View of HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN USIA AKTIVITAS SEKSUAL PERTAMA KALI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RUANG RAWAT INAP (ALAMANDA & KEMUNING) RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT 16 MARET – 16 APRIL 2016

  

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN USIA AKTIVITAS SEKSUAL PERTAMA KALI

DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RUANG RAWAT INAP

(ALAMANDA & KEMUNING) RSUP DR. HASAN SADIKIN

BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT

16 MARET

  1 – 16 APRIL 2016 2 3 Nike Arta Puspitasari , Siti Nur Endah , Tri Setiowati

STIKes Jenderal Achmad Yani Cimahi, Jalan Terusan Jendral Sudirman, Cimahi 40633, Indonesia

  

ABSTRAK

  Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 di negara maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan pertama dari 10 kanker terbanyak ditemukan di 13 Laboratorium Patologi di Indonesia Adapun faktor risiko yang paling banyak berhubungan secara significant pada beberapa penelitian yaitu meliputi usia, paritas, usia aktivitas seksual pertama kali. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan usia , paritas dan usia aktivitas seksual pertama kali dengan kejadian kanker serviks di Ruang rawat inap RSUP Dr. Hasan Sadikin 16 Maret-16 April Tahun 2016. Metode penelitian Case Control, sampel penelitian adalah pasien yang dirawat di ruang rawat inap RSUP Dr. Hasan Sadikin 16 Maret-16 April Tahun 2016 berjumlah 44 responden. Pengumpulan data dengan cara wawancara. Analisis dalam penelitian ini melalui analisis univariat dan bivariate menggunakan uji Chi Square. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian kanker serviks (p=0,021), Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks (p=0,106), Ada hubungan yang signifikan antara usia aktivitas seksual pertama kali dengan kejadian kanker serviks (p=0,035).

  

ABSTRACT

Cervical cancer ranks the highest in the developing world, and ranked 10th in the developed countries or

the order to fifth globally. In Indonesia, cervical cancer

are the first of the 10 Most cancer was found in 13 Pathology Laboratory in Indonesia The risk factors

most significantly associated in some studies that include age, parity, age of first sexual activity. The

purpose of this study was to determine the correlation of age, parity and age of first sexual activity with the

incidence of cervical cancer at the inpatien room Dr. Hasan Sadikin Hospital 16 March to 16 April 2016.

Methods of case control study, the study sample was patients treated at the inpatient Dr. Hasan Sadikin

Hospital 16 March to 16 April 2016 amounted to 44 respondents. Data collection by interview. The analysis

in this study through the analysis of univariate and bivariate using Chi Square. The conclusion of this study

is there was a significant correlation between age with the incidence of cervical cancer (p=0,021), there

was no correlation between parity with the incidence of cervical cancer (p=0,106), there was a significant

correlation between the age of first sexual activity with the incidence of cervical cancer (p=0,035).

  PENDAHULUAN

  Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan 7,5 juta orang meninggal akibat kanker, dan lebih dari 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang (WHO dan World Bank,2005). Menurut data Riskesdas tahun 2013, di Indonesia, prevalensi kanker adalah sebesar 1,4 per 1.000 penduduk, serta merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) dari seluruh penyebab kematian (Rahajeng, 2014).

  Jenis kanker tertinggi kedua pada perempuan di dunia adalah kanker leher rahim (serviks) yaitu 16 per 100.000 perempuan (Globocan/IARC 2012) dalam (Wahidin, 2015). Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 di negara maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia ia menduduki urutan pertama dari 10 kanker terbanyak ditemukan di 13 Laboratorium Patologi di Indonesia (Komite Nasional Penanggulangan Kanker, 2015).

  Salah satu survei menyebutkan bahwa dalam setiap 2 menit, satu orang perempuan di dunia meninggal karena kanker serviks, sementara di Indonesia, setiap satu jam sekali seorang perempuan meninggal karena kanker serviks.

  Estimasi jumlah penderita kanker serviks di Indonesia pada tahun 2013 diketahui bahwa Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita kanker serviks terbesar. Jumlah kasus kanker serviks di Jawa Barat adalah 15.635 kasus (Wahidin, 2015). Hal ini juga dapat terlihat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin Bandung.

  Jumlah penderita kanker serviks yang dirawat di Ruang Alamanda dan Kemuning Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin tahun 2015 berjumlah 260 orang dan meningkat dari tahun 2014 yang berjumlah 234 orang. Untuk dapat di rawat inap di RSUP Dr. Hasan

  Sadikin Bandung para penderita kanker serviks harus mengantri daftar tunggu karena pasien kanker serviks berasal dari seluruh wilayah di Jawa Barat.

  RSUP Dr. Hasan Sadikin merupakan rumah Sakit terbesar di Kota Bandung. Rumah Sakit ini adalah salah satu Rumah Sakit rujukan di wilayah Jawa Barat. Rumah Sakit ini adalah salah satu Sumah Sakit yang banyak menangani penderita kanker serviks dan juga menjadi salah satu Rumah Sakit rujukan dari Rumah Sakit lain yang berada di luar Kota Bandung. Rumah Sakit ini memiliki banyak dokter spesialis yang menangani masalah kanker serviks, memiliki peralatan yang lengkap dan memadai untuk pasien menjalankan pengobatannya. Rumah Sakit ini juga memiliki pelayanan pengobatan untuk pasien yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi menengah ke bawah sehingga biaya pengobatan pasien dibantu oleh pemerintah

  Ditinjau dari sisi ekonomi, data dari kementrian kesehatan RI menunjukan bahwa pengeluaran Negara untuk penyakit kanker adalah kedua tertinggi setelah pengeluaran untuk hemodialisa. Pengeluaran Negara untuk kanker pada tahun 2012 adalah 144,7 milyar rupiah (Humas RSHS, 2015).

  Kanker serviks adalah pembelahan sel- sel yang tidak terkendali dan berbahaya yang menyerang bagian sempit yang ada di sebelah bawah uterus(rahim). . Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks salah satunya dengan melakukan pencegahan primer. Yaitu pencegahan terhadap etiologi penyakit. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang etiologi, faktor pencetus, faktor risiko timbulnya kanker, dan berupaya melenyapkan pengaruhnya bagi manusia.

  Bagi seorang wanita, rahim adalah organ yang sangat penting dan memberikan arti tersendiri bagi kehidupannya, terutama kehidupan rumah tangga. Akan tetapi, meski rahim dianggap sebagai organ penting, ternyata tidak sedikit wanita yang tidak terlalu memperdulikan kesehatannya. Kepedulian terhadap kesehatan organ reproduksi justru baru muncul saat seorang wanita sudah divonis menderita penyakit ganas oleh dokter, kanker serviks (leher rahim) misalnya. Padahal, jika kepedulian itu diberikan sejak dini, penyakit yang masuk kategori silent killer ini masih bisa disembuhkan secara total (Wijaya, 2010).

  Menjadi sehat itu berwawasan luas dan sikap realistis. Lebih dari separuh potensi kita untuk sehat sepanjang hayat ditentukan oleh sikap dan tindakan kita. Bagaimanakah perilaku kita selama ini, bagaimana pula lingkungan telah dibiarkan memengaruhi tubuh kita. Kita sendiri yang dapat mengendalikan agar penyakit kanker tidak datang (Rasjidi, 2008).

  Adapun faktor risiko yang paling banyak berhubungan secara significant pada beberapa penelitian yaitu meliputi usia, paritas, dan usia aktivitas seksual pertama kali. Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35-50 tahun dan masih aktif berhubungan seksual prevalensi 35-50% (Wijaya, 2010).

  Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian survey analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek. Usia, paritas dan usia aktivitas seksual pertama kali adalah suatu faktor risiko untuk terjadinya penyakit kanker serviks (Notoatmodjo, 2012).

  Rancangan penelitian ini adalah case

  control yaitu penelitian epidemiologi yang dapat

  digunakan untuk menelaah hubungan antara efek (penyakit/masalah kesehatan) dengan faktor resiko tertentu. Desain kasus kontrol dapat dipergunakan untuk menilai berapa besarkah faktor resiko untuk terjadinya suatu penyakit (Nugrahaeni&Mauliku, 2011).

  Wanita yang mempunyai banyak anak atau sering melahirkan mempunyai risiko terserang kanker serviks lebih besar. Penelitian menunjukan wanita yang melahirkan lebih dari tiga kali mempunyai risiko terkena kanker serviks lebih tinggi (Sari, Indrawati & harjanto, 2012).

  Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 20 tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat (Rasjidi, 2008).

  Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan usia , paritas dan usia aktivitas seksual pertama kali dengan kejadian kanker serviks di Ruang rawat inap (Alamanda dan Kemuning) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Provinsi Jawa Barat 16 Maret-16 April Tahun 2016.

METODOLOGI PENELITIAN

  Penelitian case control merupakan suatu penelitian survey analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective . Penelitian ini mengidentifikasi efek (penyakit atau status kesehatan) pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2012).

  Populasi merupakan seluruh subjek (manusia, binatang percobaan, data laboratorium dll) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan (Riyanto, 2011).

  Populasi sumber kasus dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan penyakit kanker serviks yang sedang dirawat di ruang rawat inap (Alamanda dan Kemuning) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada tanggal 16 Maret-16 April tahun 2016 yang berdasarkan estimasi jumlah rata-rata penderita kanker serviks tahun 2015 perbulan sebanyak 22 orang, sehingga populasi sumber kasus dalam penelitian ini berjumlah 22 orang.

  Populasi sumber kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang tidak menderita penyakit kanker serviks dan sedang dirawat di ruang rawat inap (Alamanda dan Kemuning) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada tanggal

  16 Maret-16 April Tahun 2016 sebanyak 22 orang.

  Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010, Hal. 115). Sampel kasus dalam penelitian ini adalah pasien dengan penyakit kanker serviks yang sedang dirawat di ruang rawat inap (Alamanda dan Kemuning) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada tanggal

  16 Maret-16 April tahun 2016 yang berdasarkan estimasi jumlah rata-rata penderita kanker serviks tahun 2015 perbulan sebanyak 22 orang. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh populasi menjadi anggota yang akan diamati sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010, Hal. 24) atas dasar kriteria inklusi yaitu: 1.

  Pasien dengan penyakit kanker serviks 2. Pasien dalam keadaan sadar dan bisa diajak komunikasi

  3. Pasien tidak sedang dalam keadaan kritis

  4. Pasien bersedia menjadi responden Perbandingan jumlah kasus terhadap jumlah kontrol pada sampel yang dikehendaki adalah 1:1 (Kasjono & Yasril, 2009) maka jumlah sampel kontrol adalah 22 orang sehingga didapatkan jumlah keseluruhan sampel adalah 44 orang (terdiri dari 22 orang kasus dan 22 orang kontrol).

  Pada sampel kontrol adalah pasien yang sedang di rawat di ruang rawat inap (Alamanda dan Kemuning) RSUP Dr.Hasan Sadikin

  Bandung pada tanggal 16 Maret-16 April Tahun 2016 yang memiliki karakteristik serupa dengan sampel kasus, sehingga mempunyai kesempatan yang sama untuk terpapar resiko yang diteliti (Nugrahaeni & Mauliku, 2011). Kriteria karakteristik sampel kontrol pada penelitian ini adalah :

  1. Sudah pernah melahirkan

  2. Bersedia menjadi responden Teknik sampling untuk sampel kontrol dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012).

  Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data sekunder didapat dari status pasien untuk mengidentifikasi sumber kasus dan kontrol sedangkan data primer diambil dari wawancara terpimpin langsung dengan responden. Wawancara jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan masak-masak sebelumnya, sehingga interviewer tinggal membacakan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada interviewee.

  Analisis dalam penelitian ini melalui analisis univariat dan bivariate menggunakan uji

  Chi Square . Penelitian ini dilaksanakan di RSUP

  Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Maret-16 April Tahun 2016.

  Dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meminta persetujuan etik penelitian (ethical clearance) dari komite etik penelitian kesehatan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung karena subjek penelitian adalah manusia dan data pasien. Manfaatnya adalah untuk memperkecil kerugian atau risiko subyek dan memperkecil kesalahan penelitian, serta mengurangi bahaya terhadap subyek serta melindungi subyek. Setelah komite etik penelitian kesehatan RSUP Dr Hasan Sadikin clearance ini berguna untuk langkah selanjutnya Bandung menelaah proposal penelitian dan guna mendapatkan izin penelitian dari Direktur mengeluarkan surat izin etik, selanjutnya ethical RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.

  HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Tabel 1

  Distribusi Frekuensi Usia Responden di Ruang rawat inap (Alamanda dan dan Kemuning) RSUP Dr. Hasan Sadikin Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa dari 44 responden, mayoritas responden pada kelompok usia >35 sebesar 79,5%.

  Tabel 2

  Distribusi Frekuensi Paritas Responden di Ruang rawat inap (Alamanda dan Kemuning) RSUP Dr. Hasan Sadikin Tabel 2 diatas menunjukan bahwa dari 44 responden, mayoritas responden pada kelompok paritas ≤3 kali sebesar 68,2%.

  Tabel 3

  Distribusi Frekuensi Usia Aktivitas Seksual Pertama Kali Responden di Ruang rawat inap (Alamanda dan Kemuning) RSUP Dr. Hasan Sadikin

  Tabel 3 diatas menunjukan bahwa selama tanggal 16 Maret

  • – 16 April tahun 2016 diperoleh 22 (50%) wanita yang melakukan aktivitas seksual pertama kali pada usia <20 tahun dan diperoleh 22 (50%) wanita yang melakukan aktivitas se ksual pertama kali pada usia ≥20 tahun.

  Analisis Bivariat Tabel 4

  Hubungan Usia dengan Kejadian Kanker Serviks Tabel 4 di atas menunjukan bahwa dari 22 Hasil uji statistik chi-square di peroleh responden pada kelompok kasus kanker serviks nilai p= 0,021. Karena nilai p (value) 0,021 < 0,05 yang ditemukan, diketahui 21 (95,5%) responden yang berarti menunjukkan bahwa Ho ditolak yang berusia >35 tahun, dan 1 (4,5%) responden yang artinya ada hubungan antara usia responden dengan kejadian kanker serviks. Hasil uji yang berusia ≤35 tahun. Sedangkan 22 responden pada kelompok kontrol dengan 14 (63,6%) statistik cause-effect relationship diperoleh nilai responden berusia > 35 tahun dan 8 (36,4%) OR=12.000 (CI=1.348-106.803), hal ini menjelaskan bahwa kelompok usia >35 tahun responden yang berusia ≤ 35 tahun. Hal ini dapat diartikan bahwa responden yang mengalami merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker kanker leher rahim paling banyak pada kategori serviks, dimana responden yang berumur >35 usia > 35 tahun, yaitu sebanyak 21 responden tahun sebesar 12 kali berisiko mengalami kanker (95,5%). serviks dibanding responden pada kelompok usia ≤35 tahun.

  Tabel 5

  Hubungan Paritas dengan Kejadian Kanker Serviks Tabel 5 di atas menunjunjukan bahwa responden yang melahirkan >3x dan 18 (81,8%) dari 22 responden pada kelompok kasus kanker responden yang melahirkan ≤3x. Hasil uji serviks yang ditemukan, diketahui 10 (45,5%) statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,106 . responden yang melahirkan >3x, dan 12 (54,5%) Karena nilai p (value) 0,106 > 0,05 yang berarti menunjukkan bahwa Ho diterima yang artinya responden yang melahirkan ≤3x. Pada 22 responden pada kelompok kontrol 4 (18,2%) tidak ada hubungan antara paritas responden dengan kejadian kanker serviks. Hasil uji statistik cause-effect relationship diperoleh nilai OR=3,750 (CI= 0,953-14.764) hal ini

   Tabel 6

  menunjukan bahwa paritas >3 kali bukan merupakan risiko terhadap kejadian kanker serviks.

  Hubungan Usia Aktivitas Seksual Pertama Kali dengan Kejadian Kanker Serviks Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa dari 22 responden pada kelompok kasus kanker serviks yang ditemukan, diketahui 15 (68,2%) responden yang melakukan aktivitas seksual pertama kali pada usia <20 tahun, dan 7 (31,8%) responden yang melakukan aktivitas seksual pertama kali pada usia ≥20 tahun, Sedangkan 22 responden pada kelompok kontrol dengan 7 (31,8%) responden yang melakukan aktivitas seksual pertama kali pada usia <20 tahun dan 15 (68,2%) responden yang melakukan aktivitas se ksual pertama kali pada usia ≥20 20 tahun. Hal ini dapat diartikan bahwa responden yang mengalami kanker leher rahim paling banyak pada kategori aktivitas seksual pertama kali pada usia <20 tahun, yaitu sebanyak 15 (68,2%) responden.

  PEMBAHASAN 1. Hubungan Usia dengan Kejadian Kanker Serviks

  Kelompok kasus dengan usia >35 tahun cukup tinggi yaitu 95,5%. Berdasarkan uji statistik chi square diketahui bahwa usia >35 tahun meningkatkan risiko kanker serviks sebesar 12 kali lebih besar daripada usia ≤35 tahun. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Eka

  Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p=0,035. Karena nilai p (value) 0,035 < 0,05 yang berarti menunjukkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara aktivitas seksual pertama kali dengan kejadian kanker serviks. Hasil uji statistik cause-effect

  relationship diperoleh nilai OR=4,592

  (CI=1.291-16.331) hal ini menjelaskan bahwa aktivitas seksual pertama kali pada usia <20 tahun merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker serviks, dimana respoden yang melakukan aktivitas seksual pertama kali pada usia <20 tahun, 4.592 kali berisiko mengalami kanker serviks dibanding responden yang melakukan aktivitas seksual pertama kali pada usia ≥20 tahun.

  Setyarini (2009) di RSUD Moewardi Surakarta, bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian kanker serviks dengan p= 0,029. Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan Nur Sofia pada tahun 2015 di RSUD Tugurejo Semarang berdasarkan hasil uji tabulasi silang antara umur dengan kejadian kanker serviks, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian kanker serviks (p value= 0,000) dan OR = 50.

  Hal ini sejalan dengan teori bahwa usia merupakan salah satu faktor risiko terhadap kejadian kanker serviks. Peningkatan usia seseorang selalu diiringi dengan penurunan kinerja organ-organ dan kekebalan tubuhnya. Dan itu membuatnya relative mudah terserang berbagai infeksi. Kanker serviks berpotensi paling besar pada usia antara 35-55 tahun (Nurcahyo, 2010).

  Hal ini diduga karena seiring pertambahan usia, terjadi perubahan anatomi (retraksi) dan histologi/metaplasia (Dinkes Bone Bolango, 2007). Meningkatnya risiko kanker pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia (Dinkes Bone Bolango, 2007).

  Menurut literature, ketika wanita berumur 35 tahun letak epitel skuamocolumnar

  junction yang sebelumnya berada serviks bagian

  luar menjadi di dalam canalis cervix uteri, dimana pertautan antara epitel ini cenderung mudah mengalami proliferasi dan bila tak terkendali dapat terjadi dysplasia sel yang pada suatu saat dapat menuju ke arah keganasan (Wardhani dkk, 2013).

  Dengan adanya hasil penelitian yang menunjukan adanya hubungan antara usia dengan kejadian kanker serviks serta adanya teori yang mendukung, penulis dapat menyimpulkan bahwa usia >35 tahun merupakan usia yang sangat berisiko untuk terjadinya kanker serviks sehingga setiap wanita baiknya melakukan deteksi dini kanker serviks dengan melakukan papsmear atau iva tes.

  Kelompok kasus dengan paritas >3 berjumlah 10 (45,5%) responden. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,106 . Karena nilai p (value) 0,106 > 0,05 yang berarti menunjukkan bahwa Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan antara paritas responden dengan kejadian kanker serviks. Hasil uji statistik cause-effect relationship diperoleh nilai OR=3,750 (CI= 0,953-14.764) hal ini menunjukan bahwa paritas >3 kali bukan merupakan risiko terhadap kejadian kanker serviks.

  Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Isma Yuniar dkk (2009) di Puskesmas Karanganyar, bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks dengan p= 0,317. Menurutnya faktor paritas tidak memberikan pengaruh positif terhadap kejadian kanker serviks. Hal tersebut disebabkan karena banyak responden yang jarang mengalami persalinan (Yuniar dkk, 2009).

  Menurut teori, proses persalinan sedikit banyak akan melukai dan merusak leher rahim. Semakin sering melahirkan, semakin banyak perlukaan dan kerusakan sel yang terjadi. Penelitian menunjukan wanita yang melahirkan lebih dari tiga kali mempunyai risiko terkena kanker serviks lebih tinggi dibandingkan mereka yang melahirkan kurang dari tiga kali (Sari, Indrawati & harjanto, 2012).

  Dalam penelitian ini, hasil uji chi square menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks , hal ini bisa dipengaruhi oleh multi faktor. Paritas ≤3 disertai aktivitas seksual pertama kali pada usia <20 tahun bisa terjadi kanker serviks karena hubungan seksual yang dilakukan terlalu dini dapat berpengaruh pada kerusakan jaringan epitel serviks atau dinding rongga vagina. Kondisi tersebut dapat bertambah buruk mengarah pada kelainan sel dan pertumbuhan abnormal. Seperti dalam penelitian ini, penulis menemukan 12 (54,5%) responden pada kelompok kasus dengan

2. Hubungan Paritas dengan Kejadian Kanker Serviks

  paritas ≤3 kali melakukan aktivitas seksual pertama kali pada usia <20 tahun.

  Wanita dengan paritas >3 kali dapat juga terhindar dari resiko kanker serviks karena banyak faktor yang dapat menyebabkan kanker serviks. Dengan pola makan atau diet yang baik, wanita dengan paritas >3 kali dapat mengurangi risiko terjadinya kanker serviks. Dengan pola makan atau diet seseorang juga berpengaruh terhadap risiko kanker serviks. Wanita yang jarang mengonsumsi buah dan sayur berisiko lebih tinggi menderita kanker serviks. Begitu juga dengan wanita yang mengalami obesitas atau kegemukan lebih cenderung terkena adenokarsinoma serviks (Handayani, 2012).

  Wanita dengan paritas >3 kali dapat terhindar juga dari kanker serviks jika daya tahan tubuhnya baik. Kondisi imunosupresi atau menurunnya daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh berperan penting dalam proses penghancuran sel- sel kanker serta menghambat pertumbuhan dan penyebarannya (Handayani, 2012).

  Kelompok kasus dengan aktivitas seksual pertama kali pada usia <20 tahun cukup tinggi yaitu 68,2%. Berdasarkan uji statistik chi square diketahui bahwa aktivitas seksual pertama kali pada usia <20 tahun meningkatkan risiko kanker serviks sebesar 4.592 kali lebih besar daripada responden dengan aktivitas seksual pertama kali pada usia ≥20 tahun. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Melva (2008) di RSUP H. Adam Malik Medan, bahwa ada hubungan antara aktivitas seksual pertama kali dengan kejadian kanker serviks dengan p= 0,000. Berdasarkan hasil penelitian Munoz dkk di Colombia dan Spain juga menyebutkan ada peningkatan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang melakukan hubungan seksual pertama pada usia dini dengan OR=4,3 , 2,1-9,0 (International Journal of Cancer).

  Hasil penelitian ini terjadi karena transisi dari masa kanak-kanak ke masa menjelang dewasa ditandai dengan menstruasi yang melibatkan berbagai macam perubahan, terutama hormone. Munculnya hormone estrogen pada masa itu membuat sel-sel pada dinding vagina menebal. Selain itu, pada masa ini ada glikogen yang oleh bakteri bermanfaat diubah menjadi asam vagina.

  Pada dasarnya, asam vagina ini berfungsi melakukan proteksi terhadap infeksi. Namun, akibat suasana vagina yang menjadi asam, jaringan epitel di sekitarnya menjadi berlapis- lapis. Apabila dalam situasi yang penuh perubahan itu masuk sperma, perubahan akan makin menjadi-jadi. Apalagi kalau terjadi luka akibat gesekan. Sel-sel epitel akan terganggu dan kadang kala menjadi tidak normal (Diananda, 2009). Sebelum usia 18 tahun lebih berisiko tinggi sebab sel-sel serviksnya sangat rapuh di usia muda ini (Nurwijaya dkk, 2010). Sel imatur cenderung lebih rentan untuk mendapatkan perubahan prekanker yang disebabkan oleh HPV (Irwan, 2016).

3. Hubungan Usia Aktivitas Seksual Pertama Kali dengan Kejadian Kanker Serviks

  Usia ketika wanita mulai melakukan hubungan seks secara aktif juga menjadi salah satu faktor pemicu kanker mulut rahim. Pada dasarnya, organ-organ seksual wanita mengalami perkembanganyang lambat dan harus berada dalam kondisi matang untuk bisa menjalankan tugasnya. Meskipun secara fungsional rahim wanita dinyatakan sudah berfungsi sejak mengalami menstruasi (9-15 tahun), namun kesiapan total umumnya baru tercapati pada usia 20 tahun, dimana secara mental, wanita juga sudah siap untuk berhubungan seksual secara sadar (Nurcahyo, 2010).

  KESIMPULAN

  Irwan. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak

  

  

  DI INDONESIA MENINGGAL AKIBAT KANKER SERVIKS . BERITA UNPAD.

  EGC Marlia, SETIAP JAM SEORANG PEREMPUAN

  Klinik obstetric & Ginekologi . Jakarta:

  Manuaba, Ida Bagus Gde. (2004). Kepaniteraan

  Jakarta: 2015.

  Kanker Serviks . Kementrian Kesehatan.

  Yogyakarta: Graha Ilmu Komite Nasional Penanggulangan Kanker.

  Kasjono, Heru Subaris & Yasril. (2009). Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan ..

  menular . Deepublish

  Bagi Responden dapat mengetahui faktor risiko kanker serviks dan mendapatkan konseling mengenai kanker serviks bagi responden kontrol. Bagi STIKes Jenderal Achmad Yani Cimahi agar mengadakan seminar mengenai kanker serviks, mengadakan pelatihan deteksi dini dalam mencegah kanker serviks. Bagi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung agar meningkatkan program deteksi dini kanker serviks dengan konseling dan meningkatkan pemberian motivasi bagi penderita kanker serviks.

  Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka penulis dapat mengambil beberapa simpulan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut, Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian kanker serviks (p=0,021). Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks (p=0,106). Ada hubungan yang signifikan antara usia aktivitas seksual pertama kali dengan kejadian kanker serviks (p=0,035).

  2015. Tgl 19 Desember 2015 pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang penelitian kesehatan maka kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor- faktor yang tidak diambil dalam penelitian ini karena keterbatasan peneliti. Melakukan penelitian dengan waktu lebih dari 1 bulan agar responden lebih variatif.

  Humas RSHS. Kanker bukan diluar kemampuan kita . Website resmi RSHS. Bandung.

  Kanker Serviks dan Kanker Payudara dengan 3 terapi alami. Agromedia

  (Karya Tulis Ilmiah) Medan: USU Handayani, Lestari dkk. (2012). Menaklukkan

  Kejadian Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Daerah DR. Pirngadi Medan Tahun 2011 .

  Gorontalo : Dinkes Bone Bolango Fulviona, Amanda. Hubungan Paritas dengan

  Kanker. Katahati. Yogyakarta Dinkes Bone Bolango. (2007). Mengenal Kanker.

  Diananda, Rama. (2009). Mengenal Seluk Beluk

  Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Refika Aditama. Bandung

  Saran penelitian bagi bidan untuk meningkatkan konseling mengenai kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks, Konseling tentang keluarga berencana dan Menyelenggaraan pemeriksaan iva test atau pap smear. Bagi peneliti selanjutnya, dalam rangka

  SARAN

DAFTAR PUSTAKA

  Melva. Faktor-faktor yang mempengaruhi

  kejadian kanker leher rahim pada penderita yang datang berobat di RSUP

H. Adam Malik Medan Tahun 2008 .

  (Tesis) Medan: USU Munoz dkk. Risk Factors of Cervical Cancer in

  Colombia and Spain . Spain:

  International Journal of Cancer Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metode

  (Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan). Yogyakarta: STIKES A

  Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta. Riyanto, Agus. (2010). Aplikasi Statistik

  Kanker Pada Wanita . Jakarta: Sagung Seto.

YANI-CIMAHI PRESS

  Yogyakarta: Wahana Totalita Publisher Nurwijaya, Hartati, Andrijono, H.K. Suheimi. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker

  (Skripsi) UNDIP. Semarang: 2014 Sari, Wening, lili indrawati & Basuki Dwi

  Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka

  26 Desember 2015

   Tgl

   gl 26 Desember 2015

  Bernama Kanker Serviks . Yogyakarta: Sinar Kejora.

  Muhamadiyah Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013. Wijaya, Delia. (2010). Pembunuh Ganas Itu

  Carcinoma Cervicis Uteri dengan Umur, Status Perkawinan, dan Paritas di RSUP Dr Kariadi Semarang Periode Januari- Maret 2011. Jurnal Kedokteran

  Wardahani, Hanif Alienda, Siti Moetmainnah & Noor Yazid. Hubungan Kejadian

  Jakarta: 2015

  Rahim dan Kanker Payudara 2007-2014 di Indonesia . Kementrian Kesehatan RI.

  Surakarta: UMS Wahidin, Mugi. Deteksi Dini Kanker Leher

  dengan Kejadian Kanker Leher Rahim di RSUD Moewardi Surakarta. (Skripsi)

  Harjanto. (2012). Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Penebar Plus+. Setyarini, Eka. Faktor-Faktor yang Berhubungan

  Kejadian Kanker Serviks Uteri dengan Faktor Risiko Menikah Usia Muda.

  Serviks

  Sadewa, Putra Anugrah. Hubungan antara

  Cipta Nugrahaeni, dyan kunthi & novie elvinawaty mauliku. (2011). Metodologi penelitian

  kesehatan . Cimahi: Stikes a. yani press

  Nugroho, Taufan. (2010). Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswi Kebidanan .

  Yogyakarta: Nuha Medika Nurcahyo, Jalu. (2010). Awas!!!Bahaya Kanker Rahim dan Kanker Payudara .

  Vaksin Human Papilloma Virus dan Eradikasi Kanker Mulut Rahim . Jakarta:

  Jakarta: EGC Rasjidi, Imam & Henri Sulistiyanto (2007).

  Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi .

  dan Penyehatan Lingkungan. Kemenkes RI. 2014. Diakses pada tanggal 19 Desember 2015 Rasjidi, Imam. (2007).

  Kanker . Dirjen Pengendalian Penyakit

  Rahajeng, Ekowati. Hilangkan Mitos tentang

  Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

  Nasional Onkologi Ginekologi . Jakarta:

  . Elex Media Komputindo Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Buku Acuan

  Sagung Seto Rasjidi, Imam. (2009). Deteksi Dini Pencegahan

Dokumen yang terkait

Email: primanandafauziahanalis-ayani.ac.id ABSTRAK - View of ANALISIS DAN KARAKTERISTIK PROMOTER GEN ZIF23 UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENAPISAN ANTITUBERKULAR BARU

0 0 7

View of PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP SKOR GEJALA TOTAL PENDERITA RINITIS ALERGI PERSISTEN (The Effect of Cigarette Smoke on Total Symptom Score of Persistent Allergic Rhinitis Patients)

0 1 13

View of EFEKTIVITAS LATIHAN BEBAN TERHADAP KADAR SERUM KREATINFOSFOKINASE SEBAGAI INDIKATOR ADANYA KERUSAKAN JARINGAN OTOT PADA MAHAISWA KEOLAHRAGAAN FPOK UPI

0 1 7

View of BMI SEBELUM HAMIL MENENTUKAN BERAT LAHIR BAYI

1 2 13

View of HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEBIASAAN BERMAIN GAME PADA REMAJA DI SMPN 3 CIMAHI

0 0 12

View of Hubungan Senam Hamil Dengan Efektifitas Persalinan Kalai Pada Ibu Primigravida Di RSIA Hermina Pasteur Tahun 2015

0 0 9

View of QUALITY OF LIVE MODERATE HEAD INJURY OF THE MIDLE POST OF NURSING IN INJURY MEDICAL SURGICAL NERVOUS SYSTEM Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG HOSPITAL

0 0 16

View of MOTIVASI MENJADI PERAWAT YANG TEREFLEKSI PADA INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA KEPERAWATAN

0 0 8

PEMBERDAYAAN KELUARGA DALAM STIMULASI, DETEKSI, DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK 1–3 TAHUN MELALUI PEMBELAJARAN MODUL DI RW-05 KELURAHAN KUJANGSARI KECAMATAN BANDUNG KIDUL Susy Hermaningsih1 , Iryanti2 Jurusan Keperawatan Bandung Poltekkes Kemenkes

0 1 13

HUBUNGAN PANDANGAN BUDAYA DAN KEPERCAYAAN DALAM MENYUSUI DENGAN MOTIVASI IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RUANG PERINATOLOGI RSUD CIBABAT CIMAHI Chatarina Suryaningsih STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi E-mail: Chatarina.suryayahoo.com

0 6 7