Pengaruh Nilai Penerbitan dan Rating Obligasi Syariah Terhadap Return Perusahaan Penerbit di Indonesia

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Obligasi Syariah

Pada masa awal Islam, sukuk merupakan salah satu alat pembayaran gaji para pegawai negara. Dalam sejarah disebutkan bahwa khalifah Umar bin Khattab adalah khalifah pertama yang membuat sukuk dengan membubuhkan stempel dibawah kertas sukuk tersebut. Pada masa kontemporer, kemunculan sukuk dilatarbelakangi oleh upaya untuk menghindari praktik riba yang terjadi pada obligasi konvensional dan mencari alternatif instrumen pembiayaan bagi pengusaha atau negara yang sesuai dengan syariah.

Obligasi dilarang dalam Islam karena mengandung unsur riba karena mengharuskan peminjam untuk membayar nilai obligasi sesuai bunga yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu dengan didukung oleh munculnya fatwa ulama yang mengharamkan obligasi konvensional Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002 atas instrumen keuangan baru yang bernama obligasi syariah atau sukuk.

Pasar keuangan syariah salah satunya adalah obligasi syariah atau Sukuk tumbuh dengan pesat meskipun masih relatif kecil untuk mampu mengalahkan porsi dari pasar konvensional. Pemerintah telah mengesahkan RUU tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSSN) untuk keperluan pengembangan sumber pembiayaan anggaran negara dan untuk pengembangan pasar syariah dalam negeri.


(2)

2.1.2 Pengertian Obligasi Syariah

Obligasi syariah atau sukuk merupakan bentuk jamak dari kata shakk

(Luis, 1986). Secara terminologi shakk adalah sebuah kertas atau catatan yang padanya terdapat perintah dari seseorang untuk pembayaran uang dengan jumlah tertentu padaorang lain yang namanya tertera pada kertas tersebut.

Menurut UU Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), sukuk merupakan surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

AAOFI (Acounting and Auditing Organization For Islamic Financial Institutions) mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang dibagikan atas suatu aset, hak manfaat dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) FatwaNo. 32/DSN-MUI/IX/2002 mendefinisikan sukuk sebagai suatu surat berharga jangka panjang yang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil,

margin dan fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Sukuk menurut Iqbal dan Mirakhor (2007 : 177) adalah representasi kepemilikan yang proporsional dari aset untuk jangka waktu tertentu dengan risiko serta imbalan yang dikaitkan dengan cash flow melalui underlying aset


(3)

Sementara itu, menurut Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah memberikan definisi Sukuk sebagai berikut:

“ Efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi(syuyu’/undivided share)) atas:

a. aset berwujud tertentu (ayyam maujudat);

b. nilai manfaat atas aset berwujud (manaful ayyam) tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada;

c. jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada; d. aset proyek tertentu (maujudat masyru’ muayyan) dan atau

e. kegiatan investasi yang telah ditentukan(nasyath istismarin khashah)”.

2.1.3 Jenis Obligasi Syariah

Tariq (2004) menggolongkan sukuk dalam dua kategori berdasarkan kontrak aset finansial di pasar sekunder, yaitu:

1. Sukuk yang Dapat Diperdagangkan: a. Sukuk Mudharabah.

Menurut Muhammad Sya‟ban (2007 : 191) sukuk mudharabah

yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad

mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal (rab al-Mal)

dan pihak lain mempunyai keahlian (mudharb). Keuntungan dari kerja sama tersebut dibagi berdasarkan persentase bagi hasil yang


(4)

telah disepakati pada awal transaksi, dan kerugian yang timbul ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal.

b. Sukuk Musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul akan ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing.

2. Sukuk yang Tidak Diperdagangkan:

a. Sukuk Istishna dan atau Murabahah: kepemilikan utang yang semakin meningkat yang diperoleh dari jenis pembiayaan istishna dan atau murabahah.

b. Sukuk Salam: menurut Mahmoud A. (2006 : 114-115) dalam bentuk ini, dana dibayarkan di muka dan komoditi menjadi utang. Dana juga dapat dalam bentuk sertifikat yang mempresentasikan utang. Sertifikat ini juga tidak dapat diperdagangkan.

Jenis sukuk berdasarkan Standar Syariah AAOFI No. 17 tentang

Investment Sukuk, terdiri atas:

1. Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan.

2. Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi menjadi empat tipe : sertifikat kepemilikan atas manfaat aset yang telah ada, sertifikat kepemilikan atas manfaat aset di masa depan, sertifikat kepemilikan


(5)

atas jasa pihak tertentu, dan sertifikat kepemilikan atas jasa di masa depan.

3. Sertifikat salam.

4. Sertifikat istishna. 5. Sertifikat murabahah.

6. Sertifikat musyarakah.

7. Sertifikat muzara’a. 8. Sertifikat musaqa. 9. Sertifikat mugharasa.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia mengatur beberapa jenis obligasi syariah yaitu:

a. Obligasi Syariah Mudharabah (Fatwa Nomor 33/DSN-MUI/IX/2002). b. Obligasi Syariah Ijarah (Fatwa Nomor 41/DSN-MUI/III/2004). c. Obligasi Syariah Mudharabah Konversi (Fatwa Nomor

59/DSN-MUI/V/2007).

2.1.4 Karakteristik Obligasi Syariah (Sukuk)

Menurut Fatah (2011) terdapat beberapa karakteristik sukuk, diantaranya: 1. merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat

(beneficial title);

2. Pendapatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi hasil, sesuai dengan jenis akad yang digunakan;

3. Terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir; 4. Penerbitan melalui special purpose vehicle (SPV);


(6)

5. Memerlukan underlying asset;

6. Penggunaan proceeds harus sesuai dengan prinsip syariah.

Tujuan diterbitkannya sukuk adalah untuk memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara atau perusahaan, mendorong pengembangan pasar keuangan syariah, menciptakan brenchmark di pasar keuangan syariah, diversifikasi basis investor, mengembangkan alternatif instrumen investasi, mengoptimalkan pemanfaatan, dan memanfaatkan dana-dana masyarakat yang berlum terjaring oleh sistemn obligasi dan perbankan konvensional.

Hanafi (2006) menyatakan bahwa obligasi syariah memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Sukuk berbeda dari interest/bunga.

2. Sukuk tidak dapat diubah dalam bentuk saham.

Menurut Adam (2006:63), sukuk memiliki sifat-sifat umum yang membuatnya memiliki kualitas yang sama dengan produk keuangan konvensional lainnya, yaitu:

1. Dapat diperdagangkan (Tradable)

Sukuk mewakili pihak pemilik aktual dari aset yang jelas, manfaat aset, atau kegiatan bisnis, dan dapat diperdagangkan menurut harga pasar.

2. Dapat diperingkat (Rateable)

Sukuk dapat diperingkat oleh agen pemberi peringkat, baikregional maupun internasional.


(7)

3. Dapat ditambah (Enhanceable)

Sebagai tambahan terhadap aset yang mewadahinya (underlying asset) atau aktivitas bisnis, sukuk dapat dijamin dengan jaminan lain berdasarkan prinsip syariah.

4. Fleksibilitas Hukum (Legal Flexibility)

Sukuk dapat distruktur dan ditawarkan secara nasional dan global dengan perlakuan pajak yang berbeda.

5. Dapat ditebus (Reedamable)

Struktur pada sukuk memungkinakn untuk dapat ditebus.

2.1.5 Perbedaan Obligasi Syariah dengan Obligasi Konvensional

Menurut Magginson (1997), Obligasi adalah instrumen hutang jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan atas pemerintah untuk meningkatkan uang (modal), khusus dari sekelompok pemberi pinjaman yang berbeda. Pada umumnya obligasi membayar bunga setiap enam bulan pada tingkat bunga kupon yang telah ditentukan, memiliki jatuh tempo awal 10 sampai 30 tahun.

Bursa Efek Indonesia mendefinisikan obligasi sebagai surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.

Menurut Tandelilin (2001), obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah dapat mengetahui dengan pasti berapa


(8)

pembayaran bunga yang akan diperolehnya secara periodik dan berapa pembayaran kembali nilai par pada saat jatuh tempo. Pembayaran bunga obligasi ditentukan oleh seberapa besar kupon yang ditetapkan oleh penerbit obligasi.

Obligasi merupakan fixed income security dengan memberikan bunga kepada pemegangnya sebagai pendapatan dimana hal ini berbeda dengan karakteristik obligasi syariah yang mendasar pada bagi hasil, margin, dan fee. Keunggulan sukuk terletak pada strukturnya yang berdasarkan aset nyata. Hal ini memperkecil kemungkinan terjadinya fasilitas pendanaan yang melebihi nilai dari aset yang mendasari transaksi sukuk.

Tabel 2.1

Perbedaan Obligasi Syariah dan Obligasi Konvensional

Instrumen Obligasi Syariah Obligasi Konvensional

Sifat Bukan merupakan hutang

bagi penerbitnya tetapi merupakan lembar saham kepemilikan atas

aset/proyek/jasa spesifik yang tidak dibagikan

Hutang bagi penerbitnya

Nilai buku asset Minimum 51% aset berwujud (tangible asset)

pada kontrak mereka disyaratkan untuk menyokong penerbitan sukuk al-ijarah

Secara umum tidak mensyaratkan

Tuntutan (claim) Pemilik menuntut atas asset/proyek/jasa yang dijaminkan dan lain-lain

Kreditor menuntut atas peminjaman hutang, dan pada beberapa kasus menerapkan hukum gadai atas asset Keamanan Keamanan dijamin oleh

hak kepemilikan atas aset atau proyek yang

dijaminkan dalam penjaminan asset atau proyek selain bentuk-bentuk peningkatan

Secara umum obligasi tidak aman kecuali pada kasus seperti firs

mortgage bond (obligasi yang dijamin dengan properti), equipment trust certificates


(9)

jaminan yang telah ditentukan

(obligasi yang dijamin dengan aset tertentu) Lanjutan Tabel 2.1

Perbedaan Obligasi Syariah dan Obligasi Konvensional

Instrumen Obligasi Syariah Obligasi Konvensional Prinsip dan pengembalian

(return)

Tidak dijamin oleh penerbit

Dijamin oleh penerbit Tujuan Harus diterbitkan hanya

untuk tujuan halal serta Islami

Dapat diterbitkan untuk beberapa tujuan

Perdagangan sekuritas Penjualan atas minat kepemilikan pada aset/proyek/jasa yang spesifik dan lain-lain.

Penjualan atas instrumen hutang

Tanggung jawab

pemegang/pemilik

Tanggung jawab untuk kewajiban yang telah ditentukan berkaitan dengan

aset/proyek/transaksi yang dijaminkan terbatas pada partisipasi dalam penerbitan

Bondhoder /pemegang obligasi tidak

bertanggung jawab atas kondisi keuangan penerbit

Sumber: Adam & Thomas (2004)

Tabel 2.2

Perbandingan Obligasi Syariah dengan Obligasi Konvensional

Deskripsi Obligasi Syariah

(Sukuk)

Obligasi Konvensional Penerbit Pemerintah, korporasi Pemerintah, korporasi Sifat Instrumen Sertifikat

kepemilikan/penyertaan atas suatu aset

Instrumen pengakuan utang

Penghasilan Imbalan, bagi hasil, margin

Bunga, kupon, capital gain

Jangka waktu Pendek-menengah Menengah-panjang

Underlying asset perlu Tidak perlu

Price Market price Market price

Investor Islami, konvensional Konvensional Penggunaan dana hasil

penerbitan


(10)

Sumber: Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah

Secara umum, ketentuan mekanisme mengenai obligasi syariah adalah sebagai berikut:

a. Obligasi syariah haruslah berdasarkan konsep syariah yang hanya memberikan pendapatan kepada pemegan obligasi dalam bentuk bagi hasil atau revenue sharing sertan pembayaran utang pokok pada saat jatuh tempo.

b. Obligasi syariah mudharabah yang diterbitkan harus berdasarkan pada bentuk pembagian hasil keuntungan yang telah disepakati sebelumnya serta pendapatan yang diterima harus bersih dari non-halal.

c. Nisbah (rasio bagi hasil) harus ditentukan sesuai kesepakatan sebelum penerbitan obligasi tersebut.

d. Pembagian pendapatan dapat dilakukan secara periodik atau sesuai ketentuan bersama, dan pada saat jatuh tempo hal itu diperhitungkan secara keseluruhan.

e. Sistem pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah atau oleh Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.

f. Apabila perusahaan penerbit obligasi melakukan kelalaian atau melanggar syarat perjanjian, wajib dilakukan pengembalian dana investor dan harus dibuat surat pengakuan utang.

g. Apabila emiten berbuat kelalaian atau cedera janji maka pihak investor dapat menarik dananya.


(11)

h. Hak kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dipindah tangan kepada pihak lain sesuai kesepakatan akad perjanjian.

Menurut Sumarsih (2008), dalam penerbitan obligasi syariah akan melibatkan beberapa pihak yang saling terkai satu sama lain, yaitu:

1. Obligator

Obligator adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan nilai nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan sukuk jatuh tempo. Dalam hal sovereign sukuk, obligornya adalah pemerintah.

2. Investor

Investor adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, marjin, dan nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.

Investor yang dimaksud disini bisa Islami ataupun konvensional. 3. Special Purpose Vehicle (SPV)

Special Purpose Vehicle adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk penerbitan sukuk. Special Purpose Vehicle (SPV) berfungsi : (i) sebagai penerbit sukuk, (ii) menjadi counterpart pemerintah atau

corporate, dalam transaksi pengalihan aset, (iii) bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor.

4. Trustee (Principal Trustee atau Co Trustee)

Tustee mewakili kepentingan pembeli obligasi. Trustee melakukan semacam penilaian terhadap perusahaan yang akan menerbitkan obligasi untuk meminimalkan resiko yang akan ditanggung obligor.


(12)

5. Appraise

Appraiser adalah perusahaan yang melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan yang akan melakukan emisi, untuk memperoleh nilai yang dipandang wajar.

6. Custody

Custody menyelenggarakan kegiatan penitipan, bertanggung jawab untuk menyimpan efek milik pemegang rekening dan memenuhi kewajiban lain sesuai kontrak antara kustodian dan pemegang rekening. Kustodian bisa berupa Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Efek, dan Bank Umum yang telah memperoleh persetujuan Bapepam.

7. Shariah Advisor

Penerbit sukuk harus terlebih dahulu mendapatkan pernyataan kesesuaian prinsip syariah (syariah compliance endorsement) untuk meyakinkan investor bahwa sukuk telah distruktur sesuai syariah. Pernyataan syariah compliance tersebut bisa diperoleh dari individu yang diakui secara luas pengetahuannya di bidang syariah atau institusi yang khusus membidangi masalah syariah. Untuk penerbitan sukuk di dalam negeri, syariah compliance endorsement dapat dimintakan kepada Dewan Syariah Nasional-MUI. Untuk penerbitan sukuk internasional, diperlukan endorsement dari ahli/lembaga syariah yang diakui komunitas syariah internasional misalnya IIFM (International Islamic Financial Market).


(13)

8. Manajer Investasi

Manajer investasi merupakan pihak yang megelola dana yang dititipkan investor untuk diinvestasikan di pasar modal.

9. Paying Agent

Agen, biasanya sebuah bank komersial yang diberi wewenang oleh penerbit surat berharga untuk membayar kewajiban pokok dan bunga kepada pemegan surat berharga, bertindak sebagai pembayar dan menarik biaya untuk jasa pelayanan.

2.1.6 Risiko Sukuk

Secara umum, risiko pada sukuk mirip dengan risiko obligasi konvensional dikarenakan keduanya merupakan instrumen pada pasar modal. Menurut Chartered Financial Analyst (2007), risiko-risiko yang dihadapi investor sukuk adalah sebagai berikut:

1. Risiko Tingkat Pengembalian (Rate of Return Risk)

Risiko tingkat pengembalian ada pada semua tipe sukuk dengan pengembalian tetap (fixed rate). Imbal hasil yang mengacu pada LIBOR atau benchmark konvensional lainnya membuat return pada sukuk dipengaruhi suku bunga. Sedangkan pada akad mudharabah, imbal hasil sangat bergantung pada kinerja perusahaan yang dapat naik dan turun. 2. Risiko Kredit (Credit Risk)

Risiko kredit pada sukuk ijarah dihadapi oleh investor disebabkan oleh kegagalan pembayaran (default) atas sewa underlying asset. Kecenderungan default menjadi lebih besar karena mekanisme


(14)

penjadwalan ulang atas hutang dengan imbal hasil/suku bunga lebih tinggi tidak diperbolehkan dalam hukum Islam. Risiko kredit pada sukuk harus dinilai secara independen khususnya jika pemberi pinjaman memiliki alternatif penggantiian lain ketika underlying asset tidak dapat menutupi kerugian yang terjadi.

3. Risiko Nilai Tukar (Foreign Exchange Rate Risk)

Risiko nilai tukar dapat terjadi jika return atas pengelolaan underlying asset diberikan dalam mata uang asing. Penerbit dapat menghitung dan memberikan jaminan atas risiko tersebut dalam rangka melindungi investor dari pergerakan nilai tukar.

4. Risiko Tingkat Harga (Price/Collateral Risk)

Risiko tingkat harga terjadi ketika spesifikasi aset yang tercermin pada nilai penerbitan sukuk yang diajukan berbeda dengan nilai pasar sesungguhnya dan laporan atas nilai underlying asset. Sukuk ijarah palng rentan menghadapi risiko ini karena aset yang disewakan dapat mengalami depresiasi hingga dibawah harga pasar. Pengelolaan yang baik atas aset menjadi faktor penting dalam menghadapi risiko ini.

5. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Pertumbuhan pasar sekunder yang lambat membuat investor sukuk menghadapi risiko likuiditas. Kecenderungan membeli dan menahan pada mayoritas investor sukuk membuat mekanisme transfer kepemilikan sukuk tidak efisien. Hal ini terjadi pula pada sukuk salam, dimana aset yang mewadahi kontrak merupakan komoditas pertanian. Sehingga


(15)

perdagangan pada sekuritas tersebut menimbulkan unsur spekulai zero coupun sukuk sseperti sukuk istisna dan murabahah juga tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder karena mirip dengan jual beli hutang yang dilarang oleh mayoritas ulama.

6. Risiko Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance Risk)

Perkembangan pasar yang pesat memungkinkan adanya struktur sukuk yang tidak memenuhi aspek syariah. Standarisasi dan perhatian atas aturan-aturan syariah pada sukuk dibuat dalam rangka melindungi investor dari praktek-praktek yang tidak sesuai prinsip-prinsip Islam.

2.1.7 Penerbitan Obligasi Syariah

Pada tahun 2002, Dewan Syariah Nasional mengeluarkan Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang obligasi syariah atau sukuk. Obligasi syariah diterbitkan selain untuk menutupi kebutuhan modal kerja juga bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur baik oleh perusahaan maupun pemerintah, misalnya pembangunan jembatan, penambahan jalur jalan tol, dan lain-lain. Dengan demikian obligasi syariah bisa dimafaatkan sebagai alternatif sumber pendanaan.

Strategi penerbitan obligasi syariah terlah terbukti memberikan nilai lebih kepada perusahaan maupun pemerintah dalam mendorong ekspansi perusahaan dan pembangunan negara seperti yang dikemukakan oleh Idris (2007), Sukuk adalah instrumen yang sangat penting untuk mobilisasi dana syariah, sejak sejumlah besar jumlah pendanaan syariah tidak aktif dalam perekonomian. Penerbitan sukuk telah berkontribusi secara baik dalam perkembangan


(16)

pertumbuhan infrastruktur di banyak negara-negara Islam dengan menerbitkan sukuk sebagai penyedia modal untuk projek-projek besar.

Perusahaan memerlukan modal untuk melakukan kegiatan operasionalnya. Modal ini di dapat dari ekuitas atau dari hutang. Ekuitas disini adalah modal sendiri yang terdiri atas saham, retained earnings, dan agio saham. Namun, dari tiga jenis ekuitas tersebut, yang bisa diperoleh dari masyarakat adalah sahamdan agio saham. Jika pemilik perusahaan bersedia berbagi kepemilikan dan menginginkan penggalian dana yang tidak terbatas. Maka perusahaan bisa menjual saham kepada masyarakat melalui pasar modal. Sedangkan dana yang berasal dari hutang adalah berupa obligasi. Obligasi yang diterbitkan di pasar modal tidak memerlukan jaminan aset karena sudah dijamin oleh penjamin emisi. Selanjutnya, hutang demikian memiliki jatuh tempo yang panjang karena memang obligasi didesain sebagai hutang jangka panjang. Jumlahnya tidak terbatas karena dana digali dari masyarakat luas. Sepanjang masyarakat masih memiliki dana dan percaya kepada pasar modal. Maka dana ini akan terus tersedia (Widoatmodjo, 2009).

Penerbitan obligasi akan menyebabkan terjadinya peningkatan leverage perusahaan. Di satu sisi peningkatan leverage akan membawa keuntungan bagi perusahaan berupa tax shield dimana perusahaan dapat mengurangi bagian

earning yang dibayarkan untuk pajak sehingga perusahaan dapat meningkatkan nilai dari perusahaan dan memberikan keuntungan bagi pemegang saham. Namun pada titik tertentu penggunaan hutang dapat menurunkan nilai saham karena


(17)

adanya penggunaan hutang. Reaksi investor terhadap perubahan struktur modal dapat dilihat dari pergerakan harga saham di pasar modal (Afaf, 2008).

Hanafi (2006) menyatakan bahwa obligasi syariah yang merupakan salah satu instrumen dalam pasar modal memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan instrumen lain, yaitu:

1. Obligasi syariah meningkatkan likuiditas pemula dan investor dan hal ini akan mengurangi risiko tambahan (risk premium) pada produk pasar modal yang lain dan memberikan kontribusi pada biaya yang lebih rendah untuk wirausahawan.

2. Obligasi syariah meningkatkan aliran dana terhadap total aset di pasar modal.

3. Obligasi syariah meningkatkan diversifikasi instrumen di pasar modal. 4. Beberapa model dapat di derivasi dari obligasi syariah selamadibutuhkan. 5. Emiten terbatas dibanding dengan instrumen keuangan yang lain.

6. Biaya obligasi syariah cukup tinggi dan memiliki skala yang luas.

2.1.8 Nilai Penerbitan Obligasi

Nilai penerbitan obligasi merupakan nilai nominal yang dikeluarkan oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan dananya. Apabila perusahaan membutuhkan dana sebesar Rp 100 milyar maka akan diterbitkan obligasi dengan jumlah yang sama senilai dana tersebut. Besar kecilnya jumlah penerbitan didasarkan oleh kemampuan aliran kas perusahaan dan kinerja bisnisnya.


(18)

2.1.9 Rating Penerbitan Obligasi Syariah

Rating atau peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga yang secara khusus bertugas memberikan peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan perusahaan. Semua obligasi yang diterbitkan wajib diberi peringkat sedemikian agar investor dapat mengukur atau memperkirakan seberapa besar risiko yang akan dihadapi dengan membeli obligasi tertentu (Darmadji dan Fakhruddin, 2006).

Untuk pasar modal Indonesia, perusahaan yang bergerak dalam pemberian peringkat suatu obligasi salah satunya adalah PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Peringkat obligasi hanya menjadi acuan bagi investor berdasarkan faktor-faktor risiko yang relevan dalam menilai suatu obligasi tetapi tidak menjamin ketika suatu obligasi dengan peringkat AAA akan berjalan lancar. Peringkat obligasi memberikan analisis tentang kelayakan kredit perusahaan sehingga dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan finansial dan komersial, seperti negosiasi leasing jangka panjang atau meminimalisasi letter of credit

untuk vendor. Selain itu, perusahaan dapat memilih untuk menerbitkan peringkat yang didapatkan pada publik atau merahasiakannya (Ong, 2002).

Peringkat obligasi penting karena obligasi dengan peringkat yang rendah biasanya memiliki biaya bunga yang lebih tinggi (Ross et al, 2008). Perusahaan-perusahaan umumnya berusaha untuk mempertahankan peringkat obligasi yang dimilikinya karena menguntungkan bagi perusahaan. Beberapa keuntungan yang diperoleh adalah kemampuan untuk menerbitkan commercial paper, jalan masuk ke pasar modal dan investor, dan hubungan yang lebih baik dengan pihak ketiga.


(19)

Keuntungan-keuntungan yang diperoleh tersebut mendorong perusahaan untuk mempertahankan peringkat obligasinya dengan mengurangi penggunaan hutang pada saat menjelang penerbitan peringkat obligasi. Penggunaan hutang yang lebih sedikit dapat mencegah penurunan peringkat obligasi dan mendorong peningkatan peringkat obligasi tersebut (Kisgen, 2006).

Suatu rating terdiri dari dua bagian yaitu rating dan outlook. Rating adalah kemampuan membayara hutang sedangkan outlook adalah pandangan dari perusahaan pemeringkat, apakah rating akan naik, turun, atau tetap pada periode penilaian berikutnya. Rating terdiri dari dua yaitu 3 huruf yang disertai dengan tanda atau angka tergantung perusahaan pemeringkat. Sebagai contoh urutan dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah secara adalah sebagai berikut:

1. Investment Grade, merupakan kategori dimana suatu perusahaan atau negara dianggap memiliki kemampuan yang cukup dalam melunasi hutangnya.

a. AAA atau Aaa

b. AA+, AA dan AA- atau Aa1, Aa2, dan Aa3 c. A+, A, dan A- atau A1, A2, dan A3

d. BBB+, BBB, dan BBB- atau Baa1, Baa2, dan Baa3

2. Non Investment Grade, merupakan kategori dimana suatu perusahaan atau negara dianggap memiliki kemampuan yang meragukan dalam memenuhi kewajibannya.

a. BB+, BB, dan BB- atau Ba1, Ba2, dan Ba3 b. B+, B, dan B- atau B1, B2, dan B3


(20)

c. CCC+, CCC, dan CCC- atau Caa1, Caa2, dan Caa3 d. CC+, CC, dan CC- atau Ca1, Ca2,dan Ca3

e. C+, C, dan C- atau C1, C2, dan C3 f. Default

Tabel 2.3

Level dan Penilaian Rating oleh PT Pefindo

AAA Obligasi dengan peringkat tertinggi dari Pefindo yang didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan

AA Obligasi memiliki kualitas kredit sedikit di bawah peringkat tertingi, didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas lainnya. A Obligasi memiliki dukungan kemampuan obligor yang kuat

dibandingkan dengan entitas lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan

BBB Obligasi didukung oleh kemampuan obligor yang relatif memadai dibandingkan dengan entitas lainnya untuk memenuhi kebutuhan finansial, namun kebutuhan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan

BB Obligasi menunjukkan dukungan kemampuan obligor yang relatif agak lemah dibandingkan dengan entitas lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu

B Obligasi menunjukkan parameter perlindungan yang sangat lemah. Walaupun obligornya masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiab finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansialnya.

CCC Obligasi menunjukkan efek hutang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya, serta hanya bergantung pada perbaikan keadaan eksternal

D Obligasi ini menandakan efek hutan yang macet. Perusahaan penerbit sudah berhenti berusaha


(21)

2.1.10Return Saham

Return saham digunakan pada suatu investasi untuk mengukur hasil keuangan suatu perusahaan. Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen

return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika berinvestasi pada sebuah obligasi, maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga obligasi yang dibayarkan. Demikian pula jika membeli saham, maka yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan capital gain (loss) merupakan kenaikan atau penurunan harga suatu surat berharga baik saham maupun surat utang jangka panjang, yang bisa memberikan keuntungan atau kerugian bagi investor. Dengan kata lain, capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas.

Tingkat pengembalian yang diperoleh dari capital gain merupakan selisih dari harga investasi sekarang dengan harga periode yang lalu jika investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode masa lalu (Pt-1). Ini berarti terjadi keuntungan modal atau capital gain. Sebaliknya jika harga investasi sekarang (Pt) lebih rendah dari harga investasi periode masa lalu (Pt-1) terjadi kerugian modal atau capital loss (Hartono, 2008).

Menurut Hartono (2009), jenis return dibedakan menjadi dua: (1) return

realisasi, merupakan return yang telah terjadi, (2) return ekspektasi, merupakan

return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Return


(22)

menghitung selisih harga investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu.

Return saham dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Rt = tingkat pengembalian saham pada hari ke-t Pt = harga penutupan saham pada hari ke-t Pt-1 = harga penutupan saham pada hari ke-t-1 2.1.11Cumulative abnormal return

Menurut Hartono (2009), return tidak normal atau abnormal return

merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return yang normal. Dimana return normal merupakan return ekspektasian atau return yang diharapkan oleh investor. Dengan demikian return tidak normal adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasian, sebagai berikut:

Keterangan:

= return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-I pada periode peristiwa ke-t

= return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-I pada periode peristiwa ke-t

= return ekspektasi sekuritas ke-I untuk periode peristiwa ke-t

Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus ( )/ . Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi.

Brown dan Warner (1985) mengestimasi return eskpektasi menggunakan model sebagai berikut:


(23)

1. Mean-adjusted Model

Model ini beranggapan bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi, sebagai berikut:

Keterangan:

= return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

= return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2

2. Market Model

Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan:

Keterangan:

= return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j = intercept untuk sekuritas ke-i

= koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritaske-i

= return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung dengan rumus Rmj = (IHSGj – IHSGj-1) / IHSGj-1 dengan IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan

= kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j


(24)

Model sesuaian-pasar menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

Rmi = ( )/ .

Keterangan:

= return indeks pasar pada periode estimasi ke-i = harga saham setelah periode ke-i

= harga saham pada periode ke-i

Cumulative abnormal return adalah selisih antara return realisasi saham dengan return ekspektasi saham. Cumulative abnormal return merupakan akumulasi Abnormal Return selama periode peristiwa untuk masing-masing saham. Dalam penelitian ini, Cumulative abnormal return didapat dari akumulasi

abnormal return saham H+1 dan H+2 penerbitan. 2.1.12 Signalling Theory

Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan, menurut Jama‟an (2008). Manajemen mempunyai informasi yang akurat, relevan,dan lengkap yang mana merupakan unsur penting bagi investor dalam menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik mengenai keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar. Jika perusahaan menyampaikan suatu informasi ke pasar maka informasi tersebut akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal


(25)

adanya peristiwa tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Informasi yang disampaikan oleh manajemen perusahaan tersebut dapat berupa pengumuman penerbitan obligasi syariah.

Menurutu Jogiyanto (2008), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut bernilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdaganan saham. Pada waktu diumukan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterprestasikan dan menganalisis informasi sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news).

Pengumuman penerbitan obligasi syariah akan memberikan sinyal kepada investor karena dengan pengumuman tersebut dapat dipersepsikan bahwa prospek perusahaan di masa depan dimana perusahaan akan melakukan ekspansi yang meningkatkan kinerja perusahaan. Informasi seperti ini akan direaksikan oleh para investor sehingga terjadi reaksi pasar. Informasi yang dipublikasikan berupa nilai penerbitan obligasi syariah.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh penerbitan obligasi syariah telah banyak dilakukan di Indonesia dan negara-negara lainnya. Berikut ini adalah penelitian-penelitian terdahulu terkait pengaruh penerbitan obligasi syariah:


(26)

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian Objek

Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1 Nursilah Ahmad dan Solistya Rusgianto (2013)

Information Content of Post-Crisis Sukuk Announcement in Malaysia Perusahaan yang menerbitkan sukuk periode 2009-2010 Pengumuman obligasi syariah (X) dan Abnormal

Return (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi pasar yang positif terhadap pengumuman sukuk tapi tidak signifikan 2 Mochammad

Rizki Pratama (2012)

Pengaruh

Penerbitan Obligasi Syariah terhadap Reaksi Pasar Modal Indonesia

Perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah yang terdaftar di BEI tahun 2011

Nilai Penerbitan Obligasi Syariah (X1), Rating Obligasi Syariah (X2) dan Cumulative abnormal return (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai penerbitan dan rating obligasi syariah tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

cumulative abnormal return

3 Cristophe J. Godlewski, Rima Turk-Ariss and Laurent Weill (2011) Do markets perceive sukuk and conventional bonds as different financing instrument? Perusahaan manufaktur Malaysia yang menerbitkan obligasi syariah dan konvensional periode 2002-2009 Pengumuman sukuk dan obligasi konvensional (X) dan Reaksi Pasar Modal (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi pasar modal tidak signifikan terhadap

pengumuman obligasi konvensional sedangkan terdapat reaksi yang signifikan negatif antara pasar modal terhadap pengumuman dari sukuk

4 Mujahid dan Tetet Fitrijanti (2010) Pengaruh Penerbitan Obligasi Syariah (Sukuk) Perusahaan Terhadap Reaksi Pasar Perusahaan-perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah yang terdaftar di BEI tahun 2002-2009

Nilai penerbitan (X1), Rating obligasi syariah (X2), dan reaksi pasar (Y) yang diwakili oleh

cumulative abnormal return

Hasil penelitian adalah tidak ada pengaruh yang signifikan antara nilai penerbitan dan rating obligasi syariah terhadap reaksi pasar baik secara parsial maupun simultan

5 Yusnidah Ibrahim dan Mohd Sobri Minai (2009)

Islamic Bonds and The Wealth Effects: Evidence from Malaysia Perusahaan yang menerbitkan obligasi konvensional dan syariah yang terdaftar di Bursa Malaysia periode Januari 2000- Juni 2006 Nilai Penerbitan Obligasi (X) dan Reaksi pasar (Y)

Terdaftar hasil yang positif dan secara signifakan antara pengumuman obligasi syariah terhadap reaksi pasar sedangkan pengumuman obligasi konvensional tidak signifikan


(27)

2.3 Kerangka Konseptual

Setiap perusahaan memerlukan modal untuk melakukan kegiatan operasionalnya. Modal yang digunakan oleh perusahaan tersebut bersifat internal dan eksternal. Modal internal biasanya berasal dari laba ditahan, saham biasa dan saham preferen yang diterbitkan perusahaan. Sedangkan modal eksternal adalah hutang jangka panjang atau menengah, contohnya obligasi syariah. Saham maupun obligasi syariah yang diterbitkan perusahaan merupakan instrumen keuangan yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Momentum penerbitan obligasi syariah harus menjadi informasi strategis yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang bagi perusahaan dan sektor keuangan, khususnya keuangan Islam. Menurut Jogiyanto (2008), pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman tersebut mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Untuk melihat sejauh mana investor bereaksi terhadap peristiwa tersebut dilakukan pengujian kandungan informasi peristiwa pengumuman atau penerbitan obligasi syariah yang diwakili oleh nilai dan rating penerbitan yang dapat diukur dengan menggunakan tingkat return saham atau dengan menggunakan cumulative abnormal return. Jika digunakan cumulative abnormal return maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan cumulative abnormal return yang meningkat kepada perusahaan, begitu juga sebaliknya.


(28)

Secara teoritis, terdapat hubungan positif antara pengungkapan dan kinerja pasar perusahaan. Penerbitan obligasi syariah juga merupakan salah satu pengungkapan atas strategi pendanaan perusahaan sehingga pengumuman penerbitan obligasi syariah perusahaan idealnya akan mempengaruhi keputusan investor yang tercermin dalam tingkat return saham

Berdasarkan landasan teori dan tinjauan penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh peneliti, maka kerangka konseptual pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Return Saham (Y)

Nilai Penerbitan Obligasi Syariah (X1)

Rating Obligasi Syariah (X2)


(29)

2.4 Hipotesis

Hipotesis yaang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1: Adanya pengaruh nilai dan rating penerbitan obligasi syariah terhadap

return perusahaan penerbit obligasi syariah secara simultan.

H2: Adanya pengaruh nilai dan rating penerbitan obligasi syariah terhadap


(1)

Model sesuaian-pasar menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

Rmi = ( )/ .

Keterangan:

= return indeks pasar pada periode estimasi ke-i = harga saham setelah periode ke-i

= harga saham pada periode ke-i

Cumulative abnormal return adalah selisih antara return realisasi saham dengan return ekspektasi saham. Cumulative abnormal return merupakan akumulasi Abnormal Return selama periode peristiwa untuk masing-masing saham. Dalam penelitian ini, Cumulative abnormal return didapat dari akumulasi

abnormal return saham H+1 dan H+2 penerbitan.

2.1.12 Signalling Theory

Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan, menurut Jama‟an (2008). Manajemen mempunyai informasi yang akurat, relevan,dan lengkap yang mana merupakan unsur penting bagi investor dalam menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik mengenai keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar. Jika perusahaan menyampaikan suatu informasi ke pasar maka informasi tersebut akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal


(2)

adanya peristiwa tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Informasi yang disampaikan oleh manajemen perusahaan tersebut dapat berupa pengumuman penerbitan obligasi syariah.

Menurutu Jogiyanto (2008), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut bernilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdaganan saham. Pada waktu diumukan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterprestasikan dan menganalisis informasi sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news).

Pengumuman penerbitan obligasi syariah akan memberikan sinyal kepada investor karena dengan pengumuman tersebut dapat dipersepsikan bahwa prospek perusahaan di masa depan dimana perusahaan akan melakukan ekspansi yang meningkatkan kinerja perusahaan. Informasi seperti ini akan direaksikan oleh para investor sehingga terjadi reaksi pasar. Informasi yang dipublikasikan berupa nilai penerbitan obligasi syariah.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh penerbitan obligasi syariah telah banyak dilakukan di Indonesia dan negara-negara lainnya. Berikut ini adalah penelitian-penelitian terdahulu terkait pengaruh penerbitan obligasi syariah:


(3)

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian Objek

Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 1 Nursilah Ahmad

dan Solistya Rusgianto (2013)

Information Content of Post-Crisis Sukuk Announcement in Malaysia Perusahaan yang menerbitkan sukuk periode 2009-2010 Pengumuman obligasi syariah (X) dan Abnormal

Return (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi pasar yang positif terhadap pengumuman sukuk tapi tidak signifikan 2 Mochammad

Rizki Pratama (2012)

Pengaruh

Penerbitan Obligasi Syariah terhadap Reaksi Pasar Modal Indonesia

Perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah yang terdaftar di BEI tahun 2011

Nilai Penerbitan Obligasi Syariah (X1), Rating Obligasi Syariah (X2) dan Cumulative abnormal return (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai penerbitan dan rating obligasi syariah tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

cumulative abnormal return

3 Cristophe J. Godlewski, Rima Turk-Ariss and Laurent Weill (2011) Do markets perceive sukuk and conventional bonds as different financing instrument? Perusahaan manufaktur Malaysia yang menerbitkan obligasi syariah dan konvensional periode 2002-2009 Pengumuman sukuk dan obligasi konvensional (X) dan Reaksi Pasar Modal (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi pasar modal tidak signifikan terhadap

pengumuman obligasi konvensional sedangkan terdapat reaksi yang signifikan negatif antara pasar modal terhadap pengumuman dari sukuk

4 Mujahid dan Tetet Fitrijanti (2010) Pengaruh Penerbitan Obligasi Syariah (Sukuk) Perusahaan Terhadap Reaksi Pasar Perusahaan-perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah yang terdaftar di BEI tahun 2002-2009

Nilai penerbitan (X1), Rating obligasi syariah (X2), dan reaksi pasar (Y) yang diwakili oleh

cumulative abnormal return

Hasil penelitian adalah tidak ada pengaruh yang signifikan antara nilai penerbitan dan rating obligasi syariah terhadap reaksi pasar baik secara parsial maupun simultan 5 Yusnidah

Ibrahim dan Mohd Sobri Minai (2009)

Islamic Bonds and The Wealth Effects: Evidence from Malaysia Perusahaan yang menerbitkan obligasi konvensional dan syariah yang terdaftar di Bursa Malaysia periode Januari 2000- Juni 2006 Nilai Penerbitan Obligasi (X) dan Reaksi pasar (Y)

Terdaftar hasil yang positif dan secara signifakan antara pengumuman obligasi syariah terhadap reaksi pasar sedangkan pengumuman obligasi konvensional tidak signifikan


(4)

2.3 Kerangka Konseptual

Setiap perusahaan memerlukan modal untuk melakukan kegiatan operasionalnya. Modal yang digunakan oleh perusahaan tersebut bersifat internal dan eksternal. Modal internal biasanya berasal dari laba ditahan, saham biasa dan saham preferen yang diterbitkan perusahaan. Sedangkan modal eksternal adalah hutang jangka panjang atau menengah, contohnya obligasi syariah. Saham maupun obligasi syariah yang diterbitkan perusahaan merupakan instrumen keuangan yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Momentum penerbitan obligasi syariah harus menjadi informasi strategis yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang bagi perusahaan dan sektor keuangan, khususnya keuangan Islam. Menurut Jogiyanto (2008), pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman tersebut mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Untuk melihat sejauh mana investor bereaksi terhadap peristiwa tersebut dilakukan pengujian kandungan informasi peristiwa pengumuman atau penerbitan obligasi syariah yang diwakili oleh nilai dan rating penerbitan yang dapat diukur dengan menggunakan tingkat return saham atau dengan menggunakan cumulative abnormal return. Jika digunakan cumulative abnormal return maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan cumulative abnormal return yang meningkat kepada perusahaan, begitu juga sebaliknya.


(5)

Secara teoritis, terdapat hubungan positif antara pengungkapan dan kinerja pasar perusahaan. Penerbitan obligasi syariah juga merupakan salah satu pengungkapan atas strategi pendanaan perusahaan sehingga pengumuman penerbitan obligasi syariah perusahaan idealnya akan mempengaruhi keputusan investor yang tercermin dalam tingkat return saham

Berdasarkan landasan teori dan tinjauan penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh peneliti, maka kerangka konseptual pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Return Saham (Y) Nilai Penerbitan Obligasi

Syariah (X1)

Rating Obligasi Syariah (X2)


(6)

2.4 Hipotesis

Hipotesis yaang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1: Adanya pengaruh nilai dan rating penerbitan obligasi syariah terhadap

return perusahaan penerbit obligasi syariah secara simultan.

H2: Adanya pengaruh nilai dan rating penerbitan obligasi syariah terhadap