IMPLEMENTASI PERMENKES NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSKESMAS DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS RAWABOGO KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 Asep Dian Abdilah1 , Rosmariana Sihombing
IMPLEMENTASI PERMENKES NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSKESMAS DALAM
PENYELENGGARAAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR
(PONED) DI PUSKESMAS RAWABOGO KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016
1 2 3 Asep Dian Abdilah , Rosmariana Sihombing , Intan Yuli Susanti1) Kesehatan Masyarakat (S1) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi
2) Kesehatan Masyarakat (S1) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi
3) Bidan Puskesmas Rawabogo Kabupaten Bandung
Korespodensi Email: [email protected]
ABSTRAK
PONED Rawabogo kabupaten Bandung merupakan PONED yang baru berdiri dengan cakupan persalinan oleh paraji cukup tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan di PONED Rawabogo terdiri dari UKM dan UKP melalu upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang tidak terlepas dari hambatan dalam pelaksanaannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah PONED di Puskesmas Rawabogo lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif (UKM) sesuai dengan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 atau cenderung ke upaya kuratif-rehabilitatif (UKP). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling dengan jumlah informan 4 orang. Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan
telaah dokumentasi. Keabsahan data dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Pengolahan dan analisis data menggunakan verbatim wawancara dan tabel kategorisasi coding wawancara dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil penelitian yaitu Upaya promotif yang dilakukan di PONED Rawabogo fokus terhadap kegiatan sosialisasi pemanfaatan PONED Rawabogo agar persalinan tidak ada lagi yang ditolong oleh non tenaga kesehatan, upaya preventif yang dilakukan adalah ANC untuk ibu hamil,
screening
IVA Tes untuk WUS, pemberian salep mata, imunisasi Hbo, dan vitamin K1 merupakan upaya preventif untuk bayi baru lahir. Upaya kuratif selain pertolongan persalinan normal yaitu tindakan pra rujukan, dan upaya rehabilitatif yang dilakukan di PONED Rawabogo saat ini hanya perawatan ibu post partum. Disarankan sosialisasi PONED Rawabogo kepada masyarakat dan melakukan kemitraan dengan paraji agar menganjurkan ibu yang bersalin ke PONED Rawabogo, seperti memberikan fee untuk paraji yang merujuk.
Kata kunci : PONED, UKP, UKM
IMPLEMENTATION OF PERMENKES 75/2014 ABOUT HEALTH CENTERS IN
IMPLEMENTING BASIC EMERGENCY OBSTETRIC AND NEONATAL CARE (PONED) AT
RAWABOGO HEALTH CENTERS BANDUNG DISTRICT 2016
ABSTRACT
PONED Rawabogo Bandung district is a newly established PONED with maternity coverage by paraji
quite high. Health efforts undertaken in PONED Rawabogo consists of effort community health and
personal health effort through promotive, preventive, curative and rehabilitative services that can not be
separated from obstacles in its implementation. The purpose of this study to determine whether PONED in
Puskesmas Rawabogo prioritize promotive and preventive (UKM) in accordance with Decree No. 75 of
2014 or tend to curative-rehabilitative (UKP). This research is a qualitative case study approach.
Informant selection techniques used in this research is purposive sampling with the number of informants
4 people. Collecting data using in-depth interviews and review of documentation. Data validation was
source triangulation and techniques triangulation. Processing and analysis of data using interviews
verbatim coding and categorization table interview and presented in tabular form and narrative. The results
of research that attempts promotive conducted in PONED Rawabogo focus on the socialization of
utilization PONED Rawabogo that labor is no longer being helped by non-medical personnel, preventive
measures undertaken is the ANC for pregnant women, screening IVA test for women of childbearing age,
the provision of eye ointment , immunization HBO, and vitamin K1 is a preventive measure for newborns.
Curative measures in addition to normal delivery assistance is action pre-referral, and rehabilitative efforts
undertaken in PONED Rawabogo currently only post partum maternal care. Suggested PONED Rawabogo
socialization to the community and partnerships with paraji order to encourage mothers delivered to
PONED Rawabogo, such as giving the fee for referring paraji.Keywords : PONED, UKP, UKM
A. Pendahuluan
Puskesmas, yang merupakan ujung tombak dalam pelayanan langsung kepada masyarakat mempunyai karakteristik yang berbeda dengan institusi lainnya. Puskemas memegang peranan penting dalam sistem kesehatan di Indonesia diharapkan dapat merespon kebutuhan masyarakat akan kesehatan secara pre-emptive dan adaptive serta memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau secara tepat waktu, tetapi Puskesmas belum efektif menjalankan fungsinya karena pada kenyataannya masih terdapat banyak persoalan seperti Puskesmas belum mampu mengakomodir keluhan masyarakat dalam hal buruknya pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP), masyarakat juga masih mencari perawatan (kuratif) dan rehabilitasi dibandingkan langkah-langkah pencegahan dan promotif, dan perlunya peningkatan manajemen serta pengawasan di Puskesmas terutama di era desentralisasi kesehatan dimana Puskesmas memiliki lebih banyak kewenangan dalam penyediaan pelayanan kesehatan dasar di daerah, sehinga pada bulan Oktober 2014 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas diterbitkan dan menggantikan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas yang diharapkan dapat memberikan klarifikasi dan pedoman tugas untuk mendukung terwujudnya kecamatan sehat yang mendukung pembangunan kesehatan (AIPHSS, ¶1, http:www.aiphss.org. diperoleh tanggal 23 April 2016).
Sasaran pembangunan kesehatan yang ingin dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan dengan meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari umur 69 tahun pada tahun 2005 menjadi umur 73,7 tahun pada tahun
2025, menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) dari 32,3 per 100 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2025, menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025, dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,5% pada tahun 2025 (Kemenkes RI, 2015).
Salah satu upaya dalam penurunan AKI dan AKB diperlukan perhatian serius dalam mengatasi masalah komplikasi pada saat kehamilan yang dapat di prediksi. Diperkirakan 15% kehamilan dan persalinan akan mengalami komplikasi. Sebagian komplikasi ini dapat mengancam jiwa, tetapi sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila : 1) ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan; 2) tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai; 3) tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi; 4) apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan; 5) proses rujukan efektif; 6) pelayanan di Rumah Sakit (RS) yang cepat dan tepat guna. Dengan demikian, untuk komplikasi yang membutuhkan pelayanan di RS, diperlukan penanganan yang berkesinambungan (continuum of care ) (Kemenkes RI, 2014b).
Pencapaian sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 sampai saat ini di Indonesia AKI semula 334/100.000 (tahun 1997), dalam kurun waktu 10 tahun turun menjadi 228/100.000 menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 namun hasil SDKI 2012 AKI meningkat menjadi 359/100.000. AKB pada tahun 1999 turun dari 46/1.000 Kelahiran Hidup (KH), menjadi 34/1.000 KH (SDKI 2007) dan data hasil SDKI 2012 menunjukkan penurunan AKB tidak signifikan, menjadi 32/1.000 KH. AKI di Jawa Barat sesuai dengan hasil SDKI yaitu 307/100.000 pada tahun 2003 dan tahun 2015 ditargetkan menjadi 102/100.000 KH. AKB di Jawa Barat pada tahun 2007 sebesar 39/1.000 KH dan menurun pada tahun 2012 menjadi 30/1.000 KH. Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Bandung pada tahun 2013 sebanyak 47 kasus dari 57.767 kasus dan 48 kasus dari 57.114 kasus pada tahun 2014. AKB di Kabupaten Bandung pada tahun 2010 adalah 34,7/1.000 KH dan mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi 33,9/1.000 KH.
Melihat permasalahan yang kita hadapi dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB termasuk Angka Kematian Neonatal (AKN) yang begitu kompleks maka diperlukan upaya yang lebih keras dan dukungan komitmen dari seluruh stakeholder baik pusat maupun daerah. Salah satu upaya yang telah dilaksanakan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB melalui penanganan obstetri dan neonatal emergensi/ komplikasi di tingkat pelayanan dasar adalah melaksanakan Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
Puskesmas Rawabogo merupakan salah satu Puskesmas yang berada di kabupaten Bandung yang berdasarkan karakteristiknya merupakan Puskesmas kawasan pedesaan dan sudah menjadi Puskesmas mampu PONED sejak tahun 2014. Berdasarkan Studi Pendahuluan yang telah peneliti lakukan di Puskesmas mampu PONED Rawabogo diperoleh data Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) yang belum cukup jika dibandingkan dengan standar yaitu dari tiga orang dokter umum, hanya satu orang yang sudah mengikuti pelatihan PONED, Bidan ada enam orang dan perawat hanya ada dua orang, belum ada tenaga farmasi dan administrasi sehingga dalam pelaksanaan kegiatan baik di Puskesmas ataupun di PONED Rawabogo banyak yang merangkap pada pelayanan kesehatan dan kegiatan administrasi atau pelaporan.
Cakupan persalinan di PONED Rawabogo walaupun sudah berjalan hampir dua tahun masih sangat sedikit yaitu kurang dari 10% karena sebagian masyarakat di wilayah kerja PONED Rawabogo ingin bersalin di rumah dan masih menggunakan jasa paraji. Jumlah paraji yang didapat dari data di Puskesmas dari bulan Januari-Mei 2016 adalah 13 orang dengan paraji yang bermitra dengan Bidan hanya 5 orang. Walaupun masih banyak persalinan yang ditolong oleh paraji tetapi data yang diperoleh tidak menunjukkan adanya kematian ibu ataupun kematian bayi.
Data yang diperoleh melalui wawancara dengan Kepala Puskesmas Rawabogo tentang pelayanan kesehatan yang dilakukan di wilayah PONED Rawabogo diantaranya adalah Asuhan Persalinan Normal (APN), Antenatal Care (ANC), Postnatal Care (PNC), asuhan bayi baru lahir, penanganan asfiksia ringan dan kasus patologi ringan lainnya sudah bisa dilayani, tetapi karena petugas kesehatan di PONED Rawabogo sedikit dan sebagian belum melakukan pelatihan PONED serta sarana juga masih kurang maka untuk kasus kegawatdaruratan PONED Rawabogo hanya memberikan tindakan pra rujukan seperti pada kasus Preeklampsi Berat (PEB) dan prematur kontraksi yang kemudian dirujuk ke Rumah Sakit. .
B. Hasil Penelitian
UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan Kesehatan menyebutkan bahwa upaya oleh pemerintah dan/atau masyarakat. kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau Implementasi Permenkes 75 tahun 2014 disini serangkaian kegiatan yang dilakukan secara membahas tentang upaya kesehatan masyarakat terpadu, terintregasi dan berkesinambungan dan perseorangan yang terdiri dari upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat promotif, preventif. kuratif, dan rehabilitatif kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan yang dilaksanakan di PONED Rawabogo penyakit, peningkatan kesehatan, Kabupaten Bandung Tahun 2016.
2. Upaya Promotif dan Preventif pada
“ibu nifas diantaranya seperti cara perawatan yang Penyelenggaraan PONED di Puskesmas benar untuk bayi baru lahir dan pentingnya ASI
Rawabogo Kabupaten Bandung Tahun eksklusif baik untuk ibu ataupun bayinya” (SV, W1, 23-08-2016, 120-133).
2016 a.
Upaya Promotif 2)
Menurut pihak pengelola PONED Hasil wawancara menunjukkan bahwa
“Belum ada program unggulan masih menekankan di
semua informan pada intinya membahas tentang kata kunci yang sama mengenai
sosialisasi PONED untuk menyamakan dengan
upaya promotif yang dilakukan di PONED
PONED yang lain” (DS, W1, 16-07-2016, 5-9, 16-
Rawabogo, yaitu tentang sosialisasi manfaat 19). PONED Rawabogo kepada masyarakat agar
3) Menurut Bidan Pelaksana PONED 1 seluruh persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, tetapi yang membedakan dari “Memberikan leaflet kepada pasien baik yang hamil setiap informan adalah bentuk atau
ataupun tidak untuk bersalin di PONED dan
penyampaian sosialisasi tersebut. Adapun
bekerjasama dengan lintas sektoral serta kader
bentuk atau cara soaialisasinya bisa dilihat
supaya mengajak atau menganjurkan bersalin di
dari kutipan informan sebagai berikut :
PONED oleh tenaga kesehatan” (AS, W1, 16-07-
1) Menurut pihak penanggungjawab PONED 2016, 41-50).
“Belum mempunyai program unggulan, lebih “Mengadakan kelas ibu hamil dan balita dimana meningkatkan untuk sosialisasi kepada masyarakat didalamnya terdapat kegiatan konseling seperti dalam memanfaatkan PONED Rawabogo supaya tentang tanda bahaya kehamilan, tanda persalinan proses persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan untuk kelas ibu hamil dan konseling tumbuh kembang dengan tidak memerlukan biaya yang mahal” (SV, bayi dan balita pada kelas balita” (AS, W1, 16-07-
W1, 23-08-2016, 79-93).
2016, 5-6, 9-17). Penyuluhan per pasien terutama untuk ibu hamil tentang nutrisi selama kehamilan, pentingnya
4) Menurut Bidan Pelaksana PONED 2
pemeriksaan kehamilan secara rutin, dan untuk
“Bekerjasama dengan Bidan Desa untuk menjelaskan
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
dan mengajak ibu-ibu hamil untuk bersalin di
Puskesmas Rawabogo sebagai informasi
PONED melalui kelas ibu dan balita” (NR, W1, 22-
tambahan yang mendukung pernyataan dari 07-2016, 80-86). informan diatas. Adapun data yang peneliti
Peneliti juga melakukan studi dokumentasi ambil dapat dilihat pada tabel sebagai berikut pada dokumen Pemantauan Wilayah Setempat
:
Tabel 4.1 Data Persalinan Wilayah Kerja Puskesmas Rawabogo Periode Januari-Mei 2016Persalinan Jan Feb Mar Apr Mei Jumlah Jumlah Persalinan
62
69
61
74 67 333 Persalinan oleh Nakes
52
56
53
61 56 278 Persalinan oleh paraji
10
13
8
13
11
55 Sumber : PWS KIA Januari-Mei 2016 Puskesmas Rawabogo
Tabel 4.1 menjelaskan sebanyak 55 faktor yang membuat sosialisasi PONED dan(16,5%) persalinan dari total 333 persalinan bersalin oleh tenaga keehatan penting dilakukan. telah ditolong oleh non tenaga kesehatan, dimana hal tersebut merupakan salah satu
Tabel 4.2 Cakupan Persalinan di PONED Rawabogo Bulan Januari-Mei 2016Jumlah Persalinan Jan Feb Mar Apr Mei Jumlah Persalinan di PONED
1
7
5
4
9
26 Jumlah persalinan di
62
69
61
74 67 333 wilayah kerja
Tabel 4.2 menunjukkan faktor lainnya yang baru lahir, walaupun sebenarnya program ANCmembuat sosialisasi PONED dan bersalin oleh merupakan program Puskesmas tetapi pada tenaga keehatan penting dilakukan karena dari total 333 persalinan di wilayah kerja Puskesmas- pelaksanaannya ANC ternyata dilakukan di
PONED Rawabogo hanya 26 (7,8%) persalinan PONED Rawabogo dengan alasan sesuai yang ditangani di PONED artinya bahwa kutipan berikut ini : cakupannya sangat rendah dan dibawah persalinan yang ditolong oleh paraji. 1)
Menurut pihak penanggungjawab PONED
b. Upaya Preventif
“Pemeriksaan kehamilan atau ANC adalah yang
Hasil wawancara menunjukkan hampir
paling utama, deteksi dini komplikasi dan penyuluhan
seluruh informan mengatakan bahwa upaya atau edukasi untuk ibu hamil, walaupun semua itu
merupakan program KIA di Puskesmas tetapi sambil
preventif yang dilakukan di PONED Rawabogo
mempromosikan PONED kepada masyarakat luas
adalah ANC untuk ibu hamil sebagai deteksi dini komplikasi dan imunisasi Hbo untuk bayi
ditambah dengan tenaga yang terbatas maka semua kegiatan atau pelayanan tersebut dilakukan di PONED” (SV, W1, 23-08-2016, 148-158). “Screening Iva test sudah mulai dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2016” (SV, W1, 23-08-2016, 161-
162). “Screening USG belum dilaksanakan karena belum ada alat dan tenaga yang kompeten” (SV, W1, 23-08-
2016, 165-171). “Upaya preventif untuk bayi baru lahir yaitu pemberian vitamin K, jaga kehangatan bayi, pemberian salep mata” (SV, W1, 23-08-2016, 175- 180).
2) Menurut pihak pengelola PONED
“Screening IVA Test dan USG belum dilakukan karena sarananya belum ada” (DS, W1, 16-07-2016, 59-62). “Imunisasi Hbo merupakan imunisasi yang pelayanannya dilakukan di PONED Rawabogo karena selain imunisasi tersebut semua dilayani di Puskesm as” (DS, W1, 16-07-2016, 65-71).
3) Menurut Bidan Pelaksana PONED 1
“Untuk preventif ada program SMS Bunda yang bisa mendapat informasi seputar kehamilan, persalinan dan nifas melalui SMS” (AS, W1, 16-07-2016, 51- 55). “ANC atau PNC dengan keluhan yang bersifat kegawatdaruratan merupakan pelayanan yang bisa dilakukan di PONED Rawabogo” (AS, W1, 16-07- 2016, 69-75). “Imunisasi Hbo termasuk ke dalam pelayanan terpadu pada INC sampai perawatan BBL” (AS, W1, 16-07-
2016, 79-87). “IVA test dan USG belum dilayani di PONED Rawabogo” (AS, W1, 16-07-2016, 90-91).
4) Menurut Bidan Pelaksana PONED 2
“Deteksi dini komplikasi pada kelas ibu, penyuluhan dan konseling tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, tanda bahaya kehamilan, dan bagaimana proses persalinan, kalau untuk neonatal biasanya konseling pada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir di rumah dan imunisasi yang harus diberikan pada bayi” (NR, W1, 22-07-2016, 94-95, 99-105). “Screening USG belum diadakan di PONED Rawabogo tetapi untuk IVA Test sudah bisa dilayani mulai tanggal 29 Juli 2016” (NR, W1, 22-07-2016, 108-112). “Imunisasi Hbo dilayani di PONED Rawabogo” (NR, W1, 22-07-2016, 115-119). “ANC, KB, Imunisasi walaupun merupakan program Puskesmas tetapi pada prakteknya dilakukan di
PONED sambil memperkenalkan PONED kepada masyarakat, sehingga masyarakat bisa mengetahui dan memanfaatkan PONED untuk bersalin” (NR, W1, 22-07-2016, 5-18, 32-44).
Upaya preventif lainnya yang sudah dilakukan di PONED Rawabogo adalah skrining
IVA tes sebagai deteksi dini untuk kanker serviks dan upaya lainnya yang telah disebutkan informan pada kutipan diatas. Kenyataannya di PONED Rawabogo antara upaya promotif dan upaya preventif tidak bisa dipisahkan, karena biasanya dalam satu kegiatan contohnya pelayanan ANC yang merupakan upaya preventif tapi didalamnya ada konseling tentang informasi atau gaya hidup sehat seputar kehamilan dimana konseling termasuk ke dalam upaya promotif. Upaya kuratif yang dilakukan di PONED Rawabogo berdasarkan hasil wawancara terhadap informan adalah hampir seluruhnya mengenai pertolongan persalinan dan tindakan pra rujukan yang mengacu kepada SOP dalam setiap tindakannya, sedangkan untuk upaya rehabilitatifnya yaitu mobilisasi setelah bersalin (masa nifas), seperti yang ditunjukan oleh kutipan berikut ini : a.
Menurut pihak penanggungjawab PONED
“Pemberian MgSO4 untuk kasus PEB sesuai dengan SOP, pemeberian dexamethasone untuk prematur kontraksi dan melakukan tindakan sebelum pra rujukan untuk kasus kegawatdaruratan yang harus dirujuk ke Rumah Sakit” (SV, W1, 23-08-2016, 193-202). “PEB merupakan kasus yang paling sering terjadi, kemudian perdarahan” (SV, W1, 23- 08-2016, 208-216). “Mobilisasi untuk ibu yang baru bersalin” (SV, W1, 23-08-2016, 202-205).
b.
Menurut pihak pengelola PONED
“PONED hanya melayani kegiatan bersalin saja” (DS, W1, 16-07-2016, 75-76). “Kegiatan kuratif sesuai dengan kemampuan Dokter dan Bidan serta obat dan sarana yang tersed ia” (DS, W1, 16-07-2016, 85-89). “Melakukan tindakan pra rujukan pada kasus PEB dan abortus” (DS, W1, 16-07-2016, 92-97).
c.
Menurut Bidan Pelaksana PONED 1
3. Upaya Kuratif dan Rehabilitatif pada Penyelenggaraan PONED di Puskesmas Rawabogo Kabupaten Bandung Tahun 2016
“Sesuai dengan kewenangan, keluhan dan ketersediaan obat di PONED” (AS, W1, 16-07- 2016, 96-101). “PEB, KPD dan perdarahan merupakan kasus obstetri maternal terbanyak yang ditangani di PONED Rawabogo ditambah dengan eklampsi tapi tidak banyak” (AS, W1, 16-07-2016, 104- 107). “Kasus asfiksia ringan sampai berat bisa ditangani, untuk kasus BBLR harus langsung dirujuk” (AS, W1, 16-07-2016, 110-113). “Melakukan tindakan pra rujukan pada kasus PEB dan abortus” (DS, W1, 16-07-2016, 92- 97).
d.
Menurut Bidan Pelaksana PONED 2
“Menolong persalinan normal, persalinan dengan patologis ringan dan penanganan bayi baru lahir” (NR, W1, 22-07-2016, 10-11, 29-34) “Tindakan pra rujukan seperti pemberian dosis awal MgSO4 untuk kasus PEB sesuai dngan SOP. Persalinan sungsang, pedarahan dan PER sebenarnya bisa dilakukan penanganan apabila dokter yang sudah mendapat pelatihan PONED bisa stand bye sehingga tidak banyak kasus yang harus dirujuk ke Rumah Sakit” (NR, W1, 22-07- 2016, 124-143).
“Persalinan sungsang, hipertensi, PEB dan KPD yang sudah ditangani baik di PONED atau Pernyataan informan tersebut diatas didukung
dirujuk ke Rumah Sakit” (NR, W1, 22-07-2016,
oleh data yang peneliti ambil dimana selain 146-154). pertolongan persalinan normal ada beberapa kasus atau komplikasi yang bisa dan sudah ditangani di PONED Rawabogo, yaitu sebagai berikut
Tabel 4.3 Komplikasi Maternal PONED Rawabogo Bulan Januari –Mei 2016
Jenis Jan Feb Mar Apr Mei Jumlah
komplikasi APH* 1 - 2 -1
4
- PPH* - -
- Infeksi/seps
- PER* - - - - -
2
- 4 - PEB*
- 2
- Partus Lama - -
1
1
1 - KPD* -
1
1
3
1 - - Lainnya
1
1
3 Jumlah
4
2
3
5
2
16
1. Antepartum Haemmorage (APH)* 2.
Postpartum haemmorage (PPH)* 3. Preeklampsi Ringan (PER)* 4. Preeklampsi Berat (PEB)* 5. Ketuban Pecah Dini (KPD*)
Sumber : Laporan Bulanan PONED Rawabogo
Tabel 4.4 Komplikasi Neonatal PONED Rawabogo Bulan Januari-Mei 2016Jenis Jan Feb Mar Apr Mei Jumlah komplikasi
- Asfiksia BBLR
2 2 -
1 5 -
ISPA - - - - - -
- - Infeksi/sepsis - - - -
- Lainnya - - - - -
2 -
2
1 - Jumlah
5 Sumber : Laporan Bulanan PONED Rawabogo
Hasil wawancara yang telah dilakukan
4. Upaya Kesehatan Identifikasi
Masyarakat (UKM) atau Upaya
pada seluruh informan menghasilkan 50 %
Kesehatan Perseorangan (UKP) pada
menganggap PONED Rawabogo dalam
Penyelenggaraan PONED di Puskesmas Rawabogo Kabupaten Bandung Tahun
pelaksanaannya termasuk ke dalam UKM dan
2016 50 % lainnya lebih condong ke dalam UKP.
Pandangan mengenai apakah Adapun pernyataan semua informan tersebut
PONED Rawabogo termasuk ke dalam bisa dilihat pada kutipan di bawah ini : UKM atau UKP ini berbeda antara informan satu dengan informan lainnya. a.
Menurut pihak penanggungjawab PONED
“Permenkes 75 Tahun 2014 tidak secara rinci menjelaskan tentang PONED tetapi didalamnya sudah dibahas tentang pembagian Puskesmas rawat inap dan non rawat inap. PONED termasuk ke dalam Puskesmas rawat inap dan didalamnya sudah mencakup aturan terutama dalam hal upaya atau pelayanan kesehatan” (SV, W1, 23-07-2016, 25-35). “PONED Rawabogo lebih banyak melakukan pelayanan pada UKP walaupun didalamnya juga terdapat UKM, tapi dalam pelaksanaanya, fungsi PONED Rawabogo lebih kepada UKP dibanding dengan UKM” (SV, W1, 23-08-2016, 261-270).
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Hal ini berarti bahwa dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan ini baik kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat harus diupayakan. Upaya kesehatan menurut Permenkes No.75 Tahun 2014 terbagi menjadi 2 bagian yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan. Dilihat dari sifat, upaya mewujudkan kesehatan tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yaitu pemeliharaan kesehatan yang terdiri dari kuratif dan rehabilitatif serta peningkatan kesehatan yang mencakup preventif dan promotif (Notoatmodjo, 2010). Berkenaan dengan hal tersebut, PONED Rawabogo sebagai tempat pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal tingkat dasar didalamnya terdapat upaya kesehatan tersebut diatas.
b.
Menurut pihak pengelola PONED
“PONED itu UKP tidak ada UKM didalamnya” (DS, W1, 16-07-2016, 48-58).
c.
Menurut Bidan Pelaksana PONED 1
“Penyelenggaraan PONED termasuk ke dalam UKM karena proses kehamilan sampai persalinan didukung oleh banyak aspek di lingkungan dan masyarakat” (AS, W1, 16-07-2016, 149-153).
d.
Menurut Bidan Pelaksana PONED 2
“PONED termasuk ke dalam UKM karena termasuk tempat pelayanan umum walaupun khusus untuk tempat bersalin” (NR, W1, 22-07- 2016, 176-178)
C. Pembahasan
1. Upaya Promotif dan Preventif pada Penyelenggaraan PONED di Puskesmas Rawabogo Kabupaten Bandung Tahun 2016
Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Sedangkan promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan menurut Lawrence Green (1984) dalam Notoatmodjo (2010). Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberian informasi atau pesan kesehatan berupa kesehatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan terjadinya perilaku sehat (Notoatmodjo, 2010). Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada informan di PONED Rawabogo tentang upaya promotif diketahui bahwa upaya utama yang dilakukan adalah sosialisasi tentang fungsi dan manfaat dari PONED Rawabogo kepada masyarakat dan pentingnya tindakan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan. Penyuluhan per pasien terutama untuk ibu hamil juga dilakukan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin sebagai deteksi dini dalam komplikasi kehamilan. Tidak hanya dilakukan kepada ibu hamil, penyuluhan diberikan kepada ibu nifas tentang mobilisasi, manfaat ASI eksklusif untuk ibu dan bayinya serta perawatan bayi baru lahir. PONED Rawabogo sendiri tergolong masih baru karena baru berdiri sekitar 2 tahun. Salah satu media untuk mensosialisasikan PONED Rawabogo adalah melalui leaflet dan mengadakan kelas ibu hamil dan balita, dimana kegiatan tersebut bekerja sama dengan bidan desa ataupun kader supaya pendekatan ke masyarakatnya lebih mudah.
Hasil dari wawancara tersebut tidak terlepas dari data yang mendukung. Peneliti setelah wawancara kemudian melakukan triangulasi secara teknik atau metode dengan telaah dokumen yaitu PWS KIA Puskesmas Rawabogo, kohort, dan laporan bulanan PONED Rawabogo. Dari hasil telaah dokumen tersebut didapatkan data bahwa persalinan yang ditolong oleh non nakes (paraji) masih cukup tinggi yaitu 16,5% sedangkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut
Renstra (2014) harus mencapai 90%, sehingga cakupan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Rawabogo belum tercapai karena hanya 83,5% dan perlu dilakukan sosialisasi atau penyuluhan tentang pentingnya tindakan persalinan bersih dan aman oleh tenaga kesehatan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan M. Ichsan Mustain, Alimin Maidin dan Rini Anggraeni tentang evaluasi pelaksanaan PONED di puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar Tahun 2012 yaitu sosialisasi tentang program PONED perlu dilaksanakan dimana sasaran sosialisasi yaitu ibu hamil yang melakukan antenatal care, maupun dari keluarga pasien yang mengantar. Kendala yang dihadapi masih banyak warga yang memiliki perhatian yang kurang terhadap sosialisasi tentang PONED. Sosialisasi sangat penting untuk dilakukan sebab program PONED seharusnya diketahui oleh seluruh ibu hamil sehingga ibu hamil bisa mengerti dan sadar akan keselamatan dalam proses persalinan. Seperti diketahui bahwa PONED merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yang masih tinggi dibandingkan di negara-negara ASEAN lainnya.
Data yang ditemukan pada laporan bulanan PONED Rawabogo adalah tentang pemanfaatan PONED Rawabogo oleh masyarakat masih sangat kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari cakupan persalinan PONED yang sangat rendah yaitu hanya sekitar 7,8% dari total persalinan di wilayah kerja, sehingga promosi dan sosialisasi manfaat PONED Rawabogo bagi masyarakat sekitar harus dilakukan. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. Hasil wawancara menunjukkan tentang upaya apa saja yang dilakukan di PONED Rawabogo yang termasuk dalam upaya preventif diantaranya adalah pemeriksaan kehamilan atau ANC untuk deteksi dini komplikasi dan perkembangan kehamilan, sambil dilakukan triangulasi data berdasarkan sumber. Upaya lainnya yang bersifat preventif dan telah dilakukan di PONED Rawabogo adalah screening IVA Tes untuk deteksi dini kanker serviks. Upaya preventif yang dilakukan untuk bayi baru lahir adalah pemberian salep mata, pemberian vitamin K1, dan imunisasi HBo.
ANC dan IVA Test termasuk ke dalam pencegahan sekunder dan termasuk pada early
diagnosis and prompt treatment yaitu
mendiagnosa secara duini apabila ada komplikasi padakehamilan dan skrining kanker leher rahim pada IVA Test. Pemberian salep mata, vitamin K1 dan imunisassi HB0 termasuk ke dalam pencegahan primer yaitu 2.
Upaya Kuratif dan Rehabilitatif pada Penyelenggaraan PONED di Puskesmas Rawabogo Kabupaten Bandung Tahun 2016
Pelayanan kuratif dan rehabilitatif adalah pelayanan kelompok masyarakat yang sakit agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya (Notoatmodjo, 2010). UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
Spesific Protection, perlindungan dari infeksi
pada mata bayi baru lahir dengan memberikan salep mata, pemberian vitamin K1 (phytomenadion) secara intramuscular supaya tidak terjadi perdarahan otak, karena bayi belum cukup memproduksi vitamin K dalam tubuhnya. Vitamin K sendiri terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu K1 (phytomenadion) berasal dari sayuran hijau digunakan pada bayi baru lahir, K2 (menaquinon) diproduksi dalam usus, dan K3 (menadion) atau vitamin K sintetik. Imunisasi HB0 juga dilakukan sebagai perlindungan khusus pada bayi baru lahir terhadap hepatitis B.
PONED dalam pelaksanaannya di PONED Rawabogo menggabungkan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, tetapi fungsi dari PONED itu sendiri adalah menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal di tingkat dasar dan sebagai rujukan antara dari Puskesmas di sekitarnya dalam bentuk satu kesatuan jejaring/sistem rujukan regional untuk kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi di tingkat kecamatan (Kemenkes, 2013). kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rachmawaty Suprapto dalam Inovasi implementasi Puskesmas PONED dalam upaya akselerasi penurunan AKI dan AKB di tiga kabupaten di Jawa timur tahun 2010, hasil yang didapatkan sebagian besar PONED sudah menangani kasus emergensi obstetrik yang ditandai dengan lebih dari 80% kasus dapat ditangani tanpa dirujuk ke Rumah Sakit yaitu KPD dan abortus. Kasus emergensi neonatal sebesar 65% sudah ditangani dengan kasus terbanyak adalah BBLR dan asfkisa.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, PONED Rawabogo sebagian besar tidak bisa banyak menangani kasus dikarenakan SDM yang kurang dan masih ada yang belum terlatih sehingga kasus yang dirujuk lebih banyak dari kasus yang ditangani. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa upaya kuratif yang paling banyak dilakukan adalah tindakan pra rujukan seperti pemberian dosis awal MgSO4 untuk kasus PEB, pemberian dexamethasone untuk kasus prematur kontraksi disamping menolong persalinan normal. Upaya kuratif pada bayi baru lahir apabila terdapat kasus BBLR langsung dirujuk, tetapi untuk kasus asfiksia sudah bisa ditangani di PONED Rawabogo.
Permenkes 75 Tahu 2014 menyebutkan bahwa upaya kesehatan terdiri dari Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP). Upaya Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga
Peneliti melakukan triangulasi data secara teknik/metode setelah wawancara yaitu dengan telaah dokumen dari laporan bulanan PONED Rawabogo didapatkan bahwa kasus yang paling sering terjadi adalah PEB dan perdarahan antepartum untuk maternal serta kasus BBLR untuk neonatus dengan sebagain besar kasus yang bisa dilayani adalah tindakan pra rujukannya.
Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pelaksanaan upaya rehabilitatif di PONED Rawabogo hanya berkisar pada ibu post partum sampai 6 jam, dilihat mobilisasi, nutrisi dan eliminasinya kemudian perawatan bayi baru lahir pada neonatus baik yang bersalin di PONED Rawabogo atau kasus rujukan dari Bidan sekitar dan paraji. kelompok, dan masyarakat. Upaya Kesehatan Perseorangan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
3. Identifikasi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) atau Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) pada Penyelenggaraan PONED di Puskesmas Rawabogo Kabupaten Bandung Tahun 2016
Hasil wawancara pada informan menghasilkan pandangan yang berbeda dalam penyelenggaraan PONED Rawabogo tentang kriteria pada UKM dan UKP. Masing-masing 50% menempatkan PONED dalam UKP dan UKM. Perbedaan pandangan tersebut bisa jadi karena diakibatkan oleh belum tersosialisasinya Permenkes 75 Tahun 2014 kepada seluruh petugas kesehatan sehingga banyak yang belum memahami konsep UKM dan UKP yang sebenarnya. Semua informan mengemukakan tentang alasan kenapa PONED di kategorikan dalam UKM ataupun UKP. Informan yang mengkategorikan PONED sebagai UKM beranggapan karena PONED merupakan tempat pelayanan yang bersifat umum walaupun hanya melayani bersalin tetapi proses tersebut didukung oleh masyarakat.
Permenkes 75 tahun 2014 juga tidak secara rinci menjelaskan tentang PONED, hanya tentang Puskesmas secara umum. Namun jika lebih dikaji lagi didalamnya dibahas tentang Puskesmas rawat inap dan non rawat inap, dimana PONED Rawabogo merupakan Puskesmas dengan tempat rawat inap. Peneliti melakukan triangulasi secara metode dengan menelaah kembali isi dari Permenkes 75 Tahun 2014 yaitu didalamnya jelas tersurat bentuk dari pelayanan UKP, dimana kriteria tersebut D.
Simpulan Dan Saran 1. Simpulan a.
Upaya promotif yang dilakukan di PONED Rawabogo fokus terhadap kegiatan sosialisasi pemanfaatan PONED Rawabogo agar persalinan tidak ada lagi yang ditolong oleh non tenaga kesehatan (paraji) karena untuk cakupan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Rawabogo sebesar 16,5% masih ditolong oleh non nakes dan cakupan persalinan PONED masih sangat rendah yaitu 7,8% sedangkan
PONED Rawabogo telah melaksanakannya, yaitu pada pasal 37 ayat (1) dimana upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk: a.
Rawat jalan b.
Pelayanan gawat darurat c. Pelayanan satu hari (one day care) d.
Home care e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan PONED Rawabogo menurut Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 termasuk ke dalam penyelenggaraan UKP itu walaupun didalamnya terdapat kegiatan atau pelayanan yang bersifat UKM, seperti penyuluhandalam ANC tentang nutrisi, persiapan persalinan dan kegawatdaruratan yang termasuk ke dalam pencegahan sekunder yaitu pada early diagnosis
and prompt treatment serta PNC seperti
bagaimana cara menyusui yang benar, personal
hygiene , mobilisasi setelah bersalin yang
termasuk ke dalam pencegahan tersier yaitu rehabilitatif, tetapi tetap pada dasarnya untuk penyelenggaraan PONED itu sendiri termasuk ke dalam UKP. untuk upaya preventif yang dilakukan di PONED Rawabogo adalah ANC untuk ibu hamil, screening IVA Tes sebagai deteksi dini kanker serviks untuk WUS, pemberian salep mata, imunisasi Hbo, dan vitamin K1 merupakan upaya preventif untuk bayi baru lahir.
b.
Upaya kuratif yang dilakukan di PONED Rawabogo selain pertolongan persalinan normal yaitu tindakan pra rujukan yang mengacu kepada SOP. Tindakan pra rujukan lebih banyak dilakukan daripada penanganan kasus / komplikasi dikarenakan belum ada dokter yang sudah pelatihan dan siap, bidan yang terlatih juga masih sedikit, dimana kasus atau tindakan pra rujukan yang sering dilakukan diantaranya adalah pemberian dosis awal MgSO4 untuk kasus PEB, dan pemberian dexamethasone untuk kasus prematur kontraksi. Upaya rehabilitatif yang dilakukan di PONED Rawabogo saat ini hanya perawatan ibu post partum yang bersalin di PONED Rawabogo atau rujukan dari bidan desa atau paraji sekitar.
Sosialisasi PONED Rawabogo kepada masyarakat khususnya pada ibu hamil dan keluarganya supaya mengetahui manfaat dari persalinan aman dan bersih oleh tenaga kesehatan sehingga dapat memanfaatkan PONED Rawabogo dengan sebaik mungkin b. Melakukan sosialisasi terhadap petugas kesehatan di Puskesmas dan PONED
Rawabogo tentang Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 karena masih ada yang belum memahami konsep UKM dan UKP.
c.
Penyelenggaraan PONED Rawabogo
Kabupaten Bandung termasuk ke dalam Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) walaupun pada prakteknya ada penyuluhan, konseling dan edukasi yang merupakan bagian dari Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Bentuk dari UKP itu sendiri terdiri dari pelayanan rawat jalan, kegawatdaruraratan dan rawat inap yang semuanya telah dilaksanakan oleh PONED Rawabogo. c .Meminta pelatihan PONED kepada dinas kesehatan untuk dokter, bidan, dan perawat yang belum mengikuti pelatihan.
2. Saran a.
d.
Melakukan kemitraan dan bekerjasama dengan paraji agar menganjurkan ibu yang bersalin ke PONED Rawabogo, seperti memberikan honor untuk paraji yang merujuk ke PONED Rawabogo.
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Manajemen Kesehatan Indonesia. 3(1). 44-51.
Sistem Rujukan Kasus Ibu Hamil Risiko Tinggi oleh Bidan Desa ke Puskesmas PONED Kabupaten Banjar-Kalimantan Selatan (Studi Kasus di Puskesmas Sungkai). Jurnal
Jakarta: Rineka Cipta. Palimbo, Adriana, dkk. (2015). Pelaksanaan
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi . Edisi Revisi.
Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned) Di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar.
Media Litbangkes. 24(1). 36-41. Mustain, I. Maidin, A. Anggraeni, R. (2013).
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) Di Lima Regional Indonsia.
Mujiati, dkk. (2014). Kesiapan Puskesmas
Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. (2011). Metodologi Penelitian
Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kemenkes RI.
Jakarta: Kemenkes RI. (2015). Rencana Strategis Kementerian
Ayuningtyas, Dumilah. (2014). Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan Praktik . Edisi ke-1.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Basrowi, Suwandi. (2011). Memahami Penelitian Kualitatif . Jakarta: Rineka Cipta.
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kemenkes RI.
(2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kemenkes RI.