Pengaruh Potensi Pegawai Dan Kepuasan Masyarakat Terhadap Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Bpjs Di Kota Medan

(1)

BAB II

TINJAUAN PUS TAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif ( peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat (Notoatmodjo, 2003: 42). M enurut Levey dan Loomba, pelayanan kesehatan juga dapat diartikan sebagai upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan peroorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat (Azwar, 1996 : 23).

Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat. Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak macamnya. Karena kesemuanya ini ditentukan oleh:


(2)

• Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi.

• Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi dari padanya (Republik Indonesia, 2009)

Kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya derajat kesehatan adalah seberapa besar tingkat pembiayaan untuk sektor kesehatan (Sujudi, 2003:76). Besarnya belanja kesehatan berhubungan positif dengan pencapaian derajat kesehatan masyarakat. Semakin besar belanja kesehatan yang dikeluarkan pemerintah maka akan semakin baik pencapaian derajat kesehatan masyarakat. Dengan kata lain jika meningkatnya anggaran kesehatan maka pelayanan kesehatan akan semakin lebih baik sehingga meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatannya.

2.1.2 Potensi Pegawai

Potensi merupakan salah satu unsur dalam kematangan berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan dan suatu pengalaman. Potensi menunjukkan kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan.


(3)

Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh mutu tenaga kesehatan. Tuntutan output tenaga kesehatan yang berkualitas semakin mendesak karena semakin kompleks permasalahan kesehatan di Negara kita. Seorang tenaga kesehatan yang professional, seharusnya memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik mutunya kepada semua pengguna tanpa kecuali. Layanan kesehatan yang bermutu adalah layanan kesehatan yang selalu berupaya memenuhi harapan masyarakat sehingga masyarakat akan selalu puas akan pelayanan yang diberikan oleh seorang tenaga kesehatan.

Rendahnya kualitas SDM kesehatan dan kompetensi tenaga kerja berdampak pada rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan dan lemahnya daya saing bangsa. Oleh sebab itu, diperlukannya suatu lembaga standarisasi dan sertifikasi kompetensi kerja yang bersifat nasional dan diakui oleh semua pihak. Hal ini akan menjadikan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Adanya standar kompetensi juga akan menjadikan pengembangan karir di tempat kerja lebih mudah dan terarah.

Kecakapan bersifat manusiawi disini merupakan potensi yang dimiliki oleh pegawai dalam bekerja dengan team work atau kelompok kerja, yakni dalam bekerja sama dengan sesame anggota organisasi. Hal ini penting sekali karena jika menutup diri maka tidak akan mencapai hasil kerja yang maksimal. Jadi kemampuan dalam berkomunikasi mengeluarkan ide, pendapat bahkan di dalam penerimaan pendapat maupun saran dari orang lain dapat menjadi factor keberhasilan melaksanakan tugas yang baik.


(4)

2.1.3 Kepuasan masyarakat

Kepuasan M asyarakat Kepuasan masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan keberhasilan suatu badan usaha karena masyarakat adalah konsumen dari produk yang dihasilkannya. Oleh karena itu, badan usaha harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat sehingga mencapai kepuasan masyarakat dan lebih jauh lagi kedepannya dapat dicapai kesetiaan masyarakat. Sebab, bila tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat sehingga menyebabkan ketidakpuasan masyarakat mengakibatkan kesetiaan masyarakat akan suatu produk menjadi luntur dan beralih ke produk atau layanan yang disediakan oleh badan usaha yang lain. M enurut M endelsohn (1998:42) ada 2 keuntungan bagi badan usaha dengan adanya kepuasan masyarakat, yaitu : ”First, retaining customers is less expensive than acquiring new ones. Second, increasing competition in the form of product, organizations, and distributing outlets means fierce pressure for costumers. And costumners satisfaction is viable strategy to maintain market share against the competitions”.

M enurut Kotler dan Keller (2009:177), “kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan”. Kepuasan pasien telah menjadi konsep sentral dalam teori dan praktek pemasaran, serta merupakan salah satu tujuan penting bagi aktifitas bisnis.

Pengukuran tingkat kepuasan pasien ini sangat mutlak di perlukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dengan pengukuran ini kita akan dapat


(5)

mengetahui sejauh mana pelayanan yang kita berikan dapat memenuhi harapan pasien.

Ada beberapa cara mengukur kepuasan pelanggan menurut Kotler dalam Umar (2005:286)

1. Complain and suggestion system (system keluhan dan saran)

Banyak perusahan membuka kotak saran dan menerima keluhan yang dialami oleh pelanggan.

2. Customer satisfaction surveys (survey kepuasan pelanggan), dalam hal ini, perusahan melakukan survey untuk mendeteksi komentar pelanggan. Survey ini dapat dilakukan melalui pos, telepon, atau wawancara pribadi, atau pelanggan diminta mengisi angket.

3. Ghost shopping (pembeli bayangan), dalam hal ini perusahan menyuruh orang tertentu sebagai pembeli ke perusahan lain atau ke perusahannya sendiri.

4. Lost customer analysis (analisa pelanggan yang lari), langganan yang hilang dicoba dihubungi. M ereka disuruh mengungkapkan mengapa mereka berhenti, pindah keperusahaan lain, adakah sesuatu masalahyang terjadi yang tidak bisa diatasi atau lambat diatasi.

2.1.4 Implementasi Program Pelayanan Kesehatan

Proses implementasi kebijakan terdiri dari berbagai aktor yang terlibat mulai dari manajemen puncak sampai pada birokrasi tingkat bawah. Komunikasi yang efektif menuntut proses pengorganisasian komunikasi yang jelas ke semua


(6)

tahap tadi. Jika terdapat pertentangan dari pelaksana, maka kebijakan tersebut akan diabaikan dan terdistorsi

Implementasi merupakan setiap kegiatan yang dilakukan menurut rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Upaya untuk memahami adanya perbedaan antara yang diharapkan dengan fakta yang telah terjadi menimbulkan kesadaran mengenai pentingnya suatu pelaksanaa.

Konsep Implementasi yang dikemukakan M azmanian dan Sabatier, yaitu implementasi adalah melaksanakan sebuah keputusan kebijakan, biasanya dikaitkan dengan sebuah perundang- undangan, disusun oleh pemerintah baik eksekutif maupun keputusan peradilan.

Secara umum pengertian program adalah penjabaran dari suatu rencana. Dalam hal ini, program merupakan bagian dari perencanaan sering pula diartikan bahwa program adalah kerangka dasar dari pelaksanaan suatu kegiatan. M enurut Tjokromidjojo, dalam buku Pengantar Administrasi Pembangunan (1990:19) “prorgram adalah cara untuk memilih dan menghubungkan dalam merumuskan tindakan yang kita anggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan”.

M enurut Kayatmo (1985:162), “program adalah rangfkaian aktivitas yang mempunyai saat permulaan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapatkan suatu tujuan”. M enurut Notoatmodjo, “pelayanan kesehatan adalah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat”. pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif


(7)

(pencegahan), kuratif (penyembuhan), rehabilitasi (pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan. Yang dimaksud subsistem disini adalah input, proses, output, dampak, serta umpan balik.

• Input adalah beberapa sub-elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya sistem.

• Proses adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga menghasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.

• Output adalah hal-hal yang dihasilkan oleh proses.

• Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.

• Umpan balik adalah hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.

2.1.5 Sejarah Perjalanan Jaminan S osial di Indonesia

Adanya pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena penyakit, apalagi tergolong penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang rutin seperti hemodialisa atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada penggunaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada umumnya menjadi biaya perawatan dirumah sakit, obat-obatan, operasi, dan lain lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri maupun keluarga. Sehingga munculah istilah “SADIKIN”, sakit sedikit jadi miskin. Dapat disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan dengan uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karena dalam sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk mengobati penyakit yang dideritanya.


(8)

Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan kematian. Suatu peristiwa yang tidak kita harapkan namun mungkin saja terjadi kapan saja dimana kecelakaan dapat menyebabkan merosotnya kesehatan, kecacatan, ataupun kematian karenanya kita kehilangan pendapatan, baik sementara maupun permanen. Belum lagi menyiapkan diri pada saat jumlah penduduk lanjut usia dimasa datang semakin bertambah. Pada tahun Pada 2030, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia adalah 270 juta orang. 70 juta diantaranya diduga berumur lebih dari 60 tahun. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2030 terdapat 25% penduduk Indonesia adalah lansia. Lans ia ini sendiri rentan mengalami berbagai penyakit degenerative yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas dan berbagai dampak lainnya.

2.1.6 Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS Kesehatan

Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS Kesehatan M enurut buku pegangan sosialisasi JKN dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJ SN) , asuransi sosial adalah mekanisme pengumpulan iuran bersifat wajib bagi peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas resiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN No 40 Tahun 2004). Sementara itu SJSN adalah tata cara penyelenggaraan program jaminan Sosial oleh BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari sistem SJSN. SJSN ini diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib berdasarkan UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN. Tujuannya agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka


(9)

dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang layak. 6 Kementerian Kesehatan RI. 2014. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penerapan program Jaminan Kesehatan Nasional adalah sebagai berikut7 : 1) Prinsip kegotongroyongan; artinya peserta mampu membantu peserta yang kurang mampu dan peserta yang sehat membantu peserta yang sakit. Hal ini karena kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh penduduk tanpa pengecualian. 2) Prinsip Nirlaba; artinya pengelolaan dana BPJS adalah nirlaba bukan untuk mencari laba. 3) Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas. 4) Prinsip portabilitas; dimaksud untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah NKRI 5) Prinsip kepesertaan bersifat wajib; artinya wajib bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi peserta JKNBPJS

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut disajikan beberapa tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung kerangka konseptual penelitian.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Chotimah

(2008) Persepsi Pengguna jaminan kesehatan M asyaraka t(JAMKE SM AS) Terhadap pelayanan kesehatan di rumah Variabel Independen: Persepsi pengguna jaminan kesehatan masyarakat Variabel dependen: Pelayanan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil keimpulan bahawa persepsi pengguna Jamkesmas terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Haji Medan baik itu dari segi fasilitas atau sarana dan prasarana,pelayanan medis maupun pelayanan administrasi adalah positif. Hal ini terlihat dari besarnya jumlah tingkat kepuasan pasien pengguna jamkesmas yang mendapatkan pelayanan kesehatndi Rumah Sakit Haji Medan adalah sebesar 87,4% artinya hampir semua pasien rawat jalan


(10)

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian sakit Haji

M edan

kesehatan tingkat lanjutan (RJT L) menjadi responden puas

2 Rahmatul lah (2013) Implement asi program pelayanan kesehatan Kota M akassar kebijakan publik dalam implementa si Kebijakan Variabel dependen: Program pelayanan kesehatan

Isi Kebijakan dalam Implementasi Program Jaminan Kesehatan Daerah di Rumah Sakit Umum Daya Kota Makassar

Pihak-pihak yang terkait dalam proses Implementasi program Jamkesda di RSU Daya Kota Makassar sudah jelas, akan tetapi dari pihak Rumah Sakit sendiri masih memiliki kesulitan dalam pengelolaan data klaim yang memperlambat proses pelayanan di Rumah Sakit tersebut.

3 Antariksa (2014) Faktor-faktor yang mempenga ruhi kepuasan pasien pengguna Jampersal terhadap pelayanan kesehatan di Kelurahan Tegal Sari M andala III Kec. M edan Denai Variabel Independen : Faktor-faktor yang mempengar uhi kepuasan pasien pengguna Jampersal Variabel dependen: Pelayanan kesehatan

pelayanan kesehatan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

dapat disimpulkan bahwa mayoritas

responden pengguna Jampersal menyatakan puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan dimana mayoritas responden pengguna Jampersal pada setiap faktor juga menyatakan puas terhadap faktor akses, mutu, proses, dan sistem layanan kesehatan yang diberikan.

Sumber: Diolah Penulis

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian


(11)

teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntuan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan sebagai tempat penelitian untuk memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian. Penelitian ini membahas mengenai Potensi Pegawai dan Kepuasan M asyarakat dalam mempengaruhi implementasi Program Pelayanan Kesehatan BPJS.

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan kerangka konseptual sebagai berikut:

H1 H2

H3

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 menjelaskan tentang hubungan kausal antara Potensi Pegawai berpengaruh secara parsial terhadap Implementasi Program Pelayanan Kesehatan BPJS, dan Kepuasan M asyarakat berpengaruh secara parsial terhadap Implementasi Program Pelayanan Kesehatan BPJS. Secara silmutan kedua variabel Independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah. Erlina (2011:30), “M enyatakan hipotesis adalah proporsiyang dirumuskan dengan

implementasi Program Pelayanan Kesehatan BPJS

(Y) Kepuasan M asyarakat (X2)


(12)

maksud untuk diuji secara emoiris”. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.

Berdasarkan tujuan teoritis, rumusan masalah serta kerangka konseptual yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan suatu hipotesis penelitian ini adalah: H1 : Potensi pegawai berpengaruh terhadap Implementasi Program Pelayanan

Kesehatan BPJS di Kota M edan

H2 : Kepuasan masyarakat berpengaruh terhadap Implementasi Program Pelayanan Kesehatan BPJS di Kota M edan

H3 : Potensi Pegawai dan Kepuasan M asyarakat berpengaruh terhadap Implementasi Program Pelayanan Kesehatan BPJS di Kota M edan


(1)

(pencegahan), kuratif (penyembuhan), rehabilitasi (pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan. Yang dimaksud subsistem disini adalah input, proses, output, dampak, serta umpan balik.

• Input adalah beberapa sub-elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya sistem.

• Proses adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga menghasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.

• Output adalah hal-hal yang dihasilkan oleh proses.

• Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.

• Umpan balik adalah hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.

2.1.5 Sejarah Perjalanan Jaminan S osial di Indonesia

Adanya pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena penyakit, apalagi tergolong penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang rutin seperti hemodialisa atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada penggunaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada umumnya menjadi biaya perawatan dirumah sakit, obat-obatan, operasi, dan lain lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri maupun keluarga. Sehingga munculah istilah “SADIKIN”, sakit sedikit jadi miskin. Dapat disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan dengan uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karena dalam sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk mengobati penyakit yang dideritanya.


(2)

Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan kematian. Suatu peristiwa yang tidak kita harapkan namun mungkin saja terjadi kapan saja dimana kecelakaan dapat menyebabkan merosotnya kesehatan, kecacatan, ataupun kematian karenanya kita kehilangan pendapatan, baik sementara maupun permanen. Belum lagi menyiapkan diri pada saat jumlah penduduk lanjut usia dimasa datang semakin bertambah. Pada tahun Pada 2030, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia adalah 270 juta orang. 70 juta diantaranya diduga berumur lebih dari 60 tahun. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2030 terdapat 25% penduduk Indonesia adalah lansia. Lans ia ini sendiri rentan mengalami berbagai penyakit degenerative yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas dan berbagai dampak lainnya.

2.1.6 Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS Kesehatan

Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS Kesehatan M enurut buku pegangan sosialisasi JKN dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJ SN) , asuransi sosial adalah mekanisme pengumpulan iuran bersifat wajib bagi peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas resiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN No 40 Tahun 2004). Sementara itu SJSN adalah tata cara penyelenggaraan program jaminan Sosial oleh BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari sistem SJSN. SJSN ini diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib berdasarkan UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN. Tujuannya agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka


(3)

dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang layak. 6 Kementerian Kesehatan RI. 2014. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penerapan program Jaminan Kesehatan Nasional adalah sebagai berikut7 : 1) Prinsip kegotongroyongan; artinya peserta mampu membantu peserta yang kurang mampu dan peserta yang sehat membantu peserta yang sakit. Hal ini karena kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh penduduk tanpa pengecualian. 2) Prinsip Nirlaba; artinya pengelolaan dana BPJS adalah nirlaba bukan untuk mencari laba. 3) Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas. 4) Prinsip portabilitas; dimaksud untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah NKRI 5) Prinsip kepesertaan bersifat wajib; artinya wajib bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi peserta JKNBPJS

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut disajikan beberapa tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung kerangka konseptual penelitian.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 1. Chotimah

(2008)

Persepsi Pengguna jaminan kesehatan M asyaraka t(JAMKE SM AS) Terhadap pelayanan kesehatan di rumah

Variabel Independen: Persepsi pengguna jaminan kesehatan masyarakat Variabel dependen: Pelayanan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil keimpulan bahawa persepsi pengguna Jamkesmas terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Haji Medan baik itu dari segi fasilitas atau sarana dan prasarana,pelayanan medis maupun pelayanan administrasi adalah positif. Hal ini terlihat dari besarnya jumlah tingkat kepuasan pasien pengguna jamkesmas yang mendapatkan pelayanan kesehatndi Rumah Sakit Haji Medan adalah sebesar 87,4% artinya hampir semua pasien rawat jalan


(4)

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian sakit Haji

M edan

kesehatan tingkat lanjutan (RJT L) menjadi responden puas

2 Rahmatul lah (2013) Implement asi program pelayanan kesehatan Kota M akassar kebijakan publik dalam implementa si Kebijakan Variabel dependen: Program pelayanan kesehatan

Isi Kebijakan dalam Implementasi Program Jaminan Kesehatan Daerah di Rumah Sakit Umum Daya Kota Makassar

Pihak-pihak yang terkait dalam proses Implementasi program Jamkesda di RSU Daya Kota Makassar sudah jelas, akan tetapi dari pihak Rumah Sakit sendiri masih memiliki kesulitan dalam pengelolaan data klaim yang memperlambat proses pelayanan di Rumah Sakit tersebut.

3 Antariksa (2014) Faktor-faktor yang mempenga ruhi kepuasan pasien pengguna Jampersal terhadap pelayanan kesehatan di Kelurahan Tegal Sari M andala III Kec. M edan Denai Variabel Independen : Faktor-faktor yang mempengar uhi kepuasan pasien pengguna Jampersal Variabel dependen: Pelayanan kesehatan

pelayanan kesehatan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

dapat disimpulkan bahwa mayoritas

responden pengguna Jampersal menyatakan puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan dimana mayoritas responden pengguna Jampersal pada setiap faktor juga menyatakan puas terhadap faktor akses, mutu, proses, dan sistem layanan kesehatan yang diberikan.

Sumber: Diolah Penulis

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian


(5)

teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntuan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan sebagai tempat penelitian untuk memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian. Penelitian ini membahas mengenai Potensi Pegawai dan Kepuasan M asyarakat dalam mempengaruhi implementasi Program Pelayanan Kesehatan BPJS.

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan kerangka konseptual sebagai berikut:

H1 H2

H3

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 menjelaskan tentang hubungan kausal antara Potensi Pegawai berpengaruh secara parsial terhadap Implementasi Program Pelayanan Kesehatan BPJS, dan Kepuasan M asyarakat berpengaruh secara parsial terhadap Implementasi Program Pelayanan Kesehatan BPJS. Secara silmutan kedua variabel Independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah. Erlina (2011:30), “M enyatakan hipotesis adalah proporsiyang dirumuskan dengan

implementasi Program Pelayanan Kesehatan BPJS

(Y) Kepuasan M asyarakat (X2)


(6)

maksud untuk diuji secara emoiris”. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.

Berdasarkan tujuan teoritis, rumusan masalah serta kerangka konseptual yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan suatu hipotesis penelitian ini adalah: H1 : Potensi pegawai berpengaruh terhadap Implementasi Program Pelayanan

Kesehatan BPJS di Kota M edan

H2 : Kepuasan masyarakat berpengaruh terhadap Implementasi Program Pelayanan Kesehatan BPJS di Kota M edan

H3 : Potensi Pegawai dan Kepuasan M asyarakat berpengaruh terhadap Implementasi Program Pelayanan Kesehatan BPJS di Kota M edan