HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN II MAHASISWA PRODI KEBIDANAN (D-3) STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI TAHUN 2016 Flora Honey Darmawan ABSTRAK - View of HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRE
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 11 No.3, Desember 2016
HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
ASUHAN KEBIDANAN II MAHASISWA PRODI KEBIDANAN (D-3)
STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
TAHUN 2016
Flora Honey Darmawan
ABSTRAK
Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya konsep diri dan motivasi belajar. Salah satu mata kuliah inti dalam pembelajaran program pendidikan diploma III kebidanan adalah mata kuliah Asuhan Kebidanan II yang memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat melakukan asuhan pada masa persalinan dan bayi baru lahir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan konsep diri dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Asuhan Kebidanan II mahasiswa Prodi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal A. Yani Cimahi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik korelasi dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 96 orang. Data yang dikumpulkan berupa data primer (konsep diri dan motivasi belajar) dan data sekunder (prestasi belajar). Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan sebagian responden (46,9%) memiliki konsep diri negatif, sebagian responden (45,8%) memiliki motivasi belajar rendah, sebagian besar responden (74%) mendapatkan prestasi belajar cukup. Hasil analisis diketahui tidak terdapat hubungan hubungan konsep diri dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Asuhan Kebidanan II mahasiswa Prodi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal
A. Yani Cimahi (p>0,05). Diharapkan dosen dapat selalu menjaga dan meningkatkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar diantaranya kualitas dalam mengelola proses pembelajaran bagi mahasiswa dengan beragam latar belakang yang berbeda. Kata Kunci: Cross sectional, konsep diri, motivasi belajar, prestasi belajar, asuhan kebidanan II
ABSTRACT
The learning achievement is influenced by various factors, including the concept of self and motivation
to learn. One of the core courses in teaching diploma III midwifery education program is a course
Midwifery Care II, which provide the ability for students to be able to care during labor and the
newborn. The purpose of this study to determine the relationship of self-concept and motivation to learn
and the learning achievement of Midwifery Care II at students Prodi Midwifery (D-3) Stikes Jenderal
A. Yani Cimahi. The method used is the correlation analytic method with cross sectional design. The
sampling technique using total sampling, with a sample size of 96 people. Data collected in the form of
primary data (self-concept and motivation to learn) and secondary data (learning achievement). The
data were analyzed using univariate and bivariate. The result showed the majority of respondents
(46.9%) have a negative self-concept, the majority of respondents (45.8%) had a low learning
motivation, the majority of respondents (74%) get enough learning achievement. The results of analysis
showed there was no correlation relationship self concept and motivation to learn and the learning
achievement of Midwifery Care II at students Prodi Midwifery (D-3) Stikes Jenderal A. Yani Cimahi
(p> 0.05). Expected lecturers can always maintain and improve the external factors that can affect the
quality of the learning achievement of which manage the learning process for students with a variety of
different backgrounds.Keyword: Cross sectional , self-concept, learning motivation, learning achievement, midwifery care II
A. PENDAHULUAN
Kualitas mahasiswa dapat dilihat dari prestasi akademik yang diraihnya. Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku ataupun kemampuan yang akan bertambah selama beberapa waktu yang tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar sehingga dipandang sebagai bukti usaha yang diperoleh mahasiswa. 1 Untuk meraih prestasi akademik yang baik mahasiswa dituntut tidak hanya berpangku tangan melainkan harus melakukan studinya dengan sikap maju yang membara, kebiasaan akademik yang baik dan metode belajar yang tepat. Akan tetapi sikap yang demikian itu tidak banyak tampil pada diri setiap mahasiswa saat ini. Kondisi ini menciptakan mata rantai masalah yang berakar dari dalam diri yaitu problem konsep diri. Perbedaan individu dari faktor kepribadian cenderung menentukan penyesuaian diri dan kualitas prestasi akademik mahasiswa. Faktor kepribadian seperti self image, kesadaran diri, ideal diri, motivasi, pengendalian dan harga diri memerlukan harmonisasi dalam proses belajar yang akan mendukung terhadap hasil belajar. Persepsi yang positif terhadap kepribadian akan mempengaruhi konsep diri ke arah yang positif dan mendorong individu untuk meraih prestasi .2
Penelitian yang dilakukan oleh Sahputra (2009) pada mahasiswa S1 keperawatan semester III kelas ekstensi PSIK FK USU Medan menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan karena seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. 3 Seringkali siswa yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Misalnya, karena keadaan lingkungan yang mengancam, perasaan takut diasingkan oleh kelompok bila berhasil atau karena kebutuhan untuk berprestasi pada diri siswa sendiri kurang atau mungkin tidak ada. Ada tidaknya motivasi untuk berprestasi pada diri cukup mempengaruhi kemampuan intelektual siswa agar dapat berfungsi secara optimal. 4 Berdasarkan hasil wawancara didapatkan sebagian besar mahasiswa mempunyai tiga masalah utama, yaitu masalah konsep diri antara lain: merasa pesimistis tidak bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu, tidak berani mengungkapkan pendapat di depan teman-teman dan dosen baik dalam proses belajar-mengajar maupun dalam forum diskusi, di sisi lain juga sering merasa minder apabila bergaul dengan teman yang kemampuan akademiknya lebih dari mereka. Masalah lain yaitu kurangnya motivasi dalam mengikuti kuliah Askeb II, hal ini ditunjukkan dengan nilai hasil belajar Askeb II yang kurang dari 56. Mahasiswa juga mengatakan masuk Program Studi Kebidanan merupakan keinginan orang tua sehingga mereka merasa kurang termotivasi untuk belajar dan merasa materi yang dipelajari sedikit membosankan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Konsep Diri dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Askeb II Mahasiswa Prodi Kebidanan Semester III di Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi.
B. METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan konsep diri dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Askeb
II mahasiswa Prodi Kebidanan (D-3) semester III Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional di mana dalam penelitian ini pengukuran variabel konsep diri, motivasi belajar dan prestasi belajar dilakukan secara bersamaan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Kebidanan semester III yang mengambil mata kuliah Askeb II di prodi kebidanan (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi yang berstatus aktif berjumlah 96 mahasiswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik Total Sampling. secara bivariat untuk mendeskripsikan hubungan variabel konsep diri dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Mata Kuliah Askeb II sehingga diperoleh distribusi dan persentase seta hubungan dari tiap variabel. Analisis bivariat dilakukan dengan Uji Kolmogorov- Smirnov.
C. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Asuhan Kebidanan II Mahasiswa Prodi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal A. Yani Tahun 2016
Tabel 1 Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Asuhan Kebidanan II
Mahasiswa Prodi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal A. Yani Tahun 2016Konsep Diri Prestasi Belajar
Kurang Cukup Baik p n % n % n % Negatif 5 3,3 34 34,7 6 7,0 1,000 Positif 2 3,7 40 39,3 9 8,0 7 7,0
74 74,0 15 15,0
- berdasarkan Uji Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa dari 45 responden yang memiliki konsep diri negatif sebanyak 34 mahasiswa (34,7%) mendapatkan prestasi belajar cukup dan dari 51 responden yang memiliki konsep diri positif sebanyak 40 mahasiswa (39,3%) mendapatkan prestasi belajar cukup. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (nilai p >0,05) antara konsep diri dengan prestasi belajar Asuhan Kebidanan II Mahasiswa Prodi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal A. Yani Cimahi Tahun 2016.
2. Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Asuhan Kebidanan II Mahasiswa Prodi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal A. Yani Tahun 2016 Mahasiswa Prodi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal A. Yani Tahun 2016
Prestasi Belajar Motivasi
Kurang Cukup Baik p Belajar n % n % n %
Rendah 4 3,2 33 33,9 7 6,9 1,000 Tinggi 3 3,8 41 40,1 8 8,1 7 7,0
74 74,0 15 15,0
- berdasarkan Uji Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa dari 44 responden yang memiliki motivasi belajar rendah sebanyak 33 mahasiswa (33,9%) mendapatkan prestasi belajar cukup dan dari 52 responden yang memiliki motivasi belajar tinggi sebanyak 41 mahasiswa (40,1%) mendapatkan prestasi belajar cukup. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (nilai p >0,05) antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Asuhan Kebidanan II Mahasiswa Prodi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal A. Yani Cimahi Tahun 2016.
D. PEMBAHASAN 1. Analisis Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Asuhan Kebidanan II Mahasiswa Prodi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal A. Yani Tahun 2016
Hasil penelitian menunjukkan tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita bahwa sebagian responden memiliki tidak memiliki konsep diri, tidak konsep diri yang negatif (46,9%). memiliki pengetahuan tentang diri,
Dari 45 responden yang memiliki dan tidak memiliki pengharapan bagi konsep diri negatif sebanyak 34 mahasiswa (34,7%) mendapatkan diri kita sendiri, serta tidak memiliki prestasi belajar cukup dan dari 51 penilaian apa pun terhadap diri kita responden yang memiliki konsep diri sendiri. Dengan demikian, konsep diri positif sebanyak 40 mahasiswa
(39,3%) mendapatkan prestasi belajar terbentuk melalui proses belajar yang cukup. Hasil uji statistik berlangsung sejak masa pertumbuhan menunjukkan tidak terdapat hingga dewasa. hubungan yang signifikan (nilai p >0,05) antara konsep diri dengan
Lingkungan, pengalaman, dan prestasi belajar Asuhan Kebidanan II pola asuh orangtua turut memberikan
Mahasiswa Prodi Kebidanan (D-3) pengaruh yang signifikan terhadap Stikes Jenderal A. Yani Cimahi pembentukan konsep diri seseorang. Tahun 2016.
Sikap dan respons orangtua serta Konsep diri bukanlah sesuatu lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai yang dibawa sejak lahir. Kita tidak siapa dirinya. Anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru atau negatif, seperti perilaku orangtua yang suka memukul, kasih sayang, melecehkan, menghina, tidak berlaku adil, dan seterusnya, ditambah dengan lingkungan yang kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini adalah karena anak cenderung menilai dirinya berdasarkan apa yang ia alami dan dapatkan dari lingkungannya. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya berharga, sehingga berkembangan konsep diri yang positif.
Ada beberapa strategi yang mungkin dapat dilakukan Dosen dalam mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta didik, yaitu: 1)
Membuat mahasiswa merasa mendapat dukungan dari dosen . Dukungan ini
dapat ditunjukkan dalam bentuk dukungan emosional (emotional
support ), seperti ungkapan empati,
kepedulian, perhatian, dan umpan balik, dan dapat pula berupa dukungan penghargaan (esteem support), seperti melalui ungkapan hormat (penghargaan) positif terhadap mahasiswa, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan mahasiswa dan perbandingan positif antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lain. Bentuk dukungan ini memungkinkan mahasiswa untuk maju membangun perasaan memiliki harga diri, memiliki kemampuan atau kompeten dan berarti; 2) Membuat mahasiswa merasa
bertanggungjawab . Memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai upaya untuk memberi tanggung jawab kepada mahasiswa. Tanggung jawab mahasiswa terhadap konsep diri, yang diwujudkan dengan usaha pencapaian prestasi belajar yang tinggi serta menghadapi tekanan sosial. Hal ini menunjukkan pula adanya pengharapan guru terhadap perilaku mahasiswa, sehingga mahasiswa merasa dirinya mempunyai peranan dan diikutsertakan dalam kegiatan pendidikan; 3)
Membuat mahasiswa merasa mampu .
Ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan sikap dan pandangan yang positif terhadap kemampuan yang dimiliki mahasiswa. Dosen harus berpandangan bahwa semua mahasiswa pada dasarnya memiliki kemampuan, hanya saja mungkin belum dikembangkan. Dengan sikap dan pandangan positif terhadap kemampuanmahasiswa ini, maka mahasiswa juga akan berpandangan positif terhadap kemampuan dirinya. 4) Mengarahkan mahasiswa untuk
mencapai tujuan yang realistis . Dalam
upaya meningkatkan konsep diri mahasiswa, dosen harus membentuk mahasiswa untuk menetapkan tujuan yang hendak dicapai serealistis mungkin, yakni tujuan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Penetapan tujuan yang realistis ini dapat dilakukan dengan mengacu pada pencapaian prestasi di masa lampau. Dengan bersandar pada keberhasilan masa lampau, maka pencapaian prestasi sudah dapat diramalkan, sehingga mahasiswa akan terbantu untuk bersikap positif terhadap kemampuan dirinya sendiri; 5) Membantu mahasiswa menilai diri
mereka secara realistis . Pada saat
mengalami kegagalan, adakalanya mahasiswa menilainya secara negatif, dengan memandang dirinya sebagai orang yang tidak mampu. Untuk menghindari penilaian yang negatif membantu mahasiswa menilai prestasi Mendorongmahasiswa agar bangga mereka secara realistis, yang dengan dirinya secara realistis . Upaya membantu rasa percaya akan lain yang harus dilakukan guru dalam menghadapi tugas-tugas dan diri peserta didik adalah dengan meningkatkan prestasi belajar di memberikan dorongan kepada kemudian hari. Salain satu cara mahasiswa agar bangga dengan prestasi membantu mahasiswa menilai diri yang telah dicapainya. Ini adalah mereka secara realistis adalah dengan penting, karena perasaan bangga atas membandingkan prestasi mahasiswa prestasi yang dicapai merupakan salah pada masa lampau dan prestasi satu kunci untuk menjadi lebih positif mahasiswa saat ini. Hal ini pada dalam memandang kemampuan yang gilirannya dapat membangkitkan dimiliki. motivasi, minat, dan sikapmahasiswa terhadap seluruh tugas di sekolah; 6)
2. Analisis Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Asuhan Kebidanan II Mahasiswa Prodi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal A. Yani Tahun 2016
Hasil penelitian menunjukkan yang telah dimiliki, faktor non bahwa sebagian responden (45,8%) intelektual yaitu unsur-unsur memiliki motivasi rendah. Dari 44 kepribadian tertentu seperti: sikap, responden yang memiliki motivasi kebiasaan, minat, kebutuhan, belajar rendah sebanyak 33 mahasiswa
(33,9%) mendapatkan prestasi belajar motivasi dan emosi; 3) faktor cukup dan dari 52 responden yang kematangan fisik maupun psikis. memiliki motivasi belajar tinggi
b. Faktor eksternal, meliputi: 1)
sebanyak 41 mahasiswa (40,1%) mendapatkan prestasi belajar cukup. faktor sosial yang terdiri atas:
Dalam pencapaian motivasi lingkungan keluarga, lingkungan belajar yang tinggi mahasiswa secara sekolah, lingkungan masyarakat; tidak langsung mengarah pada prestasi belajar yang akan dicapai secara
2) faktor budaya seperti: adat maksimal. Menurut Rusyan (2002) istiadat, ilmu pengetahuan, mahasiswa dalam memotivasi belajar teknologi dan kesenian; 3) faktor untuk pencapaian motivasi belajar dipengaruhi beberapa faktor antara lingkungan fisik seperti: fasilitas lain: rumah, fasilitas belajar dan iklim.
a. Faktor internal, meliputi: 1) faktor
Jadi, motivasi belajar adalah jasmaniah (fisiologis) baik yang keseluruhan daya penggerak di dalam bersifat bawaan maupun yang dirimahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin diperoleh dari lingkungan; 2) kelangsungan dari kegiatan belajar dan faktor psikologis, terdiri atas: yang memberikan arah pada kegiatan faktor intelektual, faktor potensial belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu yaitu kecerdasan dan bakat, faktor dapat tercapai. Menurut Handoko kecakapan nyata yaitu prestasi
(1992) dan Keller dalam Driscoll
(1994) indikator dalam motivasi (adanya penghargaan dalam belajar, belajar antara lain: motivasi instrinsik adanya kegiatan yang menarik dalam (adanya hasrat dan keinginan untuk belajar, adanya lingkungan belajar dalam belajar, adanya harapan dan cita- ARCS (Attention, Relevance, cita masa depan), motivasi ekstrinsik Confidence dan Satisfaction ).
3. Simpulan
Tidak ada hubungan antara faktor eksternal yang diduga lebih konsep diri dan motivasi belajar dengan memengaruhi prestasi belajar prestasi belajar Asuhan Kebidanan II mahasiswa. Bagi Dosen, diharapkan Mahasiswa Prodi Kebidanan (D-3) dapat selalu menjaga dan meningkatkan Stikes Jenderal A. Yani Cimahi Tahun kualitas dalam mengelola proses 2016. pembelajaran bagi mahasiswa dengan Untuk peneliti selanjutnya, beragam latar belakang yang berbeda. diharapkan agar dapat meneliti faktor-
DAFTAR PUSTAKA
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Faurer, M. 2008. Creathing birth space to
Pada Masa Persalinan . Jakarta: Salemba enable undisturbed birth. Fahy K, editor.
Medika.
Edinburgh : Book for midwives. Sudarti, dkk. 2012. Teori Pengukuran
Tamsuri, A. 2007.
Konsep dan Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.
Andriana, E. 2013. Melahirkan Tanpa Siti, M. 2013. Pengaruh Pemberian
Rasa Sakit dengan Metode Relaksasi Hypnobirthing Dengan Lama Persalinan Hypnobirthing. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Kala I Fase Aktif pada Ibu Bersalin di BPS
Try, A. 2012. Pengaruh Teknik Prita Yusita Mangunsari Salatiga. Skripsi.
Hypnobirthing Terhadap Intensitas Nyeri
STIKES Ngudi Waluyo, diakses pada
pada Persalinan Pervaginam pada tanggal 7 Februari 2014. Primipara di Klinik Bersalin Summiariani .
Medan. Skripsi, diakses pada tanggal 7 Iin, dkk. 2011. Pengaruh Endorphin Februari 2014.
Massage Terhadap Intensitas Nyeri
Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan
Kala I Persalinan Hypnobirthing Ibu Maternitas . Jakarta : EGC. Primipara dI BPS S dan B Demak . KTI.
Afifah, dkk. 2011. Perbedaan Tingkat Universitas Muhammadiyah Semarang,
Nyeri Persalinan Kala I Pada Ibu Bersalin Normal Primigravida dan Multigravida di diakses pada tanggal 27 Juni 2014. RB Nur Hikmah Desa Kuwaron Gubug Kabupaten Grobogana . Universitas
Muhammadiyah Semarang, diakses pada