IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF DAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA SMA: Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu Sekolah Menengah Atas di Kota Sukabumi.

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF DAN

SELF-REGULATED LEARNING SISWA SMA

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu Sekolah Menengah Atas di Kota Sukabumi)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Hamidah Suryani Lukman 1201522

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF DAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA SMA

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu Sekolah Menengah Atas di Kota Sukabumi)

Oleh

Hamidah Suryani Lukman

S.Si Universitas Islam Bandung, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika

© Hamidah Suryani Lukman 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF DAN

SELF-REGULATED LEARNING SISWA

(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas X pada Salah Satu SMA Negeri di Kota Sukabumi)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed. NIP. 195802011984031001

Pembimbing II

Dr. Stanley Dewanto, M.Pd. NIP. 19520311198011000

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana UPI

Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. NIP. 196101121987031003


(4)

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ABSTRACT

Hamidah Suryani Lukman (2014)

: Implementation of Problem-Based Learning

Model to Improve The High School Student’s

Metacognitive and Self-Regulated Learning Ability

This Research is quasi-experimental study with 3x2 factorial and nonequivalent control-group design. The population in this study were all 10th grade students at one of the Senior High School in Sukabumi. Furthermore, two sample groups randomly selected (experimental class and control class) with a purposive sampling technique. Each sample group divided into high, medium, and low level based on students' mathematical prior knowledge. The experimental class used problem-based learning models but the control class used conventional models. The instrument used in this study were the metacognitive ability test, the scale of Self-Regulated Learning, and the observation sheet. The results of this study were analyzed using SPSS 19, STAT 97, and Microsoft Excel 2013. The differences of metacognitive ability improvement based on students' mathematical prior knowledge and applied learning model was tested by two ways ANOVA at significance level 0.05, after prerequisites testing are met, but the differences of

students’ Self-Regulated Learning ability improvement between the experimental

class and the control class was tested by Mann-Whitney U test. Based on this

research, it is known that (1) Students’ metacognitive ability improvement that

has been acquired the Problem-Based Learning model is significantly better than students who acquired conventional learning; (2) There are significantly differences in metacognitive abilities improvement among students who obtain the Problem-Based Learning model with students who received conventional learning in terms of students' mathematical prior knowledge level, high, medium, and low. Metacognitive abilities improvement of Experimental students who have a high and a medium mathematical prior knowledge level, are significantly better than the improvement of Control students' metacognitive abilities that have a high and a medium mathematical prior knowledge level. However, the increase in metacognitive abilities of students who have lower mathematical prior knowledge level in the experimental class and the control class did not differ significantly; (3) The Improvement of Self-Regulated Learning students receiving Problem-Based Learning model is significantly better than the students who received

conventional learning; (4) There is a positive relationship between students’

metacognitive ability improvement with increased capability Self-Regulated Learning.

Key words: Problem-Based Learning Model, Metacognitive Ability, Self-Regulated Learning.


(5)

ABSTRAK

Hamidah Suryani Lukman (2014)

: Implementasi Model Problem-Based Learning

untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Self-Regulated Learning Siswa SMA

Penelitian ini merupakan suatu studi kuasi eksperimen dengan desain penelitian faktorial 3x2 dan nonequivalent control-group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pada salah satu SMA di Kota Sukabumi. Selanjutnya, dua kelompok sampel penelitian dipilih secara acak (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dengan teknik purposive sampling. Sebelum pembelajaran dimulai, masing-masing kelompok sampel dikelompokkan kembali berdasarkan level kemampuan awal matematisnya, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan model Problem-Based Learning, sedangkan kelas kontrol memperoleh pembelajaran dengan model konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan metakognitif, skala Self-Regulated Learning, dan lembar observasi. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan SPSS 19, STAT 97, dan Microsoft Excel 2013. Pengujian perbedaan peningkatan kemampuan metakognitif berdasarkan kemampuan awal matematis siswa dan model pembelajaran yang diterapkan, digunakan uji ANOVA dua jalur pada taraf signifikansi 0.05, setelah prasyarat pengujian terpenuhi, sedangkan perbedaan peningkatan Self-Regulated Learning siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan uji perbedaan dua rata-rata Mann-whitney U. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa (1) Peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memperoleh model pembelajaran Problem-Based Learning secara signifikan lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; (2) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan metakognitif yang signifikan antara siswa yang memperoleh model pembelajaran Problem-Based Learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa yaitu level tinggi, sedang, dan rendah. Peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memiliki kemampuan awal matematis tinggi dan sedang di kelas eksperimen lebih baik secara signifikan daripada peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memiliki kemampuan awal matematis tinggi dan sedang di kelas kontrol. Namun, peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memiliki kemampuan awal matematis rendah di kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan; (3) Peningkatan Self-Regulated Learning siswa yang memperoleh model pembelajaran Problem-Based Learning

secara signifikan lebih baik dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; (4) Terdapat hubungan yang positif (adanya keterkaitan yang sebanding) antara peningkatan kemampuan metakognitif dengan peningkatan kemampuan Self-Regulated Learning siswa.


(6)

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

Kata Kunci: Model Problem-Based Learning, Kemampuan Metakognitif, Self-Regulated Learning.

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan Syukur kepada Allah Swt atas segala rahmat yang berlimpah tercurah, sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tesis dengan judul “Implementasi Model Problem-Based Learning untuk Meningkatan Kemampuan Metakognitif dan Self-Regulated Learning Siswa SMA” ini ditujukan

untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Magister Pendidikan Matematika pada Program Studi Pendidikan Matematika di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat bermanfaat bagi penulis. Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Amiin

Billaahitaufiq Walhidaayah

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

B andung, Juni 2014


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan do’a dari berbagai pihak, tesis ini tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan tesis ini, terutama kepada:

1. Ayahanda (M. Tjetje Lukmanulhakim), Ibunda (N. Nurjannah Huzaemah), serta Kakak-kakak tercinta yang telah memberikan dukungan moril, materil, do’a, dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya.

2. Turmudi, Drs., M.Ed., M.Sc., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

3. Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed, selaku Direktur Pascasarjana sekaligus merangkap sebagai Pembimbing I, yang telah membimbing dan memberikan arahannya kepada penulis dalam penyusunan tesis.

4. Dr. Stanley Dewanto, M.Pd, selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan bimbingan dan bantuan yang tak terkira kepada penulis.

5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan ilmu yang tak terkira.

6. Ceng Mamad, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMAN 3 Kota Sukabumi, yang telah memberikan izin penelitian.

7. Insap Santoso, S.Pd, selaku guru bidang studi matematika di SMAN 3 Kota Sukabumi, serta seluruh guru dan staf SMAN 3 Kota Sukabumi yang telah membantu terlaksananya penelitian.


(8)

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

8. Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika dan seluruh staf akademik SPS-UPI yang telah membantu penulis dalam pengurusan administrasi.

9. Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2012, khususnya seluruh mahasiswa kelas B yang telah memberikan semangat, bantuan, sharing dan diskusi mengenai perkuliahan, berbagi cerita, serta canda tawa yang sangat memberikan inspirasi selama kuliah.

10.Nur Eva Zakiah, S.Pd; Salwah, S.Pd; Eline Yanty Putri Nasution, S.Pd; dan Wiwit Damayanti Lestari, S.Pd, yang telah menemani penulisan tesis ini dan memberikan fasilitas penginapan selama proses sidang.

11.Fahmi Basya, S.Kom yang selalu memberikan support, bantuan, dan do’a yang tak henti-hentinya.

Teriring do’a yang tulus, semoga Allah Swt membalas semua budi baik Bapak/Ibu dan Saudara semua. Aamiin Allaahumma Aamiin

B andung, Juni 2014


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRACT ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Operasional... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Kemampuan Metakognitif ... 13

B. Self-Regulated Learning... 18

C. Model Problem-Based Learning ... 21

D. Model Pembelajaran Konvensional ... 27

E. Hubungan Metakognitif dan Self-Regulated Learning ... 28


(10)

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

G. Kerangka Berpikir ... 32

H. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Desain Penelitian ... 35

B. Populasi dan Sampel ... 36

C. Instrumen Penelitian... 38

1. Tes Kemampuan Metakognitif ... 38

a) Validitas Butir Soal ... 41

b) Reliabilitas Butir Soal ... 43

c) Tingkat Kesukaran ... 44

d) Daya Pembeda ... 45

e) Rekapitulasi Hasil Analisis Instrumen Tes Kemampuan Metakognitif ... 46

2. Skala Self-Regulated Learning ... 46

3. Pengembangan Bahan Ajar ... 49

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Teknik Analisis Data ... 49

F. Prosedur Penelitian... 57

G. Jadwal Penelitian ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Hasil penelitian... 61

1. Kemampuan Metakognitif Matematis... 62


(11)

3. Analisis Hubungan (Asosiasi) Kemampuan Metakognitif dan

Self-Regulated Learning... 82

B. Pembahasan ... 83

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Problem-Based Learning ... 83

2. Pembahasan Hasil Tes Kemampuan Metakognitif ... 86

3. Pembahasan Hasil Tes Kemampuan Self-Regulated Learning ... 91

4. Pembahasan Mengenai Korelasi Kemampuan Metakognitif dan Self-Regulated Learning... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Implikasi ... 95

C. Rekomendasi ... 96


(12)

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langah-langkah Pembelajaran Model PBL ... 25

Tabel 3.1 Desain Faktorial 3x2 ... 35

Tabel 3.2 Komposisi Anggota Sampel ... 37

Tabel 3.3 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 38

Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Kemampuan Metakognitif Siswa ... 40

Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Validitas... 42

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Metakognitif ... 42

Tabel 3.7 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas ... 43

Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 44

Tabel 3.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Metakognitif... 44

Tabel 3.10 Interpretasi Daya Pembeda ... 45

Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Metakognitif ... 46

Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Analisis Instrumen Tes Kemampuan Metakognitif ... 46

Tabel 3.13 Hasil Uji Validitas Instrumen Skala Self-Regulated Learning ... 48

Tabel 3.14 Kriteria N-Gain ... 50

Tabel 3.15 Jadwal Penelitian... 60

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Metakognitif Berdasaran Kemampuan Awal Matematis Siswa ... 62

Tabel 4.2 Data Indikator Kemampuan Metakognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pre-test Kemampuan Metakognitif ... 67

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test Kemampuan Metakognitif ... 67

Tabel 4.5 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Pre-test Kemampuan Metakognitif ... 68

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data N-gain Kemampuan Metakognitif Berdasarkan KAM ... 69


(13)

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data N-gain Kemampuan Metakognitif

Berdasarkan Model Pembelajaran ... 69 Tabel 4.8 Hasil Uji Mann-Whitney U Data N-Gain Kemampuan Metakognitif .. 70 Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Data N-Gain Kemampuan Metakognitif ... 71 Tabel 4.10 Hasil Uji ANOVA 2 Jalur Data N-gain Kemampuan Metakognitif .... 72 Tabel 4.11 Hasil Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Metakognitif dengan

Poshoc Tukey ... 73 Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Kemampuan Self-Regulated Learning ... 75 Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Data Skala Awal Self-Regulated Learning ... 77 Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Data Skala Awal Self-Regulated Learning ... 77 Tabel 4.15 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Skala Awal Self-Regulated

Learning ... 78 Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Data Skala Akhir Self-Regulated Learning ... 79 Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Data Skala Akhir Self-Regulated Learning ... 79 Tabel 4.18 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Skala Akhir Self-Regulated

Learning ... 79 Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Self-Regulated Learning ... 80 Tabel 4.20 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata N-Gain Self-Regulated Learning 81 Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan Metakognitif dan

Self-Regulated Learning ... 82 Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman ... 83


(14)

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Contoh Soal TIMSS 2003 ... 1

Gambar 1.2 Contoh Soal PISA 2003 ... 2

Gambar 2.1 Komponen Metakognitif ... 14

Gambar 2.2 Proses Pembelajaran Problem-Based Learning ... 23

Gambar 3.1 Bagan Alur Analisis Data Kemampuan Metakognitif ... 56

Gambar 3.2 Bagan Alur Analisis Data Self-Regulated Learning ... 56

Gambar 3.3 Bagan Alur Prosedur Penelitian ... 59

Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Rata-rata Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

Gambar 4.2 Diagram Data Indikator Kemampuan Metakognitif Kelas Kontrol ... 65

Gambar 4.3 Diagram Data Indikator Kemampuan Metakognitif Kelas Eksperimen ... 66

Gambar 4.4 Grafik N-Gain Kemampuan Metakognitif Ditinjau dari Kemampuan Awal Matematis Siswa di Kelas PBL dan Konvensional... 75

Gambar 4.5 Diagram Batang Perbandingan Rata-rata Skla Awal dan Skala Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 76


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum 2013 dipersiapkan pemerintah Indonesia sebagai salah satu upaya untuk mencetak generasi yang siap menghadapi aneka tantangan globalisasi masa depan. Kurikulum ini mengisyaratkan bahwa pembelajaran yang terjadi harus memunculkan dan mengembangkan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam satu kesatuan. Selain itu, pengalaman belajar yang diperoleh siswapun menjadi sorotan utama dalam proses pembelajaran, artinya siswa harus belajar untuk tahu “apa”, tahu “mengapa”, dan tahu “bagaimana”.

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengubahan kurikulum ini didasarkan pada hasil studi internasional seperti TIMMS dan PISA, terutama untuk mata pelajaran matematika. Hasil studi internasional tentang prestasi matematika dan sains untuk siswa sekolah lanjutan tingkat pertama, TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), untuk mata pelajaran matematika pada tahun 2011, berada pada posisi 39 dari 43 negara (TIMSS, 2012). Menurut analisis PPPPTK (2011), siswa Indonesia lemah dalam memecahkan permasalahan yang memerlukan penalaran aljabar, seperti contoh soal pada gambar 1.1. Laporan studi ini menyebutkan bahwa hanya 18,1% siswa Indonesia yang menjawab benar (yaitu memilih jawaban C), sedangkan 35,6% menjawab A, 11,7% menjawab B, dan 34,5% menjawab D.

Sumber: PPPPTK tahun 2011


(16)

2

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

Keadaan yang sama juga dilaporkan PISA (Programme for International Student Assesment), yaitu studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah yang berusia 15 tahun, pada tahun 2012 kemampuan matematika siswa Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 peserta (Kompas, 2013). Menurut analisis PPPPTK (2011), siswa Indonesia masih ceroboh dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan geometri, terutama dalam pemahaman ruang dan bentuk, seperti contoh soal pada gambar 1.2. Laporan hasil studi menyebutkan bahwa ternyata hanya 33,4% saja dari siswa kita yang menjawab dengan benar, sementara 58,79% siswa menjawab salah.

Sumber: PPPPTK tahun 2011 Gambar 1.2 Contoh Soal PISA 2003

Dikarenakan memecahkan masalah merupakan indikator penting dalam kompetensi berpikir matematis, dan faktor keberhasilan pemecahan masalah bergantung pada kemampuan metakognitif seseorang, sehingga menurut para pakar dan perumus kurikulum 2013 yang tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL), salah satu kemampuan yang akan dibidik dalam kurikulum 2013 adalah kemampuan metakognitif siswa (Permendikbud, 2013).

Kemampuan metakognitif secara umum adalah kesadaran seseorang akan pengetahuannya tentang proses dan hasil berpikir (kognisi) serta kemampuannya dalam mengontrol dan mengevaluasi proses kognitif mereka sendiri. Kemampuan metakognitif memiliki peranan penting dalam pembelajaran (Flavell dalam Livingstone, 2005). Kemampuan inilah yang merupakan kunci utama kesuksesan siswa dalam memecahkan masalah (Schoenfeld; Gourgey; dalam Nool, 2012), artinya siswa yang memiliki kemampuan metakognitif rendah akan berujung pada kegagalan dalam memecahkan masalah, sedangkan siswa yang memiliki


(17)

3

kemampuan metakognitif baik akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalahnya (Yoong, 2002).

Keunggulan lain dari kemampuan metakognitif adalah perannya dalam keberhasilan belajar siswa dan erat kaitannya dengan kecerdasan (Borkowski, dkk dalam Livingstone, 2005). Kemampuan ini meliputi pengetahuan umum yang dapat dipakai untuk beragam tugas yang memungkinkan pemakaian strategi, tingkat efektivitas strategi, dan pengetahuan diri (Wildan, 2013). Siswa yang menampilkan kemampuan metakognitif, dalam menyelesaikan tugas matematika memiliki hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang tidak menunjukkan kemampuan metakognitifnya (Kramarski dan Mizrachi; dalam Jbeili, 2012). Siswa yang mempunyai kemampuan metakognitif baik, dapat menemukan gaya kognitif yang sesuai dengan karakternya (Brown; Rahman dan Philips; dalam Sholihah dkk, 2012).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan pentingnya kemampuan metakognitif dalam pemecahan masalah dan hasil belajar siswa. Sophianingtyas dan Sugiyarto (2013) meneliti 6 orang siswa kelas X di Bojonegoro dalam memecahkan masalah perhitungan yang berkaitan dengan kimia, yang dikelompokkan berdasarkan kemampuan awalnya (2 tinggi, 2 sedang, dan 2 rendah). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa level metakognitif pada kelompok tinggi tergolong reflective use, level metakognitif pada kelompok sedang tergolong strategic use, dan level metakognitif pada kelompok rendah tergolong aware use.

Selain penelitian tersebut, hasil penelitian Nugrahaningsih (2012) mengenai metakognisi siswa SMA kelas akselerasi, menunjukkan bahwa kemampuan metakognitif berperan penting dalam memecahkan masalah dan berkaitan erat dengan kecerdasan siswa. Berdasarkan penelitiannya, diperoleh hasil bahwa siswa kelompok atas kelas akselerasi memiliki pengetahuan metakognitif yang lengkap, yakni pengetahuan deklaratif (declarative knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan kondisional (conditional knowledge). Siswa dapat menghubungkan informasi yang ada dalam soal dengan pengetahuan awal yang diperlukan, juga dapat memilih strategi pemecahan masalah dengan


(18)

4

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

tepat dengan memilih dan menerapkan rumus yang diperlukan. Siswa dapat berpikir reflektif dengan mengkritisi soal. Siswa juga memiliki pengetahuan tentang diri sendiri mengenai kekuatan, kelemahan, dan kesadaran atas tingkat pengetahuannya sendiri (self knowledge). Selain itu, siswa juga memiliki variabel intra individu, yaitu menyadari bahwa dirinya lebih mampu di bidang matematika dibandingkan dengan pelajaran lain.

Namun, siswa akselerasi dari kelompok bawah, memiliki pengetahuan metakognitif yang kurang lengkap. Dalam pemecahan masalah matematika, siswa tidak membuat perencanaan, pemantauan, dan evaluasi proses berpikirnya dengan baik. Apabila siswa menemui soal yang terkait trigonometri, mereka merasa bingung, sehingga yang dilakukannya hanya mengandalkan hafalan. Apabila tidak hafal, ujung-ujungnya siswa main tebak. Siswa lain dari kelompok bawah, jika mereka ditanya mengapa menggunakan rumus itu atau mengapa menggunakan cara tersebut, jawabnya adalah “katapak guru” atau “dari catatan”.

Ketika seorang siswa menggunakan kemampuan metakognitif, dalam proses pembelajarannya terjadi suatu aktivitas yang melibatkan proses reflektif terhadap apa yang dilakukan siswa itu sendiri. Siswa yang dilatih untuk menjelaskan apa yang ada di pikirannya, akan mampu menjelaskannya secara terperinci, juga mampu menilai penalaran dan strategi pemecahan masalah, serta mampu mengoreksi miskonsepsi yang dipahaminya (Web, dkk dalam Jbeili, 2012). Dengan demikian, peningkatan kemampuan metakognitif dapat melatih siswa untuk mahir berkomunikasi, menyelesaikan masalah, mengontrol diri, mengatur lingkungan, serta mahir memilih dan menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya.

Kebiasaan belajar tersebut menuntun siswa mampu menganalisis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, dan merancang program belajar. Selain itu, siswa juga mampu memilih dan menerapkan strategi, memantau dan mengevaluasi apakah strategi telah dilaksanakan dengan benar, memeriksa hasil, serta merefleksi dan memperoleh umpan balik (Sumarmo, 2011). Artinya, mereka memiliki kemandirian dan kontrol diri yang efektif terhadap cara belajarnya atau lebih dikenal dengan memiliki Self-Regulated Learning yang baik.


(19)

5

Self-Regulated Learning (kemandirian belajar) adalah kemampuan untuk menjadi partisipan yang aktif terkait metakognisi, motivasi, dan perilaku (behaviour) dalam proses pembelajaran (Zimmerman, 1990). Terkait dengan motivasi, siswa merasakan bahwa diri sendiri itu kompeten, mandiri, dan memiliki self-efficacy. Self-Regulated Learning memiliki peranan penting dalam prestasi akademik yang dicapai siswa, salah satunya dipengaruhi oleh kepercayaan diri siswa terhadap kemampuannya (Schunk dan Zimmerman dalam Panaoura dkk, 2009). Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar, mampu mengatur dan menempatkan dirinya untuk mencapai tujuan belajarnya, dan siswa yang memiliki self-efficacy tinggi, akan mampu menyelesaikan tugas belajarnya secara mandiri.

Terkait dengan metakognisi, siswa mampu merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan diri, memonitor diri, dan mengevaluasi diri pada tingkatan-tingkatan yang berbeda dari apa yang mereka pelajari. Dengan kata lain, Self-Regulated Learning dapat tumbuh dan berkembang dari kemampuan siswa berpikir metakognitif, begitupun sebaliknya kemampuan metakognitif dapat tumbuh dan berkembang dari sikap Self-Regulated Learning yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Pintrich (dalam Isaacson dan Fujita, 2006), bahwa siswa dengan kemampuan Self-Regulated Learning baik, akan menyadari dan memahami kekurangan serta kelebihan dirinya baik sebagai pelajar maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas khusus. Kemampuan siswa untuk menyadari kekurangan dan kelemahan tentang diri sendiri maupun tentang hakikat dan pemerosesan tugas disebut kemampuan metakognitif. Hal inilah yang menunjukkan adanya keterhubungan diantara kemampuan metakognitif dan Self-Regulated Learning.

Pengetahuan metakognitif dan Self-Regulated Learning pada dasarnya sudah tercantum dalam kurikulum sebelumnya, yaitu KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sebagai kompetensi kecakapan hidup. Kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari


(20)

6

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Depdiknas, 2009: 23).

Kompetensi kecakapan hidup yang tercantum dalam KTSP menurut Depdiknas yaitu: 1) Kecakapan personal (personal skill), yang mencakup kecakapan mengenal diri sendiri (self-awareness) dan kecakapan berpikir (thinking skill); 2) Kecakapan sosial (social skill); 3) Kecakapan akademik (academic skill); dan 4) Kecakapan vokasional (vocational skill). Keempat kecakapan hidup tersebut sejalan dengan empat pilar kecakapan hidup yang dicanangkan UNESCO (Supriatna, 2009), yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat atau bekerja (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be),dan belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together).

Berdasarkan pemaparan tersebut, pengetahuan metakognitif dan Self-Regulated Learning sudah tercantum dalam kecakapan personal dan kecakapan akademik dan sudah sejalan dengan empat pilar kecakapan hidup UNESCO. Akan tetapi, implementasi di lapangan menujukkan bahwa seorang siswa masih mengandalkan orang lain dalam mencerdaskan dirinya, artinya peran guru atau pembimbing masih lebih besar dari pada peran siswa itu sendiri (Wildan, 2013). Hal inilah yang berdampak pada hasil belajar siswa, terutama hasil belajar dalam bidang matematika.

Berbagai sumber menyebutkan bahwa kompetensi pelajar Indonesia masih di bawah pelajar-pelajar lain di Asia, seperti Jepang, Thailand, Singapura, dan Malaysia. McKinsey Global InstituteIndonesia Today” melaporkan bahwa hanya 5% pelajar di Indonesia yang memiliki kompetensi berpikir analitis dalam memecahkan masalah, sedangkan kompetensi sebagian besar pelajar hanya berada pada tingkat mengetahui (KOMPAS, 3 Desember 2012).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara guru di SMAN 3 Sukabumi, diperoleh bahwa kemampuan matematis siswa cukup bervariasi, mulai dari tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang cukup bervariasi jika dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah (yaitu 70) untuk pelajaran matematika. Berdasarkan hasil


(21)

7

belajarnya, 10% siswa memperoleh hasil belajar melampaui KKM, 55% siswa sudah mencapai KKM, dan 35% siswa masih di bawah KKM. Begitupun dengan motivasi belajar siswa. Siswa yang berprestasi memiliki motivasi yang cukup tinggi, sedangkan siswa yang prestasi belajarnya di bawah rata-rata kurang memiliki motivasi dalam belajar.

Studi pendahuluan di sekolah ini menunjukkan bahwa hanya 5% siswa yang menampilkan kinerja metakognitifnya dalam menyelesaikan masalah matematis, sedangkan sebagian besar siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal yang sesuai dengan contoh dan sifatnya rutin. Beberapa siswa sudah bisa mengidentifikasi masalah, menetapkan strategi, dan menggunakan strateginya dengan baik. Namun, siswa belum terbiasa untuk mengevaluasi dan merefleksi proses berpikirnya. Akibatnya mereka seringkali ceroboh dalam pengetahuan proseduralnya. Apabila ditanya tentang alasan pemilihan strategi, mereka masih kebingungan untuk menjelaskannya. Hal ini menujukkan bahwa kemampuan metakognitif siswa belum terlatih dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, motivasi belajar matematika 50% siswa masih berada pada level kurang. Hal ini terbukti dari minat siswa mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah yang diberikan guru masih kurang. Hanya beberapa siswa saja yang mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah secara mandiri, sedangkan sisanya lebih senang mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan melihat hasil pekerjaan orang lain. Selain itu, jika diberikan soal-soal yang tidak sama dengan apa yang dicontohkan ataupun soal-soal non-rutin, banyak siswa kurang percaya diri dalam menyelesaikannya, mereka tidak memiliki motivasi untuk mencoba menyelesaikannya, dan upaya yang mereka lakukan untuk menyelesaikan masah tersebut dinilai kurang, akibatnya mereka tidak tertarik untuk mencoba menyelesaikannya dengan baik. Ini berarti 50% siswa di sekolah ini bermasalah dengan Self-Regulated Learningnya.

Upaya-upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang berlangsung di kelas secara terus menerus disosialisasikan. Pemerintah berupaya mengubah prinsip pembelajaran dari teacher-centered menjadi student-centered. Upaya ini dituangkan melalui pendekatan pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum


(22)

8

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

2013, yaitu pendekatan saintifik yang meliputi kegiatan mengamati (Observing), menanya (Questioning), menalar (Associating), mencoba (Experimenting), dan membentuk jejaring (Networking) untuk semua mata pelajaran. Walaupun demikian, pada pelajaran matematika, pendekatan yang digunakan tidak sepenuhnya saintifik, karena tahapan proses belajar matematika mencakup 4 aspek, yaitu aksi, deskripsi, formulasi, dan validasi. Pendekatan ini lah yang diharapkan dapat menuntun siswa untuk mencari tahu dan mengekplorasi pengetahuannya lebih dalam daripada hanya sekedar diberi tahu, sehingga proses pembelajaran dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna

Salah satu model pembelajaran yang bersifat student-centered dan menuntun siswa untuk mencari tahu pengetahuannya secara mandiri maupun bekerjasama dalam kelompok adalah model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL). Model pembelajaran PBL adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah kontekstual sebagai pokok utama pembelajaran. Proses pembelajaran model ini diawali dengan permasalahan yang diberikan kepada siswa pada awal pelaksanaan pembelajaran oleh guru. Selanjutnya selama pelaksanaan pembelajaran, siswa memecahkan permasalahan tersebut, baik secara mandiri maupun kelompok kecil, mengintegrasikan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah, hingga akhirnya melaporkan hasil pekerjaannya ke dalam bentuk laporan tertulis maupun presentasi.

Salah satu karakteriksik PBL adalah memiliki fokus utama pembelajaran berupa masalah yang menantang, yang harus diselesaikan siswa. Dengan menggunakan pembelajaran ini, siswa dituntut untuk mampu memecahkan permasalahan kontekstual. Akan tetapi, memecahkan masalah tidaklah semudah yang dibayangkan. Pada prosesnya siswa dituntut untuk mengetahui strategi-strategi penyelesaian masalah, memikirkan pemilihan strategi-strategi yang tepat, mengontrol apa yang sudah dikerjakannya, serta mengawasi dan mengevaluasi apakah strategi yang digunakannya cukup berguna atau tidak untuk menyelesaikan masalah. Ini berarti dalam menyelesaikan permasalahan siswa dituntut untuk menggunakan pengetahuan metakognitifnya. Dengan kata lain, penulis menduga bahwa pembelajaran dengan model Problem-Based Learning


(23)

9

memiliki langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kemampuan metakognitif.

Karakteristik PBL lainnya adalah menjadikan guru sebagai fasilitator. Guru hanya memfasilitasi siswa dalam diskusi jika benar-benar diperlukan, seperti mengarahkan dan menggali pemahaman siswa lebih dalam melalui teknik

scaffolding. Guru tidak diperkenankan memberikan ceramah pada konsep yang berhubungan langsung dengan masalah. Ini berarti, dengan menggunakan PBL siswa akan lebih mandiri dalam belajar, mampu menentukan lingkungan kerja yang produktif, mampu mengatur dan melatih informasi untuk dipelajari, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif. Kemampuan seperti ini dikenal dengan nama Self-Regulated Learning. Dengan kata lain, penulis menduga bahwa pembelajaran dengan model Problem-Based Learning dapat meningkatkan Self-Regulated Learning siswa.

Oleh karena itu, dengan menggunakan PBL, diharapkan siswa mampu mengetahui dan memahami permasalahan, juga mampu menyelesaikan permasalahannya secara efektif dan efisien menggunakan kemampuan metakognitifnya, sehingga kebiasaan siswa menggunakan kemampuan metakognitif ini diharapkan dapat membentuk Self-Regulated Learning yang baik. Beberapa penelitian sebelumnya mengenai metakognisi lebih berfokus pada proses metakognitif yang mencakup pengaturan metakognitif (metacognitive regulation) serta pengembangan dan penerapan strategi (actions or strategies) dalam memecahkan masalah, seperti penelitian Panaoura, philippou, dan Christou (2003); Nool (2012); Panaoura, Gagatsis, dan Demetriou (2009), serta Nugrahaningsih (2012). Namun, penelitian ini berfokus pada pengukuran kemampuan metakognitif, yang meliputi pengintegrasian pengetahuan dan strategi metakognitif untuk menyelesaikan masalah. Disamping itu, penelitian mengenai kemampuan metakognitif ini dibagi berdasarkan kemampuan awal matematis siswa, yaitu level tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini ditujukan untuk melihat pengaruh implementasi model PBL terhadap level kemampuan awal matematis siswa.


(24)

10

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, studi yang berfokus pada penerapan suatu model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan metakognitif dan

Self-Regulated Learning siswa perlu dilakukan. Oleh karena itu, penulis berminat mengkaji dan melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Model Problem-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Self-Regulated Learning Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memperoleh model pembelajaran Problem-Based Learning lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan metakognitif antara siswa yang memperoleh model pembelajaran Problem-Based Learning

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah)?

3. Apakah peningkatan Self-Regulated Learning siswa yang memperoleh model pembelajaran Problem-Based Learning lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

4. Apakah terdapat hubungan (Asosiasi) antara peningkatan kemampuan metakognitif dan peningkatan kemampuan Self-Regulated Learning siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menelaah peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memperoleh model pembelajaran Problem-Based Learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Menelaah perbedaan peningkatan kemampuan metakognitif antara siswa yang memperoleh model pembelajaran Problem-Based Learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah).


(25)

11

3. Menelaah peningkatan kemampuan Self-Regulated Learning siswa yang memperoleh model pembelajaran Problem-Based Learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

4. Menelaah hubungan (asosiasi) antara peningkatan kemampuan metakognitif dan peningkatan kemampuan Self-Regulated Learning siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, siswa, maupun guru. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat digunakan sebagai sarana pengembangan diri dalam penelitian pendidikan dan menambah wawasan serta pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran Problem-Based Learning terhadap kemampuan metakognitif dan Self-Regulated Learning siswa.

2. Bagi siswa, selama proses penelitian dapat meningkatkan kemampuan metakognitif dan Self-Regulated Learning.

3. Bagi guru, dapat menjadi salah satu referensi model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan metakognitif dan

Self-Regulated Learning siswa.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk menghindari salah penafsiran mengenai hal-hal yang dimaksudkan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti memberikan definisi sebagai berikut.

1. Kemampuan Metakognitif adalah kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan pengetahuan dan strategi dalam menyelesaikan masalah yang disertai dengan kegiatan memonitor, mengawasi, serta merefleksi proses dan hasilnya. Adapun indikator kemampuan metakognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi ciri atau masalah; 2) mengkonstruksi hubungan antara pengetahuan sebelumnya dan pengetahuan baru; 3) memilih strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah; 4)


(26)

12

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

mengetahui alasan penggunaan strategi; 5) menyelesaikan masalah atau tugas otentik; dan 6) penjelasan matematis selama menyelesaikan masalah.

2. Self-Regulated Learning merupakan perilaku seseorang yang mempunyai ciri mampu mengatasi hambatan dan masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Indikator Self-Regulated Learning yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) inisiatif belajar; 2) menetapkan tujuan belajar; 3) mendiagnosa kebutuhan belajar; 4) memilih dan menetapkan strategi belajar yang tepat; 5) memonitor; mengatur dan mengontrol belajar; 6) memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan; 7) mengevaluasi proses dan hasil belajar; 8) refleksi; dan 9) konsep diri. 3. Model pembelajaran Problem-Based Learning adalah model pembelajaran

yang menjadikan masalah kontekstual sebagai fokus utama pembelajaran. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 5-6 orang. Selanjutnya, kepada setiap kelompok diberikan permasalahan kontekstual untuk diselesaikan. Peran guru hanya bertugas sebagai fasilitator, yaitu membantu mengidentifikasi permasalahan jika siswa merasa sulit untuk menyelesaikannya dan meluruskan miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Setelah diskusi dalam kelompok selesai, masing-masing kelompok melaporkan hasil pekerjaannya baik melalui laporan tertulis maupun mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Di akhir kegiatan, guru meriviu pembelajaran dan meluruskan pemahaman siswa secara keseluruhan, supaya tidak terjadi miskonsepsi.

4. Pembelajaran konvensional yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran biasa yang dilakukan guru di sekolah berdasarkan kesepakatan, yaitu pembelajaran biasa namun menggunakan buku pegangan siswa kurikulum 2013. Kegiatan pembelajarannya diawali dengan guru menjelaskan konsep suatu materi yang akan dipelajari, kemudian memberikan contoh permasalahan yang sesuai dengan konsep, memberikan latihan soal-soal untuk diselesaikan siswa, kemudian guru meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan jawabannya di depan kelas, dan sesekali diakhiri dengan diskusi kelas.


(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memperoleh model pembelajaran Problem-Based Learning secara signifikan lebih baik daripada peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan metakognitif yang signifikan antara siswa yang memperoleh model pembelajaran Problem-Based Learning

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa yaitu level tinggi, sedang, dan rendah. Peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memiliki kemampuan awal matematis level tinggi dan sedang di kelas PBL secara signifikan lebih baik dari pada peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memiliki kemampuan awal matematis level tinggi dan sedang di kelas konvensional. Namun, peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memiliki kemampuan awal matematis level rendah di kelas PBL tidak berbeda secara signifikan dengan peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memiliki kemampuan awal matematis level rendah di kelas Konvensional. Dengan demikian, model Pembelajaran Problem-Based Learning lebih berhasil diterapkan pada siswa yang memiliki kemampuan awal matematis level tinggi dan sedang. Namun, kurang cocok digunakan untuk siswa yang memiliki kemampuan awal matematis level rendah.

3. Peningkatan Self-Regulated Learning siswa yang memperoleh model pembelajaran Problem-Based Learning secara signifikan lebih baik dari pada peningkatan Self-Regulated Learning siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.


(28)

95

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

4. Terdapat hubungan (asosiasi) yang positif (adanya keterkaitan yang sebanding) antara peningkatan kemampuan metakognitif dengan peningkatan kemampuan Self-Regulated Learning siswa, meskipun hubungan ini tergolong kategori rendah.

B. Implikasi

Penelitian ini telah menggunakan Problem-Based Learning (PBL) sebagai sebuah model pembelajaran bagi siswa di sekolah menengah atas untuk mengasah kemampuan metakognitif dan Self-Regulated Learning. Di samping itu, diselidiki pula perbedaan peningkatan yang terjadi antara siswa di kelas PBL dengan siswa di kelas konvensional, kemungkinan adanya perubahan sikap siswa di kelas PBL setelah pembelajaran, dan pendapat siswa terhadap PBL.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBL lebih unggul dibandingkan pembelajaran konvensional baik dalam meningkatkan kemampuan metakognitif maupun kemampuan Self-Regulated Learning. Peningkatan ini lebih dominan diakibatkan oleh beberapa langkah pembelajaran dalam Problem-Based Learning, yaitu mengidentifikasi masalah (mencakup brainstorming), menyelesaikan masalah dalam kelompok, dan diskusi kelas (sesi presentasi). Meskipun demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan Self-Regulated Learning yang terjadi hanya sedikit saja.

Perubahan tersebut disebabkan oleh beberapa pendapat siswa baik yang setuju maupun yang tidak dengan penggunaan model PBL ini. Sebagian siswa berpendapat pembelajaran ini sangat membantu mereka dalam memahami dan menyelesaikan masalah, namun beberapa siswa mengaku merasa lelah dengan tuntutan kerja PBL yang mengharuskan mencari tahu sendiri daripada diberi tahu. Siswa lebih senang diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai materi daripada membaca sendiri. Akibatnya, sikap kerja keras dan kegigihan dalam menyelesaikan masalah dari beberapa siswa tersebut tidak muncul. Hal ini pula lah yang berdampak pada rendahnya peningkatan Self-Regulated Learning siswa atau lebih dikenal sebagai kemandirian belajar siswa, sehingga siswa lebih senang diberi tahu daripada berusaha mencari pengetahuannya sendiri.


(29)

96

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, beberapa hal yang direkomendasikan sehubungan dengan penelitian diuraikan sebagai berikut.

1. Berdasarkan observasi terhadap tahapan model Problem-Based Learning

(PBL) yang digunakan dalam penelitian ini, beberapa langkah pembelajaran seperti: identifikasi masalah, menyelesaikan masalah dalam kelompok, dan diskusi kelas mampu meningkatkan kemampuan metakognitif matematis dan

Self-Regulated Learning siswa. Hal ini menunjukkan bahwa menyelesaikan masalah dalam pengaturan kelompok membutuhkan identifikasi masalah yang komprehensif dan persepsi yang sama diantara anggota kelompok, sehingga proses mengidentifikasi masalah harus diberi porsi lebih untuk dikembangkan. Selain itu, penyediaan kebutuhan dan fasilitas untuk menyelesaikan masalah harus selengkap mungkin. Hal ini bertujuan agar motivasi siswa untuk menyelesaikan masalah tetap terjaga, waktu pembelajaran yang digunakan cukup efektif, dan mengurangi terjadinya miskonsepsi.

2. Pembelajaran dengan model Problem-Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan metakognitif siswa, sebaiknya digunakan pada siswa yang memiliki kemampuan awal matematis level sedang dan tinggi. Artinya, sebelum pembelajaran dilaksanakan, sebaiknya guru mengidentifikasi kemampuan awal matematis siswa, sehingga siswa dengan kemampuan rendah mendapatkan perlakuan khusus.

3. Penelitian ini hanya terbatas pada materi trigonometri, yang mencakup konsep trigonometri, nilai perbandingan trigonometri sudut istimewa, dan grafik fungsi trigonometri. Diharapkan untuk penelitian lainnya, model pembelajaran PBL ini digunakan pada materi-materi yang lain, seperti sistem persamaan linear dua variabel dan geometri.

4. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini hanya dua kelas, sehingga hasil penelitian mungkin saja berbeda pada kelas lain atau pada sekolah maupun daerah lainnya yang memiliki karakteristik dan psikologis siswa yang berbeda. Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan sampel


(30)

97

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

yang lebih banyak dan lebih beragam sehingga hasil generalisasi lebih tepat dan akurat.

5. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui alasan mengapa hubungan peningkatan kemampuan metakognitif dan peningkatan Self-Regulated Learning yang terjadi tergolong rendah.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. L. (2008). Lerning to Teach Second Edition. [Terjemahan]. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Creswell, J. W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif, dan Mixed. [Terjemahan]. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dahlan, J. A. (2011). Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah. Dalam Sutawidjaja, Akbar dan Jarnawi Afgani D. (2011).

Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Delima, N. (2011). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Mahasiswa Program Studi Sistem Informas (Tesis UPI). Bandung: Tidak diterbitkan. Depdiknas. (2009). Buku Saku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.

Edistria, E. (2012). Pengaruh Penerapan Hypnoteaching dalam Problem-Based Learning terhadap Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama (Tesis UPI). Bandung: Tidak Diterbitkan.

Flavell, J. H. (1979). Metacognition and Cognitive Monitoring: A New Area of Cognitive-Developmental Inquiry. American Psychologist, 34 (10), 906-911.

Graaf, E. D & Kolmos, A. (2003). Characteristic of Problem-Based Learning.

International Journal Enginering Education, 19 (5), 657-662.

Hake, R. R. (1999). Analizing Change/Gain Scores. [Online] tersedia dalam http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf.

Hillman, W. (2003). Learning How to Learn: Problem Based Learning. Australian Journal of Teacher Education. 28 (2), 1-10.

Isaacson, R. M & Fujita, F. (2006). Metacognitive Knowledge Monitoring and Self-Regulated Learning: Academic Success and Reflections on Learning.

Journal of the Scholarship of Teaching and Learning, 6 (1), 39-55.

Jbeili, I. (2012). The Effect of Cooperative Learning with Metacognitive Scaffolding on Mathematics Conceptual Understanding and Procedural Fluency. International Journal for Research in Education (IJRE), 32, 45-71.


(32)

99

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

Kompas. (2012). Edisi 3 Desember 2012. [Online] tersedia dalam http://www.edukasi.kompas.com.

Kompas. (2013). Hasil PISA 2012: Posisi Indonesia Nyaris Jadi Juru Kunci. [Online]. Diakses pada tanggal 5 Desember 2013 dalam http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003510257

Latifah, R. (2012). Pengaruh Model ‘CORE’ (Connecting, Organizing, Reflecting,

Extending) dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP (SKRIPSI FPMIPA UPI). Bandung: Tidak diterbitkan.

Livingstone. J. A. (2005). Metacognition: An Overview. [Online] tersedia dalam http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/Metacog.htm

Mukhid, A. (2008). Strategi Self-Regulated Learning (Perspektif Teoritik).

Tadris, 3 (2), 222-239.

Napitupulu, E. E. (2011). Pengaruh Pembejalaran Berbasis Masalah atas Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis serta Sikap Terhadap Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (Disertasi UPI).

Bandung: Tidak Diterbitkan.

Newman, M. J. (2005). Problem-Based Learning: An Introduction and Overview of the Key Features of the Approach. Journal of Veterinary, 32 (1), 12-20. Nool, N. R. (2012). Exploring the Metacognitive Processes of Prospective

Mathematics Teachers during Problem Solving. International Conference on Education and Management Innovation IPEDR,30, 302-306.

Nugrahaningsih, T. K. (2012). Metakognisi Siswa SMA Akselerasi dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. Magistra, 82 (26), 37-50.

Nuh, M. (2012). Kompas Edisi 3 Desember 2012. [Online] tersedia dalam http://www.edukasi.kompas.com.

Panaoura A, Philippou G, dan Christou C. (2003). Young Pupils’ Metacognitive Ability in Mathematics. European Research in Mathematics Educations III.

[Online] tersedia dalam

http://www.dm.unipi.it/~didattica/CERME3/proceedings/Groups/TG3/TG3 _Panaoura_cerme3.pdf

Panaoura, dkk. (2009). An Intervention to the Metacognitive Performance: Self-Regulation in Mathematics and mathematical modelling. Acta Didactica Universitatis Comencianae Mathematics, Issue 9, 63-79.


(33)

100

Permendikbud. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemdikbud.

Pintrich, P. R. (2000). The Role of Goal Orientation in Self-Regulated Learning. Tersedia dalam Boekaerts, dkk. (2000). Handbook of Self-Regulation. Orlando: Academic press.

PPPPTK. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: Kemdiknas.

Ruseffendi, E. T. (1993). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Buku Ajar.

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito

Saragih. S. (2011). Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik dan Kelompok Kecil untuk Meningkatkan Kemampuan Keruangan, Bepikir Logis dan Sikap Positif terhadap Matematika Kelas VIII (Disertasi UPI). Bandung: tidak diterbitkan.

Savery, J. R. (2006). Overview of Problem-Based Learning: Definitions and Distinctions. Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, 1(1), 9-20.

Shidiq, A. D. N dan Mujidin. (2011). Perbedaan Self-Regulated Learning antara Siswa Underachievers dan Siswa Overachievers Pada Kelas 3 SMP Negeri 6 Yogyakarta. [Online] tersedia dalam http://eprints.uad.ac.id/95/

Sholihah, dkk. (2012). Kekuatan dan Arah Kemampuan Metakognisi, Kecerdasan Verbal, Dan Kecerdasan Interpersonal Hubungannya Dengan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Sukoharjo. Pendidikan Biologi, 4(1), 33.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Strandar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Schmidt, H. G. (1983). Problem-Based Learning: Rationale and Description.

Medical Education, 17, 11-16.

Sophianingtyas, F dan Sugiarto, B. (2013). Identifikasi Level Metakognisi Siswa dalam Memecahkan Masalah Perhitungan Kimia. UNESA Journal of Chemical Education, 2 (1), 21-27.

Suherman dan Kusumah. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah


(34)

101

Hamidah Suryani Lukman, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

Sumarmo, U. (2011). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Tersedia dalam Sumarmo, U. (2013).

Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya. Bandung: UPI, hal 108-121.

Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press.

Supriatna, M. (2009). Pengembangan Kecakapan Hidup di Sekolah. [Online] HTTP://FILE.UPI.EDU/DIREKTORI/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DA

N_BIMBINGAN/196008291987031-MAMAT_SUPRIATNA/09._PENGEMBANGAN_KECAKAPAN_HIDUP .PDF

Suryadi, D. (2012). Membangun Budaya Baru dalam Berpikir Matematika.

Bandung: Rizqi Press.

Tan, O. (2004). Cognition, Metacognition, and Problem-Based Learning.

Enhancing Thinking through Problem-Based Learning Approaches: International Perspective. Singapore: Cengage Learning.

TIMSS. (2012). TIMSS 2011 International Results In Mathematics. Amsterdam: TIMSS & PIRLS International Study Center.

Trihendradi, C. (2009). 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 17. Yogyakarta: Andi.

Wilda, M. (2013). Kecerdasan Metakognitif pada Kurikulum 2013. [Online] tersedia dalam http://gurupembelajaran.blogspot.com/2013/09/kecerdasan-metakognitif-pada-kurikulum.html

Winne, P. H. dan Nancy. E. P. (2000). Measuring Self-Regulated Learning. Tersedia dalam Boekaerts, dkk. (2000). Handbook of Self-Regulation. Orlando: Academic press.

Yoong, W. K. (2002). Helping Your Students to Become Metacognitive in Mathematics: A Decade Later. [Online] tersedia dalam http://intranet.moe.edu.sg/maths/Newsletter/fourthIssue/vol2No5.html Zamnah, L. N. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis dan Self-Regulated Learning melalui Pendekatan Problem-centered Learning dengan Hand-on Activity (Tesis UPI). Bandung: Tidak diterbitkan.

Zimmerman, B. J. (1990). Self-Regulated Learning and Academic Achievement: An Overview. Educational Psychologist, 25 (1), 3-17.


(35)

102

Zimmerman, B. J. (2000). Attaining Self-Regulation: A social Cognitive Perspective. Tersedia dalam Boekaerts, dkk. (2000). Handbook of Self-Regulation. Orlando: Academic press.


(1)

97

yang lebih banyak dan lebih beragam sehingga hasil generalisasi lebih tepat dan akurat.

5. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui alasan mengapa hubungan peningkatan kemampuan metakognitif dan peningkatan Self-Regulated


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. L. (2008). Lerning to Teach Second Edition. [Terjemahan]. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Creswell, J. W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif, dan

Mixed. [Terjemahan]. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dahlan, J. A. (2011). Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah. Dalam Sutawidjaja, Akbar dan Jarnawi Afgani D. (2011).

Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Delima, N. (2011). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Mahasiswa

Program Studi Sistem Informas (Tesis UPI). Bandung: Tidak diterbitkan.

Depdiknas. (2009). Buku Saku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.

Edistria, E. (2012). Pengaruh Penerapan Hypnoteaching dalam Problem-Based Learning terhadap Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kreatif

Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama (Tesis UPI). Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Flavell, J. H. (1979). Metacognition and Cognitive Monitoring: A New Area of Cognitive-Developmental Inquiry. American Psychologist, 34 (10), 906-911.

Graaf, E. D & Kolmos, A. (2003). Characteristic of Problem-Based Learning.

International Journal Enginering Education, 19 (5), 657-662.

Hake, R. R. (1999). Analizing Change/Gain Scores. [Online] tersedia dalam http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf.

Hillman, W. (2003). Learning How to Learn: Problem Based Learning. Australian

Journal of Teacher Education. 28 (2), 1-10.

Isaacson, R. M & Fujita, F. (2006). Metacognitive Knowledge Monitoring and Self-Regulated Learning: Academic Success and Reflections on Learning.

Journal of the Scholarship of Teaching and Learning, 6 (1), 39-55.

Jbeili, I. (2012). The Effect of Cooperative Learning with Metacognitive Scaffolding on Mathematics Conceptual Understanding and Procedural


(3)

99

Kompas. (2012). Edisi 3 Desember 2012. [Online] tersedia dalam http://www.edukasi.kompas.com.

Kompas. (2013). Hasil PISA 2012: Posisi Indonesia Nyaris Jadi Juru Kunci. [Online]. Diakses pada tanggal 5 Desember 2013 dalam http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003510257 Latifah, R. (2012). Pengaruh Model ‘CORE’ (Connecting, Organizing, Reflecting,

Extending) dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP

(SKRIPSI FPMIPA UPI). Bandung: Tidak diterbitkan.

Livingstone. J. A. (2005). Metacognition: An Overview. [Online] tersedia dalam http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/Metacog.htm

Mukhid, A. (2008). Strategi Self-Regulated Learning (Perspektif Teoritik).

Tadris, 3 (2), 222-239.

Napitupulu, E. E. (2011). Pengaruh Pembejalaran Berbasis Masalah atas Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis serta Sikap Terhadap Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (Disertasi UPI). Bandung: Tidak Diterbitkan.

Newman, M. J. (2005). Problem-Based Learning: An Introduction and Overview of the Key Features of the Approach. Journal of Veterinary, 32 (1), 12-20. Nool, N. R. (2012). Exploring the Metacognitive Processes of Prospective

Mathematics Teachers during Problem Solving. International Conference

on Education and Management Innovation IPEDR,30, 302-306.

Nugrahaningsih, T. K. (2012). Metakognisi Siswa SMA Akselerasi dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. Magistra, 82 (26), 37-50.

Nuh, M. (2012). Kompas Edisi 3 Desember 2012. [Online] tersedia dalam http://www.edukasi.kompas.com.

Panaoura A, Philippou G, dan Christou C. (2003). Young Pupils’ Metacognitive Ability in Mathematics. European Research in Mathematics Educations III.

[Online] tersedia dalam

http://www.dm.unipi.it/~didattica/CERME3/proceedings/Groups/TG3/TG3 _Panaoura_cerme3.pdf

Panaoura, dkk. (2009). An Intervention to the Metacognitive Performance: Self-Regulation in Mathematics and mathematical modelling. Acta Didactica


(4)

Permendikbud. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar

dan Menengah. Jakarta: Kemdikbud.

Pintrich, P. R. (2000). The Role of Goal Orientation in Self-Regulated Learning. Tersedia dalam Boekaerts, dkk. (2000). Handbook of Self-Regulation. Orlando: Academic press.

PPPPTK. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar

dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: Kemdiknas.

Ruseffendi, E. T. (1993). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Buku Ajar.

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito

Saragih. S. (2011). Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik dan Kelompok Kecil untuk Meningkatkan Kemampuan Keruangan, Bepikir Logis dan

Sikap Positif terhadap Matematika Kelas VIII (Disertasi UPI). Bandung:

tidak diterbitkan.

Savery, J. R. (2006). Overview of Problem-Based Learning: Definitions and Distinctions. Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, 1(1), 9-20.

Shidiq, A. D. N dan Mujidin. (2011). Perbedaan Self-Regulated Learning antara Siswa Underachievers dan Siswa Overachievers Pada Kelas 3 SMP Negeri

6 Yogyakarta. [Online] tersedia dalam http://eprints.uad.ac.id/95/

Sholihah, dkk. (2012). Kekuatan dan Arah Kemampuan Metakognisi, Kecerdasan Verbal, Dan Kecerdasan Interpersonal Hubungannya Dengan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Sukoharjo. Pendidikan Biologi, 4(1), 33.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Strandar Proses

Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Schmidt, H. G. (1983). Problem-Based Learning: Rationale and Description.

Medical Education, 17, 11-16.

Sophianingtyas, F dan Sugiarto, B. (2013). Identifikasi Level Metakognisi Siswa dalam Memecahkan Masalah Perhitungan Kimia. UNESA Journal of

Chemical Education, 2 (1), 21-27.

Suherman dan Kusumah. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi


(5)

101

Sumarmo, U. (2011). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Tersedia dalam Sumarmo, U. (2013).

Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta

Pembelajarannya. Bandung: UPI, hal 108-121.

Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press.

Supriatna, M. (2009). Pengembangan Kecakapan Hidup di Sekolah. [Online] HTTP://FILE.UPI.EDU/DIREKTORI/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DA

N_BIMBINGAN/196008291987031-MAMAT_SUPRIATNA/09._PENGEMBANGAN_KECAKAPAN_HIDUP .PDF

Suryadi, D. (2012). Membangun Budaya Baru dalam Berpikir Matematika. Bandung: Rizqi Press.

Tan, O. (2004). Cognition, Metacognition, and Problem-Based Learning. Enhancing Thinking through Problem-Based Learning Approaches:

International Perspective. Singapore: Cengage Learning.

TIMSS. (2012). TIMSS 2011 International Results In Mathematics. Amsterdam: TIMSS & PIRLS International Study Center.

Trihendradi, C. (2009). 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik

Menggunakan SPSS 17. Yogyakarta: Andi.

Wilda, M. (2013). Kecerdasan Metakognitif pada Kurikulum 2013. [Online] tersedia dalam http://gurupembelajaran.blogspot.com/2013/09/kecerdasan-metakognitif-pada-kurikulum.html

Winne, P. H. dan Nancy. E. P. (2000). Measuring Self-Regulated Learning. Tersedia dalam Boekaerts, dkk. (2000). Handbook of Self-Regulation. Orlando: Academic press.

Yoong, W. K. (2002). Helping Your Students to Become Metacognitive in

Mathematics: A Decade Later. [Online] tersedia dalam

http://intranet.moe.edu.sg/maths/Newsletter/fourthIssue/vol2No5.html Zamnah, L. N. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis dan Self-Regulated Learning melalui Pendekatan

Problem-centered Learning dengan Hand-on Activity (Tesis UPI). Bandung: Tidak

diterbitkan.

Zimmerman, B. J. (1990). Self-Regulated Learning and Academic Achievement: An Overview. Educational Psychologist, 25 (1), 3-17.


(6)

Zimmerman, B. J. (2000). Attaining Self-Regulation: A social Cognitive Perspective. Tersedia dalam Boekaerts, dkk. (2000). Handbook of


Dokumen yang terkait

Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama di Masyarakat Pesisir Percut Sei Tuan

2 53 133

Perbedaan Self Directed Learning Siswa Sekolah Menengah Atas Dan Sekolah Menengah Kejuruan Di Yayasan Dharma Bakti Medan

3 25 91

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Pengaruh model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) terhadap hasil belajar fisika siswa; kuasi eksperimen di SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan

1 8 185

Pengaruh penggunaan model pbl (problem based learning) terhadap pengetahuan metakognitif biologi siswa Kelas X pada konsep virus

2 18 226

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA.

1 4 6

Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Spasial dan Self-Concept Matematis Siswa pada Pembelajaran Geometri SMP : Penelitian kuasi eksperimen pada siswa kelas VIII salah satu SMP di Siak.

66 150 62

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KEMAMPUAN OTAK (BRAIN BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA : Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Sekolah Dasar di Kota Bandung.

1 2 91

PENGARUH PENERAPAN HYPNOTEACHING DALAM PROBLEM-BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERFIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA : Studi Kuasi-Eksperimen pada Siswa Salah Satu SMP Negeri di Bandung.

1 4 48

PENTINGNYA PRESERVASI DIGITAL DI PERPUST

0 0 13