangat memprihatinkan karena kurangnya biaya untuk pembelian pakan dan obat-obatan pada kelompok. Pada periode sebelum tahun 2015, menurut peternak anggota kelompok, bahwa biaya pakan, kandang, dan obat-obatan diperoleh dari peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali.

Selama memelihara KG mantan peternak KG tidak pernak meningkatkan jumlah KG yang dipeliharanya. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, alasan mantan peternak KG hannya beternak KG jantan saja, karena lebih mudah mendapat bibit KG jantan daripada yang betina. Menurut mantan peternak KG bahwa, ternak yang sering lahir di wilayahnya adalah ternak jantan, dan setiap kelahiran hanya melahirkan satu ekor. Pada tahun 2015 mantan peternak KG tidak memelihara KG lagi. Hal tersebut menunjukkan peternak sudah tidak berminat memelihara KG. Minat masyaraka akan timbul apabila memiliki persepsi yang positif dan motivasi yang kuat untuk melakukan usaha ternak KG. Motivasi yang kuat akan terjadi jika ada dorongan seperti kebutuhan untuk hidup keluarga dan persepsi yang baik terhadap KG. Sesuai dengan pendapat Sudrajat (2008) bahwa, seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan menentukan kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja, maupun dalam kehidupan lainnya.

4.2.5 Jumlah anggota keluarga

Anggota keluarga yang menjadi tanggungan peternak KG, sebanyak 35 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 17 perempuan, sehingga rata-rata lima orang. Mantan peternak KG jumlah anggota keluarganya sebanyak 52 orang yang terdir dari 21 orang laki-laki dan 31 orang perempuan, sehingga rata-rata sebanyak 5,77 orang. Berdasarkan data, dapat dikatakan tenaga kerja untuk memelihara KG masih tersedia, sehingga masih memungkinkan untuk dianjurkan memelihara KG lebih banyak, sehingga populasi dapat ditingkatkan dan KG dapat dilestarikan sebagai plasma nutfah daerah Bali. Sesuai dengan penjelasan


(24)

15

Anonymousb) (2015), Anonimousc) (2015), dan Anonymousd) (2015) yang dengan jelas menyatakan bahwa, pelestarian terhadap plasma nutfah sangat penting dilakukan, untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Plasma nutfah KG yang sudah terancam punah, sangat membutuhkan tindakan konservasi oleh pemerintah pusat maupun daerah Bali.

4.2.6 Pengalaman memelihara kambing gembrong

Peternak KG telah memelihara kambing gembrong sejak tahun 2009 sebanyak tiga orang, sejak tahun 2010 sebanyak satu orang, dan sejak tahum 2012 sebanyak tiga orang. Mantan peternak KG terakhir memelihara KG untuk masing-masing peternak berbeda yakni tahun 1980, 1985, 1986,1989, 1992, 1993, 1994, 1996, dan 1997. Mantan peternak KG memiliki pengalaman beternak antara 1-3 tahun sebanyak dua orang 22,22%) dan antara 4-5 tahun sebanyak tujuh orang (77,78%). Berdasarkan data pengalaman peternak KG, dapat dikatakan bahwa peternak pernah memiliki ketertarikan untuk memelihara KG. Hal terebut menunjukkan, jika peternak KG diberikan dorongan dengan memberi penyuluhan yang tepat dan benar tentang peternakan KG, maka peternak akan termotivasi kembali untuk melakukan peternakan KG. Sesuai dengan Mulyono (2011), yang menyatakan bahwa, perilaku petani atau peternak akan dapat ditingkatkan melalui proses penyuluhan.

4.2.7 Jenis ternak selain kambing gembrong yang di pelihara oleh peternak

Peternak KG secara keseluruhan memelihara ternak sapi sebanyak 15 ekor, babi empat ekor, dan ayam kampung/buras sebanyak 27 ekor. Berdasarkan wawancara mendalam peternak menyatakan, lebih suka memelihara ternak selain KG karena dapat dijual sesuai keperluan, sedangkan ternak KG tidak bias dijual tanpa izin dari pihak pemerintah. Peternak anggota kelompok khususnya, masih mengalami keraguan tentang keberhasilan dalam mempertahankan populasi KG. Peternak mengharapkan adanya perhatian dari pihak pemerintah dan masyarakat luas untuk ikut berperan dalam program konservasi KG.


(25)

16

4.3 Pemeliharaan Kambing Gembrong

4.3.1 Tingkat kesulitan dalam memelihara kambing gembrong

Tingkat kesulitan dalam memelihara KG, sebanyak tiga orang (42,85%) peternak KG mengatakan sulit, tiga orang (42,85%) mengatakan tidak sulit, dan satu orang (14,30%) tidak tahu. Berdasarkan hasil wawancara lebih mendalam, dari tiga orang peternak KG yang mengatakan sulit, masing-masing satu orang mengatakan kesulitan dalam hal: 1) kurangnya pengetahuan dan ketrampilan; 2) sulit memasarkan daging maupun bulunya; 3) kurang pengetahuan, ketrampilan dan pemasaran. Data tersebut menunjukkan bahwa, peternak KG sangat menbutuhkan penyuluhan dan pendampingan secara tepat dari pemerintah. Melalui proses penyuluhan tentang peternakan KG yang benar dan tepat akan dapat meningkatkan perilaku (pengetahuan, sikap, dan ketrampilan), serta persepsi dan motivasi peternak peternak dalam menjalankan usaha ternak KG. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyono (2011), Rakhmat(1995),Samsudin (1987), Pasandaran dan Hermanto(1995), serta Inggriati (2014) yang memiliki pendapat senada bahwa, perilaku manusia dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi, sesuai dengan karakteristik personal yang dimilikinya. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa, perilaku dapat berubah karena dipengaruhi oleh status ekonomi, psikologis, tingkat pendidikan, pola usahatani, letak dan topografi desa, aksesibelitas penggunaan informasi, ketersediaan sarana produksi.

4.3.2 Kebutuhan terhadap pengetahuan dan keterampilan baru

Peternak KG sebanyak enam orang (85,71%) mengatakan perlu pengetahuan baru tentang cara beternak kambing gembrong, dan sisanya satu orang (14,29%) mengatakan tidak tahu. Berdasarkan wawancara lebih mendalam, pada enam orang peternak KG,sebanyak dua orang (35,71%) membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan baru melalui penyuluhan, pembinaan/pendampingan, pelatihan, dan brosur ataubuku; dua orang (35,71%) melalui penyuluhan dan pendampingan; sisanya masing-masing satu orang


(26)

17

(14,29%) melalui brosur atau buku, kursus dan pelatihan; serta tidak menjawab (Tabel 4.5).

Tabel 4.5

Distribusi Frekwensi Peternak KG berdasarkan Kebutunan Berbagai Metoda Penyuluhan untuk Memperoleh Pengetahuan dan Ketrampilan Baru mengenai

Cara Pemeliharaan KG

No Metoda Penyuluhan Peternak KG

Orang % 1 Penyuluhan, pembinaan/pendampingan, pelatihan, dan

brosur atau buku

2 35,71

2 Penyuluhan dan pendampingan 2 35,71 3 Brosur atau buku, kursus dan pelatihan 1 14,29

4 Tidak menjawab 1 14,29

Total 6 100.00

4.3.3 Manfaat kambing gembrong bagi masyarakat

Manfaat kambing gembrong yang paling penting bagi masyarakat adalah: sebagai sumber daging, kulit dan bulu dinyatakan oleh tiga orang peternak (42,85%); sebagai hiburan saja dinyatakan oleh dua orang (28,58%); sebagai sumber daging, kulit, bulu, dan hiburan dinyatakan oleh satu orang (14,29%); dan sisanya satu orang (14,29%) tidak punya jawaban (Tabel 4.6). Manfaat bulu untuk dijadikan rambut barongtidakdiketahui oleh sebagian besar yaitu sebanyak lima orang (71,42%) peternak, dan hanya dua orang (28,58%) tahu tentang hal tersebut

Tabel 4.6

Distribusi Pekwensi Peternak KG berdasarkan Manfaat KG bagi Masyarakat No Manfaat KG bagi masyarakat Peternak KG

Orang % 1 Sebagai sumber daging, kulit dan bulu 3 42,85

2 Sebagai hiburan saja 2 28,58

3 Sebagai sumber daging, kulit, bulu, dan hiburan 1 14,29

4 Tidak menjawab 1 14,29

Total 7 100,00

Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa, peternak KG masih menitik beratkan tujuan pemeliharaan pada produksi daging, padahal potensi lain yang dimiliki KG masih ada seperti: sebagai hewan kesayangan karena wajahnya


(27)

18

yang lucu dengan bulu gembrong sehingga dapat dijadikan byek wisata, dan bulunya dapat digunakan sebagai bulu barongyang dibutuhkan di Bali sebagai barang seni dan atau sacral.

4.3.4 Warna bulu KG yang paling disukai peternak

Warna bulu putih, paling disukai oleh kebanyakan yaitu lima orang (71,42%) peternak KG, dengan alasan sebagai berikut: kelihatan bersih, menarik, lebih mahal, dapat digunakan sebagai umpan pancing dan rambut barong. Peternak KG yang lain yaitu sebanyak dua orang (28,58%) menyatakan bahwa, warna bulu yang paling disukai adalah warna campuran, denganalasan kelihatan lebih bagus dan cantik. Mantan peternak KG, sebanyak tujuh orang (77,76%) menyatakan lebih menyukai warna putih, dengan alasan bulu lebih halus dan lebih bagus. Mantan peternak KG lainnya sebanyak satu orang (11,12%) lebih menyukai warna hitam dngan alasan pertumbuhan lebih bagus, dan satu orang (11,12%) lebih menyukai warna campuran, dengan alasan kelihatan lebih bagus (Tabel 4.7).

Tabel 4.7

Distribusi Peternak dan Mantan Peternak KG berdasarkan Warna Bulu yang Paling Disukai

No Warna Peternak KG Mantan peternak KG

Total

Orang % Orang % Orang % 1 Putih 5 71,42 7 77,76 12 75,00 2 Hitam 0 00,00 1 11,12 1 6,25 3 Campuran 2 28,58 1 11,12 3 18,75 Total 7 100,00 9 100,00 16 100,00

Berdasarkan data dari seluruh peternak dan mantan peternak KG, maka dapat dikatakan warna bulu KG yang putihpaling disukai, karena memiliki beberapa kelebihan dari warna yang lain. Kelebihan KG yang berwarna putih, menurut peternak disebabkan oleh kelihatan bagus memutih seperti kapas dan lebih bersih dari warna bulu yang lain. Perkembangan KG pada masa mendatang, hendaknya diupayakan lebih banyak menternakkan KG betina maupun jantan


(28)

19

yang memiliki warna bulu putih. Upaya tersebut akan berhasil, apabila harga KG yang berbulu putih lebih mahal dari KG yang memiliki warna bulu selain putih.

4.4 Reproduksi Kambing Gembrong

4.4.1 Jumlah anak setiap kelahiran

Berdasarkan pengalaman peternak KG, jumlah anak yang dilahirkan pada setiap kelahiran berkisar antara satu sampai dua ekor. Kebanyakan peternak yaitu tiga orang (42, 86%) menyatakan jumlah anak yang dilahirkan setiap melahirkan adalah satu ekor, sisanya masing-masing satu orang (14,28%) menyatakan melahirkan dua ekor dan satu sampai dua ekor. Sebanyak dua orang (28,58%) tidak bisa menjawab (Tabel 4.8).

Tabel 4.8

Distribusu Frekwensi Peternak dan Mantan KG berdasarkan Jumlah Anak KG Setiap Kelahiran

No Jumlah anak setiap kelahiran (ekor)

Peternak KG Mantan peternak KG

Total

Orang % Orang % Orang %

1 1 3 42, 86 1 11,12 4 25,00

2 2 1 14,28 0 0,00 1 6,25

3 1 - 2 1 14,28 0 0,00 1 6,25

4 Tidak menjawab 2 28,58 8 88,88 10 62,50 Total 7 100,00 9 100,00 16 100,00

Kebanyakan peternak yaitu enam orang (85,72%) menyatakan bahwa, induk yang memiliki bulu warna putih melahirkan anak berbulu putih, sedangkan sisanya satu orang (14,28%) tidak menjawab.Sebanyak dua orang peternak (28,58%) menyatakan bahwa, induk kambing gembrong yang berwarna hitam melahirkan anak berbulu hitam, dan sisanya sebanyak tiga orang yang masing-masing satu orang (14,28%) menyatakan anaknya berwarna hitam putih, hitam campuran, dan putih coklat. Kebanyakan peternak yaitu empat orang (57, 14%) menyatakan bahwa, induk kambing yang bulunya berwarna campuran melahirkan anak berbulu campuran, sedangkan sisanya sebanyak tiga orang tidak menjawab (Tabel 4.9).Mantan Peternak KG seluruhnya tidak tahu tentang warna bulu anak KG yang dilahirkan oleh induk yang memiliki bulu berbeda. Hal tersebut


(29)

20

menunjukkan bahwa mantan peternak KG tidak memperhatikan secara mendetail mengenai perkembangan KG. Berdasarkan data tersebut, pemerintah hendaknya mengupayakan teknologi reproduksi yang dapat meningkatkan jumlah anak KG yang lahir pada setiap kelahiran.

Tabel 4.9

Pernyataan Peternak KG tentang Warna Bulu Anak KG yang Dilahirkan oleh Induk dengan Bermacam-macam Warna Bulu

No Warna bulu induk

Warna bulu anak Jumlah peternak (orang)

Jumlah peternak (persen)

1 Putih Putih 6 85,72

Tidak menjawab 1 14,28

Jumlah 7 100,00

2 Hitam Hitam 2 28,58

Hitam putih 1 14,28

Hitam campuran 1 14,28

Putih coklat 1 14,28

Tidak menjawab 2 28,58

Jumlah 7 100,00

3 Campuran Campuran 4 57,14

Tidak menjawab 3 42,86

Jumlah 7 100,00

4.4.2 Kematian anak

Sebanyak tiga orang peternak (42,86%) mengatakan bahwa, penyebab kematian anak kambing gembrong adalah karena sakit, sebanyak dua orang (28,58%) mengatakan karena kurang gizi atau kurang perawatan, sedangkan sisanya sebanyak satu orang (14,28%) mengatakan karena terlalu kecil pada saat dilahirkan (Tabel 4.10). Berdasarkan data tentang penyebab kematian KG, maka pemerintah daerah maupun pusat yang berkompeten dalam menangani masalah penyakit ternak, hendaknya memberi pendampingan yang lebih baik pada peternak KB dan menyediakan obat yang dibutuhkan. Peternak KG yang memiliki pengetahuan kurang dalam hal penyakit KG, sangat membutuhkan pendampingan dari pemerintah secara benar.


(30)

21

Distribusi Frekwensi Peternak KG berdasarkan Kematian Anak KG No Penyebab kematian anak KG Peternak KG Orang %

1 karena sakit 3 42,86

2 karena kurang gizi atau kurang perawatan 2 28,58 3 terlalu kecil pada saat dilahirkan 1 14,28

4 Tidak tahu 1 14,28

Total 7 100,00

4.4.3 Pakan hijauan

Sebanyak lima orang (71,42%) memberikan rumput pada ternak kambing gembrong yang dipeliharanya, sedangkan sisanya sebanyak dua orang (28,58%) tidak memberikan rumput tetapi memberikan daun-daunan seperti daun waru,kayu santén, dan gamal (Tabel 4.10).

Tabel 4.10

Jenis Pakan Hijauan yang Diberikan pada Kambing Gembrong No Jenis hijauan Jumlah peternak

(orang)

Jumlah peternak (persen) 1 Rumpu,waru,gamal,dan kayu santen 3 42,88 2 Rumput, kayu santan, dan daun singkong 1 14,28 3 Rumput dan kayu santan 1 14,28 4 Waru,gamal, dan kayu santan 1 14,28

5 Gamal dan kayu santan 1 14,28

Total 7 100,00

Sumber pakan sebagian besar yaitu lima orang (71,44%) peternak adalah dari kebun miliknya sendiri, satu orang (14,28%) dari kebun sendiri dan dari kebun orang lain disekitarnya, sedangkan sisanya sebanyak satu orang (14,28%) mengatakan dari lingkungan sekitar.Hal tersebut menunjukkan bahwa, peternak dapat menyediakan pakan dari kebunnya sendiri, sehingga kemungkinan untuk pengembangan kambing gembrong di masa mendatang masih ada. Perkembangan di masa mendatang, jika ingin konservasi KG berhasil, maka persediaan pakan hijauan ataupun konsentrat harus memadai.

Kondisi saat ini persediaan pakan sudah berkurang khususnya pada kelompok ternak Wisnu Segara. Penyuluhan tentang cara penyediaan pakan untuk


(31)

22

KG sangat dibutuhkan oleh peternak, sehingga pemerintah juga harus memberikan pendampingan tentang pakan tersebut.

4.5 Perilaku, Persepsi dan Motivasi Peternak KG

Perilaku peternak anggota kelompok Wisnu Segara, dilihat dari pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dalam memelihara KG secara rata-rata masih (kategori rendah) dengan pencapaian skor sebanyak 43,86 persen dari skor maximal ideal 195. Pengetahuan tentang cara memelihara KG khususnya, masuk dalam katagori rendah dengan pencapaian skor 46,15 persen dari skor maximal ideal 65. Sikap peternak terhadap pemeliharaan KG juga tergolong negatif dengan pencapaian skor 50,27 persen dari skor maximal ideal 70.Ketrampilan peternak tergolong sangat rendah dengan pencapaian skor 35,00 persen dari skor maximal ideal 60.

Tabel 4.11

Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Ketrampilan), Persepsi dan Motivasi Peternak dalam memelihara KG

No Pariabel Pencapaian Skor (%)

Skor

Maximal Ideal

Kategori

1 Pengetahuan 46,15 65 Rendah

2 Sikap 50,27 70 Negatif

3 Ketrampilan 35,00 60 Sangat Rendah

4 Perilaku 43,86 195 Rendah

5 Persepsi 85,97 60 Sangat Positif

6 Motivasi 83,06 60 Kuat

Perilaku peternak KG yang masih rendah, dapat ditingkatkan melalui proses penyuluhan, karena melaklui penyuluhan perilaku peternak dapat ditingkatkan. Hal tersebut sejalan dengan Mulyono (2011) yang menyatakan bahwa, perilaku peternak (pengetahuan, sikap, dan ketrampilan), dapat ditingkatkan melalui proses penyuluhan.

Data dalam Tabel. 4.11. juga menunjukkan persepsi sangat positif dan motivasi yang kuat dalam beternak KG. Hal tersebut berarti bahwa, jika pemerintah mau bersunguh-sungguh memberi perhatian dalam bentuk penyuluhan, pendampingan, dan penyediaan sarana dan prasarana bagi peternak


(32)

23

KG, maka dapat diharapkan ternak KG dapat dikembangkan, sehingga populasi


(33)

24

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal seperti berikut:

1) Menurunnya populasi KG dari tahun ketahun, disebabkan oleh masih rendahnya perilaku (pengetahuan, sikap, dan ketrampilan) peternak dalam memelihara KG.

2) Kurangnya dukungan pemerintah baik pusat maupun daerah, terhadap peternakan KG, mengakibatkan peternak enggan untuk beternak KG.

3) Motivasi peternak untuk beternak KG tergolong kuat, namun karena kurangnya dukungan dari pemerintah, maka akan dapat menyebabkan menurunnya motivasi peternak di masa yang akan datang.

4) Persepsi peternak terhadap peternakan KG tergolong sangat positif, sehingga kalau pemerintah memberikan dukungan yang kuat pada peternak, maka kemungkinan populasi KG dapat ditingkatkan.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan dari penelitian ini, maka dapat diajukan saran seperti berikut:

1) Untuk pemerintah baik pusat maupun daerah Bali, khususnya kab. Karangasem hendaknya memberikan perhatian pada peternak KG, dengan memberikan penyuluhan dan pendampingan secara teratur, serta memberikan bantuan pakan, obat-obatan, dan kandang. Bantuan pemerintah tersebut sangat dibutuhkan oleh peternak KG, karena peternak tidak dapat menjual KG secara bebas, tanpa seizin pemerintah, khususnya yang membina selama ini, yaitu pihak BPTP-Bali.


(34)

25

2) Untuk peternak KG, diharap mau memelihara KG dengan baik, sehingga populasi dapat ditingkatkan. Mengingat KG adalah plasma nutfah yang sangat berharga untuk daerah Bali. Apabila populasi sudah banyak, maka peternak akan dapat menjualnya secara bebas, dan mendapatkan keuntungan sesuai dengan harapan, karena KG memiliki bulu yang unik/gembrong sehingga dapat menjadi hewan kesenangan.


(35)

26

DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa). 1988. Pemetaan Distribusi dan Pengembangan Plasma Nutfah Kambing Gembrong. Yayasan Primnawisa. Jl. Kecubung 72, Denpasar, Bali.

Aninymous. 2015b). id.wikipedia.org/wiki/Plasma_nutfah. Diunduh tgl 23 Maret 2015.

Anonymous. 2015c). Pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/definisi-plasma-nutfah-html, diunduh tgl 23-3-2015.

Anonymousd). 2015. Anekaplanta.wordpress.com/2008/03/02/mengenal-plasma-nutfah-sebagai-sumber-gen-menunjang-perbaikan-sifat. Diunduh tgl 23-3-2015.

Inggriati, T.N.W. 2014. Perilaku Peternak Sapi Bali Perbibitan dalam Sistem Penyuluhan di Bali. (disertasi). Denpasar: Program Doktor Ilmu Peternakan, Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Lendriyono, F. dan Su‟adah. 2003.Pengantar Psikologi. Malang: Banyumedia Publishing

Matram, B., I D.K. H. Putra., W. Wirtha, W.S. Yupardhi dan I G. A.A. Putra. 1993. Pemurnian dan Kinerja Kambing Gembrong di Bali Timur. Laporan Penelitian FAPET UNUD, Denpasar.

Mulyono. M. 2011. Membangun Penyuluhan Pertanian Profesional Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani. Perhimpunan Penyuluhan Pertanian Indonesia. Cetakan I. Jakarta: CV Poin Plus Asia.

Pasandaran, E. Hermanto, 1995. “Pengelolaan Sistem Irigasi Hemat Air dalam Rangka Mempertahankan Swasembada Beras”. Makalah dalam Lokakarya Nasional Hemat Air, Bandung 27 - 29 Juni 1995.

Rakhmat, J. 1995. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: Remadja Karya. Robinson, D.W. 1977. Livestock in Indonesia. Res. Rep. No.1 Centre Anim., Pres

and Dev., Bogor.

Rumich, B. 1967. The Goat of Indonesia. FAO Regional Office. Bangkok.

Samsudin, U. 1987. Dasar-Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Cet. Ke-3. Bandung: Binacipta.

Yupardhi, W.S. 1998. Gambaran Fisiologis Darah Kambing Gembrong Penderita Skabies. Majalah UNUD, Vol. 29, No. 100, Okt. 19998.

Yupardhi, W.S., I G. L. Oka, I. B. Mantra dan I N. Suyasa. 2009. Evaluasi Fisiobiolog Kambing Gembrong (Lap. Penelitian). FAPET UNUD Denpasar


(36)

27

LAMPIRAN

Lampiran 1: LaporanKeuangan

No Tangal Jenis Pengeluara n Rincian Pengeluaran Jumlah (Rp) Kegiatan (%) Kemajuan (%)

1 3 Juni 2015 Biaya bahan Pembelian kuisioner 2,675,000 15.07 15.07 2 9 Juni 2015 Biaya alat Beli pulpen, kertas,

note book, note pad

750,000 4.23 19.30 3 9 Juni 2015 Biaya bahan Obat-obat selama

perjalanan 250,000 1.41 20.70 4 12 Juni

2015

Biaya bahan Tnta printer

200,000

1.13

21.83 5 12 Juni

2015

Biaya alat Printer pixma

1,200,000

6.76

28.59 6 15 Juni

2015

Perjalanan Penjajagan ke lokasi penelitian 350,000 1.97 30.56 7 16 Juni

2015

Perjalanan Perjalanan ke lokasi penelitian selama kegiatan 1,500,000 8.45 39.01

8 2 Juli 2015 Honor Koordinator/tenaga

ahli utama 2,500,000 14.08 53.10 9 20 Juli

2015

Honor Honor surviyor di Desa Tumbu 750,000 4.23 57.32 10 20 Juli

2015

Honor Honor surviyor di

Desa Bunitin 750,000 4.23 61.55 11 22 Juli

2015

Honor Honor surviyor di

Desa Culik 750,000 4.23 65.77 12 22 Juli

2015

Honor Honor surviror di

Desa Bubug 750,000 4.23 70.00 13 1 Agustus

2015

Honor Tabulasi Data

1,000,000

5.63

75.63 14 10 Agustus

2015

Honor Analisis Data

1,000,000

5.63

81.27 15 11 Agustus

15

Konsumsi Diskusi Laporan I

175,000

0.99

82.25 16 12 Agustus

15

Konsumsi Diskusi Laporan II

200,000

1.13

83.38 17 13 Agustus

15

Konsumsi Diskusi Laporan III

200,000

1.13

84.51 18 Agustus

2015 Biaya Seminar Ketua Peneliti 900,000 5.07 89.58 19 Agustus

2015 Biaya Seminar Anggota Penelitii 850,000 4.79 94.37 20 20 Oktober

2015 Poto copy, jilid, cetak poster, dll Pembuatan Laporan 1,000,000 5.63 100.00 Total pengeluaran 17,750,000 100.00 100.00


(37)

(1)

23

KG, maka dapat diharapkan ternak KG dapat dikembangkan, sehingga populasi


(2)

24

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal seperti berikut:

1) Menurunnya populasi KG dari tahun ketahun, disebabkan oleh masih rendahnya perilaku (pengetahuan, sikap, dan ketrampilan) peternak dalam memelihara KG.

2) Kurangnya dukungan pemerintah baik pusat maupun daerah, terhadap peternakan KG, mengakibatkan peternak enggan untuk beternak KG.

3) Motivasi peternak untuk beternak KG tergolong kuat, namun karena kurangnya dukungan dari pemerintah, maka akan dapat menyebabkan menurunnya motivasi peternak di masa yang akan datang.

4) Persepsi peternak terhadap peternakan KG tergolong sangat positif, sehingga kalau pemerintah memberikan dukungan yang kuat pada peternak, maka kemungkinan populasi KG dapat ditingkatkan.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan dari penelitian ini, maka dapat diajukan saran seperti berikut:

1) Untuk pemerintah baik pusat maupun daerah Bali, khususnya kab. Karangasem hendaknya memberikan perhatian pada peternak KG, dengan memberikan penyuluhan dan pendampingan secara teratur, serta memberikan bantuan pakan, obat-obatan, dan kandang. Bantuan pemerintah tersebut sangat dibutuhkan oleh peternak KG, karena peternak tidak dapat menjual KG secara bebas, tanpa seizin pemerintah, khususnya yang membina selama ini, yaitu pihak BPTP-Bali.


(3)

25

2) Untuk peternak KG, diharap mau memelihara KG dengan baik, sehingga populasi dapat ditingkatkan. Mengingat KG adalah plasma nutfah yang sangat berharga untuk daerah Bali. Apabila populasi sudah banyak, maka peternak akan dapat menjualnya secara bebas, dan mendapatkan keuntungan sesuai dengan harapan, karena KG memiliki bulu yang unik/gembrong sehingga dapat menjadi hewan kesenangan.


(4)

26

DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa). 1988. Pemetaan Distribusi dan Pengembangan Plasma Nutfah Kambing Gembrong. Yayasan Primnawisa. Jl. Kecubung 72, Denpasar, Bali.

Aninymous. 2015b). id.wikipedia.org/wiki/Plasma_nutfah. Diunduh tgl 23 Maret 2015.

Anonymous. 2015c). Pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/definisi-plasma-nutfah-html, diunduh tgl 23-3-2015.

Anonymousd). 2015. Anekaplanta.wordpress.com/2008/03/02/mengenal-plasma-nutfah-sebagai-sumber-gen-menunjang-perbaikan-sifat. Diunduh tgl 23-3-2015.

Inggriati, T.N.W. 2014. Perilaku Peternak Sapi Bali Perbibitan dalam Sistem Penyuluhan di Bali. (disertasi). Denpasar: Program Doktor Ilmu Peternakan, Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Lendriyono, F. dan Su‟adah. 2003.Pengantar Psikologi. Malang: Banyumedia Publishing

Matram, B., I D.K. H. Putra., W. Wirtha, W.S. Yupardhi dan I G. A.A. Putra. 1993. Pemurnian dan Kinerja Kambing Gembrong di Bali Timur. Laporan Penelitian FAPET UNUD, Denpasar.

Mulyono. M. 2011. Membangun Penyuluhan Pertanian Profesional Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani. Perhimpunan Penyuluhan Pertanian Indonesia. Cetakan I. Jakarta: CV Poin Plus Asia.

Pasandaran, E. Hermanto, 1995. “Pengelolaan Sistem Irigasi Hemat Air dalam Rangka Mempertahankan Swasembada Beras”. Makalah dalam Lokakarya Nasional Hemat Air, Bandung 27 - 29 Juni 1995.

Rakhmat, J. 1995. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: Remadja Karya. Robinson, D.W. 1977. Livestock in Indonesia. Res. Rep. No.1 Centre Anim., Pres

and Dev., Bogor.

Rumich, B. 1967. The Goat of Indonesia. FAO Regional Office. Bangkok.

Samsudin, U. 1987. Dasar-Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Cet. Ke-3. Bandung: Binacipta.

Yupardhi, W.S. 1998. Gambaran Fisiologis Darah Kambing Gembrong Penderita Skabies. Majalah UNUD, Vol. 29, No. 100, Okt. 19998.

Yupardhi, W.S., I G. L. Oka, I. B. Mantra dan I N. Suyasa. 2009. Evaluasi Fisiobiolog Kambing Gembrong (Lap. Penelitian). FAPET UNUD Denpasar


(5)

27

LAMPIRAN

Lampiran 1: LaporanKeuangan

No Tangal Jenis Pengeluara n Rincian Pengeluaran Jumlah (Rp) Kegiatan (%) Kemajuan (%)

1 3 Juni 2015 Biaya bahan Pembelian kuisioner 2,675,000 15.07 15.07 2 9 Juni 2015 Biaya alat Beli pulpen, kertas,

note book, note pad

750,000 4.23 19.30 3 9 Juni 2015 Biaya bahan Obat-obat selama

perjalanan 250,000 1.41 20.70 4 12 Juni

2015

Biaya bahan Tnta printer

200,000

1.13

21.83 5 12 Juni

2015

Biaya alat Printer pixma

1,200,000

6.76

28.59 6 15 Juni

2015

Perjalanan Penjajagan ke lokasi penelitian 350,000 1.97 30.56 7 16 Juni

2015

Perjalanan Perjalanan ke lokasi penelitian selama kegiatan 1,500,000 8.45 39.01

8 2 Juli 2015 Honor Koordinator/tenaga

ahli utama 2,500,000 14.08 53.10 9 20 Juli

2015

Honor Honor surviyor di Desa Tumbu 750,000 4.23 57.32 10 20 Juli

2015

Honor Honor surviyor di

Desa Bunitin 750,000 4.23 61.55 11 22 Juli

2015

Honor Honor surviyor di

Desa Culik 750,000 4.23 65.77 12 22 Juli

2015

Honor Honor surviror di

Desa Bubug 750,000 4.23 70.00 13 1 Agustus

2015

Honor Tabulasi Data

1,000,000

5.63

75.63 14 10 Agustus

2015

Honor Analisis Data

1,000,000

5.63

81.27 15 11 Agustus

15

Konsumsi Diskusi Laporan I

175,000

0.99

82.25 16 12 Agustus

15

Konsumsi Diskusi Laporan II

200,000

1.13

83.38 17 13 Agustus

15

Konsumsi Diskusi Laporan III

200,000

1.13

84.51 18 Agustus

2015 Biaya Seminar Ketua Peneliti 900,000 5.07 89.58 19 Agustus

2015 Biaya Seminar Anggota Penelitii 850,000 4.79 94.37 20 20 Oktober

2015 Poto copy, jilid, cetak poster, dll Pembuatan Laporan 1,000,000 5.63 100.00 Total pengeluaran 17,750,000 100.00 100.00


(6)