BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pendekatan Scientific Melalui Metode Guided Discovery terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 4 SD Gugus Perahu Kecamatan Ngadirejo K

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk

  dipelajari, karena matematika merupakan ilmu dasar untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Bahkan kemajuan, ketahanan, jatuh bangunnya suatu negara tergantung dari perkembangan matematika. Seperti yang dikemukakan Morris Kline (Dra. Lisnawaty Simanjuntak dkk, 1993: 64) bahwa jatuh bangunnya suatu negara dewasa ini tergantung dari kemajuan di bidang matematika. Tetapi keberhasilan pembelajaran matematika tidak terlepas dari kesiapan dan persiapan dari siswa juga pendidik. Siswa harus siap atau mempunyai minat terlebih dahulu untuk belajar matematika sehingga akan merasa senang dan penuh perhatian dalam mengikuti pelajaran. Untuk itu pendidik juga harus turut berupaya mengembangkan minat belajar anak didiknya.

  Wahyudi & Kriswandani (2010: 10) menjelaskan bahwa “matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan bahasa eksak, cermat, dan terbebas dari emosi. Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis, berpola deduktf, dan berupa bahasa yang dilambangkan dengan simbol-simbol

  ”. Setiap konsep akan berhubungan dengan konsep-konsep yang lainnya, sehingga apabila terdapat pemahaman konsep yang salah maka akan terjadi kesalahan dalam memahami konsep-konsep selanjutnya. Sejalan juga dengan pendapat Heruman (2007: 4) bahwa pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yanga akan diajarkan. Untuk itu seorang pendidik dalam mengajarkan matematika harus benar-benar teliti agar tidak terjadi kesalahan pemahaman pada siswanya. Dalam pembelajaran, pendidik juga harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan siswanya, sehingga siswa tersebut akan mudah menerima apa yang diajarkan. Proses pembelajaran perlu mengaktifkan siswa bukan sebaliknya. Dimana murid ibarat botol yang masih kosong, belum mengetahui apa-apa, dan hanya menerima begitu saja apa yang diberikan oleh guru. Prof. Dr. Oemar Hamalik (2001) juga menyatakan bahwa siswa hanya bersikap sebagai pendengar, pengikut, dan pelaksana tugas, sedangkan apa yang menjadi kebutuhan siswa seperti minat, tujuan, dan kemampuan yang sebenarnya dimiliki tidak diperhatikan dan dipertimbangkan sama sekali. Pembelajaran matematika seperti itu dapat membentuk mindset pada siswa bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Apabila siswa menyukai matematika, mereka hanya suka pada awalnya saja tetapi lama-kelamaan semakin tinggi tingkat pendidikan siswa, rasa suka dan minatnya terhadap matematika juga akan berkurang. Seperti pengamatan dan pengalaman dari Dines (Dra. Lisnawaty Simanjuntak dkk, 1993: 72)

  “bahwa terdapat anak-anak yang menyenangi matematika hanya pada permulaan, mereka berkenalan dengan matematika yang sederhana. Semakin tinggi tingkat pendidikan anak, matematika yang dipelajari juga semakin sukar sehingga minat belajar anak juga berkurang dan akhirnya anak menganggap bahwa matematika sebagai ilmu yang sukar, rumit, dan susah dipelajari

  ”. Guru perlu melibatkan siswa secara aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri. Siswa harus menghubungkan apa yang telah dimiliki dalam struktur berpikirnya yang berupa konsep matematika dengan permasalahan yang dihadapi, sehingga proses belajar anak akan lebih bermakna. Seperti yang dikemukakan Ruseffendi (Heruman, 2007) membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna. Pada belajar menghafal, siswa belajar dengan menghafalkan apa yang telah diperolehnya. Sedangkan belajar bermakna, siswa bukan hanya sekedar menghafal apa yang diperoleh tetapi juga memahaminya kemudian mengaitkan dengan hal-hal lain sehingga apa yang sudah diperolehnya lebih dimengerti.

  Permasalahan pembelajaran tersebut perlu dilakukan perbaikan yang bukan hanya mengaktifkan guru tetapi lebih mengaktifkan siswa, pembelajaran lebih mengutamakan pada proses bukan hanya hasilnya saja, siswa mengalami pengetahuan yang akan diperoleh dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang pernah dialami siswa. Seperti yang dikemukakan Bruner (1966) dalam Udin S. Winataputra, dkk (2008), belajar bermakna hanya terjadi melalui belajar penemuan. Agar belajar menjadi bermakna dan memiliki struktur informasi yang kuat, siswa harus aktif mengidentifikasi prinsip-prinsip kunci yang ditemukannya, bukan hanya sekedar menerima penjelasan dari guru saja.

  Penerapan pendekatan scientific melalui metode guide discovery dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas. Yanti Triana (2014) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan

  

scientific didalamnya mengadopsi langkah-langkah saintis dalam pembelajaran

  yang membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Dalam pembelajarannya tidak hanya beroientasi pada hasil belajar, namun proses belajar mengajar juga dianggap penting dalam pembelajaran dan untuk penguatan pendekatan scientific tersebut dengan diterapkan pembelajaran yang berbasis penyikapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Discovery sendiri seperti yang dikemukakan Mohammad Takdir Illahi (2012) merupakan salah satu metode yang membuat siswa dapat terlibat secara langsung dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa mampu menggunakan proses mental berpikirnya untuk menemukan informasi atau suatu konsep yang sedang dipelajari. Menurut Dr. Oemar Hamalik dalam Mohammad Takdir Illahi (2012: 91-92) : discovery dapat dilaksanakan melalui komunikasi sistem satu arah dan komunikasi dua arah.

  “Komunikasi satu arah (ceramah reflektif). Guru menyajikan suatu masalah, kemudian memecahkan masalah tersebut melalui langkah- langkah discovery. Caranya adalah dengan mengajukan pertanyaan di depan kelas, selanjutnya memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan refleksi. Meskipun hanya melalui satu arah, paling tidak anak didik sudah melibatkan dirinya dalam proses pemecahan masalah dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru secara reflektif. Komunikasi dua arah (discovery terbimbing). Sistem dua arah melibatkan para anak didik dalam menjawab pertanyaan guru. mereka melakukan

  discovery , sementara guru membimbing mereka ke arah yang tepat.

  Pengajaran yang demikian, menurut Cogne, disebut dengan guide discovery ”.

  Pembelajaran dengan metode guided discovery siswa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi siswa. Penemuan yang dimaksud yaitu siswa menemukan konsep melalui bimbingan dan arahan dari guru karena pada umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan konsep dasar untuk dapat menemukan sesuatu.

  Pelaksanaan pendidikan tentu tidak terlepas dari adanya permasalahan yang terjadi, salah satunya dalam proses pembelajaran di sekolah. Seperti yang terjadi di kelas 4 SD Gugus Perahu Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 pada pelajaran matematika. Pembelajaran dengan pendekatan scientific yang diintegrasikan dengan metode

  

guided discovery dirasa tepat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Proses

  pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk menghafal materi, siswa hanya menampung dan mengingat informasi yang didapatkan dari penjelasan guru tanpa mengetahui dari mana asal informasi tersebut dan kegunaanya dalam kehidupan sehari-hari.

  Proses pembelajaran yang terjadi lebih mengaktifkan guru dan siswa hanya pasif mendengarkan dan mencatat apa yang telah disampaikan. Guru menyampaikan materi di depan kelas sambil menuliskannya di papan tulis. Siswa hanya mendengarkan guru menyampaikan materi dan mencatat materi yang disampaikan guru. Hal tersebut tentu akan memaksa siswa untuk menghafal materi yang didapatnya, sehingga pengetahuan siswa juga akan dangkal karena hanya melalui proses menerima tranfer informasi dari guru saja tanpa ikut menemukan sendiri bagaimana informasi materi tersebut didapat.

  Penyampaian materi yang dilakukan guru belum mengaitkan dengan benda-benda atau pengalaman di lingkungan sekitar siswa. Guru hanya menuliskan hal-hal penting dalam papan tulis. Sehingga informasi yang disampaikan tidak akan bermakna bagi siswa karena yang disampaikan masih abstrak. Guru tidak menunjukkan dan memberikan contoh dengan hal-hal yang perkembangan anak kelas 4 SD yang tahap berpikirnya masih konkret, masih harus ditunjukkan dengan hal-hal yang nyata terutama yang ada di kehidupan sekitar siswa.

  Guru juga belum mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Dalam mentransfer ilmunya guru hanya sebatas menyampaikan materi di depan tanpa melibatkan siswa untuk menggali informasi materi sendiri. Sesekali guru bertanya kepada siswa mengenai materi yang sedang diajarkan dan juga guru memberikan contoh soal di papan tulis, kemudian menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan di depan. Guru juga tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang sedang dipelajari sudah mengerti atau belum. Karena siswa juga hanya diam ketika tidak ditanya dan sebagian besar siswa belum bisa mengerjakan ketika diberi soal latihan.

  Melihat proses pembelajaran yang terjadi juga menunjukkan bahwa siswa juga belum siap untuk mengikuti dan menerima pelajaran. Guru hanya sebatas menyiapkan siswa ketika pelajaran akan dimulai dan itu hanya menyiapkan alat tulis yang harus digunakan. Hal-hal seperti kesiapan dari segi fisik dan psikis siswa belum diperhatikan. Seperti ketika guru memulai pembelajaran, masih ada siswa yang berbicara dengan temannya, siswa tidak memperhatikan guru pada saat menyampaikan materi sehingga tidak tahu ketika ditanya, dan ada juga siswa yang memperhatikan tetapi juga tidak mengerti pada saat diberikan soal latihan. Seakan-akan siswa tidak siap dan senang untuk mengikuti pembelajaran karena siswa dipaksa hanya untuk mendengarkan guru menyampaikan informasi materi di depan. Fokus siswa, kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran itu sangat perlu diperhatikan sehingga guru tidak hanya menyampaikan materi sampai selesai tetapi justru terkesan sia-sia karena apa yang disampaikan tersebut tidak bermakna bagi siswanya.

  Proses pembelajaran yang terjadi dapat terlihat bahwa dalam mengajar guru hanya mengutamakan hasil belajar yang didapat siswa dan mengabaikan proses belajar siswa. Orientasi guru hanya pada penyampaian materi harus selesai dan hasil belajar yang didapat siswa bisa mencapai ketuntasan minimal. Tentunya hal tersebut kurang sesuai karena pembelajaran bukan hanya menitikberatkan pada hasilnya saja tetapi lebih penting lagi adalah proses siswa dalam belajar. Ketika pembelajaran yang dilakukan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran tentunya hal itu akan membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, siswa bisa menemukan sendiri informasi dari materi yang dipelajari, mengaitkan materi pelajaran dengan benda-benda atau hal-hal konkret di sekitar siswa, sehingga belajar yang dilakukan siswa akan lebih bermakna. Terlebih lagi pada mata pelajaran matematika. Materi dalam pelajaran matematika merupakan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu dalam belajar matematika bukan hanya sebatas menghafal setiap konsep-konsep yang ada, tetapi siswa perlu mengalami, terlibat langsung, mengkonstruksi sendiri pengetahuan mengenai konsep-konsep yang dipelajari dengan mengaitkan benda-benda dan pengalaman siswa sehari-hari.

  Berdasarkan pernyataan di atas metode guided discovery tepat diterapkan pada pembelajaran karena dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini didukung dengan adanya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ni Nym. Sumarniti, dkk. (2014), Fansiskus Redi (2012), dan Siti Mutoharoh (2011) bahwa metode guided discovery dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena aktivitas pembelajaran yang semula berpusat pada guru menjadi lebih berpusat kepada siswa, semula proses belajar hanya pentransferan ilmu dari guru ke siswa, kini siswa menemukan dan mengkosnstruksi sendiri pengetahuannya, dan juga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

  Berdasarkan masalah dan didukung penelitian yang relevan, peneliti melakukan penelitian eksperimen yang berjudul ”Pengaruh Pendekatan Scientific melalui Metode Guided Discovery Terhadap Hasil Belajar Matematika pada

  Siswa Kelas 4 SD Gugus Perahu Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015”.

1.2. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut :

  1. Pembelajaran matematika didalamnya harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan dan juga siswa dalam proses belajarnya bukan hanya menghafal apa yang telah diperolehnya tetapi harus bermakna dengan mereka menemukan sendiri pengetahuannya.

  2. Pembelajaran matematika yang menuntut siswa untuk belajar menghafal sehingga membuat siswa hanya menyukai matematika pada permulaan dengan materi yang dipelajari masih sederhana dan ketika semakin tinggi tingkat pendidikan siswa, matematika yang dipelajari juga semakin sukar yang membuat siswa tidak menyukai matematika.

  3. Proses pembelajaran matematika yang lebih mengaktifkan guru dan siswa pasif, penyampaian materi yang tidak mengaitkan dengan benda-benda dan pengalaman siswa, tidak adanya kesiapan siswa untuk menerima informasi, menuntut siswa untuk menghafal yang membuat siswa tidak menyukai matematika.

  4. Pendekatan saintifik didalamnya terdapat langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan siswa melalui metode ilmiah dan menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam aktifitas pembelajaran.

  5. Metode guided discovery (penemuan terbimbing) dapat digunakan untuk menguatkan pendekatan saintifik karena pembelajarannya berbasis penyikapan atau penelitian dengan siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar sehingga mampu menemukan sendiri suatu konsep yang sedang dipelajari dan pembelajaran juga akan lebih bermakna yang terjadi melalui belajar penemuan.

  1.3. Batasan Masalah

  Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dampak dari proses pembelajaran yang terjadi adalah kemampuan kognitif siswa yang rendah karena proses belajar mengajar tidak bermakna bagi siswa, yang terlihat dari hasil tes tertulis siswa. Untuk itu peneliti melakukan penelitian ini hanya membahas masalah hasil belajar siswa melalui tes tertulis, yaitu “pengaruh pendekatan scientific melalui metode

  

guided discovery terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Gugus

  Perahu Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung semester II tahun pelajaran 2014/2015 ”.

  1.4. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditentukan rumusan masalah yaitu apakah ada pengaruh positif dan signifikan pendekatan scientific dengan motode guided discovery terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Gugus Perahu Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester II Tahun

  Pelajaran 2014/2015? 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat ditentukan tujuan penelitian ini yaitu, untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan scientific melalui metode guided discovery terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Gugus Perahu Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

  1.6. Manfaat Penelitian

  Penelitian diharapkan memiliki manfaat yang dapat digunakan pada waktu yang akan datang, baik manfaat secara teoritik maupun manfaat secara praktis.

1.6.1. Manfaat Teoritis

  Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Menambah pengetahuan bagi dunia pendidikan dalam kaitannya dengan

2. Menambah pengetahuan mengenai penerapan motode guided diccovery dalam pembelajaran matematika.

  3. Menambah pengetahuan bagi dunia pendidikan kaitannya dengan menciptakan suasana belajar yang lebih mengaktifkan siswa, memanfaatkan lingkungan sekitar dan kehidupan sehari-hari atau pengalaman siswa 4. Memberikan wawasan dan pengetahuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan.

1.6.2. Manfaat Praktis 1.

  Bagi guru Sebagai referensi dalam merencanakan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pelajaran yang akan diajarkan.

  2. Bagi siswa

  a) Dapat dipakai untuk menemukan dan mengonstruksi sendiri pengetahuannya, sehingga apa yang dipelajari siswa akan lebih bermakna.

  b) Melatih siswa menghadapi menyelesaikan masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan siswa.

  3. Bagi sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai lebih dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TIPE NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Se

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TIPE NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Se

0 2 22

4.1.1. Rencana Tindakan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TIPE NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pring

0 1 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TIPE NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Se

0 2 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TIPE NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Se

0 1 76

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Pengembangan Pembelajaran Assure dalam Mengimplementasikan Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar Muatan IPA Siswa Di Kelas 3

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Pengembangan Pembelajaran Assure dalam Mengimplementasikan Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar Muatan IPA Siswa Di Kelas 3

0 1 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Pengembangan Pembelajaran Assure dalam Mengimplementasikan Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar Muatan IPA Siswa Di Kelas 3

0 0 24

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Prasyarat Pre-test Hasil Belajar 4.1.1 Uji Normalitas Pre-test - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Pengembangan Pembelajaran Assure dalam Mengimplementasikan Pendekatan Saint

0 0 17

Lampiran 1 Hasil Skor Analisis Gaya Belajar Siswa (Kelas Eksperimen)

0 1 62