PENINGKATAN SIKAP SOSIAL SISWA SEKOLAH M (1)

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SABILUL IHSAN TEJA TIMUR PAMEKASAN MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SKRIPSI

Oleh SAIFULLAH

NIM. 18201001040716

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2014

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SABILUL IHSAN TEJA TIMUR PAMEKASAN MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SKRIPSI Diajukan kepada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh SAIFULLAH

NIM. 18201001040716

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2014

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi berjudul Peningkatan Sikap Sosial Siswa Sekolah Mengengah Atas Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan Melalui Pendidikan Agama Islam, yang disusun oleh Saifullah telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Pamekasan, 23 April 2014

Pembimbing

Dr. H. Nor Hasan, M. Ag.

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi berjudul Peningkatan Sikap Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan Melalui Pendidikan Agama Islam, yang disusun oleh Saifullah telah diuji pada tanggal 20 Mei 2014

Dewan Penguji

1. Ketua : Dr. H. Nor Hasan, M. Ag. ( )

2. Penguji I : Dr. H. Mohammad Kosim, M. Ag ( )

3. Penguji II : Dr. Edi Susanto, M.Fil.I ( )

Mengesahkan,

Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan

Dr. H. Taufiqurrahman, M. Pd

NIP. 196512291993031001

ABSTRAK

Saifullah, 2014, Peningkatan Sikap Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan Melalui Pendidikan Agama Islam, Skripsi, Program Studi PAI, Jurusan Tarbiyah, Pembimbing : Dr. Nor Hasan, M. Ag.

Kata kunci : Pendidikan Agama Islam, Sikap Sosial Agama Islam dan pendidikan adalah dua hal yang satu sama lain saling

berhubungan. Melalui agama, manusia diarahkan menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Proses pengembangannya adalah melalui pendidikan. Karena dengan pendidikan orang akan menjadi lebih memahami dan lebih mampu baik dari segi kecerdasan maupun sikap mentalnya. Akan tetapi pada kenyataannya, Pendidikan Agama Islam di sekolah masih dianggap kurang memberikan kontribusi kearah tersebut. Kelemahan pendidikan agama Islam masih terfokus pada ranah kognitif dan masih kurang menyentuh ranah afektif serta ranah psikomotorik. Padahal untuk tercapainya insan kamil pendidikan agama Islam harus bisa menyetuh seluruhnya, baik ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Kondisi semacam ini juga terjadi di SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan. Realitas yang terjadi, siswa SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan dapat memahami dan berfikir pentingnya sikap sosial, namun dalam mengaplikasikan sikap sosial tersebut mereka cenderung melihat faktor situasional dan faktor siapa orang yang akan menerima efek sikap sosial tersebut.

Ada tiga permasalahan yang menjadi fokus dalam penlitian ini. Pertama, bagaimanakah kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan yang terkait dengan sikap sosial. Kedua, bagaimanakah interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan Pamekasan. Ketiga, bagaimanakah peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama Islam pada siswa SMA Sabilul Ihsan Pamekasan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma deskriptif-kualitatif dan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Informannya adalah Kepala Sekolah, Guru, Staf TU dan siswa. Sedangkan pengecekan keabsahan data dilakukan melalui ketekunan pengamatan, triangulasi dan kecukupan referensi.

Hasil Penelitian yang didapat dari penelitian ini adalah : Pertama, Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan yang terkait dengan sikap sosial tercermin dalam pokok-pokok bahasan sebagai berikut : a. Membiasakan perilaku terpuji kepada sesama manusia, b. Memahami ayat Al Quran tentang demokrasi, c. Menghindari perilaku tercela, d. Memahami hukum Islam tentang zakat, haji, wakaf, e. Memahami ayat-ayat Al Quran tentang perilaku menyantuni kaum dhu’afa, f. Memahami hukum Islam tentang mu’amalah, g. Memahami hukum Islam tentang pengurusan jenazah, h. Memahami ayat-ayat Al Quran tentang anjuran bertoleransi. Kedua, Interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan Pamekasan berjalan cukup baik. Pola interaksi yang terjadi meliputi pola pembelajaran yang Hasil Penelitian yang didapat dari penelitian ini adalah : Pertama, Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan yang terkait dengan sikap sosial tercermin dalam pokok-pokok bahasan sebagai berikut : a. Membiasakan perilaku terpuji kepada sesama manusia, b. Memahami ayat Al Quran tentang demokrasi, c. Menghindari perilaku tercela, d. Memahami hukum Islam tentang zakat, haji, wakaf, e. Memahami ayat-ayat Al Quran tentang perilaku menyantuni kaum dhu’afa, f. Memahami hukum Islam tentang mu’amalah, g. Memahami hukum Islam tentang pengurusan jenazah, h. Memahami ayat-ayat Al Quran tentang anjuran bertoleransi. Kedua, Interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan Pamekasan berjalan cukup baik. Pola interaksi yang terjadi meliputi pola pembelajaran yang

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah dan rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan Penelitian ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah keharibaan Nabi akhir zaman Muhammad SAW.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Agama Islam di STAIN Pamekasan. Terselesaikannya penulisan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih penulis haturkan kepada :

1. Ketua STAIN Pamekasan

2. Seluruh Dosen STAIN Pamekasan atas ilmu yang diberikan

3. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan

4. Dr. H. Nor Hasan M.Ag selaku dosen pembimbing

5. Kepala Sekolah SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan, atas ijin penelitiannya.

6. Rekan-rekan se-angkatan di STAIN Pamekasan atas dukungan dan sharing ilmunya.

7. Istriku dan anak-anakku tercinta yang selalu memotivasiku Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih kurang sempurna, untuk itu saran yang membangun untuk sempurnanya proposal penelitian ini sangat diharapkan.

Pamekasan, April 2014 Penulis

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Siswa SMA Sabilul Ihsan Tahun Pelajaran 2013-2014

37 Tabel 2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMA Sabilul Ihsan

37 Tahun Pelajaran 2013-2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks penelitian

Manusia dengan segala keunikan dan keanekaragamannya tidak akan mampu hidup sendiri tanpa kebersamaan, karena pada dasarnya ia memiliki ketergantungan dengan orang lain. Ketergantungan inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial kehidupan manusia bukan terletak pada "akunya", tetapi pada "kitanya" atau pada kebersamaannya dan sebagai wujud dari kebersamaan dimaksud maka manusia membutuhkan sikap sosial yang merupakan respon terhadap stimulus sosial yang ada. Sikap yang ditunjukkan ini juga merupakan evaluasi terhadap aspek dalam dunia sosial 1

Sikap sosial pada dasarnya berkaitan erat dengan beberapa konsep ilmu jiwa sosial atau psikologi sosial lainnya seperti komitmen dan pelibatan diri, baik pada sistem norma atau nilai tertentu, atau kelompok tertentu, atau mungkin pelibatan pribadi ke pribadi lain diluar dirinya 2

Sistem norma atau nilai yang berkembang dalam kelompok yang berbeda ini mengakibatkan anak (individu) berbeda-beda dalam bakat atau pembawaannya, hal ini karena adanya perbedaan pengalaman, pengetahuan dan proses pendidikan. Proses pendidikan menyebabkan anak berbeda dalam

1 . Baron dan Byrne. Psikologi Sosial. (Jakarta : Erlangga, , 2004) hlm. 120 2 Alex Sobur. Psikologi Umum. (Bandung : CV. Pustaka Setia. 2011) hlm. 371 1 . Baron dan Byrne. Psikologi Sosial. (Jakarta : Erlangga, , 2004) hlm. 120 2 Alex Sobur. Psikologi Umum. (Bandung : CV. Pustaka Setia. 2011) hlm. 371

Pendidikan itu sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka sudah sewajarnya bila seorang guru atau pendidik harus berusaha menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar manusia dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat (dengan sistem sosialnya). 3

Sikap yang ditunjukkan oleh seseorang bukan hanya berkaitan dengan ranah kognitif orang tersebut. Namun, yang sangat memegang peranan penting dalam didalam sikap adalah faktor perasaan atau emosi (afeksi) dan faktor kedua adalah reaksi/respon, atau kecenderungan untuk bereaksi. Dalam beberapa hal, sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku manusia 4

Agama Islam dan pendidikan adalah dua hal yang satu sama lain saling berhubungan. Melalui agama, manusia diarahkan menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Proses pengembangannya adalah melalui pendidikan. Karena dengan pendidikan orang akan menjadi lebih memahami dan lebih mampu baik dari segi kecerdasan maupun sikap mentalnya.

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah memerlukan interaksi yang mendalam antara guru dan siswa, baik secara lahir dan batin.

3 Ary H. Gunawan. Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Rineke Cipta, 2010) hlm. 46-47

Guru agama bukan sekadar "penyampai" materi pelajaran, tetapi lebih dari itu adalah sebagai "sumber spiritual" dan sekaligus sebagai "pembimbing." Sehingga dapat terjalin hubungan yang sangat erat antara guru dan siswa serta mampu melahirkan keterpaduan bimbingan ruhani dan akhlak dengan materi pengajarannya. Karena itu, fungsi dan peran guru agama tidak cukup hanya bermodal "profesional" semata, tetapi perlu pula didukung oleh kekuatan "moral." Begitu pula tentang mutu pendidikan agama dan pencapaian prestasi siswa tidak dapat begitu saja diukur lewat tabel-tabel statistik. Mutu dan keberhasilan pendidikan agama mestinya diukur dengan totalitas siswa sebagai pribadi dan sosial.

Penguatan mutu Pendidikan Agama Islam ini memang pantas untuk diperhatikan secara serius, mengingat dengan pendidikan agama Islam diharapkan terciptanya kepribadian seseorang menjadi “insan kamil”, manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti 5

Akan tetapi pada kenyataannya, Pendidikan Agama Islam di sekolah masih dianggap kurang memberikan kontribusi kearah tersebut. Kelemahan pendidikan agama Islam masih terfokus pada ranah kognitif dan masih kurang menyentuh ranah afektif serta ranah psikomotorik. Padahal untuk tercapainya Akan tetapi pada kenyataannya, Pendidikan Agama Islam di sekolah masih dianggap kurang memberikan kontribusi kearah tersebut. Kelemahan pendidikan agama Islam masih terfokus pada ranah kognitif dan masih kurang menyentuh ranah afektif serta ranah psikomotorik. Padahal untuk tercapainya

Kondisi semacam ini juga terjadi di SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan. Realitas yang terjadi, siswa SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan dapat memahami dan berfikir pentingnya sikap sosial, namun dalam mengaplikasikan sikap sosial tersebut mereka cenderung melihat faktor situasional dan faktor siapa orang yang akan menerima efek sikap sosial tersebut. Untuk itu peneliti tertarik meneliti lebih dalam bagaimanakah peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama Islam pada siswa SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan.

B. Fokus penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan yang terkait dengan sikap sosial?

2. Bagaimanakah interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan Pamekasan?

3. Bagaimanakah peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama Islam pada siswa SMA Sabilul Ihsan Pamekasan?

C. Tujuan peneltian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan tentang kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan yang terkait dengan sikap sosial.

2. Mendeskripsikan interaksi guru dan siswa dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Sabilul Ihsan Pamekasan.

3. Mengetahui peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama Islam pada siswa SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan.

D. Kegunaan penelitian

Kegunaan penelitian ini terdiri adalah

1. Kegunaan Ilmiah

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang

peningkatan sikap sosial melalui Pendidikan Agama Islam.

b. Sebagai bahan masukan dalam memberikan ide atau gagasan pada pendidik agar memperhatikan kemampuan sikap sosial siswa dalam belajar.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran, karena mutu sekolah disebabkan oleh kemampuan guru dalam melaksanakan tugas secara professional.

b. Bagi guru, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran, melakukan refleksi untuk memahami kendala dan permasalahan serta pemecahan masalah dalam pembelajaran.

c. Bagi siswa dapat memberikan gambaran pentingnya memiliki sikap sosial.

d. Bagi penulis sendiri untuk memperoleh pengalaman secara langsung dalam bidang penelitian terutama dengan meneliti peningkatan sikap sosial siswa melalui Pendidikan Agama Islam.

E. Definisi istilah

a. Sikap sosial adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang lain, saling ketergantungan dengan manusia lain dalam berbagai kehidupan masyarakat.

b. Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.

F. Penelitian Terdahulu

Terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti lain yang memiliki keterkaitan dan relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan ini. Diantaranya adalah :

1)Penelitian dengan judul Pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap sikap sosial siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI MA Nurul Hidayah Temoran Omben Sampang. Yang diteliti oleh Kholifah, 2010 (STAIN Pamekasan). Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pembelajaran kooperatif terhadap sikap sosial siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI MA Nurul Hidayah Temoran Omben Sampang. Dari penelitian terdahulu diatas dapat disimpulkan perbedaan dan

persamaan dengan penelitian ini. Perbedaan penelitian diatas menggunakan metode kuantitatif sedangkan penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sedangkan persamaan penelitian terdahulu tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang sikap sosial siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas pengertian pendidikan Agama Islam, penulis terlebih dahulu akan mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan" mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan. 6

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua, dijelaskan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan dan cara mendidik 7

Sedangkan Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap

6 Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2004) Cet ke-4, hlm. 1 7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan 6 Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2004) Cet ke-4, hlm. 1 7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan

Dari definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya insan kamil.

Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah pendidikan agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan Islam menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-warna Islam. Untuk memperoleh gambaran yang mengenai pendidikan agama Islam, berikut ini beberapa defenisi mengenai pendidikan Agama Islam.

Menurut Ahmad Marimba, pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 9 Sedangkan Zakiah Daradjat berpendapat bahwa pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak. 10

8 Ahmad D. Marimba. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-maarif. 1981) cet ke-5, hlm. 19

9 Ibid, hlm. 23

10 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1992), cet ke-2, hlm. 86

Dari beberapa pendapat yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan secara sadar untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.

b. Dasar-Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dasar dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. Demikian juga halnya dengan dasar suatu pendidikan yaitu menjamin "bangunan" pendidikan itu teguh berdirinya. Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:

1. Dasar Religius Menurut Zuhairini, yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar- dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam Al-Qur'an maupun Al-hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama Islam adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya. 11

Dalam Al-Quran dan Al-Hadits banyak sekali ayat yang menunjukkan adanya perintah tersebut. Salah satu ayat Al Quran yang memerintahkan

11 Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: biro Ilmiah fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel), Cet ke-8, hlm. 23 11 Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: biro Ilmiah fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel), Cet ke-8, hlm. 23

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan dalam surat ini terdapat peringatan bahwa pada mulanya manusia diciptakan dari segumpal darah. Di antara karunia Allah SWT adalah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya., lalu Dia memuliakan dan mengangkat derajatnya dengan ilmu, dan itulah keistimewaan yang dimiliki oleh bapak manusia, yaitu Adam, dibanding dengan para malaikat. Terkadang ilmu itu terdapat pada akal pikiran, terkadang pada ucapan, dan terkadang terdapat pada tulisan tangan. Sehingga ada ilmu yang sifatnya akal pikiran, ucapan dan ada yang berupa tulisan. Di dalam tulisan terkandung unsur akal pikiran dan ucapan, tapi tidak berarti sebaliknya. 13

Al-Quran sebagai dasar pendidikan agama Islam, memiliki perbendaharaan yang luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat manusia. Al Quran meurpakan sumber pendidikan yang lengkap, baik pendidikan masyarakat (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (rohani), serta jasmani dan

12 Mujamma’ Al Malik Fahd li thiba’at al mush-haf. Al Qur’an dan Terjemahnya. (Medinah Almunawwarah : 1971 ) Hlm. 1079

13 Salim Bahreisy dan Said Bahreisy. Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir. (Surabaya : PT. Bina Ilmu.

atau semesta alam. Oleh karena itu pendidikan agama Islam harus senantiasa mengacu pada sumber yang termuat dalam Al Quran.

2. Dasar Yuridis Formal Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan Yuridis Formal pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, di sekolah-sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia. Adapun dasar yuridis formal ini terbagi tiga bagian, sebagai berikut:

a. Dasar Ideal Dasar ideal yakni dasar dari falsafah Negara: Pancasila, dimana sila yang pertama adalah ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian, bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragama 14

b. Dasar Konsitusional/Struktural Dasar konsitusioanl adalah dasar UUD tahun 2002 Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai berikut:

a) Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing- masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya 15

Bunyi dari UUD di atas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama, dalam pengertian manusia yang hidup di bumi Indonesia Bunyi dari UUD di atas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama, dalam pengertian manusia yang hidup di bumi Indonesia

3. Dasar Operasional Dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah di Indonesia. Menurut Tap MPR nomor IV/MPR/1973. Tap MPR nomor IV/MPR/1978 dan Tap MPR nomor II/MPR/1983 tentang GBHN," yang pada pokontya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan kedalam kurikulum sekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas-universitas negeri. 16

Atas dasar itulah, maka pendidikan agama Islam di Indonesia memiliki status dan landasan yang kuat dilindungi dan didukung oleh hukum serta peraturan perundang-undangan yang ada.

4. Dasar Psikologis Dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. 17

Semua manusia yang hidup di dunia ini selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada sutu

16 Ibid, hlm. 23

17 Abdul majid, Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT 17 Abdul majid, Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT

Dari uaraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu kepada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak.

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa. Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik biologis maupun pedagogis.

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 18

18 Ibid,. hlm. 135

Menurut Zakiah Daradjat Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi "insan kamil" dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allh SWT. 19 Imam Al-Ghazali sebagaimana dikutip Ramayulis mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat. 20

Muhammad Athiyah Al-Abrasy merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mencapai akhlak yang sempurna. Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. 21

Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu pendidikan Islam, yaitu

19 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 29 20 Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. hlm. 71-72

21 Muhammad Athiyyah al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam , terjemahan Bustami 21 Muhammad Athiyyah al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam , terjemahan Bustami

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji. Jadi, tujuan pendidikan agama Islam adalah berkisar kepada pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan social. Atau lebih jelas lagi, ia berkisar pada pembinaan warga Negara muslim yang baik, yang prcaya pada Tuhan dan agamanya, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak-anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) diakhirat kelak.

Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan pengamalan nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim melalui proses akhir yang dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian Islami yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1. Perbuatan mendidik itu sendiri Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dari sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu mengasuh anak didik. Atau dengan istilah yang lain yaitu sikap atau tindakan menuntun, membimbing, memberikan pertolongan dari seseorang pendidik kepada anak didik menuju kepada tujuan pendidikan Islam.

2. Anak didik Anak didik merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang kita cita-citakan.

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam ini dilakukan. Yaitu ingin membentuk anak didik menjadi manusia dewasa yang bertakwa kepada Allah dan kepribadian muslim.

4. Pendidik Pendidik merupakan subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam.

5. Materi Pendidikan Islam

Yaitu bahan-bahan, pengalaman-pengalaman belajar ilm agama Islam yang disusun sedemikian rupa untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.

6. Metode Pendidikan Islam Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik. Metode di sini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.

7. Evaluasi Pendidikan Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidika Islam umumnya tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melaui proses atau pentahapan tertentu. Apabila tahap ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya kepribadian muslim.

8. Alat-alat Pendidikan Islam Yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.

9. Lingkungan

Yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam. 22

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam itu sangat luas, sebab meliputi segala aspek yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan Islam.

2. Sikap Sosial

a. Pengertian Sikap Sosial

Gerungan berpendapat attitude sosial adalah suatu sikap sosial yang dilakukan dengan cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap objek sosial. Attitude sosial menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial, dan biasanya attitude sosial dinyatakan tidak hanya oleh seseorang, tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok atau semasyarakat. 23

Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang lain, saling ketergantungan dengan manusia lain dalam berbagai kehidupan masyarakat. Sedangkan pendapat lain mengatakan Interaksi di kalangan manusia; interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, hubungan yang menimbulkan perasaan sosial yaitu perasaan yang mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti saling tolong menolong, saling memberi dan menerima, simpati, rasa setia kawan, dan sebagainya. 24

Sedangkan menurut Bimo Walgito sikap sosial merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang

23 Gerungan. Psikologi Sosial. (Bandung: Refika Aditama, 2010) hlm. 161 23 Gerungan. Psikologi Sosial. (Bandung: Refika Aditama, 2010) hlm. 161

Dari beberapa pengertian dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap sosial adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan individu secara sadar dan nyata, dilakukan secara berulang-ulang yang ditujukan pada objek sosial.

b. Ciri-ciri Sikap Sosial

Gerungan menyebutkan ciri-ciri sikap sosial sebagi berikut :

1. Attitude tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan lain- lain

yang menjadi pembawaan baginya, dan yang terdapat padanya sejak dilahirkan.

penggerak

kegiatan

manusia

2. Attitude dapat berubah-ubah karena attitude dapat dipelajari orang atau sebaliknya, attitude-attitude dapat dipelajari sehingga attitude dapat berubah pada seseorang bila terdapat keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya attitude pada orang itu.

3. Attitude tidak berdiri

tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, attitude terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkaitan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

sendiri,

4. Objek attitude dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi, attitude dapat berkaitan dengan satu objek saja tetapi juga berkaitan dengan sederet objek yang serupa.

5. Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membeda-bedakan attitude dari

pengetahuan- pengetahuan yang dimiliki orang. 26

kecakapan-kecakapan

atau

c. Struktur Sikap Sosial

Bimo Walgito berpendapat bahwa sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu :

1. Komponen kognitif (komponen perceptual) Komponen kognitif yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap

2. Komponen afektif (komponen emosional) Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component) Komponen konatif yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan

26 Gerungan. Psikologi Sosial. hlm. 163 26 Gerungan. Psikologi Sosial. hlm. 163

d. Faktor-Faktor Sikap Sosial

Gerungan menjelaskan faktor-faktor dalam sikap sosial, yaitu : 1. Faktor internal, merupakan pengamatan dan penangkapan manusia yang senantiasa melibatkan suatu proses pilihan diantara seluruh rangsangan yang objektif yang ada diluar kita, pada setiap saat dalam kehidupan kita, suatu pilihan diantara berbagai rangsangan yang kemudian kita perhatikan dan tafsirkan dengan lebih mendalam.

2. Faktor eksternal, yaitu dalam pembentukan dan perubahan attitude, selain faktor- faktor internal terdapat pula faktor-faktor eksternal antara lain sifat, isi pandangan baru yang ingin diberikannya itu, siapa yang mengemukakannya dan siap yang menyokongnya pandangan baru tersebut, dengan cara bagaimana pandangan itu diterangkan, dan dalam situasi bagaimana attitude baru itu diperbincangkan (situasi interaksi kelompok, situasi orang sendirian, dan lain- lain). 28

e. Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap

Proses pembentukan dan perubahan sikap dapat terbentuk atau berubah melalui 4 macam cara yaitu:

1. Adopsi: Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang- ulang dan terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

27 Bimo Walgito. Psikologi Sosial. Hlm. 111 28 Gerungan. Psikologi Sosial. hlm. 167

2. Diferensiasi: dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada halhal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap obyek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.

3. Integrasi: Pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga pada akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.

4. Trauma: Pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. 29

Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap sesuatu. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing-masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan, dan juga situasi lingkungan. Sikap anakanak terhadap orang lain dan pengalaman sosial dan seberapa baik mereka bergaul dengan orang lain, sebagian besar akan tergantung pada pengalaman belajar selama bertahun-tahun dalam hal belajar bersikap sosial. Bersikap sosial berarti mampu berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.

29 Sarlito Wirawan Sarwono. Pengantar Umum Psikologi. (Jakarta: Bulan Bintang, 1976)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma Deskriptif- Kualitatif, Bogdan dan Taylor sebagai mana dikutip oleh Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatau keutuhan. 30

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. 31

Menurut Nawawi dan Martini metode deskriptif adalah metode yang melukiskan keadaan suatu objek atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta- fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan

30 Lexy J. Moeleong. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2007) hlm. 4 30 Lexy J. Moeleong. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2007) hlm. 4

Jenis Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Suharsimi Arikunto penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. 33 Kasus sendiri didefinisikan sebagai fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas (bounded context), meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas. 34 Studi kasus dipilih karena merupakan strategi yang paling cocok untuk menjawab pertanyaan “bagaimana dan mengapa”, sehingga dapat mengklarifikasi secara tepat hakekat pertanyaan dalam penelitian. Ia juga dapat menguji, apakah proposisi teori yang digunakan benar, atau alternatif penjelasannya lebih relevan. 35

Selanjutnya, karena penelitian ini dilaksanakan pada suatu tempat dengan karakteristik yang sejenis serta fokus masalahnya pada penanaman sikap sosial dalam kaitannya dengan Pendidikan Agama Islam dalam sikap dan perilaku siswa sudah ditentukan sebelum peneliti memasuki lapangan, maka studi kasusnya adalah studi kasus tunggal terpancang.

32 Hadari Nawawi dan Mimi Martini. Penelitan Terapan. (Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 1994)

33 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek : Edisi Revisi V. (Jakarta : Rineka Cipta. 2002) hlm 120

34 Poerwandari, Kristi. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. (Jakarta LPSP3 Fakultas Psikologi UI. 2001)

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen utama yaitu sebagai pelaksana, pengamat, dan sekaligus sebagai pengumpul data tanpa atau dengan bantuan orang lain. Menurut Lexy Moleong, kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti berperan sekaligus sebagai perencana, mengumpulkan, mengalisis, serta menafsirkan data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Dengan demikian, peneliti dikatakan sebagai instrumen atau alat disini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. 36

Dengan kata lain kehadiran peneliti disamping sebagai instrumen juga enjadi faktor penting dalam seluruh kegiatan penelitian ini. Karena kedalaman serta ketajaman menganalisis data tergantung pada peneliti.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Sabilul Ihsan Pamekasan, yang terletak di Jalan Raya Jalmak 150 Teja Timur Pamekasan. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa SMA Sabilul Ihsan merupakan sekolah berbasis pesantren dan memiliki siswa dengan latar belakang sosial yang cukup beragam, maka tema yang diangkat dalam penelitian ini menjadi menarik untuk diungkapkan.

D. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. 37 Penulis memperoleh data primer melalui wawancara dan observasi. Jenis data yang diperoleh melalui wawancara antara lain data mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam, data mengenai persepsi siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam, data mengenai interaksi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas, serta data mengenai penanaman sikap sosial melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Sedangkan data yang penulis peroleh melalui observasi di lapangan mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam, persepsi siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam, interaksi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas, serta data mengenai penanaman sikap sosial melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Disamping itu juga data mengenai model bangunan sekolah, karakteristik siswa. Sedangkan jenis data sekunder dapat berupa arsip yang dimiliki oleh administrasi SMA Sabilul Ihsan Pamekasan, seperti data keadaan siswa dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

37 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2010) hlm. 308-309.

Menurut Moleong responden atau informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. 38 Adapun yang menurut peneliti dapat menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

1. Kepada dan Wakil Kepala Sekolah SMA Sabilul Ihsan

2. Guru Pendidikan Agama Islam SMA Sabilul Ihsan

3. Siswa SMA Sabilul Ihsan

4. Staf Tata Usaha SMA Sabilul Ihsan

E. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 39 Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstuktur. Wawancara terstruktur dimaksudkan untuk menemukan informasi yang tidak baku, seperti pengecualian, penyimpangan, dan penafsiran yang tidak lazim.

38 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif . hlm 112 38 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif . hlm 112

c. Metode dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi adalah salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau vriabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya. 41 Sedangkan menurut Sugiyono, dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental. 42 Dalam penelitian kali ini, dokumentasi yang peneliti gunakan adalah dengan mengambil kumpulan data yang ada di kantor SMA Sabilul Ihsan baik berupa tulisan, papan nama, dan brosus profil SMA Sabilul Ihsan.

40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. hlm 156 41 Ibid hlm. 231

F. Analisis Data

Menurut Sugiono, analisis data adalah mencari dan menyusun data yang diperoleh secara sistematis, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. 43

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Adapun tahapan analisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Huberman dan Miles dalam Burhan Bungin 44 sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data (Data Collection) Analisis data dapat dilakukan jika data sudah terkumpul melalui pengumpulan data yang diuraikan pada sebelumnya. Pengumpulan data dimaksudkan dalam tahap analisis data karena tanpa terkumpulnya data analisis tidak dapat dilakukan.

b. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan- catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,

43 Ibid,.. hlm 335 43 Ibid,.. hlm 335

c. Display Data Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.

d. Penegasan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclution Drawing and Verification) Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan merupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan.

Proses analisis data ini berbentuk siklus, sebagaimana gambar yang diadopsi Bungin 45 dari

Huberman dan Miles, sebagai berikut:

Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif dikembangkan Huberman dan Miles, sebagaimana dikutip

Burhan Bungin

Sesuai dengan diagram siklus analisis data di atas, menurut Bungin 46 prosesnya tidaklah ‘sekali jadi’, melainkan berinteraktif secara

bolak balik dengan perkembangan yang bersifat sekuensial dan interaktif, yang ’melingkar’.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Moleong menyebutkan bahwa dalam penelitian diperlukan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh keabsahan Moleong menyebutkan bahwa dalam penelitian diperlukan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh keabsahan

1. Ketekunan pengamatan, yaitu mengadakan observasi secara terus menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala mendalam terhadap berbagai aktifitas yang sedang berlangsung di lokasi penelitian.

2. Triangulasi, yatu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu dari luar dara sebagai pengecek atau pembanding data.

3. Kecukupan referensi, yaitu faktor pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Hal ini peneliti lakukan dengan cara melengkapi data-data yang akan dikemukakan dengan foto-foto atau dokumen autentik agar lebih dapat dipercaya.

Pada proses analisis data, dalam memeriksa keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi. Adapaun teknik triangulasi yang peneliti gunakan adalah :

1. Triangulasi sumber Menurut Moleong, triangulasi dengan sumber adalah membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dengan beberapa sumber yang lain. 48 Hal ini dilakukan dengan cara, data yang diperoleh dari seorang informan dicek kembali dengan bertanya kepada informan lain secara terus

47 Ibid., hlm 327 47 Ibid., hlm 327

2. Triangulasi dengan metode Triangulasi dengan metode menurut Patton dalam Moleong, triangulasi dengan metode bisa dilakukan dengan dua strategi, yaitu: 49

a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data. Misalnya, peneliti mengecek data atau informasi yang diperoleh melalui metode wawancara, kemudian data tersebut dicek kembali dengan menggunakan metode observasi atau dokumentasi, begitu pula sebaliknya.

b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan teknik pengumpulan data yang sama. Misalnya, peneliti mengecek data yang diperoleh melalui wawancara dengan seorang informan. Kemudian data tersebut diek pada informan yang bersangkutan dengan menggunakan metode yang sama yaitu wawancara pada waktu yang berbeda.

3. Triangulasi dengan teori Sesuai pendapat Lincoln dan Guba dalam Moleong yang menyebutkan bahwa fakta-fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan salah satu teori saja, maka untuk mengecek 3. Triangulasi dengan teori Sesuai pendapat Lincoln dan Guba dalam Moleong yang menyebutkan bahwa fakta-fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan salah satu teori saja, maka untuk mengecek

H. Tahap-tahap Penelitian

1. Tahap Pra Lapangan Menyusun proposal penelitian. Proposal penelitian ini digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian serta untuk meminta izin kepada lembaga yang terkait sesuai dengan sumber data yang diperlukan.

2. Tahap Pelaksanaan Lapangan

a. Pengumpulan data Pada tahap ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Wawancara dengan informan

2) Observasi langsung dan mengambil data langsung dari lapangan

b. Identifikasi data Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara dan observasi diidentifikasi agar memudahkan peneliti dalam menganalisa sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

3. Tahap Akhir Lapangan

a. Menyajikan data dalam bentuk deskriptif

b. Menganalisa data sesuai dengan yang ingin dicapai.

BAB IV LAPORAN PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Profil Sekolah

a. Sejarah SMA Sabilul Ihsan

SMA Sabilul Ihsan Teja Timur Pamekasan berdiri pada tahun 2008. Sejak awal berdirinya, SMA Sabilul Ihsan yang beralamat di Jl. Raya Jalmak 150 Teja Timur Pamekasan ini dipimpin oleh Ibu Durriyatul Millah, M.Pd. sebagai Kepala Sekolah. SMA Sabilul Ihsan berada dibawah naungan Yayasan Sosial dan Pendidikan Islam (YASPI) Nasyrul Ulum Bagandan Pamekasan, sebagai Ketua Yayasan yaitu KH.A.Hamid Mannan Munif, BA.

SMA Sabilul Ihsan merupakan SMA yang berada dilingkungan Pondok Pesantren Sabilul Ihsan. Oleh sebab itulah dalam penerapan kurikulumnya SMA Sabilul Ihsan memadukan antara kemampuan iptek dan imtak siswa. Paduan iptek dan imtak ini dituangkan pula dalam Visi dan Misi SMA Sabilul Ihsan yaitu : Visi :

Unggul dalam Iman dan Taqwa, Kompetitif dalam Ilmu dan Teknologi Misi :