Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Metode Tutor Sebaya Dipadu dengan Metode Inkuiri pada Siswa Kelas V SD Negeri Kauman Kidul Tahun 2016/2017

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Matematika SD

Definisi dari matematika sangatlah beragam. Banyak ahli yang memiliki pandangan beragam mengenai hakikat matematika. Sehingga tak heran bahwa ketika kita bertanya kepada seseorang maka jawaban orang tersebut tergantung dari seberapa tahu dirinya tentang matematika (Ibrahim dan Suparni, 2012:02). Contohnya jika kita bertanya dengan seorang penjual di warung tentang apa itu sebenarnya matematika pasti akan memiliki jawaban yang berbeda dengan jawaban dari seorang professor yang mendalami tentang ilmu matematika (Ibrahim dan Suparni, 2012:02). Diantaranya ada yang memandang matematika sebagai ilmu deduktif, matematika sebagi ilmu tentang pola, matematika sebagai bahasa, matematika sebagai struktur yang terorganisasikan, matematika sebagai aktivitas manusia (Ibrahim dan Suparni, 2012:02).

Dari apa yang diungkapkan oleh Ibrahim dan Suparni (2012:02) maka dapat dikatakan bahwa matematika memiliki beragam definisi yang disesuaikan dengan bagaimana matematika tersebut digunakan. matematika akan memiliki arti yang berbeda apabila digunakan dalam keadaan yang berbeda. Sehingga dapat dikatakan matematika memiliki hubungan erat dalam berbagai kondisi kehidupan manusia. Dalam pembejalarannya di Indoensia dan di Amerika, matematika memiliki lima pokok yang menjadi kajian utama. Lima hal tersebut adalah aljabar, aritmatika, trigonometri, geometri, serta analisis data dan probababilitas yang kesemuanya ini memiliki keterkaitan. Sehingga ketika kita belajar tentang matematika maka kita tidak dapat memisahkannya dari pemikiran yang menyeluruh terhadap lima pokok kajian utamanya tersebut (Ibrahim & Suparni, 2012). Contohnya adalah ketika kita belajar tentang ilmu geometri maka tidak akan terlepas dari ilmu menghitung atau aljabar. Apabila kita belum menguasai dasar dari konsep matematika maka untuk tahap selanjutnya akan sulit dalam menyesuaikan materi yang selanjutnya akan dipelajari. Karena seperti yang dikatakan diparagraf sebelumnya bahwa matematima merupakan ilmu yang saling Dari apa yang diungkapkan oleh Ibrahim dan Suparni (2012:02) maka dapat dikatakan bahwa matematika memiliki beragam definisi yang disesuaikan dengan bagaimana matematika tersebut digunakan. matematika akan memiliki arti yang berbeda apabila digunakan dalam keadaan yang berbeda. Sehingga dapat dikatakan matematika memiliki hubungan erat dalam berbagai kondisi kehidupan manusia. Dalam pembejalarannya di Indoensia dan di Amerika, matematika memiliki lima pokok yang menjadi kajian utama. Lima hal tersebut adalah aljabar, aritmatika, trigonometri, geometri, serta analisis data dan probababilitas yang kesemuanya ini memiliki keterkaitan. Sehingga ketika kita belajar tentang matematika maka kita tidak dapat memisahkannya dari pemikiran yang menyeluruh terhadap lima pokok kajian utamanya tersebut (Ibrahim & Suparni, 2012). Contohnya adalah ketika kita belajar tentang ilmu geometri maka tidak akan terlepas dari ilmu menghitung atau aljabar. Apabila kita belum menguasai dasar dari konsep matematika maka untuk tahap selanjutnya akan sulit dalam menyesuaikan materi yang selanjutnya akan dipelajari. Karena seperti yang dikatakan diparagraf sebelumnya bahwa matematima merupakan ilmu yang saling

Belajar matematika merupakan belajar mengenai konsep dan sturktur yang ada dalam bahan pelajaran yang sedang dipelajari, juga mencari hubungan antar konsep dan struktur tersebut (Karso, 2007:1.40). Untuk itu guru sebagai pendidik akan lebih baik menyiapkan kondisi siswa agar siswa mampu memahami konsep- konsep matematika dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks (Karso, 2007:1.40). Namun terkadang seorang guru SD juga mengalami kendala dan kesulitan dalam mengajarkan matapelajaran matematika, inilah yang menjadi tantangan bagi setiap guru SD (Karso, 2007:1.43). Untuk itu, guru perlu memerhatikan strategi dan metode yang tepat agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai dengan baik. Strategi dan metode yang tepat untuk matapelajaran matematika perlu memerhatikan jenis-jenis konsep dalam pembelajaran. Jenis-jenis konsep dalam pembelajaran teridiri dari tiga, yaitu: 1) konsep dasar, 2) konsep yang berkembang dari konsep dasar, dan 3) konsep yang harus dibina ketrampilannya (Karso, 2007:1.43-1.44).

Dari ketiga jenis-jenis konsep ini, perlu dilakukan secara bertahap dan urut ketika kita akan mengajarkan konsep matematika. Seperti yang diungkapkan Karso (2007:1.43) bahwa belajar langsung matematika pada hakikatnya adalah belajar dengan pemahaman, penalajaran, dan pembinaan ketrampilan dari konsep, yaitu ide-ide atau gagasan-gagasan yang terbentuk dari sifat-sifat yang sama. Untuk itu keterkaitan diantara ketiganya perlu diperhatikan dengan baik agar ilmu yang dipelajari siswa dapat terkonsep dengan baik pula. Dalam mengajarkan matapelajaran matematika kepada siswa hal yang harus diperhatikan selanjutnya adalah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Tujuan pembelajaran itu diungkapkan oleh Ibrahim dan Suparni (2012:36) dalam beberapa kemampuan, yaitu:

1) Memahami konsep dan keterkaitan antar konsep

2) Menggunakan penalaran sifat, pola, manipulasi matematika ketika menyusun konsep

3) Memecahkan permasalahan matematika

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5) Memiliki sikap menghargai matematika.

Tujuan pembelajaran yang selanjutnya juga diungkapkan dalam standar kompetensi lulusan untuk tingaktan Sekolah Dasar yang terdapat dalam Permendiknas No 23 tahun 2006, yaitu:

1. Memahami konsep operasi hitung dan sifat-sifatnya, bilangan bulat dan pecahan, serta penerapannya ketika memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2. Paham terhadap konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, kecepatan, waktu, debit, serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pemahaman tentang konsep koordinat guna menentukan letak benda dan penggunaannya dalam memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari.

4. Pemahaman terhadap konsep pengumpulan data, penyajian data dengan menggunakan table, grafik (diagram) dan gambar, urutan data, rentang data, rarata hitung, modus, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

5. Mempunyai sikap untuk menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan sehari.

6. Mempunyai kemampuan dalam berfikir kritis, logis, dan kreatif.

Dari tujuan pembelajaran yang diungkapkan oleh Ibrahim dan Suparni (2012:36) dan Permendiknas no 23 tahun 2006 maka dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika, yaitu: 1) siswa mampu memahami konsep dari materi matematika, 2) pemahaman konsep guna memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari, 3) memiliki rasa senang dalam belajar matematika, dan 4) mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematika.

Berdasarkan pada tujuan matematika diatas, belajar matematika lebih menekankan pada bagaimana manusia dalam hidup bermasyarakat dilingkungannya, sadar akan nilai-nilai sosial yang menyusunnya, dimana manusia dituntut untuk mampu berkomunikasi, bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, sehingga manusia dituntut untuk terampil berfikir tinggi terampil menganalisis, mengavaluasi, sampai mencipta sebuah solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapinya sehari-hari. Pencapaian tujuan matematika tergantung pada tuntutan kompetensi, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar. Adapun perilaku yang akan diukur meliputi perilaku kognitif, afektif dan Berdasarkan pada tujuan matematika diatas, belajar matematika lebih menekankan pada bagaimana manusia dalam hidup bermasyarakat dilingkungannya, sadar akan nilai-nilai sosial yang menyusunnya, dimana manusia dituntut untuk mampu berkomunikasi, bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, sehingga manusia dituntut untuk terampil berfikir tinggi terampil menganalisis, mengavaluasi, sampai mencipta sebuah solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapinya sehari-hari. Pencapaian tujuan matematika tergantung pada tuntutan kompetensi, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar. Adapun perilaku yang akan diukur meliputi perilaku kognitif, afektif dan

2.1.2 Belajar

Menurut Racmawati dan Daryanto (2015:36), belajar adalah suatu proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan dan ketrampilan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam Permendiknas No 41 tahun 2007 mengungkapkan bahwa belajar adalah perubahan yang relative permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperoleh dan praktik yang dilakukan. Sedangkan Hamdani (2011: 20) menjelaskan bahwa: Belajar tidak hanya memelajari mata pelajaran, tetapi juga penyesuaian, kebiasaan, presepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian social, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan, pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

Dari ketiga definisi yang diungkapkan oleh Racmawati dan Daryanto (2015:36), Permendiknas No 41 tahun 2007, dan Hamdani (2011:2), maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah perubahan permanen yang dialami seseorang dimana hal tersebut mempengaruhi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Sikap dapat berwujud penyesuaian, kebiasaan, kensenangan dan minat. Sedangkan, ketrampilan dapat berwujud penyesuaian sosial dan pengetahuan dapat berwujud presepsi. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi siswa dalam pelaksanaan belajarnya. Faktor-faktor yang dialami siswa satu dengan siswa yang lainnyapun belum tentu sama. Faktor tersebut berasal dari dalam diri siswa dan dapat berasal dari luar diri siswa. Dari dalam diri siswa dapat berupa jasmaniah, psikolongi, dan kelelahan. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa adalah lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat (Slameto 2010:54-73).

Selain faktor yang memengaruhi siswa dalam belajar, terdapat juga ciri-ciri hasil belajar yaitu dengan adanya perubahan tingkah laku dalam diri siswa. Namun tidak semua perubahan tingkah laku dapat dikatakan hasil belajar. Perubahan tingkah laku belajar dapat dicirikan sebagai berikut:

1) perbuahan yang disadari

2) perubahan yang berkesinambungan

3) perbuahan yang bersifat fungsional

4) perubahan yang bersifat positif

5) perubahan yang selalu bertambah dan semakin berbeda dengan keadaan sebelumnnya

6) perubahan yang bersifat aktif, yang tidak terjadi dengan sendirinya

7) perubahan yang bersifat permanen

8) perubahan yang memiliki arah dan tujuan Racmawati dan Daryanto (2015:36)

Berdasarkan prinsip belajar, Rachmawati dan Daryanto (2015:47-54) mengungkapkan bahwa terdapat tujuh prinsip belajar, yaitu:

1) Prinsip perhatian dalam motivasi, perhatian untuk konsentrasi

diri dan motivasi untuk menumbuhkan semangat belajar.

2) Prinsip keaktifan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan yang menekankan kepada keaktifan siswa.

3) Prinsip keterlibatan langusung, dalam hal ini siswa bukan hanya belajar namun juga melakukan secara langsung sehingga mengetahui makna dari pembelajaran tersebut.

4) Prinsip pengulangan, melatih daya berpikir, mengingat, mengamati, menghafal, menanggapi, dan sebagainya pada diri siswa

latihan-latihan untuk mengembangkan daya-daya tersebut.

dengan

menggunakan

5) Prinsip tantangan, pembelajaran yang menantang dapat membuat siswa mengabaikan aktivitas lain yang menggangu kegiatatan belajarnya.

6) Prinsip balikan dan penguatan, balikan berupa hasil belajar yang baik mampu memberikan pengaruh positif bagi upaya- upaya belajar berikutnya. Sedangkan penguatan positif dan negatif dapat mendorong siswa dalam memperkuat belajarnya.

7) Prinsip perbedaan individual, guru harus memahami bahasa setiap siswa memiliki kemampuan, sikap, dan skill yang berbeda-beda.

Dari apa yang diungkapkan oleh Rachmawati dan Daryanto (2015:47-54) dapat dikatakan bahwa dengan adanya motivasi yang baik dalam diri siswa maka mampu meningkatkan semangat belajar siswa sehingga siswa tidak memiliki rasa enggan atau berat hati dalam mengikuti proses pembelajaran. Selanjutnya, dengan adanya keaktifan dan keterlibatan langusung, siswa dapat melakukan suatu pembelajaran secara aktif dan lebih memaknai apa yang dia pelajari

sehingga akan lebih tersimpan lama didalam ingatan siswa. Selain itu, prinsip belajar tantangan juga mampu meningkatkan rasa penasaran yang terdapat dalam diri siswa sehingga siswa akan mengabaikan aktivitas lain yang menggangu kegiatan pembelajaran. Sedangkan untuk prinsip pengulangan, prinsip balikan dan penguatan, prinsip perbedaan individu akan sangat dipengaruhi oleh guru. dari pengulangan siswa nantinya akan diajarkan dengan menggunakan beberapa latihan yang mungkin memerlukan kesabaran lebih bagi guru. prinsip balikan dan penguatan akan memberikan kekuatan bagi siswa dalam pembelajaran selanjutnya, untuk itu guru perlu menempatkan bagaimana penguatan yang tepat pada setiap siswa. terakhir adalah prinsip perbedaan individu, dimana perlu adanya kesadaran dari seorang guru bahwa setiap siswa tidak sama dan memiliki karakter, keahlian, dan pola asuh yang berbeda sehingga dalam penangananya juga perlu untuk dibedakan ketika didalam kegiatan belajar.

Untuk tujuan belajar, Agus Suprijono (2012:5) mengungkapkan bahwa “tujuan belajar untuk mencapai intruksional yang berbentuk pengetahuan dan ketrampilan dan sebagai hasil yang menyertai tujuan instruksional yaitu berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratif, menerima orang lain, dan sebagainya”. Definisi dari tujuan belajar itu adalah deskripsi tingkah laku yang

diharapkan tercapai oleh siswa setelah proses pembelajaran usai (Hamalik, 2008) Dari definisi yang dikemukakan Agus Suprijono (2012:5) dan Hamalik, dapat dikatakan bahwa tujuan belajar adalah suatu harapan yang ingin dicapai berupa adanya perubahan tingkah laku setelah selesainya proses pembelajaran. Bentuk dari hasil belajar tersebut dapat berupa pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan dan ketrampilan inilah yang akan diarahkan kepada siswa untuk lebih berfikir kritis, kreatif, terbuka, demokratif, toleran dan sebagainya.

2.1.3 Pembelajaran

Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20 mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Racmawati dan Daryanto (2015:141) bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dalam suatu lingkungan Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20 mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Racmawati dan Daryanto (2015:141) bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dalam suatu lingkungan

Dari definisi pembelajaran yang dikemukakan Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Racmawati dan Daryanto (2015:141), dan Suyono dan Hariyanto (2015:183), dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang menghubungkan guru sebagai pengajar dengan siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang salah satunya adalah mengarahkan siswa menuju proses pendewasaan. Dalam pembelajaran guru memberikan bantuan dan fasilitas agar siswa mampu belajar (Suyono dan Hariyanto, 2015:184). Sehingga diharapkan siswa mampu membentuk pengetahuannya sendiri (Suyono dan Hariyanto, 2015:184).

Hamdani (2011:47) mengungkapkan bahwa pembelajaran memiliki ciri- ciri sebagai berikut:

1) Pembelajaran terjadi secara sadar dan dilakukan secara sistematis.

2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi dalam belajar.

3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan ajar yang menarik perhatian dan menantang siswa.

4) Pembelajaran dapat menciptakan suasana yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

5) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis.

6) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa.

7) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja. Rachmawati dan Daryanto (2015:141) mengungkapkan bahwa dalam

pembelajaran terdapat suatu proses yang mengaitkannya dengan komponen- komponen yang saling terhubung. Komponen tersebut terdiri dari tujuan pembelajaran, guru, siswa, kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Dimana kesemuanya itu akan dikaitkan dan terbentuklah sebuah kegiatan yang disebut proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat tujuan pembelajaran yang harus dicapai pembelajaran terdapat suatu proses yang mengaitkannya dengan komponen- komponen yang saling terhubung. Komponen tersebut terdiri dari tujuan pembelajaran, guru, siswa, kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Dimana kesemuanya itu akan dikaitkan dan terbentuklah sebuah kegiatan yang disebut proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat tujuan pembelajaran yang harus dicapai

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan proses yang melibatkan guru, siswa dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tersebut adalah serangkaian perubahan tingkah laku yang diharapkan setelah berlangsungnya proses pembelajaran. Setelah terlaksananya proses pembelajaran, diharapkan tingkah laku siswa bertambah melalui pengalaman belajar yang dia dapatkan.

2.1.4 Metode Tutor Sebaya

Metode tutor sebaya adalah metode pemberdayaan siswa yang memiliki kemampuan menyerap pelajaran lebih tinggi untuk dijadikan seorang pengajar kepada teman-teman seusianya dalam memahami materi dan tugas yang diberikan. Metode ini memiliki dampak yang positif tidak hanya dari siswa yang diajari melainkan dari siswa yang mengajar pula. Peran guru dalam hal ini adalah sebagai seorang pengawas dan memberikan arahan kepada siswa (Ulfah, 2012:20).

Metode tutor sebaya merupakan salah satu metode cooperative learning. Metode ini memberikan kesempatan bagi siswa yang mampu untuk mengajari siswa yang kurang mampu. Dalam pelaksanaannya satu tutor dapat membimbing satu temannya atau satu tutor dapat membimbing beberapa teman dalam satu kelompok. Tutor sebaya dikatakan lebih efektif dari pada tutor guru karena pengaruh kedekatan tutor sebaya dengan temannya. Sedangkan pola pikir dan cara menjelaskan tutor sebaya lebih mudah dipahami dan tidak menakutkan (Suparno, 2013:148).

Menurut Ulfah (2012:20) dan Suparno (2013:148) mengenai metode tutor sebaya maka dapat dikatakan bahwa metode tutor sebaya adalah cara yang dilakukan kepada siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan siswa yang lebih pandai sebagai seorang pembimbing pada teman- teman satu kelasnya. Dengan adanya tutor sebaya siswa akan lebih mudah memahami konsep yang akan dipelajari karena yang menjadi tutor adalah seorang teman sebaya yang nantinya memberikan penjelasan dengan bahasa yang lebih santai. Sehingga hal ini akan mampu menjembatani siswa untuk lebih mudah memahami materi selanjutnya apabila materi sebelumnya dan materi selanjutnya memiliki kaitan yang teratur seperti dalam matapelajaran matematika. Keuntungan dari metode ini tidak hanya didapatkan oleh siswa yang dibimbing saja, namun tutor yang membimbing juga akan mendapatkan keuntungan.

Anggorowati (2011:105) mengemukakan bahwa seorang tutor memiliki kriteria yang harus dipenuhi dan memiliki tanggung jawab yang harus diemban. Berikut ini adalah kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang tutor dalam tutor sebaya:

1) Kemampuan siswa dalam hal akademis diatas rata-rata satu kelas.

2) Memiliki kemampuan menjalin kerjasama dalam kelompok.

3) mempunyai motivasi yang tinggi dalam meraih nilai yang baik.

4) Memiliki toleransi dan tenggang rasa kepada sesama temannya.

5) Mempunyai motivasi tinggi untuk membuat kelompoknya menjadi yang terbaik.

6) Memiliki sikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab.

7) Suka membantu temannya yang mengalami kesulitan. Dari tujuh kemampuan siswa yang dikemukakan oleh Aggorowati (2011:105)

maka dapat dikatakan bahwa seorang tutor sebaya haruslah siswa yang memiliki nilai akademis diatas rata-rata dari semua siswa dalam satu kelas. Hal ini perlu mengingat nilai seorang tutor akan digunakan sebagai jaminan bahwa tutor sebaya ini memiliki pemahaman lebih untuk ditransferkan kepada temannya.

Kemampuan menjalin kerjasama dalam kelompok juga sangat penting karena seorang tutor sebaya inilah yang akan memiliki peran penting dalam membangun suasana pada kelompoknya dengan memperhatikan apakah kelompok tersebut mampu bekerja sama ataukah hanya memilih untuk bekerja sendiri. Mempunyai motivasi yang tinggi dalam meraih nilai yang baik serta membuat kelompok menjadi yang terbaik juga secara tidak langsung mampu membawa siswa yang dibimbing tutor terbawa untuk memiliki motivasi yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran.

Toleransi dan tenggang rasa juga perlu dimililiki oleh seorang tutor sebaya karena seorang tutor akan membimbing teman sebayanya yang memiliki perbedaan kemampuan dengannya sehingga jika ego saja yang dimiliki tutor maka proses pembelajaran dengan tutor sebaya akan sulit untuk berhasil. Selanjutnya, seorang tutor juga harus rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab sehingga siswa yang dibimbing merasa tidak sungkan untuk bertanya kepada tutor dan tutor haruslah berani serta bertanggung jawab karena seorang tutor dalam satu kelompok bukan hanya sorang pebimbing namun juga seorang ketua dalam kelompoknya yang nantinya akan mengarahkan teman-temannya untuk harus bagaimana dan bertanggung jawab penuh dengan apa yang ditugaskan padanya. Selain itu, seorang tutor juga harus memiliki ketulusan dalam membantu temannya sehingga tidak ada rasa berat hati dari tutor yang dapat berpengaruh pada hubungan dalam satu kelompok.

Sedangkan untuk tanggung jawab, Anggorowati (2012:105) mengungkapan terdapat tiga tanggung jawab yang akan diemban oleh seorang tutor sebaya, antara lain:

1) Membantu memberikan tutorial kepada rekan kelompoknya terhadap materi yang sedang mereka pelajari.

2) Mengatur proses kerja kelompok agar tercipta situasi yang dinamis dan kreatif.

3) Sebagai perwakilan kelompok apabila terdapat masalah atau

materi yang belum dikuasai kepada guru pembimbing.

Dari tiga tanggung jawab seorang tutor sebaya yang dikemukakan oleh Anggorowati (2012:105) maka dapat dikatakan bahwa seorang tutor sebaya Dari tiga tanggung jawab seorang tutor sebaya yang dikemukakan oleh Anggorowati (2012:105) maka dapat dikatakan bahwa seorang tutor sebaya

Sumadi dan priyogo (2011:79-80) mengemukakan rencana tindakan metode tutor sebaya dalam lima tahap, yaitu sebagai berikut:

1) Dialog Awal Dialog awal ini dilakukan oleh peneliti, guru dan kepada sekolah untuk mengetahui penyebab dari kurangnya hasil belajar siswa pada matapelajaran matematika.

2) Perencanaan

a. Identifikasi masalah dan penyebabnya Merumuskan permasalahan siswa yang berhubungan dengan hasil belajar siswa dan mencari penyebabnya.

b. Identifikasi siswa Mengumpulkan data untuk mengetahui mana siswa yang aktif dan pasif serta mengetahui nilai matematika siswa.

c. Perencanaan solusi masalah Setelah masalah diketahui langkah-langkah akan dibuat untuk mengatasi masalah tersebut. Langkah-langkah pembelajaran tersebut dapat berupa sebagai berikut:

 Beberapa siswa yang pandai diminta untuk

mempelajari suatu topik.  guru memberikan penjelasan umum terhadap topik

yang dibahas.  Membagi kelompok pada seluruh kelas. Kelompok

yang dibentuk sebisa mungkin heterogen.  Setiap kelompok terdapat siswa yang pandai.

 Guru membimbing siswa yang perlu mendapat

bimbingan khusus.  Tutor akan membantu siswa yang kurang paham dalam pemecahan masalah dan bertanya kepada guru

apabila ada yang belum dipahami.

3) Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran dilaksanaan sesuai dengan skenario yang dibuat namun tetap menyesuaikan situasi apabila terdapat kendala.

4) Pengamatan (observasi) Dalam pelaksanaan pembelajaran observer bertugas mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi, baik yang terjadi pada guru, siswa, atau pada situasi kelasnya.

5) Refleksi Refleksi yang dilakukan adalah mengoreksi kegiatan yang telah dikalukan dan mendiskusikan rencana tindakan selanjutnya.

Dari apa yang telah disampaikan Sumadi dan Priyogo (2011:79-80) tentang rencana tindakan metode tutor sebaya, maka dapat dikatakan bahwa rencana metode tutor sebaya terdiri dari lima tahapan. Pertama adalah dialog awal untuk mencari informasi pada guru dan kepala sekolah tentang masalah apa yang terjadi pada siswa sehingga hasil belajar matematika mereka rendah. Dari dialog awal ini juga akan dicari informasi tentang siapa saja siswa yang aktif dan pasif pada matapelajaran matematika. Kemudian yang kedua adalah perencanaan, dalam perencanaan akan dirumuskan masalah yang akan dicari tahu apa penyebabnya dan siswa akan dikelompokkan mana saja siswa yang aktif dan pasif. Selanjutnya, setelah dirumuskan masalah dan dicari penyebabnya, maka akan dicari sulisi yang tepat untuk masalah tersebut. Solusi yang diberikan nantinya akan termuat dalam langkah-langkah pembelajaran yang terkait dengan tutor sebaya.

Langkah-langkah yang terdapat pada tahap perencanaan diatas adalah skenario atau sintak yang akan digunakan pada saat pelaksanaan pembelajaran metode tutor sebaya. Pada langkah-langkah ini, siswa yang pandai yang akan dijadikan tutor sebaya akan dilatih dalam hal materi dan kesiapan untuk membimbing agar memiliki kepercayaan diri lebih ketika membimbing siswa yang lainnya. Kemudian setelah itu guru akan memberikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari kepada seluruh siswa. Selanjutnya adalah pembagian kelompok yang setiap kelompoknya pasti akan ada satu tutor sebaya. Pada tahap Langkah-langkah yang terdapat pada tahap perencanaan diatas adalah skenario atau sintak yang akan digunakan pada saat pelaksanaan pembelajaran metode tutor sebaya. Pada langkah-langkah ini, siswa yang pandai yang akan dijadikan tutor sebaya akan dilatih dalam hal materi dan kesiapan untuk membimbing agar memiliki kepercayaan diri lebih ketika membimbing siswa yang lainnya. Kemudian setelah itu guru akan memberikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari kepada seluruh siswa. Selanjutnya adalah pembagian kelompok yang setiap kelompoknya pasti akan ada satu tutor sebaya. Pada tahap

Ketiga, adalah pelaksanaan dari langkah-langkah yang telah disusun. Dalam pelaksanaan pembelajaran, pelaksananya adalah seorang guru. Apabila terjadi kendala, maka keadaan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada namun dengan catatan pelaksanaan pembelajaran tetaplah pada tujuan untuk melakukan perbaikan. Keempat, adalah pengamatan atau observasi. Pengamatan akan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini, pemangamatan dilakukan oleh seorang observer. Dalam kegiatan pengamatan, pengamat atau observer akan mengamati proses pembelajaran yang didalamnya terdapat guru, siswa, dan bagaimana suasana pembelajaran dalam kelas tersebut.

Kelima yaitu refleksi. Tahap refleksi dilakukan setelah selesainya pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini akan dicari apa saja yang masih kurang atau yang masih perlu diperbaiki sehingga pada rencana tindakan selanjutnya tidak terjadi lagi dan dapat memberikan solusinya.

Berdasarkan langkah-langkah yang terdapat pada tahap perencanaan, maka dapat dikatakan bahwa metode tutor sebaya adalah metode yang akan membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar dengan kegitan tutorial. Dengan gaya bahasa yang lebih santai dari tutor sebaya akan membantu siswa yang meresa tidak suka dengan matapelajaran matematika tanpa sadar akan terbawa untuk mempelajarinya sehingga akan menimbulkan rasa terbiasa dan tidak terbebani. Maka dari itu, siswa akan lebih menerima matapelajaran dengan baik dan akan lebih mudah memahami materi yang dipelajari. Dengan begitu, satu per satu tujuan pembelajaran matematika akan lebih mudah tercapai tanpa ada keterpaksaan dari siswa.

2.1.5 Metode Inkuiri

Metode inkuiri merupakan metode yang berbentuk penyelidikan. Dalam hal ini siswa akan terlibat aktif dalam berfikir dan menemukan pengetahuan yang ingin diketahuinya. Siswa nantinya akan terlibat dalam proses penemuan yang Metode inkuiri merupakan metode yang berbentuk penyelidikan. Dalam hal ini siswa akan terlibat aktif dalam berfikir dan menemukan pengetahuan yang ingin diketahuinya. Siswa nantinya akan terlibat dalam proses penemuan yang

Dari apa yang dikemukakan oleh Suparno (2013:71) dan Kusmana (2010:48) dapat dikatakan bahwa metode inkuiri adalah metode yang berbentuk penyelidikan guna memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Penyelidikan ini akan dilaksanakan siswa dalam beberapa tahapan guna memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Untuk itu siswa akan banyak berperan aktif, baik dalam berfikir ataupun bertindak.

Langkah-langkah dalam metode inkuri menekankan pada prinsip metode ilmiah atau scientific dalam menemukan prinsip, hukum, ataupun teori (Suparno,2013:72). Dibawah ini Kindsvatter, Willen, dan Ishler (Suparno, 2013:72) mengungkapkan langkah-langkah yang terdapat di dalam metode inkuiri, antara lain:

1) Identifikasi dan klarifikasi Persoalan Menentukan persolan terlebih dahulu untuk dipecahkan siswa. sebaiknya persolan tidak terlalu rumit dan tidak terlalu mudah agar siswa memiliki minat lebih. Jika terlalu rumit maka siswa akan bosan dan jika terlalu mudah maka siswa tidak akan tertarik.

2) Membuat hipotesis Hipotesis atau jawaban sementara dari siswa sangat penting untuk guru apakah jelas atau tidak. Jika belum jelas sebaiknya guru membantu memerjelas maksudnya namun bukan berarti guru memperbaiki jawaban siswa yang salah. Hipotesis yang salah ini nantinya akan tampak jelas ketika pengambilan data dan analisis data yang diperoleh.

3) Mengumpulkan data Siswa perlu mengumpulkan data untuk memperkuat hipotesis mereka. Untuk itu, guru perlu mempersiapkan fasilitas yang dapat digunakan siswa untuk dijadikan sebagai alat pengumpulan data.

4) Menganalisis data Kegiatan analisi ini adalah untuk mengetahui apakah data yang siswa kumpulkan dapat mebuktikan kebenaran hipotesis mereka. Pada kegiatan analisi ini akan lebih baik dikelompokkan data apa saja yang menguatkan hipotesis, data apa saja yang melemahkan hipotesis, dan apa saja yang netral. Dari sini guru perlu memiliki campur tangan karena terkadang siswa bingung untuk melakukan langkah selanjutnya.

5) Mengambil kesimpulan Setelah data dianalisis, selanjutnya dibuatlah kesimpulan dengan menggunakan generalisasi. Dari kesimpulan maka akan diketahui apakah hipotesis siswa diterima atau ditolak. Selanjutnya penambahan catatan dari guru untuk menyatukan seluruh penelitian juga diperlukan. Keterlibatan siswa dalam mengambil keputusan akan semakin membuat siswa mantap dalam mengetahui kebenaran. Bila hipotesis tidak diterima maka siswa diminta untuk menjelaskan mengapa demikian. Guru dapat memberikan beberapa pertanyaan penolong untuk membantu siswa.

Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Kindsvatter, Willen, dan Ishler (Suparno, 2013:72) tentang langkah-langkah metode inkuiri, maka dapat dikatakan bahwa metode inkuri memiliki beberapa tahapan-tahapan yang akan ditempuh. Tahapan tersebut yang pertama adalah identifiaksi dan klarifikasi persoalan dimana dalam hal ini siswa akan mengetahaui apa persoalan yang akan mereka pecahkan nantinya. Setelah mengetahui perseoalan yang akan mereka pecahkan, kemudian siswa akan membuat dugaan sementara atau hipotesis yang akan mereka buktikan pada tahap penganalisisan data. Sebelum masuk pada tahap penganalisisan data, tahap pengumpulan data akan dilakukan sebagai alat yang akan digunakan dalam penganalisisian data. Selanjutnya barulah penganalisisan data, pada tahap ini data-data yang telah terkumpul akan dianalisis untuk membuktikan apakah hipotesis yang dibuat dapat diterima atau ditolak. Dalam penganalisisan data perlu ada bantuan guru agar siswa tahu apa saja yang harus dilakukan, seperti mengelompokkan data. Dan yang terakhir adalah mengambil kesimpulan, dari kesimpulan ini akan diketahui apakah hipotesis dari masing-masing kelompok diterima atau ditolak.

Dari langkah-langkah yang dijelaskan diatas, metode inkuiri akan membuat siswa lebih belajar untuk menemukan pengetahuan yang ingin mereka ketahui setelah diberikannya masalah untuk dipecahkan. Ketika siswa telah mempelajari dan berhasil menemukan jawaban dari masalah yang diberikan, siswa akan lebih menyimpan pengetahaun tersebut dalam jangka waktu yang lebih lama. Masalah yang diberikan kepada siswa selalu memiliki kaitan dengan materi yang telah dipelajari sehingga akan berdampak pada hasil belajar siswa. untuk itu metode ini dinilai tepat untuk membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar terutama pada matapelajaran matematika yang dinilai rumit.

Metode inkuri memiliki banyak keuntungan yang nantinya akan didapatkan oleh siswa, beberapa diantaranya adalah:

1) meningkatkan inteletual siswa karena siswa diberikan kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang dihadapi.

2) siswa dapat belajar melakukan penemuan.

3) mampu memerpanjang proses ingatan atau konsep pemahaman siswa.

4) dapat lebih baik dalam memahami konsep dan ide-idenya dengan lebih baik.

5) meningkatkan

siswa mampu menyelesaikan tugas tanpa bergantung dengan orang lain.

harapan

bahwa

6) menghindari siswa belajar hafalan. (Kusmana, 2010:50- 51) Dari keuntungan metode inkuiri yang disampaikan oleh Kusmana

(2010:50-51) maka dapat dikatakan bahwa metode inkuri ini diyakini mampu mengatasi kelemahan siswa seperti kendala siswa dalam memahami konsep matematika, ketidak sukaan siswa terhadap matematika, dan keadaan dimana siswa suka melihat jawaban temannya ketika mengerjakan tugas matematika. Siswa akan lebih mudah memahami konsep matematika dan lebih menyukai matematika karena dalam metode inkuiri akan memberikan kesempatan untuk mencari dan menemukan jawabannya sendiri sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep matematika dengan lebih baik dan akan tersimpan lama dalam ingatannya. Selanjutnya, siswa akan terhindar dari keadaan melihat jawaban siswa lain ketika mengerjakan tugas matematika karena siswa telah paham (2010:50-51) maka dapat dikatakan bahwa metode inkuri ini diyakini mampu mengatasi kelemahan siswa seperti kendala siswa dalam memahami konsep matematika, ketidak sukaan siswa terhadap matematika, dan keadaan dimana siswa suka melihat jawaban temannya ketika mengerjakan tugas matematika. Siswa akan lebih mudah memahami konsep matematika dan lebih menyukai matematika karena dalam metode inkuiri akan memberikan kesempatan untuk mencari dan menemukan jawabannya sendiri sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep matematika dengan lebih baik dan akan tersimpan lama dalam ingatannya. Selanjutnya, siswa akan terhindar dari keadaan melihat jawaban siswa lain ketika mengerjakan tugas matematika karena siswa telah paham

Berdasarkan langkah-langkah yang terdapat dalam metode tutor sebaya dan metode inkuiri, maka berikut ini adalah perpaduan dari kedua metode tersebut:

a. Langkah-langkah sebelum pelaksanaan penelitian

1) Mempersiapkan tutor sebaya untuk mempelajari materi yang terkait.

2) Guru memberikan penjelasan terhadap meteri yang dibahas.

3) Guru mempersiapkan pengelompokkan.

b. Langkah-langkah saat pelaksanaan penelitian

1) Siswa menyimak tujuan pembelajaran.

2) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 5-6 orang. Setiap kelompok memiliki satu tutor sebaya.

3) Siswa menyimak materi pelajaran.

4) Siswa menyimak masalah yang akan dipecahkan.

5) Siswa merumuskan hipotesis.

6) Siswa menghitung data.

7) Siswa menganalisis data.

8) Siswa menyimpulkan hasil.

9) Siswa mempresentasikan hasil.

10) Siswa lain memberikan komentar.

11) Siswa menerima apresiasi.

12) Siswa melakukan refleksi pembelajaran.

Dalam Permendiknas No 41 tahun 2007 yaitu standar proses pelaksanaan pembelajaran, mengungkapkan terdapat 3 tahapan yang perlu dilaksanakan pada proses pelaksanaan pembelajaran. Proses pelaksanaan pembelajaran tersebut terdiri dari Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Berikut ini adalah penjelasannya:

1) Pendahuluan Merupakan kegiatan awal untuk meningkatkan gairah siswa dengan tujuan agar siswa dapat aktif dan bertambah motivasi dalam proses pembelajaran.

2) Inti Merupakan inti dari suatu proses pembelajaran tersebut. Dari kegiatan inilah kompetensi dasar akan diwujudkan. Dari kegiatan inti ini, akan ditambahkan metode yang menarik siswa agar dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik. Dalam kegiatan inti terdapat tahapan materi yang meliputi ekspolrasi, elaborasi, dan konfirmasi.

3) Penutup Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang menandai akan berakhirnya proses pembelajaran. Dalam kegiatan penutup ini terdapat kegiatan seperti memberikan kesimpulan, refleksi, umpan balik, penilaian, dan tindak lanjut.

Sesuai dengan langkah-langkah yang telah dibuat dari metode tutor sebaya dipadu metode inkuiri, serta standar proses pelaksanaan pembelajaran yang terdapat dalam Permendiknas No 41 tahun 2007, maka peneliti akan melakukan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Kegiatan Pendahuluan

a. Guru mengucapkan salam dan mengondisikan siswa.*

b. Guru melakukan presensi.

c. Guru melakukan apersepsi kepada siswa dengan bertanya jawab.*

d. Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.*

2) Kegiatan Inti Eksplorasi

a. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok 5-6 orang dan disetiap kelompok akan ditempatkan satu tutor sebaya.*

b. Guru mengaitkan apersepsi kedalam pembelajaran untuk menggali pengetahuan awal siswa dengan bertanya jawab.*

c. Guru menjelaskan materi dengan media-media yang menunjang.*

d. Siswa menyimak penjelasan guru.

e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada yang belum dipahami.* e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada yang belum dipahami.*

g. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) berbentuk bagan kepada setiap kelompok sebagai acuan pemecahan masalah.

h. Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Elaborasi

a. Dengan bimbingan tutor sebaya, siswa menuliskan hipotesis pada lembar kerja siswa (LKS) sesuai masalah yang telah dibeirikan.*

b. Tutor sebaya mengarakan seluruh siswa dalam kelompoknya untuk melakukan penghitungan.

c. Guru berkeliling mengamati kemajuan kelompok dan membantu kelompok apabila tutor sebaya mengalami kesulitan.

d. Seluruh siswa dalam satu kelompok mendiskusikan dan menganalisis penghitungan untuk dibandingkan dengan hipotesis.*

e. Setiap kelompok menuliskan kesimpulan apakah hipotesis mereka diterima atau ditolak pada lembar kerja siswa (LKS).*

f. Salah satu siswa dari beberapa kelompok maju kedepan untuk mempresentasikan hasil dari kelompoknya.*

g. Siswa dari kelompok lain yang tidak presentasi memberikan komentar pada siswa yang presentasi.*

h. Setiap kelompok bertugas untuk memberikan nilai pada kelompok yang presentasi dan kelompok yang memberikan komentar.*

i. Siswa yang telah melakukan presentasi menempelkan LKS berbentuk bagan dipapan pajang.* i. Siswa yang telah melakukan presentasi menempelkan LKS berbentuk bagan dipapan pajang.*

a. Guru memberikan apresiasi bagi siswa yang maju kedepan dan siswa yang berkomentar berupa tepuk tangan dan hadiah untuk kelompok yang mendapatkan nilai terbanyak.*

b. Guru memberikan umpan balik dan penguatan pada siswa.

3) Kegiatan Penutup

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari.*

b. Guru bersama siswa melakukan refleksi.*

c. Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.*

d. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.*

e. Guru menutup pelajaran dengan salam. Pemberian tanda flag (*) menunjukkan kesesuaian dengan standar proses dan sintaks pembelajaran metode tutor sebaya dan metode inkuiri.

2.1.6 Hasil Belajar

Menurut Widiyoko, Eko Putro (2009) hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berpikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. (Arikunto, 2003:114-115).

Menurut Sintalasmi (2012:13), hasil belajar merupakan kemampuan- kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat dari kegiatan evaluasi yang nantinya dapat diketahui sejauh mana kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Bloom (Rusyana dan Setiawan, 2009:71-74) menyampaikan bahwa terdapat tiga kategori besar dalam kemampuan hasil belajar. Kemampuan tersebut adalah kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotor. Dimana kemampuan Menurut Sintalasmi (2012:13), hasil belajar merupakan kemampuan- kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat dari kegiatan evaluasi yang nantinya dapat diketahui sejauh mana kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Bloom (Rusyana dan Setiawan, 2009:71-74) menyampaikan bahwa terdapat tiga kategori besar dalam kemampuan hasil belajar. Kemampuan tersebut adalah kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotor. Dimana kemampuan

Agus Suprijono (2012:05) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan pola- pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan. Hasil belajar adalah kemampuan siswa dari proses belajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan, bukan pada satu aspek saja. Selanjutnya, Wardani, Slameto, dan Winanto (2014:111) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan pengukuran penguasaan materi dan aspek perilaku yang dapat diukur dari teknik tes dan nontes, sedangkan aspek perilaku terdiri dari tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai definisi hasil belajar di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah segala upaya yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku siswa mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat diukur dengan teknik tes dan non-tes. Pengukuran yang digunakan terhadap hasil belajar siswa dari teknik tes dan nontes adalah evaluasi. Fungsi dari evaluasi hasil belajar adalah untuk membantu memberikan saran perbaikan dan berbagai informasi terkait dengan siswa mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Wardani, Naniek Sulistya dkk, (2010) menyatakan bahwa evaluasi proses belajar adalah penilaian yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Lebih lanjut menurut Wardani dan Slameto,( 2012:51) evaluasi hasil belajar adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan, sehingga akan diketahui sejauh mana kemapuan siswa dalam memahami pelajaran dan menjadi tolak ukur apakah pembelajaran yang telah dilakukan dapat dikatakan berhasil atau belum berhasil dan dari hasil belajar yang dimiliki siswa, maka guru akan dapat mengetahui bagaimana tindakan selanjutnya yang tepat terkait hasil belajar siswa. hasil belajar dapat diukur menggunakan teknik tes dan teknik Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai definisi hasil belajar di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah segala upaya yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku siswa mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat diukur dengan teknik tes dan non-tes. Pengukuran yang digunakan terhadap hasil belajar siswa dari teknik tes dan nontes adalah evaluasi. Fungsi dari evaluasi hasil belajar adalah untuk membantu memberikan saran perbaikan dan berbagai informasi terkait dengan siswa mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Wardani, Naniek Sulistya dkk, (2010) menyatakan bahwa evaluasi proses belajar adalah penilaian yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Lebih lanjut menurut Wardani dan Slameto,( 2012:51) evaluasi hasil belajar adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan, sehingga akan diketahui sejauh mana kemapuan siswa dalam memahami pelajaran dan menjadi tolak ukur apakah pembelajaran yang telah dilakukan dapat dikatakan berhasil atau belum berhasil dan dari hasil belajar yang dimiliki siswa, maka guru akan dapat mengetahui bagaimana tindakan selanjutnya yang tepat terkait hasil belajar siswa. hasil belajar dapat diukur menggunakan teknik tes dan teknik

1) Teknik Tes Tes merupakan cara yang digunakan dalam kegiatan evaluasi yang didalamnya terdapat tugas untuk dikerjakan atau dijawab oleh siswa yang memiliki jawaban benar atau salah (Nurhadi dan Suwardi, 2011:29). Jawaban benar dan salah dari setiap siswa iniliah yang nantinya akan digunakan untuk melihat sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan. Perbedaan hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. teknik tes terdiri dari beberapa jenis, salah satunya adalah jenis yang berdasarkan cara pengerjaannya. Dalam jenis ini terdapat beberapa jenis tes yang dapat digunakan untuk dikerjakan siswa, jenis tes tersebut adalah jenis tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis adalah tes yang membutuhkan jawaban secara tertulis, tes ini memiliki dua jenis tes yaitu tes subjektif atau esay (uraian bebas dan uraian terikat) dan tes objektif (pilihan ganda, benar-salah,tes menjodohkan, tes jawaban singkat) (Nurhadi dan Suwardi, 2011:32-38) . selanjutnya adalah tes lisan, tes lisan adalah tes dengan pertanyaan dan jawaban yang menggunakan lisan oleh siswa, tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berbahasa siswa (Nurhadi dan Suwardi, 2011:33). Sehingga siswa akan berbicara dengan gaya bahasa mereka sendiri dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Yang terakhir adalah tes perbuatan, tes perbuatan adalah tes berupa penugasan yang disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk perbuatan atau unjuk kerja (Nurhadi dan Suwardi, 2011:33). Dalam tes ini siswa melakukan sesuatu sesuai dengan tugas yang diberikan dan selanjutnya guru akan menilai siswa sesuai dengan opsi-opsi yang telah ditetapkan.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24