Analisis Sirkumstan Dalam Kisah الأدب أساس النجاح Al-Adabu asᾹsuan najᾹhi “Adab Merupakan Kunci Keberhasilan” Dari Buku القراة الراشيدة

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari peristiwa

komunikasi. Salah satu tujuan manusia berkomunikasi adalah mendapatkan
informasi, mengungkapkan ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas dan
sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan
tersebut adalah bahasa (Sumarlam, 2003: 1).
Menurut Samsuri (1980: 4) bahasa tidak terpisahkan dari manusia dan
mengikuti di dalam setiap pekerjaannya. Mulai saat bangun pagi-pagi sampai jauh
malam waktu ia beristirahat, manusia tidak lepasnya memakai bahasa, malahan
pada waktu tidurpun tidak jarang ia “memakai bahasanya”. Pada waktu manusia
kelihatan tidak berbicara, pada hakikatnya ia masih memakai bahasa, karena bahasa
ialah alat yang dipakainya untuk membentuk pikirann dan perasaannya, keinginan
dan perbuatan-perbuatan; alat yang dipakainya untuk mempengaruhi dan
dipengaruhi, dan bahasa adalah dasar pertama-tama dan paling berurat-berakar pada
masyarakat. Bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian, yang baik maupun
yang buruk; tanda yang jelas dari pada keluarga dan bangsa; tanda yang jelas dari

budi kemanusiaan. Dari pembicaraan seseorang kita dapat menangkap tidak saja
keinginanya, tetapi juga motif keinginannya, latar belakang pendidikannya,
pergaulannya, adat istiadatnya, dan lain sebagainya.
Setiap kajian bahasa berdasarkan suatu pendekatan (approach). Ini berarti
bahwa tidak ada kajian bahasa yang bebas dari nilai atau anggapan dasar (Halliday,
1994: xvii). Dalam perspektif linguistik fungsional sistemik (LFS) bahasa adalah
sisitem arti dan sistem lain (yakni sisitem bentuk dan ekspresi) untuk
1

Universitas Sumatera Utara

merealisasikan arti tersebut. Kajian ini berdasarkan dua konsep yang mendasar yang
membedakan LFS dari aliran linguistik lain, yaitu (a) bahasa merupakan fenomena
sosial yang wujud sebagai semiotik sosial dan (b) bahasa merupakan teks yang
berkonstrual (saling menentukan dan merujuk) dengan konteks sosial. Dengan
demikian, kajian bahasa tidak terlepas dari konteks social. (Saragih, 2002: 1)
Adapun pengertian bahasa menurut Ghulayaini (2009: 27) adalah :

‫ﺍﻟﻠﻐﺔ ﻫﻲ ﺍﻟﻔﺎﻅ ﻳﻌﺒﺮ ﺑﻬﺎ ﻛﻞ ﻗﻮﻡ ﻋﻦ ﻣﻘﺎﺻﺪﻫﻢ‬
/Al-lugatu hiya al-fāẓu yu̒ abbiru bihā kullu qaumin ̒ an maqā ṣidihim/“Bahasa adalah

ungkapan-ungkapan yang digunakan oleh setiap orang (kaum) dalam menyampaikan
maksud mereka”.
Bahasa Arab merupakan faktor amat penting untuk diketahui oleh umat
Islam karena mengetahui bahasa Arab itu dan membantu umat Islam memahami AlQur’an serta untuk beribadah kepada Allah SWT. Seiring dengan perkembangan
dunia yang semakin modern, salah satu unsur penting yang mendukung pekerjaan
adalah penggunaan bahasa. Bahasa Arab ialah salah satu bahasa pendukung
pekerjaan dan bahasa resmi sebuah perserikatan negara. Di banyak negara Islam,
bahasa Arab tidak hanya digunakan sebagai bahasa resmi, tetapi juga dipakai
sebagai bahasa pendidikan, ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya, dan banyak lagi.
http://muslim-academy.com/2016/10/peran-bahasa-arab-dalam-islam/
U

U

Ilmu bahasa Arab memiliki beberapa cabang ilmu diantaranya fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik. Ilmu yang berkaitan dengan tata bahasa adalah
morfologi dan sintaksis. Dalam bahasa Arab ilmu morfologi disebut ‫ﻋﻠﻢ ﺍﻟﺼﺮﻑ‬
/‘ilmu as-sarfi/ dan ilmu sintaksis dalam bahasa Arab adalah ‫ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﻨﺤﻮ‬/’ilmu annahwi/.

2


Universitas Sumatera Utara

Sintaksis dalam bahasa Arab disebut Ilmu Nahwu. Menurut Dayyab (1990: 13)
adalah:

‫ﺍﻟﻨﺤﻮ ﻗﻮﺍﻋﺪ ﻳﻌﺮﻑ ﺑﻬﺎ ﺻﻴﻎ ﺍﻟﻜﻠﻤﺎﺕ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻭ ﺍﺣﻮﺍﻟﻬﺎ ﺣﻴﻦ ﺍﻓﺮﺍﺩﻫﺎ ﻭ ﺣﻴﻦ ﺗﺮﻛﻴﺒﻬﺎ‬
/An-naḥwu qawā’idun yu’rafu bihā ṣiyagu al-kalimāti al -̒arabiyyati wa aḥwāluhā
ḥīna ifrādihā wa ḥīna tarkībiha/“Ilmu Nahwu adalah kaidah-kaidah yang dikenal
dengan kedudukan dalam bahasa Arab dan keadaannya di kala tersendiri dan di kala
tersusun dalam kalimat”.

Istilah sintaksis menurut Chaer (2007: 206) adalah membicarakan kata dalam
hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Hal
ini sesuai dengan asal usul kata sintaksis itu sendiri, yang berasal dari bahasa yunani,
yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi,
secara etimologi sintaksis adalah menempatkan kata-kata atau kalimat.

Adapun pengertian Ilmu Nahwu dalam bahasa Arab menurut Ghulayaini
(2009: 4) adalah :


‫ ﻋﻠﻢ ﺑﺄﺻﻮﻝ ﺗﻌﺮﻑ ﺑﻬﺎ ﺍﺣﻮﺍﻝ ﺍﻟﻜﻠﻤﺎﺕ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺍﻹﻋﺮﺍﺏ ﻭ ﺍﻟﺒﻨﺎء‬: ‫ﺍﻟﻨﺤﻮ‬
/An-naḥwu ‘ilmun biuṣūlin tu’rafu bihā aḥwālu al -kalimāti al -̒arabiyyati min ḥaiśu
al-i’rābi wa al-bināi/“Nahwu adalah dasar ilmu untuk mengetahui keadaan-keadaan
akhir kata dalam bahasa Arab dari segi i’rab dan bina”.
Secara garis besar ilmu Nahwu membahas tentang perubahan harkat akhir
kata pada setiap kalimat yang disebut dalam bahasa Arab

‫ ﺍﻹﻋﺮﺍﺏ‬/al-i’rābu/.

Menurut Abu Sholih As- Salafiy (1999: 2):

‫ﺍﻹﻋﺮﺍﺏ ﻫﻮ ﺗﻐﻴﻴﺮ ﺃﻭﺍﺧﺮ ﺍﻟﻜﻠﻢ ﻹﺧﺘﻼﻑ ﺍﻟﻌﻮﺍﻣﻞ ﺍﻟﺪﺍﺧﻠﺔ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻟﻔﻈﺎ ﺍﻭ ﺗﻘﺪﻳﺮﺍ‬
/Al- i’rābu huwa tagyīru awākhiri al - kalami lìikhtilāfi al - ‘awāmili ad- dākhilati
‘alaihā lafẓan aw taqdīran/“I’rab adalah perubahan pada akhir kata yang disebabkan
oleh perbedaan ‘amil yang masuk pada kata tersebut, baik perubahan secara lafaz
aataupun tersembunyi”.
3

Universitas Sumatera Utara


Satu sifat bahasa sebagai semiotik sosial adalah bahasa berfungsi di dalam
konteks sosial atau bahasa fungsional di dalam konteks sosial. Tiga pengertian
terdapat dalam konsep fungsional. Pertama, bahasa terstruktur berdasarkan fungsi
bahasa dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain, bahasa terstruktur sesuai
dengan kebutuhan manusia akan bahasa. Kedua, fungsi bahasa dalam kehidupan
manusia

mencakup

tiga

hal,

yaitu

memaparkan

atau


menggambarkan,

mempertukarkan, dan merangkai pengalaman manusia. Ketiga fungsi ini disebut
metafungsi bahasa. Masing-masing fungsi menentukan struktur bahasa atau tata
bahasa. Dengan demikian, tata bahasa (lexicogrammar) merupakan teori
pengalaman manusia yang mencakup teori paparan, pertukaran, dan organisasi
makna. Pengertian ketiga dari pendekatan fungsional adalah bahwa setiap unit
bahasa adalah fungsional terhadap unit yang lebih besar, yang di dalamnya unit itu
menjadi unsur. Dengan pengertian ini group nomina, verba, preposisi, klausa
sisipan, atau unit lain berfungsi dalam tugasnya masing-masing untuk membangun
klausa. Demikian juga, klausa berfungsi dalam klausa kompleks untuk membangun
kompleks itu. (Saragih, 2002: 3)
Seorang pemakai bahasa merealisasikan pengalamanya (pengalaman bukan
linguistik) menjadi pengalaman linguistik. Pengalaman bukan linguistik dapat
berupa kenyataan dalam kehidupan manusia atau kejadian sehari-hari, seperti pohon
tumbang, angin berhembus, matahari terbit, burung terbang, dan orang berjalan.
Pengalaman bukan linguistik itu direalisasikan ke dalam pengalaman linguistik
yang terdiri atas tiga unsur, yaitu proses, partisipan, dan sirkumstan (circumstance).
Realisasi ini harus dilakukan pemakai bahasa karena hanya pengalaman linguistik
ini yang dapat dipertukarkan. (Saragih, 2002: 6)

Dalam perspektif LFS unit tata bahasa (dari yang tertinggi ke terendah) terdiri
atas (1) kalusa, (2) grup atau frase, (3) kata, dan (4) morfem. Unit tata bahasa
tertinggi dan yang sempurna adalah klausa. Dikatakan unit yang sempurna karena
4

Universitas Sumatera Utara

unit ini dapat sekaligus membawa ketiga metafungsi bahasa dengan pengertian
bahwa setiap klausa membawa fungsi ideational, interpersona, dan textual.
Hubungan antarperingkat unit tata bahasa ini adalah hubungan konstituen dengan
pengertian bahwa unit tata bahasa yang lebih tinggi peringkatnya di bangun dari
unit (yang lebih kecil) yang berada di bawahnya. Dengan pengertian ini, klausa
terdiri atas grup atau frase, grup terdiri atas kata, dan kata dibangun dari morfem.
(Saragih, 2002: 9)
Menurut KBBI klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa kelompok
kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan prediket dan berpotensi menjadi
kalimat.

Selanjutnya menurut Fauzan kalimat atau kalam adalah


‫ ﺗﻨﻘﺴﻢ ﺍﻟﺠﻤﻠﺔ ﺍﻟﻰ‬,‫ﺍﻟﺠﻤﻠﺔ ﺍﻟﻤﻔﻴﺪﺓ ﻫﻲ ﺗﺮﻛﻴﺐ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻔﻴﺪ ﻓﺎﺋﺪﺓ ﺗﺎ ّﻣﺔ ﻭ ﺗﺴﻤﻰ ﺍﻳﻀﺎ ﻛﻼﻣﺎ‬
‫( ﺟﻤﻠﺔ ﻓﻌﻠﻴﺔ ﻫﻲ‬۲) ‫ ( ﺟﻤﻠﺔ ﺍﺳﻤﻴﺔ ﻫﻲ ﺍﻟﺘّﻰ ﺗﺒﺪﺃ ﺑﺎﺳﻢ ﺃﻭ ﺑﻀﻤﻴﺮ‬۱) ‫ﺟﻤﻠﺔ ﺍﺳﻤﻴّﺔ ﻭ ﺟﻤﻠﺔ ﻓﻌﻠﻴّﺔ‬
‫ﺍﻟﺘّﻰ ﺗﺒﺪﺃ ﺑﻔﻌﻞ‬
/al-jumlatu al-mufīdatu hiyā tarkību allażī yufīdu fāidatan tāmmatan wa tusammā
aydān kalāmān, tanqasimu al-jumlatu ilā jumlatun ismiyystun wa jumlatun
fiʻlyyatun (1) jumlatun ismiyyatun hiyā allatī tubda‫׳‬u biismin au biḍamīrin (2)
jumlatun fiʻlyyatun hiyā allatī tubda‫׳‬u bifiʻlin / “ kalimat ialah susunan kata yang
memberikan faedah yang sempurna dan dinamakan juga kalimat, kalimat terbagi
kepada jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyah (1) jumlah ismiyyah ialah kalimat yang
diawali dengan isim ataupun dhomir (kata ganti orang) (2) jumlah fi’liyah ialah
kalimat yang diawali dengan fiil (kata kerja)”.

5

Universitas Sumatera Utara

Berikut ini akan dijelaskan bagan pembagian kalimat sempurna menurut
Rusdianto, 2011: 22

‫ﺍﻟﺠﻤﻠﺔ ﺍﻟﻤﻔﻴﺪﺓ‬


‫ﺍﻟﺠﻤﻠﺔ ﺍﻟﻈﺮﻓﻴﺔ‬

‫ﺍﻟﺠﻤﻠﺔ ﺍﻟﻔﻌﻠﻴﺔ‬

‫ﺍﻟﺠﻤﻠﺔ ﺍﻻﺳﻤﻴﺔ‬

‫ ﻅﺮﻑ‬+ ‫ﺍﺳﻢ‬
(‫)ﺯﻣﺎﻥ ﺃﻭ ﻣﻜﺎﻥ‬

‫ ﻓﺎﻋﻞ‬+ ‫ﻓﻌﻞ‬

‫ ﺍﺳﻢ‬+ ‫ﺍﺳﻢ‬

‫ﻧﺰﻝ ﺍﻟﻤﻄﺮ‬

‫ﺍﻟﺤﺪﻳﻘﺔ ﺟﻤﻴﻠﺔ‬

‫ﺍﻟﻄﺎﺋﺮ ﻓﻮﻕ ﺍﻟﺸﺠﺮﺓ‬


Bagan 1. Pembagian kalimat sempurna
Pola kalimat yang tersusun dari isim (kata benda) dengan ism, seperti pada
contoh ‫ ﺍﻟﺤﺪﻳﻘﺔ ﺟﻤﻴﻠﺔ‬/al-hadiqatu jamilatun/ “taman itu indah” pola ini dikenal
dengan sebutan jumlah ismiyah (kalimat nominal). Pola kalimat seperti ini terlihat
pada contoh ‫ ﻧﺰﻝ ﺍﻟﻤﻄﺮ‬/nazala al-mathar/ “hujan itu turun” diatas. Dalam

bahasa Arab, kalimat sempurna yang mengandung kata kerja dikenal
dengan istilah jumlah fi’liyah, atau kalimat verbal dalam bahasa Indonesia. Pola
atau susunan kalimat yang terdiri atas isim dan zharaf (keterangan) . hal ini bisa diliat
pada contoh diatas ‫ ﺍﻟﻄﺎﺋﺮ ﻓﻮﻕ ﺍﻟﺸﺠﺮﺓ‬/aṭṭāira fawqa assyajarati/ “burung itu

diatas pohon” Zharaf terbagi dua, yaitu zharaf makan (keterangan tempat) dan
zharraf zaman (keterangan waktu).
6

Universitas Sumatera Utara

Menurut Al-khuli, 1982 : 6 kata keterangan atau dalam bahasa Inggris disebut
Adverb ialah: ‫ ﻣﺨﺼﺺ ﺍﻟﻔﻌﻞ‬. ‫ ﻅﺮﻑ‬/ẓarfu. makhṣaṣu al-fiʻli/


‫ ﻭﻫﻮ‬.‫ﻛﻠﻤﺔ ﺗﺼﻒ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺯﻣﺎﻧﻪ ﺃﻭ ﻣﻜﺎﻧﻪ ﺃﻭ ﺗﻜﺮﺍﺭﻩ ﺃﻭ ﺗﻮﻛﻴﺪﻩ ﺃﻭ ﺩﺭﺟﺘﻪ ﺃﻭ ﻛﻴﻔﻴﺘﻪ‬
very ‫ ﺃﻭ ﻅﺮﻑ ﺩﺭﺟﺔ ﻣﺜﻞ‬here‫ ﺃﻭ ﻅﺮﻑ ﻣﻜﺎﻥ ﻣﺜﻞ‬now ‫ ﻓﻘﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻅﺮﻑ ﺯﻣﺎﻥ ﻣﺜﻞ‬: ‫ﺍﻧﻮﺍﻉ‬
.usually ‫ ﺃﻭ ﻅﺮﻑ ﺗﻜﺮﺍﺭ ﻣﺜﻞ‬quickly ‫ﺃﻭ ﻅﺮﻑ ﻛﻴﻔﻴﺔ ﻣﺜﻞ‬
/kalimatun taṣifu al-fiʻli min hayṡu zamānihi au makānihi au tikrārihi au taukīdihi au
darajatihi au kayfiyatihi. Wahuwa anwāʻu : faqad yakūnu ẓarfun zamānu miṡlu now
au ẓarfun makānu miṡlu here au ẓarfun darajatu miṡlu very au ẓarfun kayfiyatu miṡlu
quickly au ẓarfun tikrāru miṡlu usually/“kalimat yang mensifatkan pelaku dari sudut
waktu, tempat, ketetapan, penekanan tingkatan atau cara. Dan dia terbagi atas :
keterangan waktu seperti sekarang atau keterangan tempat seperti disini atau
keterangan tingkatan seperti sangat, keterangan cara seperti cepat, keterangan
ketetapan seperti kadang-kadang.
Contoh :

‫ ﺗﺴﻴﺮ ﺍﻟﺴّﻔﻴﻨﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺤﺮ‬/tasīru assafīnatu fī al-bahri/ “perahu itu

berlayar di lautan”. Kata ‫ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺤﺮ‬/fī al-bahri/ “di lautan” merupakan ‫ﻅﺮﻑ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥ‬
/ẓarfu al-makāni/ yaitu merupakan keterangan dan dilabeli dengan sirkumstan : lokasi
Klausa merupakan unit tata bahasa yang terdiri atas tiga komponen, yaitu (1)
proses (setara dengan verba dalam tata bahasa tradisional), (2) partisipan (setara
dengan subjek atau objek dalam tata bahasa tradisional), (3) sirkumstan (setara
dengan keterangan dalam tata bahasa tradisional). (Amrin, 2002: 10). Seperti halnya
di dalam bahasa Arab, klausa disebut juga ‫ ﺟﻤﻠﺔ‬/jumlatun/, yang terdiri dari ‫ ﻭ‬,‫ﻓﻌﻞ‬

‫ ﻭ ﻣﻔﻌﻮﻝ ﺑﻪ‬,‫ ﻓﺎﻋﻞ‬/fiʻlun, fāʻilun wa mafʻūlu bih/. Berdasarkan teori ini masingmasing unit linguistik ini diberikan pelabelan, untuk ‫ ﻓﻌﻞ‬/fiʻilun/ dilabeli sebagai
proses, dan untuk ‫ﻓﺎﻋﻞ‬/fāʻilun/ dilabeli dengan partisipan selanjutnya ‫ﻣﻔﻌﻮﻝ ﺑﻪ‬/
mafʻūlu bih/ dilabeli dengan sirkumstan.
7

Universitas Sumatera Utara

Menurut Saragih (2006:40) setiap klausa tidak terlepas dari tiga unsur yaitu :
proses, partisipan, dan sirkumstan.
a) Proses
Proses dapat dikatakan sebagai aktivitas ataupun kegiatan yang terjadi
dalam kata kerja. Proses juga menentukan sirkumstan secara tidak langsung
dengan tingkat probabilitas; misalnya proses material dan mental masingmasing lebih sering muncul dengan sirkumstan lokasi dan cara.

b) Partisipan
Proses merupakan pusat (nucleus) yang menarik atau mengikat semua unsur
lain, khususnya partisipan. Proses digunakan sebagai dasar pelabelan
partisipan dalam klausa.

c) Sirkumstan
Sirkumstan merupakan lingkungan, sifat, atau lokasi berlangsungnya proses.
Sirkumstan berada di luar jangkauan proses. Oleh karena itu, label
sirkumstan berlaku untuk semua jenis proses. Sirkumstan setara dengan
keterangan seperti yang lazim digunakan di dalam tata bahasa tradisional.
Berikut salah satu contoh analisis klausa yang mempunyai sirkumstan
(Saragih,2002: 42) :
Pelaku

Proses

Sirkumstan: lokasi

Sirkumstan: penyerta

Abangku

datang

ke Medan

bersama istrinya

Selanjutnya di dalam bahasa Arab didapati klausa yang mempunyai sirkumstan

‫ ﻧﺰﻝ ﺻﺎﺩﻕ ﻣﻊ ﻭﺍﻟﺪﻩ ﻭﺳﻂ ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ‬/nazala ṣādiqun maʻa wālidihi wasaṭa al-madīnati/
“Sodiq turun bersama orang tuanya di tengah kota”.
8

Universitas Sumatera Utara

Klausa tersebut menunjukkan bahwasanya kata ‫ ﻧﺰﻝ‬/nazala/ “turun”
tersebut merupakan ‫ ﻓﻌﻞ‬/fiil/ yang dilabeli dengan proses, dan kata ‫ ﺻﺎﺩﻕ‬/ṣādiqun/
“sodiq” merupakan ‫ ﻓﺎﻋﻞ‬/fāʻil/ yang dilabeli dengan partisipan, dan kata ‫ﻣﻊ ﻭﺍﻟﺪﻩ‬
/maʻa wālidihi/ “bersama orang tuanya” tersebut merupakan ‫ ﺍﻟﻤﻔﻌﻮﻝ ﻣﻌﻪ‬/al-mafʻul
maʻahu/ yang dilabeli dengan sirkumstan:penyerta, dan kata ‫ ﻭﺳﻂ ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ‬/wasaṭa
al-madīnati/ “ditengah kota” merupakan ‫ﺍﻹﺿﺎﻓﺔ‬/al-iḍāfatu/ yang dilabeli dengan
sirkumstan: lokasi:tempat. Klausa di atas menunjukkan bahwasanya dapat dilihat
masing-masing menduduki fungsinya dengan pelabelan proses, partisipan dan
sirkumstan, seperti pada tabel berikut :
Proses

Partisipan

Sirkumstan :penyerta

Sirkumstan: lokasi:tempat

‫ﻧﺰﻝ‬

‫ﺻﺎﺩﻕ‬

‫ﻣﻊ ﻭﺍﻟﺪﻩ‬

‫ﻭﺳﻂ ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ‬

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa sirkumstan itu adalah keterangan baik
keterangan tempat, waktu, keadaan maupun sifat. Di dalam bahasa Arab sirkumstan
dapat disetarakan dengan ism-ism manshub dan majrur seperti ‫ﻭ‬,‫ﺍﻟﻨﻌﺖ ﻭ ﺍﻟﻤﻨﻌﻮﺕ‬

‫ ﻭ ﺍﻟﺤﺎﻝ‬,‫ﻭ ﺍﻟﺘﻤﻴﻴﺰ‬,‫ﻭ ﺍﻟﻈﺮﻑ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥ‬,‫ﻭ ﺍﻟﻈﺮﻑ ﺍﻟﺰﻣﺎﻥ‬,‫ﺍﻻﺿﺎﻓﺔ‬/al-naʻtu wa al-manʻūtu, wa
al-iḍāfatu, wa al-ẓarfu al-azmānu, wa al-ẓarfu al-makānu, wa al-tamyyizu, wa alhālu/. Berdasarkan hal ini peneliti merasa tertarik untuk mengkaji

sirkumstan

dalam wacana Arab secara detail dan sekaligus dapat memperkenalkan kepada
pembaca bahwa bahasa Arab juga memiliki pelabelan unit linguistik yang dapat
ditelaah dan diteliti dengan memberikan pada masing-masing unit linguistik
tersebut. Data yang diambil oleh peneliti dari buku ‫ ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﺍﻟﺮﺍﺷﻴﺪﺓ‬/al-qirā'atu alrāsyīdatu/

pada judul :

,‫ﺍﻷﺩﺏ ﺃﺳﺎﺱ ﺍﻟﻨﺠﺎﺡ‬/al-adabu asāsu an najāhi/ “adab

merupakan kunci keberhasilan” yang menurut peneliti banyak ditemukan jenis-jenis
sirkumstan.

9

Universitas Sumatera Utara

1.2

Rumusan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok bahasan, maka diperlukan
adanya batasan masalah meliputi :

1.

Jenis sirkumstan apa saja yang terdapat pada kisah

‫ ﺍﻷﺩﺏ ﺃﺳﺎﺱ ﺍﻟﻨﺠﺎﺡ‬/al-

adabu asāsu an najāhi/ “adab merupakan kunci keberhasilan” dari buku ‫ﺍﻟﻘﺮءﺍﺓ‬

‫ ﺍﻟﺮﺍﺷﻴﺪﺓ‬/Al-Qirā'atu Al-Rāsyidatu / karya Ali Umar dan Abdul Fatah Sibri?
2.

Apa saja jenis sirkumstan yang paling dominan yang terdapat pada kisah ‫ﺍﻷﺩﺏ‬

‫ﺃﺳﺎﺱ ﺍﻟﻨﺠﺎﺡ‬/al-adabu asāsu an najāhi/ “adab merupakan kunci keberhasilan”
dari buku ‫ ﺍﻟﻘﺮءﺍﺓ ﺍﻟﺮﺍﺷﻴﺪﺓ‬/Al-Qirā'atu Al-Rāsyidatu / karya Ali Umar dan Abdul
Fatah Sibri?

1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui jenis sirkumstan yang terdapat pada kisah

‫ﺍﻷﺩﺏ ﺃﺳﺎﺱ‬

‫ﺍﻟﻨﺠﺎﺡ‬/al-adabu asāsu an najāhi/ “adab merupakan kunci keberhasilan” dari
buku ‫ ﺍﻟﻘﺮءﺍﺓ ﺍﻟﺮﺍﺷﻴﺪﺓ‬/Al-Qirā'tu Al-Rāsyidatu / karya Ali Umar dan Abdul Fatah
Sibri.
2. Untuk mengetahui jenis sirkumstan yang paling dominan pada kisah ‫ﺍﻷﺩﺏ ﺃﺳﺎﺱ‬

‫ﺍﻟﻨﺠﺎﺡ‬/al-adabu asāsu an najāhi/ “adab merupakan kunci keberhasilan” dari
buku ‫ ﺍﻟﻘﺮءﺍﺓ ﺍﻟﺮﺍﺷﻴﺪﺓ‬/Al-Qirā'tu Al-Rāsyidatu / karya Ali Umar dan Abdul Fatah
Sibri.

10

Universitas Sumatera Utara

1.4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat antara lain:

1. Menambah pengetahuan bagi pembaca tentang sirkumstan pada kisah ‫ﺍﻟﻘﺮءﺍﺓ‬

‫ ﺍﻟﺮﺍﺷﻴﺪﺓ‬/al-qirā'tu al-rāsyīdatu/ karya Ali Umar dan Abdul Fatah Sibri.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi peneliti lainnya.
3. Menambah daftar referensi bacaan perpustakaan Departemen Sastra Arab FIB
USU.
1.5

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research). Metode

yang digunakan adalah metode deskriptif. Deskripsi merupakan gambaran ciri-ciri
data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah itu sendiri, data di sini berupa katakata atau gambaran sesuatu. (Djajasudarma: 1994). Metode ini dilakukan dengan
cara mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasi, menganalisis data dan
menginterprestasikannya.
Sumber data yang diambil dari buku ‫ ﺍﻟﻘﺮءﺍﺓ ﺍﻟﺮﺍﺷﻴﺪﺓ‬/al-qirā'tu al-rāsyidatu/
karya Ali U’mar dan A’bdu al-fatah shabri, merupakan kumpulan cerita-cerita
inspiratif, buku ini juga disusun dengan tata bahasa yang ilmiah dan terstruktur dari
pemula hingga menengah bagi pembelajar Bahasa Arab itu sendiri. Selain itu kosa
katanya yang populer dan akademis, kalimat-kalimat yang disusun pada cerita buku
ini juga dengan bahasa yang tidak sulit dimengerti dan mudah dipahami.
Adapun tahap-tahap pengumpulan dan penganalisaan data yang akan dilakukan
oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan bahan rujukan atau referensi yang berkaitan dengan
pembahasan penelitian.

11

Universitas Sumatera Utara

2. Membaca, menterjemahkan dan memahami buku ‫ﺍﻟﻘﺮءﺍﺓ ﺍﻟﺮﺍﺷﻴﺪﺓ‬

/Al-

Qirā'tu Al-Rāsyidatu/ karya Ali U’mar dan A’bdu al-fatah shabri
3. Mengklasifikasi dan menganalisis data dari buku ‫ﺍﻟﻘﺮءﺍﺓ ﺍﻟﺮﺍﺷﻴﺪﺓ‬

/Al-

Qirā'tu Al-Rāsyidatu/ karya Ali U’mar dan A’bdu al-fatah shabri.
4. Menyusun laporan penelitian secara sistematis menjadi sebuah karya
ilmiyah ( skripsi )

Peneliti menggunakan landasan teori yang dikemukakan oleh Amrin Saragih
pada buku Bahasa Dalam Konteks Sosial, dan beberapa pendapat ahli lainnya sebagai
pendukung. Peneliti menggunakan pedoman transliterasi Arab-latin berdasarkan SK
Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 tahun
1987 dan No.0543b/u/1987.

12

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

ADAB INTERAKSI GURU DAN MURID DALAM KISAH MUSA DAN KHIDHR (TELAAH Adab Interaksi Guru Dan Murid Dalam Kisah Musa Dan Khidhr (Telaah Terhadap Surat Al-Kahf Ayat 60-82).

0 2 14

ADAB INTERAKSI GURU DAN MURID DALAM KISAH MUSA DAN KHIDHR (TELAAH TERHADAP SURAT AL- Adab Interaksi Guru Dan Murid Dalam Kisah Musa Dan Khidhr (Telaah Terhadap Surat Al-Kahf Ayat 60-82).

2 7 23

ADAB INTERAKSI GURU DAN MURID MENURUT IMAM AL GHAZALI ADAB INTERAKSI GURU DAN MURID MENURUT IMAM AL GHAZALI DALAM BUKU IHYA’ULUMIDDIN.

0 0 13

Analisis Sirkumstan Dalam Kisah الأدب أساس النجاح Al-Adabu asᾹsuan najᾹhi “Adab Merupakan Kunci Keberhasilan” Dari Buku القراة الراشيدة

4 14 17

Analisis Sirkumstan Dalam Kisah الأدب أساس النجاح Al-Adabu asᾹsuan najᾹhi “Adab Merupakan Kunci Keberhasilan” Dari Buku القراة الراشيدة

0 0 2

Analisis Sirkumstan Dalam Kisah الأدب أساس النجاح Al-Adabu asᾹsuan najᾹhi “Adab Merupakan Kunci Keberhasilan” Dari Buku القراة الراشيدة

2 14 15

Analisis Sirkumstan Dalam Kisah الأدب أساس النجاح Al-Adabu asᾹsuan najᾹhi “Adab Merupakan Kunci Keberhasilan” Dari Buku القراة الراشيدة Chapter III IV

0 3 13

Analisis Sirkumstan Dalam Kisah الأدب أساس النجاح Al-Adabu asᾹsuan najᾹhi “Adab Merupakan Kunci Keberhasilan” Dari Buku القراة الراشيدة

0 4 2

Analisis Sirkumstan Dalam Kisah الأدب أساس النجاح Al-Adabu asᾹsuan najᾹhi “Adab Merupakan Kunci Keberhasilan” Dari Buku القراة الراشيدة

0 30 2

Kisah Kisah Dalam Al Quran Antara Fiks (1)

0 1 23