FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM UPAYA MENCIPTA

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM : UPAYA
MENCIPTAKAN SUMBER DAYA MANUSIA
BERKUALITAS
Oleh:
Dodi Ilham1
PENDAHULUAN
Suatu usaha untuk mengatasi persoalan-persoalan pendidikan tanpa
menggunakan kearifan (wisdom) dan kekuatan filsafat ibarat sesuatu yang sudah
ditakdirkan untuk gagal. Persoalan pendidikan adalah persoalan filsafat.
Pendidikan dan filsafat tidak terpisahkan karena akhir dari pendidikan adalah akhir
dari filsafat, yaitu kearifan. Dan alat dari filsafat adalah alat dari pendidikan, yaitu
pencarian (inquiry), yang akan mengantar seseorang pada kearifan. Berfilsafat
tentang pendidikan menuntut suatu pemahaman yang tidak hanya tentang
pendidikan dan persoalan-persoalannya, tetapi juga tentang filsafat itu sendiri.
Filsafat pendidikan tidak lebih dan tidak kurang dari suatu disiplin unik
sebagaimana halnya filsafat sains atau sains yang disebut mikrobiologi.
Untuk mencerdaskan dan memajukan kehidupan suatu bangsa dan negara
sesuai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan maka di adakan suatu proses
pendidikan
atau
suatu

proses
belajar
yang
akan
memberikan
pengertian,pandangan,dan penyesuaian bagi seseorang atau si terdidik kearah
kedewasaan dan kematangan, dengan proses ini maka akan terpengaruh terhadap
perkembangan jiwa seseorang anak didik atau peserta dan atau subjek didik kearah
yang lebih dinamis baik kearah bakat atau pengalaman,moral, intelektual maupun
fisik (jasmani) menuju kedewasaan dan kematangan tadi. Tujuan akhir pendidikan
akan terwujud untuk menumbuhkan dan mengembangkan semua potensi si terdidik
secara teratur, apabila prakondisi alamiah dan social manusia memungkinkan,
seperti: iklim,makanan, kesehatan, keamanan dan lain sebagainya yang relatif
sesuai dengan kebutuhan manusia. Dengan akal pikran yang dimilikinya, manusia
mampu melangsungkan dan mengembangkan kehidupannya sesuai dngan waktu
dan ruang yang ia tempati (hidup di segala zaman). Dalam hal ini manusia secara
kolektif meyakini adanya nilai-nilai, budaya, doktrin dan kebenaran yang mesti
dilestarikan dengan cara ditransfer kepada generasi berikutnya. Pada generasi yang
lahir kemudian akan melakukan verifikasi dan pengembangan kea rah yang lebih
sesuai dengan kondisi zaman, tentunya dilakukan oleh sebuah kelompok atau

lembaga yang bernama pendidikan.
1

Mahasiswa Pascasarjana STAIN Palopo

31

Dengan demikian pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek
kebutuhan hidup dan berproses sejalan dengan dinamikanya hidup serta perubahanperubahan yang terjadi. Sebagai akibat logisnya maka pendidikan senantiasa
mengandung pemikiran dan kajian, baik secara konseptual maupun operasionalnya,
sehingga diperoleh relefansi dan kemampuan menjawab tantangan serta
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi umat manusia. Pemikiran dan kajian
tentang pendidikan dilakukan oleh para ahli dalam berbagai sudut tinjauan dan
disiplin ilmu seperti agama, filsafat, sosiologi, ekonomi, politik, sejarah, dan
antropologi. Sudut tinjauan ini menyebabkan lahirnya cabang ilmu pengetahuan
kependidikan yang berpangkal dari sudut tinjauannya, yaitu pendidikan agama,
filsafat pendidikan, sosiologi pendidikan, sejarah pendidikan, ekonomi pendidikan,
politik pendidikan dan sebagainya.
Pencarian terhadap esensi pendidikan seperti apa, bagaimana dan untuk
apa pendidikan itu sebenarnya diselenggarakan telah dilakukan sejak ribuan tahun

yang lalu, sampai saat ini, para ahli pendidikan memberikan kesimpulan terhadap
unsur-unsur dasar dalam pendidikan yaitu : 1) adanya pemberi, 2) penerima, 3)
tujuan baik, 4) cara yang baik dan 5) konteks yang positif. Dengan adanya lima
unsur dasar ini, pendidikan dapat dirumuskan sebagai aktivitas interaktif antara
pemberi dan penerima untuk mencapai tujuan dengan cara yang baik dalam
konteks yang positif

HAKEKAT FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Filsafat Pendidikan Islam adalah suatu aktifitas befikir menyeluruh dan
mendalam dalam rangka merumuskan konsep, menyelenggarakan dan/atau
mengatasi berbagai problem Pendidikan Islam dengan mengkaji kandungan makna
dan nilai-nilai dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis. Dari sisi lain, Filsafat Pendidikan
Islam diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji secara menyeluruh dan
mendalam kandungan makna dan nilai-nilai al-Qur’an/al-Hadis guna merumuskan
konsep dasar penyelenggaraan bimbingan, arahan dan pembinaan peserta didik
agar menjadi manusia dewasa sesuai tuntunan ajaran Islam.
Menurut Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam adalah studi tentang
pandangan filosofis dan sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalahmasalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan manusia muslim dan umat Islam. Selain itu Filsafat Pendidikan
Islam mereka artikan pula sebagai penggunaan dan penerapan metode dan sistem

filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat Islam yang
selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan
pendidikan umat Islam.
Abuddin Nata mendefinisikan Filsafat Pendidikan Islam sebagai suatu
kajian filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan
32

pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadis sebagai sumber primer,
dan pendapat para ahli khususnya filosof muslim sebagai sumber sekunder. Selain
itu, Filsafat Pendidikan Islam dikatakan Abuddin Nata suatu upaya menggunakan
jasa filosofis, yakni berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal
tentang masalah-masalah pendidikan, seperti masalah manusia (anak didik), guru,
kurikulum, metode dan lingkungan dengan menggunakan al-Qur’an dan al-Hadis
sebagai dasar acuannya. Tanpa mempersoalkan apakah Filsafat Pendidikan Islam
itu sebagai aktifitas berfikir mendalam, menyeluruh dan spekulatif atau ilmu
pengetahuan yang melakukan kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif
mengenai masalah-masalah pendidikan dari sumber wahyu Allah, baik al-Qur’an
maupun al-Hadis, paling tidak terdapat 2 hal pokok yang patut diperhatikan dari
pengertian Filsafat Pendidikan Islam:
a. Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif terhadap kandungan

al-Qur’an/al-Hadis dalam rangka merumuskan konsep dasar pendidikan Islam.
Artinya, Filsafat Pendidikan Islam memberikan jawaban bagaimana
pendidikan dapat dilaksanakan sesuai sengan tuntunan nilai-nilai Islam.
Misalnya saja ketika muncul pertanyaan bagaimana aplikasi pendidikan Islam
menghadapi peluang dan tantangan millenium II, maka Filsafat Pendidikan
Islam melakukan kajian mendalam dan menyeluruh, sehingga melahirkan
konsep pendidikan Islam yang akan diaktualisasikan di era millenium III.
b. Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam rangka mengatasi
berbagai probelam yang dihadapi pendidikan Islam. Misalnya ketika suatu
konsep pendidikan Islam diterapkan dan ternyata dihadapkan kepada berbagai
problema, maka ketika itu dilakukan kajian untuk mengatasi berbagi problema
tadi.
HAKEKAT SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam rangka menjadi khalifah
dimuka bumi, hal ini banyak dicantumkan dalam al-Qur’an dengan maksud agar
manusia dengan kekuatan yang dimilikinya mampu membangun dan
memakmurkan bumi serta melestarikannya. Untuk mencapai derajat khalifah di
buka bumi ini diperlukan proses yang panjang, dalam Islam upaya tersebut ditandai
dengan pendidikan yang dimulai sejak buaian sampai ke liang lahat.
Pendidikan Islam memadukan dua segi kepentingan manusia yaitu

keduniaan dan keagamaan. Berbeda dengan pendidikan sekuler yang hanya
meninjau pada satu aspek saja, yaitu keduniaan saja dan segala bentuk keberhasilan
cenderung dinyatakan dengan jumlah materi yuang dimiliki atau jabatan serta
pengaruh di tempat individu berada. Akibatnya telah dapat dilihat bahwa
kehampaan yang terjadi pada masyarakat Eropah dan Amerika adalah kehampaan
spiritual yang sebagai tempat pelariannya ke tempat-tempat hiburan, alcoholism
dan bentuk lainnya. Dengan demikian kemajuan pada satu aspek saja dalam
33

kehidupan ini menyebabkan ketimpangan dalam perjalanan hidup manusia yang
kemudian akan kembali menjadi permasalahan kemanusiaan khususnya sumber
daya manusia.
Menurut Abuddin Nata, sumber daya manusia (SDM) adalah daya yang
bersumber dari manusia, yang berbentuk tenaga atau kekuatan (energi atau power).
Sumber daya manusia mempunyai dua ciri, yaitu : (1) Ciri-ciri pribadi berupa
pengetahuan, perasaan dan keterampilan (2) Ciri-ciri interpersonal yaitu hubungan
antar manusia dengan lingkungannya. Sementara Emil Salim menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan SDM adalah kekuatan daya pikir atau daya cipta manusia
yang tersimpan dan tidak dapat diketahui dengan pasti kapasitasnya. Beliau juga
menambahkan bahwa SDM dapat diartikan sebagai nilai dari perilaku seseorang

dalam mempertanggungjawabkan semua perbuatannya, baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa.
Dengan demikian kualitas SDM ditentukan oleh sikap mental manusia.
Ali Saifullah, menyatakan bahwa bila kualitas SDM tinggi, yaitu
menguasai ilmu dan teknologi dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dan merasa bahwa manusia
mempunyai hubungan fungsional dengan sistem sosial, nampaknya pembangunan
dapat terlaksana dengan baik seperti yang telah negara-negara maju, dalam
pembangunan bangsa dan telah berorientasi ke masa depan. Tidak jarang di antara
negara-negara maju yang telah berhasil meningkatkan kesejahteraan bangsanya
adalah bangsa yang pada mulanya miskin namun memiliki SDM yang berkualitas.
Dalam Islam sosok manusia terdiri dua potensi yang harus dibangun, yaitu
lahiriah sebagai tubuh itu sendiri dan ruhaniyah sebagai pengendali tubuh.
Pembangunan manusia dalam Islam tentunya harus memperhatikan kedua potensi
ini. Jika dilihat dari tujuan pembangunan manusia Indonesia yaitu menjadikan
manusia seutuhnya, maka tujuan tersebut harus memperhatikan kedua potensi yang
ada pada manusia. Namun upaya kearah penyeimbangan pembangunan kedua
potensi tersebut selama 32 tahun masa orde baru hanya dalam bentuk konsep saja
tanpa upaya aplikasi yang sebenarnya. Telah dimaklumi bahwa pendidikan Islam
memandang tinggi masalah SDM ini khususnya yang berkaitan dengan akhlak

(sikap, pribadi, etika dan moral).
Kualitas SDM menyangkut banyak aspek, yaitu aspek sikap mental,
perilaku, aspek kemampuan, aspek intelegensi, aspek agama, aspek hukum, aspek
kesehatan dan sebagainya. Kesemua aspek ini merupakan dua potensi yang
masing-masing dimiliki oleh tiap individu, yaitu jasmaniah dan ruhaniah. Tidak
dapat dipungkiri bahwa aspek jasmaniah selalu ditentukan oleh ruhaniah yang
bertindak sebagai pendorong dari dalam diri manusia. Untuk mencapai SDM
berkualitas, usaha yang paling utama sebenarnya adalah memperbaiki potensi dari
dalam manusia itu sendiri, hal ini dapat diambil contoh seperti kepatuhan
34

masyarakat terhadap hukum ditentukan oleh aspek ruhaniyah ini. Dalam hal ini
pendidikan Islam memiliki peran utama untuk mewujudkannya.
Tantangan manusia pada milenium ke-3 ini akan terfokus pada berbagai
aspek kompleks. Khusus dibidang pendidikan, Barnadib menyebutkan bahwa
tantangan pendidikan Islam terbagi atas 2, yaitu tantangan dari luar, yaitu berupa
pertentangan dengan kebudayaan Barat abad ke-20 dan dari dalam Islam itu
sendiri, berupa kejumudan produktivitas keislaman. Barnadib menyatakan bahwa
untuk menjawab tantangan dan menghadapi tuntutan pembangunan pada era
globalisasi diisyaratkan dan diperlukan kesiapan dan lahirnya masyarakat modern

Indonesia. Aspek yang spektakuler dalam masyarakat modern adalah penggantian
teknik produksi dari cara tradisional ke cara modern yang ditampung dalam
pengertian revolusi industri. Secara keliru sering dikira bahwa modernisasi
hanyalah aspek industri dan teknologi saja. Padahal secara umum dapat dikatakan
bahwa modernisasi masyarakat adalah penerapan pengetahuan ilmiah yang ada
kepada semua aktivitas dan semua aspek hidup masyarakat.
Dalam upaya pembangunan masyarakat, tidak ada suatu masyarakat yang
bisa ditiru begitu saja, tanpa nilai atau bebas nilai. Hal ini telah terlihat dengan
peniruan dan pengambilan pola kehidupan sosialis, materialistis yang ditiru
masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu pembangunan di bidang agama. Ahmad
Tafsir menyatakan bahwa pembangunan di bidang agama diarahkan agar semakin
tertata kehidupan beragama yang harmonis, semarak dan mendalam, serta
ditujukan pada peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, teciptanya kemantapan kerukunan beragama, bermasyarakat dan
berkualitas dlam meningkatkan kesadaran dan peran serta akan tanggung jawab
terhadap perkembangan akhlak serta untuk secara bersama-sama memperkukuh
kesadaran spiritual, moral dan etik bangsa dalam pelaksanaan pembangunan
nasional, peningkatan pelayanan, sarana dan prasarana kehidupan beragama.
Masyarakat yang sedang membangun adalah masyarakat yang sedang berubah dan
terkadang perubahan tersebut sangat mendasar dan mengejutkan. Masyarakat yang

sedang dibangun berarti masyarakat terbuka, yang memberi peluang untuk
masuknya modal, ilmu dan teknologi serta nilai dan moral asing yang terkadang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
Untuk itu peran agama diharapkan dapat berfungsi sebagai pengarah dan
pengamanan pembangunan nasional. Dalam masyarakat yang sedang berubah ini
terdapat objek paling rawan yaitu generasi muda, untuk itu prioritas perhatian pada
generasi muda ini perlu ditingkatkan demi keberhasilan pembangunan.
Peningkatan kualitas manusia hanya dapat dilakukan dengan perbaikan pendidikan.
Ahmad Tafsir menyatakan ada beberapa ciri masyarakat atau manusia yang
berkualitas, yaitu:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak
mulia dan berkepribadian
35

2.
3.
4.
5.

Berdisiplin, bekerja keras, tangguh dan bertanggung jawab

Mandiri, cerdas dan terampil
Sehat jasmani dan rohani
Cinta tanah air, tebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan
sosial
Generasi yang berkualitas yang akan disiapkan untuk menyongsong dan
menjadi pelaku pembangunan pada era globalisasi dituntut untuk meningkatkan
kualitas keberagamaannya (dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan
agamayang tetap bertumpu pada iman dan aqidah). Dengan kata lain masyarakat
maju Indonesia menuntut kemajuan kualitas hasil pendidikan Islam. Ahmad Tafsir
menyatakan bahwa modernisasi bagi bangsa Indonesia adalah penerapan ilmu
pengetahuan dalam aktivitas pendidikan Islam secara sistematis dan berlanjut.
Tujuan pendidikan nasional termasuk tujuan pendidikan agama adalah mendidik
anak untuk menjadi anak manusia berkualitas dalam ukuran dunia dan akhirat.
Untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang berkualitas,
ditetapkan langkah-langkah dalam pembinaan pendidikan agama yaitu:
1. Meningkatkan dan menyelaraskan pembinaan perguruan agama dengan
perguruan umum dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi sehingga
perguruan agama berperan aktif bagai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2. Pendidikan agama pada perguruan umum dari tingkat dasar sampai
dengan perguruan tinggi akan lebih dimantapkan agar peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta pendidikan agama berperan aktif bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3. Pendidikan tinggi agama serta lembaga yang menghasilkan tenaga ilmuan
dan ahli dibidang agama akan lebih dikembangkan agar lebih berperan
dalam pengembangan pikiran-pikiran ilmiah dalam rangka memahami
dan menghayati serta mampu menterjemahkan ajaran-ajaran agama
sesuai dan selaras dengan kehidupan masyarakat.
KAITAN ANTARA FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DENGAN SUMBER
DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam rangka menjadi khalifah
dimuka bumi, hal ini banyak dicantumkan dalam al-Qur’an dengan maksud agar
manusia dengan kekuatan yang dimilikinya mampu membangun dan
memakmurkan bumi serta melestarikannya. Untuk mencapai derajat khalifah di
buka bumi ini diperlukan proses yang panjang, dalam Islam upaya tersebut ditandai
dengan pendidikan yang dimulai sejak buaian sampai ke liang lahat. Manusia
adalah makhluk yang memiliki beberapa potensi bawaan. Dari sudut pandang yang
dimiliki itu, manusia dinamai dengan berbagai sebutan. Dilihat dari potensi
36

inteleknya manusia disebut homo intelectus. Manusia juga disebut sebagai homo
faber, karena manusia memiliki kemampuan untuk membuat barang atau peralatan.
Kemudian manusia pun disebut sebagai homo sacinss atau homo social abima,
karena manusia adalah mahkluk bermasyarakat. Di lain pihak manusia juga
memiliki kemampuan merasai, mengerti, membeda-bedakan, kearifan,
kebijaksanaan, dan penetahuan. Atas dasar adanya kemampuan tersebut, manusia
disebut homo sapiens.
Filsafat pendidikan, seperti dikemukakan oleh Imam Barnadib, disusun
atas dua pendekatan. Pendekatan pertama bahwa filsafat pendidikan diartikan
sebagai aliran yang didasarkan pada pandangan filosofis tokoh-tokoh tertentu.
Sedangkan pandangan kedua adalah usaha untuk menemukan jawaban dari
pendidikan beserta problem-problem yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis.
Dari pendekatan pertama, terkait dengan kualitas potensi manusia, terdapat tiga
aliran filsafat:
1. Pertama, aliran natularisme, yang menyatakan bahwa manusia memiliki
potensi bawaan yang dapat berkembang secara alami, tanpa memerlukan
bantuan dari luar. Secara alami manusia akan bertambah dan berkembang
sesuai dengan kodratnya masing-masing. Tokoh aliran ini adalah Jean
Jacques Rosseau.
2. Kedua, aliran empirisme. Menurut aliran ini manusia tumbuh dan
berkembang atas bantuan atau karena adanya intervensi lingkungan.
Tokoh aliran ini adalah Schopenhauer.
3. Ketiga, aliran konfergensi. Yang memiliki pandangan gabungan antara
empirisme dan naturalism. Menurut aliran ini, manusia secara kodrati
memang telah dianugrahi potensi yang disebut bakat. Namun selanjutnya
agar potensi itu dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik, perlu
adanya pengaruh dari luar berupa tuntunan dan bimbingan melalui
pendidikan. Tokoh aliran ini adalah Jhon Locke.
Ketiga aliran tersebut kemudian menjadi dasar pemikiran tentang manusia
dalam kaitan dengan problema pendidikan. Namun kemudian, Kohnstamm
menambahkan faktor kesadaran sebagai faktor ke empat. Dengan demikian
menurutnya selain faktor dasar (nature) dan faktor ajar (empiris), yang kemudian
dikonvergensikan, masih perlunya faktor kesadaran individu. Menurutnya
walaupun manusia memiliki bakat yang baik, kemudian dididik secara baik pula,
maka hasilnya akan menjadi lebih baik bila ada motivasi intrinsik dari peserta didik
itu sendiri. Kohnstamm, melihat bahwa faktor lingkungan belum dapat memberi
hasil yang optimal bila tidak disertai dorongan dari dalam diri peserta didik.
Pendapat ini dapat dilihat sebagai temuan yang memperkaya pemikiran tentang
manusia dalam kaitannya dengan pendidikan. Keempat tokoh tersebut telah
mengangkat latar belakang potensi manusia kecuali J.J Rousseau, ketiga tokoh
berikutnya seakan menyatu dalam pendapat bahwa potensi manusia dapat
37

diintervensi oleh pengaruh lingkungan. Kenyataan ini antara lain, dapat dirunut
dari sejumlah kasus manusia serigala yang pernah terungkap. Menurut AlSyaibani, pendidikan dalam hubungannya dengan individu dan masyarakat, dapat
dilihat dari bagaimana garis hubungannya dengan filsafat pendidikan dan
sumberdaya manusia. Dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha
untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut pandang
kemasyarakatan, pendidikan adalah sebagai pewaris nilai-nilai budaya.
Dalam pandangan ini filsafat pendidikan pendidikan mengemban dua tugas
utama, yaitu peningkatan potensi individu, dan pelestarian nilai-nilai budaya.
Manusia sebagai mahkluk berbudaya dan hakikatnya adalah pencipta budaya itu
sendiri. Budaya itu kemudian meningkat sejalan dengan peningkatan potensi
manusia pencipta budaya itu. Tingkat perkembangan kebudayaan suatu masyarakat
atau bangsa sangat ditentukan oleh tingkat kualitas sumber daya manusia yang
menjadi pendukung nilai-nilai budaya tersebut.
PENUTUP.
1. Hakekat filsafat pendidikan Islam adalah suatu aktifitas befikir
menyeluruh dan mendalam dalam rangka merumuskan konsep,
menyelenggarakan dan/atau mengatasi berbagai problem Pendidikan
Islam dengan mengkaji kandungan makna dan nilai-nilai dalam AlQur’an dan Al-Hadis. Dari sisi lain, filsafat pendidikan Islam diartikan
sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji secara menyeluruh dan
mendalam kandungan makna dan nilai-nilai al-Qur’an/al-Hadis guna
merumuskan konsep dasar penyelenggaraan bimbingan, arahan dan
pembinaan peserta didik agar menjadi manusia sesuai tuntunan ajaran
Islam.
2. Sumber daya manusia (SDM) adalah daya yang bersumber dari manusia,
yang berbentuk tenaga atau kekuatan (energi atau power). Sumber daya
manusia mempunyai dua ciri, yaitu : (1) Ciri-ciri pribadi berupa
pengetahuan, perasaan dan keterampilan (2) Ciri-ciri interpersonal yaitu
hubungan antar manusia dengan lingkungannya.
3. Kaitan antara filsafat pendidikan filsafat pendidikan Islam dengan sumber
daya manusia yang berkualitas yaitu pendidikan mengemban dua tugas
utama, yaitu peningkatan potensi individu, dan pelestarian nilai-nilai
budaya. Manusia sebagai mahkluk berbudaya dan hakikatnya adalah
pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkat sejalan
dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu.
***

38

DAFTAR RUJUKAN

Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
Prasetya, Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000.
Arifin Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara , 2005.
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Jakarta, Bumi Aksara, 2008.
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. XI, Logos Wacana Ilmu, Jakarta,
2007.
Ali Saifullah, Antara Filsafat dan Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional, 1983.
Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan IKIP Yogyakarta, 1990.
Ahmad Tafsir. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. V; Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2006.
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

39

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI TANJUNG KARANG PERKARA NO. 03/PID.SUS-TPK/2014/PT.TJK TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DANA SERTIFIKASI PENDIDIKAN

6 67 59