IDE IDE INOVATIF PENINGKATAN PENGETAHUAN

MAKALAH
IDE-IDE INOVATIF PENINGKATAN PENGETAHUAN,
KESADARAN, SIKAP DAN PERILAKU DEMOKRASI
WARGA NEGARA MELALUI LEMBAGA PENDIDIKAN DAN
SEKOLAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Negara Hukum dan Demokrasi
Dosen :

Dr. H. Sarbaini, M.Pd
Reja Fahlevi, S.Pd, M.Pd

OLEH :

KELOMPOK 9
ANDYA AGISA
[1610112220003]
INTAN KOMALASARI
[1610112320007]
LISA LISTIANI
[1610112120006]

PUTRI INTAN SARI
[1610112220019]
RAMADHAN SAPUTRA
[1610112210022]
RIDHAINI PUTRI
[1610112320019]
FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2017
1

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluargaNya, para sahabatNya, dan
seluruh ummatNya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Negara Hukum dan
Demokrasi yang berjudul “Ide-Ide Inovatif Peningkatan Pengetahuan, Kesadaran, Sikap dan

Perilaku Demokrasi Warga Negara melalui Lembaga Pendidikan dan Sekolah”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, khususnya kepada bapak Dr. H. Sarbaini, M.Pd dan Reja Fahlevi, S.Pd,
M.Pd selaku Dosen mata kuliah Negara Hukum dan Demokrasi yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Kami memperoleh banyak manfaat setelah menyusun makalah ini.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa mendatang. Harapan
kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.
Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.

Banjarmasin, 18 September 2017

Kelompok 9

2

DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................2
Daftar Isi.......................................................................................................3

BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang...............................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................5
C. Tujuan Penulisan............................................................................7
D. Manfaat Penulisan..........................................................................7
BAB 2
Pembahasan
A. Demokrasi Pendidikan...................................................................8
B. Budaya Demokrasi Di Lingkungan Sekolah................................10
C. Urgensi Pendidikan Demokrasi...................................................14
D. Mata Pelajaran PKn Sebagai Pendidikan
Demokrasi Di Sekolah.................................................................15
E. Ide Inovatif Sekolah Sebagai Laboratorium
Demokrasi Melalui PKn..............................................................17
F. Beberapa Aspek Mnegenai Pendidikan Demokrasi.....................20
BAB 3
Penutup
A. Kesimpulan..................................................................................23
B. Saran............................................................................................23

Daftar Pustaka...........................................................................................24

BAB 1
3

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi, ini telah tercantum dalam UndangUndang Dasar 1945 (setelah amandemen) pasal 1 ayat 1 berbunyi “Kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Hal ini diatur juga dalam konstitusi
pada pasal 1 ayat (1) dan ayat (2), serta dalam Undang-Undang Dasar sementara 1950 pada pasal
1 ayat (1).
Sebagai negara yang beragam etnik, bahasa, agama, budaya, serta kelompok sosial Indonesia
memiliki tantangan tersendiri. Tantangan utama bangsa Indonesia yaitu bagaimana menyatukan
perbedaan dalam suata tatanan masyarakat yang demokratis. Masyarakat yang demokratis dapat
tercipta apabila semua masyarakat dapat mengenal, percaya dan memiliki komitmen satu sama
lain.
Indonesia salah satu negara yang menganut sistem demokrasi, semua elemen bangsa perlu
menerapkan nilai-nilai demokrasi. Nilai-nilai demokrasi hendaknya dapat diterapkan dalam
kehidupan nyata salah satunya melalui pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang demokratis,

memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
UndangUndang Dasar 1945.
Membentuk warga negara yang demokratis tidak terlepas dari peran guru di sekolah yang
mengajarkan

siswa-siswinya

untuk

bersikap

demokratis.

Seorang

guru

tidak


hanya

menyampaikan materi-materi mata pelajaran di kelas tetapi harus dapat memberi contoh
penerapan nilai-nilai demokrasi di lingkungan sekolah karna keterlibatan siswa dalam
menerapkan nilai-nilai demokrasi di lingkungan sekolah sangat besar pengaruhnya.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan ke dua setelah pendidikan keluarga menjadi tempat
dalam proses penanaman budaya demokrasi bagi penerus bangsa. Sekolah memiliki peran penting
dalam menumbuhkan budaya demokrasi di kalangan pelajar. Oleh karena itu, sekolah harus
menampilkan budaya demokrasi dalam pengelolaan pendidikannya. Disini siswa akan belajar
bagaimana budaya demokrasi itu dapat terwujud dan dapat dilaksanakan dengan baik.
Di sekolah siswa akan di belajarkan bahwa demokrasi sudah menjadi budaya, berarti nilainilai demokrasi sudah menjadi kebiasaan bagi warga negara untuk dilaksanakan. Akan tetapi yang
sering terlihat di media masa bahwa warga negara bahkan pemerintah itu sendiri telah melanggar
4

nilai-nilai demokrasi, banyak orang yang kurang menghargai kebebasan orang lain, kurang
menghargai perbedaan, dan supremasi hukum kurang ditegakkan. Bahkan dalam keluarga dan
masyarakat kita sendiri, nilai-nilai demokrasi kurang dipraktekan. Maka dari kasus yang terjadi
ini sekolah dapat mengajarkan siswa-siswi agar bisa menjalani nilai-nilai demokrasi dengan baik
dan benar agar bisa menjadi penerus bangsa yang baik, adil, dan jujur.
Faktanya saat ini sekolah juga dapat menciptakan pendidikan demokrasi yang dapat menjadi

salah satu upaya strategis pendemokrasian bangsa Indonesia, khususnya dikalangan generasi
muda. Pendidikan yang dimaksud adalah model pendidikan yang berorientasi pada pembangunan
karakter bangsa melalui pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai subjek
pembelajaran melalui pembelajaran yang demokratis, partisipatif, kritis, kreatif dan membentuk
aktualisasi diri mereka.
Pendidikan model ini sangat releven bagi pengembangan pendidikan demokrasi. Sebagai
komponen warga negara, pengalaman siswa dalam praktik berdemokrasi dikelas akan sangat
berharga bagi proses transformasi nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan sosial. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut sekolah harus menciptakan budaya demokrasi yang terlibat dalam
pendidikan atau dalam lingkungan sekolah.
Menciptakan budaya demokrasi yang baik di lingkungan sekolah tidaklah mudah harus di
dukung oleh semua warga sekolah, dengan terlaksananya sistem musyawarah di dalam
pengambilan keputusan, terbentuknya organisasi-organisasi sekolah, adanya saling menghargai
dan menghormati keberadaan individu maupun kelompok di sekolah, dan dukungan sekolah
dalam memfasilitasi kegiatan kesiswaan baik dalam kurikuler maupun ekstrakurikuler itu
merupakan contoh sikap budaya demokrasi yang baik di lingkungan sekolah.
Siswa harus mempunyai pola pikir bahwa budaya demokrasi itu penting, agar jiwa
demokrasinya sejak awal terbentuk, oleh karna itu sekolah harus mengkondisikan suasana sekolah
yang demokratis serta menyediakan sarana dan prasarana yang membangun kebiasaan-kebiasaan
demokratis di lingkungan siswa. Hal inilah yang akan memotivasi siswa untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah, karena kegiatan di sekolah merupakan pengalaman
berharga untuk masa depan dalam menjalankan budaya demokrasi di masyarakat.
Upaya membangun sekolah yang demokratis, perlu dipahami bahwa pembentukan kecakapan
kewarganegaraan pada siswa sangat diutamakan sehingga siswa dapat memahami arti
sesungguhnya tentang demokrasi itu sendiri sehingga siswa dapat membangun jalannya
demokrasi secara benar dan menjadi warga negara yang baik. Salah satu sikap dari warga negara
yang baik yaitu dengan memiliki pengetahuan sikap demokrasi. Sebagai warga negara yang baik
atau sering disebut to be good citizenship, yaitu warga yang memiliki kecerdasan baik intelektual,
5

emosional, sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggung jawab, dan mampu
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh rasa kebangsaan dan
cinta tanah air. Oleh karna itu warga negara yang baik perlu diberi pengetahuan dan pengalaman
berwarganegara yang baik agar dapat memiliki kecakapan dalam mengaplikasikan sikap
demokratisnya di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Kecakapan kewarganegaraan (civic skills) merupakan kecakapan yang dikembangkan dari
pengetahuan kewarganegaraan, hal ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh menjadi
sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan guna menghadapi masalah-masalah
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kecakapan kewarganegaraan dikembangkan berdasarkan
pengetahuan kewarganegaraan. Kecakapan kewarganegaraan dikembangkan dengan tujuan untuk

memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berperan serta secara efektif
dalam masyarakat, pengalaman berperan serta yang dirancang untuk memperkuat kesadaran serta
kemampuan siswa agar berprestasi dan mengembangkan pengertian tentang pentingnya peran
serta aktif dalam berwarga negara. Bedasarkan penjabaran di atas dapat diketahui pendidikan
kewarganegaraan berperan penting dalam pembentukan kecakapan kewarganegaraan pada siswa
yang nantinya akan menerapkan sikap berwarganegara yang baik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari demokrasi pendidikan?
2. Bagaimana budaya demokrasi di lingkungan sekolah?
3. Bagaimana urgensi pendidikan demokrasi?
4. Bagaimana mata pelajaran PKn sebagai pendidikan demokrasi di sekolah?
5. Apa saja ide inovatif dari sekolah sebagai laboratorium demokrasi melalui PKn?
6. Apa saja aspek mengenai pendidikan demokrasi?

C. TUJUAN PENULISAN
6

Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini ialah


- Tujuan Umum : Sebagai media pembelajaran mahasiswa
- Tujuan Khusus

:

1. Agar mahasiswa mengetahui apa definisi dari demokrasi pendidikan.
2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana budaya demokrasi di lingkungan sekolah.
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana urgensi pendidikan demokrasi.
4. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana mata pelajaran PKn sebagai pendidikan
demokrasi di sekolah.

5. Agar mahasiswa mengetahui apa saja ide inovatif dari sekolah sebagai laboratorium
demokrasi melalui PKn.

6. Agar mahasiswa mengetahui apa saja aspek mengenai pendidikan demokrasi.
D. MANFAAT PENULISAN
-

Sarana membaca


-

Media pembelajaran

7

BAB 2
PEMBAHASAN
A. DEMOKRASI PENDIDIKAN
Demokrasi Pendidikan diartikan sebagai hak setiap warga Negara atas kesempatan yang
seluas-luasnya untuk menikmati Pendidikan, yang sesuai dengan bunyi pernyataan UndangUndang No. 20 Tahun 2003 pasal 4 ayat (1) yaitu “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis
dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asai manusia, nilai
keagamaan nilai kultural , dan kemajemukan bangsa. Dua hal yang penting dalam mengikuti
pendidikan yaitu pertama, memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan dalam batas
tertentu yakni pada level pendidikan dasar Sembilan tahun. Dan kedua, adanya peluang untuk
memilih satuan pendidikan sesuai dengan karakteristiknya.
Demokrasi Pendidikan bukan hanya sekedar prosedur, tetapi juga nilai-nilai pengakuan dalam
kehormatan dan martabat manusia. Melalui upaya Demokratisasi Pendidikan diharapkan mampu
mendorong munculnya individu yang kreatif, kritis, dan produktif tanpa keterbukaan dalam
kehidupan berpolitik. Proses ini menuntut adanya relasi kemasyarakatan yang Demokratis.
Tanggung jawab dari pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional dalam transformasi sosial yang
tengah berlangsung adalah menanamkan dan mengoperasikan ethos, nilai dan moralitas bangsa
dalam menerima dan mengelola informasi yang silih berganti menjadi aset dalam meningkatkan
kualitas dirinya.
Pengakuan terhadap hak asasi setiap individu anak bangsa untuk menuntut pendidikan pada
dasarnya telah mendapatkan pengakuan secara legal sebagaimana yang diamanatkan oleh
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 (1) yang berbunyi bahwa setiap warga Negara berhak
mendapatkan Pendidikan. Oleh karena itu seluruh komponen bangsa yang mencakupi orang tua,
masyarakat, dan pemerintah memiliki kewajiban dalam bertanggung jawab untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui pendidikan.
Mengenai tanggung jawab pemerintah secara tegas telah menyatakan bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistim pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
diatur dengan Undang-Undang.
Dengan demikian tampaknya Demokrasi Pendidikan merupakan pandangan hidup yang
mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama didalam berlangsungnya
8

proses pendidikan antara pendidikan dan anak didik serta juga dengan pengelola pendidikan.
-

UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nassional yang bunyinya adalah
memberikan kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan yang diatur oleh UU Sistem
Pendidikan Nasional.

-

Pasal 5 yang bunyinya adalah tiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan.

-

Pasal 6 yang bunyinya adalah tiap warga berhak atas kesempatan mengikuti pendidikan agar
memperoleh pengetahuan , kemampuan , dan ketrampilan yang setara dengan tamatan
pendidikan dasar.

-

Pasal 7 bunyinya adalah penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan
pendidikan tidak membedakan jenis kelamin , agama , suku , ras , kedudukan sosial dan
kemampuan ekonomi.

-

Pasal 8 yang menyebutkan bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik atau mental
berhak memperoleh pendidikan luar biasa , dan warga Negara yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.
Dalam kepustakaan asing, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) disebut Civic Education yang

batasannya ialah seluruh kegiatan sekolah,rumah,dan masyarakat yang dapat menumbuhkan
demokrasi (Somantri, 2001). Artinya bahwa PKn merupakan pendidikan demokrasi. Atau disebut
juga bahwa Pendidikan Demokrasi merupakan essensi dari Pendidikan Kewarganegaraan. PKn
yang disusun melalui hierarki tingkat pengetahuan ilmu sosial, yaitu fakta,konsep, generalisasi,
dan teori hukum sehingga membentuk ide fundamental Ilmu Kewarganegaraan (IKN) yang
bersumber kepada Social Studies sebagai turunan daripada ilmu-ilmu sosial (social science).
Gandal dan Finn (1992) menegaskan bahwa “democracy doesnot teach itself. If the strengts,
benefits, and responsibilities of democracy arenot made clear to citizens, they will be ill-equipped
to defend on it” artinya bahwa demokrasi tidak dapat mengajarkannya sendiri. Kalau kekuatan,
kemanfaatan,dan tanggung jawab demokrasi tidak difahami dan dihayati dengan baik oleh warga
Negara, sukar diharapkan mereka mau betjuang untuk mempertahankannya.
Thomas Jefferson sebagai penulis “Deklarasi Kemerdekaan Amerika” dalam Wahab (2001),
menyatakan bahwa; “that the knowledge,skills, behaviors of democratic citizenship donot just
occur naturallity in oneself,but rather theymust be taught consciously through schooling to teach
new generation, i.e. they are learned behaviors”. Maksudnya, bahwa pengetahuan, kemampuan,
dan perilaku warga Negara yang demokratis tidak akan terjadi dengan sendirinya, tetapi harus
diajarkan kepada generasi penerus.

9

Dari uraian-uraian di atas dapat diartikan bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang tepat
untuk mengajarkan Pendidikan Demokrasi dalam prosempembelajaran di sekolah. Sehingga benar
adanya bahwa Pendidikan Demokrasi merupakan Essensi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

B. BUDAYA DEMOKRASI DI LINGKUNGAN SEKOLAH
Salah satu keunikan dan keunggulan sebuah sekolah adalah memiliki budaya sekolah yang
kokoh dan tetap eksis. Perpaduan semua unsur baik siswa, guru dan orang tua yang berkerjasama
dalam menciptakan komunitas yang lebih baik melalui pendidikan yang berkualitas, serta
bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu pembelajaran disekolah, menjadikan sebuah
sekolah unggul dan favorit di masyarakat.
Menurut Handoko (2007:16) implikasi yang mendasar dari budaya demokrasi, bahwa
kehadiran dan keberadaan siswa sebagai salah satu komponen sekolah hanya akan diterima,
apabila yang bersangkutan mau, mampu, dan bersedia melakukan berbagai jenis penyesuaian
dalam tindakan dan perilakunya mencerminkan penerimaan terhadap budaya demokrasi sesuai
dengan tujuan program-program sekolah.
Sebuah sekolah harus mempunyai misi menciptakan budaya sekolah yang menantang dan
menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif, dan dedikatif terdahap pencapaian visi, menghasilkan
lulusan yang berkualitas tinggi dalam perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter
takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam memimpin,
serta menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat
berperan dalam perkembangan iptek dan berlandasan imtak.
Budaya demokrasi bersifat intangible (tidak dapat diraba) karena tidak dapat dilihat atau
disentuhnya, tetapi ada dan dapat dirasakan manfaatnya seperti udara dalam ruangan. Budaya
melingkungi dan memperngaruhi apa saja yang terjadi dalam lingkungan. Budaya merupakan
sebuah konsep sistem yang dinamis, sehingga dapat dipengaruhi oleh apa saja yang terjadi dalam
sebuah organisasi.
Selain budaya di sekolah ada kata lain untuk mengembangkan diri siswa yaitu dalam kegiatan
berdemokrasi di sekolah. Siswa dapat belajar hidup berdemokrasi di dalam lingkungan sekolah,
karna pengembangan ini sangat penting di dapat oleh siswa karena budaya demokrasi adalah
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam kegiatan berpolitik. Di
dalam kegiatan ini siswa harus ikut berpartisipasi dalam kegiatan berpolitik yang ada di sekolah.
Contohnya seperti dalam pemilihan ketua kelas, pemilihan ketua OSIS dan siswa dapat
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah.
10

Demokratisasi artinya proses menuju demokrasi. Demokratisasi pendidikan mengandung arti,
proses menuju demokrasi di bidang pendidikan. Disamping unsur kebebasan dalam berinteraksi,
demokratisasi pendidikan juga mensyaratkan komunikasi yang dialogis dengan dua aspek yang
inhern, yaitu:
1. Komunikasi berlagsung ke segala arah, dan bukan hanya bersifat satu arah yaitu dari pendidik
ke peserta didik (top down).
2. Arus komunikasi berlangsung secara seimbang, yakni antara pendidik dan peserta didik dan
juga antar peserta didik.
Sehingga pada akhirnya, model komunikasi berlangsung secara 3 arah (pendidik-peserta
didik-antar peserta didik), maka sumber belajar bukan hanya terletak pada pendidik melainkan
juga peserta didik dan pengajaran tidak melulu bersifat top-down, namun perlu diimbangi dengan
bottom-up.
Adapun inti dari demokrasi adalah kebebasan, persamaan hak, keadilan musyawarah dan
tanggung jawab. Demokratisasi pendidikan merupakan proses pembelajaran seluruh civitas
akademika

untuk

memajukan

pendidikan.

Kalau

dalam

politik

ada

rakyat,

maka

dalam pendidikan ada peserta didik.
Pendidikan yang demokratis berarti melibatkan murid secara aktif dalam seluruh proses
pendidikannya (student-centersed-student active learning). Bukan sebaliknya, berpola top down,
yakni berpusat pada guru (teacher centered) sehingga murid berperan sebagai objek didik, atau
sebagaimana dikatakan oleh paulo freire dengan istilah banking syistem education atau pendidik
gaya bank dimana murid didibaratkan sebagai celengan yang bersifat koin.
Adapun bentuk-bentuk demokrasi pendidikan adalah:
a) Kebebasan bagi pendidik dan peserta didik yang maksudnya kebebasannya meliputi
kebebasan berkarya, mengembangkan potensi dan berpendapat.
b) Persamaan peserta didik dalam pendidikan dimana peserta didik yang masuk di Lembaga
pendidikan tidak ada perbedaan derajat atau martabat, karena penyelenggaraan pendidikan
dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dari pendidik.
c) Penghormatan akan martabat individu dalam pendidikan, misalnya pendidik dalam
memberikan hukuman kepada peserta didik harus yang bersifat mendidik karena dengan cara
demikian akan tercipta situasi dan kondisi yang demokratis dalam proses belajar mengajar.
Pendidikan yang demokratis menerapkan sistem andragogi. Sistem ini menuntut keaktifan
siswa untuk berbuat (learning by doing). Di sini murid diberi umpan dan kail, kemudian
dibimbing untuk mencari ikan sendiri. Jadi bukan langsung diberi ikan tanpa proses pemancingan.

11

Proses pendidikan yang menekankan pentingnya nilai-nilai kebebasan dan demokrasi inilah yang
menjadikan pendidikan bernuansa humanis. Perlakuannya menggunakan pendekatan humanistik.
Kebebasan menimbulkan kreativitas. Kreativitas merupakan proses mental dan kemampuan
tertentu untuk “mencipta”. Kreativitas adalah proses pemikiran terhadap sesuatu masalah yang
darinya dapat dihasilkan gagasan baru yang sebelumnya tak terpikirkan. Kreativitas juga berarti
sebagai proses interaktif antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang kreatif dapat
terlihat dari kemampuannya mengatasi masalah (problem sensitivity), mampu menciptakan ide
alternatif untuk memecahkan masalah (idea fluency), mampu memindahkan ide dari satu pola
pikir ke pola pikir yang lain (idea flexibility). Orang yang kreatif pun dapat dilihat dari
kemampuannya untuk menciptakan ide yang asli (idea originality). Seluruh kemampuan
pengembangan ide dan sensitivitas terhadap persoalan yang merupakan ciri kreatif tersebut tak
dapat terbentuk bilamana dalam diri seseorang terjadi tekanan dan pembatasan atas kebebasannya.
Dalam rangka mengoptimalkan perilaku budaya demokrasi maka sebagai generasi penerus
yang akan mempertahankan negara demokrasi, perlu mendemonstrasikan bagaimana peran serta
kita dalam pelaksanaan pesta demokrasi. Prinsip-prinsip yang patut kita demonstrasikan dalam
kehidupan berdemokrasi, antara lain sebagai berikut :
a) Membiasakan untuk berbuat sesuai dengan aturan main atau hukum yang berlaku.
b) Membiasakan bertindak secara demokratis bukan otokrasi atau tirani.
c) Membiasakan untuk menyelesaikan persoalan dengan musyawarah.
d) Membiasakan mengadakan perubahan secara damai tidak dengan kekerasan atau anarkis.
e) Membiasakan untuk memilih pemimpin melalui cara-cara yang demokratis.
f) Selalu menggunakan akal sehat dan hati nurani luhur dalam musyawarah.
g) Selalu mempertanggungjawabkan hasil keputusan musyawarah baik kepada Tuhan,
masyarakat, bangsa, dan Negara.
h) Menggunaka kebebasan dengan penuh tanggung jawab.
i) Membiasakan memberikan kritik yang bersifat membangun.
Sekolah merupakan tonggak dasar penanaman budaya demokrasi bagi generasi penerus
bangsa, karena di sinilah mereka bertemu dengan berbagai macam pikiran-pikiran, watak,
karakter, budaya, dan agama. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran utama dalam
menumbuhkan budaya demokrasi di kalangan pelajar. Oleh karena itu, sekolah harus
menampilkan budaya demokratis dalam pengelolaan pendidikannya. Sekolah juga menjadi tempat
anak mengenal, mengetahui, dan melaksanakan perilaku demokratis.

12

Teori mengenai demokrasi diajarkan di sekolah. Anak juga dapat menerapkan teori yang telah
dipelajari di sekolah. Adapun contoh pelaksanaan budaya demokrasi di lingkungan sekolah adalah
sebagai berikut:
-

Pemilihan organisasi sekolah dan kelas dengan musyawarah

-

Pembagian tugas piket yang merata

-

Interaksi dan komunikasi yang lancar antara guru, siswa, dan orang di lingkungan sekolah

-

Pelaksanaan upacara dengan bergantian

-

Menghadiri acara yang diadakan sekolah

-

Ikut berpartispasi dalam OSIS

-

Ikut serta dalam kegiatan politik di sekolah seperti pemilihan ketua OSIS, ketua kelas,
maupun kegiatan yang lain yang relevan

-

Memberikan usul, saran, dan pesan kepada pihak sekolah

-

Menulis artikel, pendapat, opini di majalah dinding

-

Hadir disekolah tepat waktu

-

Membayar SPP atau iuran wajib sekolah

-

Menggunakan waktu istirahat untuk kegiatan yang positif

-

Menghindari perkataan yang menyakitkan hati guru atau teman

-

Tidak membuat gaduh ketika pelajaran berlangsung
Dalam Pelaksanaan budaya demokrasi yang umumnya diterapkan di sekolah adalah melalui

wadah Organisasi OSIS, pemilihan kepengurusan OSIS. Dimana OSIS adalah suatu wadah
organisasi yang diperuntukkan untuk siswa. Dimana hal tersebut merupakan salah satu bentuk
dari pembelajaran nyata dalam berpolitik secara demokratis pada tataran sekolah. Pelaksanaan
pemilihan kepengurusan OSIS sudah menerapkan budaya demokrasi dengan baik. Hal ini terlihat
dari pelaksanaan pemilihan yang berasaskan luber dan jurdil serta pelaksanaan yang
mencerminkan kultur/ budaya demokrasi.
Disamping itu dalam sistem pemilihan kepengurusan OSIS adalah adanya keleluasaan untuk
mengemukakan pendapat pada saat musyawarah. Adapun juga dalam setiap kegiatan OSIS pasti
akan terjalin kerjasama yang baik antar siswa dengan siswa dan antara siswa dengan sekolah,
terjalinnya interaksi antara siswa dengan guru seperti : ketika tahun ajaran baru, dimana setiap
sekolah – sekolah mengadakan kegiatan masa orientasi siswa (MOS) dan yang mengurusi selama
kegiatan tersebut berlangsung biasanya adalah anak – anak OSIS, disamping itu juga dalam OSIS
ada berbagai seksi-seksi seperti seksi PHBI dan sebagaianya yang mana setiap seksi-seksi
menjalankan kegiatannya masing-masing yang berbeda antara satu seksi dengan seksi

13

lainya. Dalam membahas setiap kegiatan itu anggota OSIS akan berunding dengan pihak guru
sehingga akan ada interaksi langsung antara siswa dan guru.
Dalam kegiatan organisasi, setiap pengambilan keputusan pun hendaknya dilakukan dengan
menerapkan budaya demokratis. Permusyawaratan hendaknya dijalankan dengan tertib, teratur,
dan menampung semua aspirasi peserta musyawarah. Di dalam musyawarah, hendakya
diutamakan upaya mencapai kesepakatan, agar dapat diterima oleh semua pihak.
Pengendalian diri juga menjadi unsur penting dari budaya demokrasi. Karena itu, sama halnya
dengan demokrasi, sikap mengendalikan diri diri juga harus menjadi jalan hidup, atau prinsip
yang menjiwai tindakan kita dalam segala bidang kehidupan. Sikap mengendalikan diri juga dapat
dipelajari, dibiasakan dan perlu untuk kita kembangkan. Kita perlu belajar secara sungguhsungguh dan berupaya keras membiasakan diri agar selalu bersikap dan berperilaku terkendali.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwasanya Sekolah merupakan tonggak dasar
penanaman budaya demokrasi bagi generasi penerus bangsa, karena di sinilah mereka bertemu
dengan berbagai macam pikiran-pikiran, watak, karakter, budaya, dan agama. Melalui OSIS yang
merupakan wadah organisasi yang diperuntukkan untuk siswa dan dalam kegiatan OSIS sendiri
itu sudah bisa mencerminkan kultur budaya demokrasi khususnya dalam ruang lingkup sekolah.

C. URGENSI PENDIDIKAN DEMOKRASI
Setiap negara dapat dipastikan menghendaki rakyatnya memiliki predikat sebagai warga
negara yang baik (good citizenship), karena warga negara yang baik akan berimplikasi positif
terhadap pencapaian tujuan negara yang diharapkan. Artinya, keberhasilan tujuan negara
ditentukan oleh kualitas warga negaranya. Warga negara yang baik sebagaimana dikemukakan
oleh

Branson

(1999:8)

harus

memiliki

tiga

komponen

utama,

yakni

pengetahuan

kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan watak
kewarganegaraan (civic disposition).
Dalam tatanan praktis, seseorang dapat dikatakan sebagai seorang warga negara yang baik
apabila ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dalam konteks kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Salah satunya adalah keterlibatan warga negara dalam menjalankan
sistem politik. Sebuah negara akan berjalan secara efektif dan menuju kearah perubahan apabila
didukung oleh masyarakat yang mengerti dan memahami peran dan fungsinya sebagai
warganegara. Eksistensi sebuah negara tergantung daripada sistem yang digunakan untuk
menjalankan roda pemerintahan.

14

Demokrasi merupakan suatu konsep penyelenggaraan pemerintahan yangsaat ini disebut-sebut
sebagai indikator perkembangan politik suatu negara, maka tidaklah heran jika kemudian banyak
negara di dunia mengadopsi sistem tersebut untuk dipergunakan di negaranya. Akan tetapi
sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa keberhasilan sebuah sistem pemerintahan
(demokrasi) amat ditentukan oleh warganegaranya. Ketidakpahaman masyarakat terhadap
demokrasi menjadikan konsep yang dianggap paling baik tersebut tidak akan berjalan sesuai
harapan.
Munculnya gejala political literacy, rendahnya kemelekan politik dikalangan warganegara
terutama mengenai cara kerja demokrasi, munculnya apatisme politik warganegara serta
keterlibatan warganegara dalam aktivitas-aktivitas politik yang masih kurang menjadi sangat
penting untuk digalakkannya pendidikan demokrasi, karena pendidikan demokrasi berfungsi
sebagai sarana untuk meningkatan pemahaman warganegara terhadap konsep demokrasi.
Pendidikan demokrasi dewasa ini memang menjadi trend yang sering dibicarakan oleh
beberapa kalangan, dari mulai tingkat persekolahan, mahasiswa, Lembaga Swadaya Masyarakat,
politisi dan lain sebagainya. Dimana-mana sering dilaksanakan seminar, lokakarya serta diskusi
ilmiah yang mengambil tema pendidikan demokrasi, hal itu menyiratkan bahwa begitu pentingnya
pendidikan demokrasi dilaksanakan oleh seluruh warga negara dalam rangka pencapaian misi
menciptakan iklim demokratis. Mengemukanya konsep community civics semakin membuat kita
yakin bahwa pendidikan demokrasi harus segera dilakukan dalam menumbuh kembangkan
budaya kewarganegaraan (civics culture) untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan
pemerintah demokratis (democratic government).

D. MATA PELAJARAN PKN SEBAGAI PENDIDIKAN DEMOKRASI DI
SEKOLAH
PKn sebagai pendidikan demokrasi dapat diartikan dengan mempelajari PKn kita didik untuk
menjadi warga negara yang mengerti bahwa kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat dan
dijalankan oleh pemerintah (eksekutif, yudikatif dan legislatif). Dengan kesejajaran dan
independensi ketiga lembaga tersebut, negara dapat mengawasi dan mengontrol kinerja
pemerintahan. Dengan demikian kita dapat memberikan atau menuntut pemerintah apabila
menjalankan pemeritahan tidak sesuai dengan suara rakyat.
Dalam kepustakaan asing, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) disebut Civic Education yang
batasannya ialah seluruh kegiatan sekolah,rumah,dan masyarakat yang dapat menumbuhkan
demokrasi (Somantri, 2001). Artinya bahwa PKn merupakan pendidikan demokrasi. Atau disebut
15

juga bahwa Pendidikan Demokrasi merupakan essensi dari Pendidikan Kewarganegaraan. PKn
yang disusun melalui hierarki tingkat pengetahuan ilmu sosial, yaitu fakta,konsep, generalisasi,
dan teori hukum sehingga membentuk ide fundamental Ilmu Kewarganegaraan (IKN) yang
bersumber kepada Social Studies sebagai turunan daripada ilmu-ilmu sosial (social science).
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya
nilai-nilai hak dan kewajinan suatu warga negara agar setiap hal yang dikerjakan sesuai dengan
tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan. Karena dinilai
penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini di setiap jenjang pendidikan mulai dari
yang paling dini hingga pada perguruan tinggi agar menghasilkan penerus-penerus bangsa yang
berkompeten dan siap menjalankan hidup berbangsa dan bernegara.
Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan
bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa
yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta seni.
Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta
sehat jasmani dan rohani.
Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas,
penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai perilaku yang:
-

Beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa serta menghayati nilai-nilai falsafah
bangsa.

-

Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masnyarakat berbangsa dan bernegara.

-

Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga negara.

-

Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.

-

Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kepentingan kemanusiaan,
bangsa dan negara.
Melalui pendidikan kewarganegaraan, warga negara republik indonesia diharapkan mampu

memahami, menganalisa, dan menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat,
bangsa dan negaranya secra konsisten dan berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan nasional
seperti yang di gariskan dalam pembukaan UUD1945.
Maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn adalah suatu
pendidikan untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang baik, cerdas, berfikir kritis,
demokratis, berkarakter cinta kepada bangsa dan negara Indonesia, dan berkepribadian sesuai
dengan Pancasila dan UUD 1945.
16

E. IDE INOVATIF SEKOLAH SEBAGAI LABORATORIUM DEMOKRASI
MELALUI PKN
Dalam konteks pendidikan formal, khususnya pada jenjang pendidikan dasar, sekolah
seyogyanya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan sosial-pedagogis yang kondusif atau
memberi suasana bagi tumbuh-kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik. Oleh karena
itu sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat perlu dikembangkan sebagai pusat
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, yang mempu memberi
keteladanan, membangun kamauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran demokrasi.
Sekolah dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 disebut “satuan pendidikan” Sekolah
Dasar (SD) sebagai satuan pendidikan merupakan suatu entity (satuan utuh) wahana pendidikan
nasional yang mencapai tujuan pendidikan nasional.
Paradigma pendidikan demokrasi yang perlu dikembangkan dalam lingkungan sekolah adalah
pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional atau bersisi jamak. Sifat multidimensional
itu antara lain terletak pada:
a) Pandangannya yang pluralistik-uniter (bermacam-macam tetapi menyatu dalam pengertian
Bhinneka Tunggal Ika).
b) Sikapnya dalam menempatkan individu, negara, dan masyarakat global secara harmonis.
c) Tujuannya yang diarahkan kepada semua dimensi kecerdasan (spiritual, rasional, emosianal,
dan sosial).
d) Konteks (setting) yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka, fleksibel atau
luwes, dan bervariasi merujuk kepada dimensi tujuannya.
Konsep “Learning democracy, in democracy, for democracy” yakni belajar demokrasi dalam
situasi yang demokratis, untuk membangun kehidupan demokratis, dapat diwujudkan dengan
menerapkan 3 hal:
(1) Strategi Umum Pengembangan Warga Negara yang demokratis di lingkungan sekolah.
Apabila ditampilkan dalam wujud program pendidikan paradigma baru, salah satunya
menuntut tersedianya sumber belajar yang dapat memfasilitasi siswa untuk memahami
penerapan demokrasi di negara lain sehingga mereka memiliki wawasan yang luas tentang
ragam ide dan sistem demokrasi dalam berbagai konteks Strategi Umum Pengembangan
Warga Negara yang Demokratis di Lingkungan Sekolah.

17

Strategi dapat diartikan sebagai serangkaian langkah yang dipilih untuk mencapai tujuan
atau target. Winataputra (2006) menjelaskan karakteristik pokok untuk masing-masing
strategi, yaitunya sebagai berikut:
a. Pertemuan kelas berita baru
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan kelas guna membahas berita aktual yang ada di media masa.
b. Cambuk bersiklus
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dengan tanggung jawab melalui
pertemuan saling bertanya dan menjawan secara bergantian.
c. Waktu untuk penghargaan
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk memberikan penghargaan terhadap orang lain.
d. Waktu untuk yang terhormat
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
acara yang secara khusus diadakan atas inisiatif siswa untuk memberi penghargaan untuk
orang yang sangat dihormati.
e. Pertemuan perumusan tujuan
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan yang sengaja diadakan atas inisiatif guru dan/atau siswa untuk merumuskan
visi atau tujuan sekolah.
f. Pertemuan legislasi
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk merumuskan norma atau aturan yang akan dilakukan di sekolah.
g. Pertemuan evaluasi aturan
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab untuk
mengevaluasi pelaksanaan norma atau aturan yang telah disepakati yang berlaku di
sekolah.
h. Pertemuan perumusan langkah kegiatan
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk menetapkan prioritas atau tahapan kegiatan yang akan dilakukan oleh
siswa dibawah supervisi sekolah.
i. Pertemuan refleksi belajar

18

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan pengendapan dan evaluasi terhadap proses hasil belajar setelah selesai satu atau
beberapa pertemuan.
j. Pertemuan pemecahan masalah
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan terencana untukmemecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitar yang
menyangkut kehidupan siswa.
k. Isu akademis
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk membahas akademis.
l. Pertemuan perbaikan kelas
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk membahas masalah yang menyangkut kehidupan siswa.
m. Pertemuan tindak lanjut
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk membahas tundak lanjut suatu kegiatan
n. Pertemuan perencanaan
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk menyusun rencana bersama.
o. Pertemuan pengembangan konsep
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk menyusun gagasan baru untuk pemecahan masalah yang pelik.
p. Pembahasan situasi pelik
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan untuk membahas masalah yang pelik.
q. Kotak saran
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pengumpulan saran secara bebas dan rahasia.
r. Pertemuan dalam pertemuan
Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab melalui
pertemuan kelompok kecil dalam konteks pertemuan klasikal atau pertemuan besar.

19

(2) Fungsi dan Peran Sekolah dalam mengembangkan Warga Negara yang Demokratis.
Sekolah sebagai organisasi mempunyai struktur dan kultur. Sebagai bagian dari
strukturbirokrasi pendidikan, Pendidikan SD merupakan satuan pendidikan dalam lingkungan
pemerintah daerah kabupaten/kota yang pembinaannya langsung di bawah dinas pendidikan.
Oleh karenanya sekolah juga merupakan satuan komunitas yang terdiri dari; pendidik, peserta
didik, dan tenaga kependidikan.
Kaitan dengan fungsi dan peran sekolah dalam mengembangkan warga Negara yang
demokratis, maka sudah pasti sekolah sangat berperan dalam proses pembelajaran demokrasi
sesuai muatan kurikulum yang dikembangkan.
(3) Mekanisme kerja dalam konteks kesisteman sekolah
Sebagai penyelenggara pendidikan sebagaimana tertuang dalam PP RI nomor 19 tahun
2005 tentang Standar nasional Pendidikan dalam pasal 4 ayat 3 dinyatakan bahwa:
“Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat.” Yang selanjutnya dalam pasal 4 ayat 4 dinyatakan:
bahwa “Pendidikan diselenggrakan dengan memberikan keteladanan, membangun kemauan,
dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pemberdayaan.” Begitu juga pada
pasal 4, ayat 6, dinyatakan bahwa “Pendidikan diselenggrakan dengan memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam pemnyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan.”
Dalam hal ini sekolah sebagai penyelenggara pendidikan harus memberdayakan seluruh
komponen yang terkait dengan struktur organisasi sekolah, yaitu: a) Kepala Sekolah, b) Wakil
Kepala Sekolah, c) Tata Usaha, d) Dewan Guru, e) Unit Laboratorium, f) Unit Perpustakaan,
g) OSIS, h) Komite Sekolah.
Semua komponen tersebut mempunya peran yang harus difungsikan sesuai dengan
deskripsi tugas masing-masing, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai, dan upaya untuk
menjadikan sekolah sebagai Laboratorium Demokrasi dapat terwujudkan.

F. BEBERAPA ASPEK MENGENAI PENDIDIKAN DEMOKRASI
Adapun mengenai berbagai aspek yang mendukung terciptanya kehidupan demokratis
sebagaimana terdapat dalam buku “Making Civic Count” yang ditulis oleh Campbell, dkk
(2012:247-256), ada beberapa aspek sebagai berikut:

20

1. Dalam melaksanakan pendidikan demokrasi, guru tidak hanya harus mengajar demokrasi,
tetapi juga harus punya keinginan untuk melakukannya. Artinya guru tidak hanya harus
mengetahui bagaimana mengajarkan demokrasi kepada siswa, akan tetapi guru harus mampu
mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi tersebut dalam kehidupan keseharian di sekolah,
karena menurut penulis pola pendidikan yang baik untuk dilakukan adalah melalui
keteladanan. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Brownhill & Smart (1989: 52)
bahwa salah satu metode yang dapat digunakan dan dianggap berhasil dalam pendidikan
politik, termasuk didalamnya mengenai pengajaran demokrasi adalah melalui keteladanan
guru.
2. Pada prinsipnya hal yang diajarkan dalam demokrasi adalah "satu orang, satu suara" dan
"semua orang sama di depan hukum". Hal itulah yang harus ditekankan dan diajarkan dalam
pembelajaran demokrasi, baik itu di sekolah maupun di masyarakat. Pengajaran yang
dilakukan pun tidak hanya sebatas penyampaian konsep demokrasi saja, tetapi lebih
menekankan pada internalisasi dan pelembagaan nilai-nilai demokrasi dalam berbagai aspek
kehidupan (not only transfer of knowledge of democracy, but also implementation about
democracy).
3. Sekolah berdiri sebagai salah satu dari beberapa lembaga yang diposisikan untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman untuk mempersiapkan siswa agar mampu
berpartisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi. Karena itu, agar pembelajaran demokrasi di
sekolah berhasil maka harus dimulai dari transformasi informasi mengenai demokrasi dalam
kehidupan sehari-hari. Affandi (2005:7) mengemukakan bahwa ada 3 (tiga) hal yang perlu
diperhatikan dalam menanamkan pendidikan demokrasi kepada generasi muda, yakni;
a) demokrasi adalah bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak-hak warga
masyarakat itu sendiri,
b) demokrasi adalah suatu learning process yang tidak dapat begitu saja meniru dari
masyarakat lain,
c) kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan mentranformasikan nilai-nilai
demokrasi yang meliputi kebebasan, persamaan dan keadilan serta loyal kepada sistem
politik yang bersifat demokrasi.
4. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan aktor pendukung dan memiliki
kontribusi terhadap pengembangan kehidupan demokrasi yang ideal.Peran sekolah sebagai
aktor tersebut diimplementasikan melalui pendidikan kewarganegaraan yang berfungsi
membentuk karakter warganegara yang demokratis dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Karena itu, pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan
21

demokrasi harusmembicarakan hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan
yang demokratis, membicarakan tugas, peran, serta hak dan kewajiban warga negara, melatih
sesorang agar memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat, menjunjung tinggi
toleransi dan sikap saling menghormati ketika ada orang lain yang mengemukakan pendapat,
serta membentuk seseorang sebagaiproblem solver yang mampu mengambil keputusan secara
cepat dan tepat.
5. We can’t be said to live in a true democracy if individuals or members of group systematically
poses unequal civic and political power, if some votes and voices count more or less than
others, or if some stand either above or below the law. Jika dikaji secara mendalam, postulat
ini menyiratkan bahwa untuk dapat hidup dalam demokrasi yang benar, harus ada persamaan
persepsi mengenai hakikat demokrasi termasuk pelaksanaannya dalam kehidupan yang harus
senantiasa diatur oleh suatu peraturan yang mengikat secara umum kebebasan. Dalam hal ini,
demokrasi bukan bererti bebas sebebas-bebasnya melainkan kebebasan dengan tetap
memegang teguh atura dan norma yang berlaku di masyarakat.
6. Tanpa pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan, identitas, dan kecenderungan ke arah
keterlibatan, beberapa siswa pada dasarnya kehilangan haknya dan tidak berdaya untuk hidup
dalam iklim demokrasi. Artinya, pendidikan demokrasi di sekolah yang dilakukan melalui
pendidikan kewarganegaraan harus mampu mengembangkan apa yang disebut Branson
(1999:8) sebagai civic competence (kompetensi kewarganegaraan), yang meliputi civic
knowledge

(pengetahuan

kewarganegaraan), civic

skill

(keterampilan

kewarganegaraan), dan civic disposition (watak kewarganegaraan).
7. Negara yang demokratis harus mendidik warganegaranya untuk belajar dibangku perguruan
tinggi, memperoleh pekerjaan dan membekali berbagai pengetahuan tentang peran dan
fungsinya sebagai warganegara. Artinya, untuk mencapai keberhasilan dalam demokratis
suatu negara harus memiliki kemampuan untuk membekali warganegaranya dengan
pendidikan yang tinggi, memiliki kemampuan untuk menciptakan kesejahteraan dalam
masyarakat sehingga mampu menciptakan suatu tatanan masyarakat madani.

22

BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Untuk menciptakan suatu kehidupan yang demokratis maka harus dilakukan upaya melalui
penggalakan pendidikan demokrasi di sekolah, hal mana dapat dilakukan melalui pendidikan
kewarganegaraan karena pendidikan kewarganegaraan memberi dukungan kuat atas terciptanya
budaya demokrasi. Kewarganegaraan dan akademik tidak bersaing antar satu sama lain,
melainkan saling memperkuat satu sama lain.
Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi harus mampu mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan watak kewarganegaraan yang akhirnya dapat menciptakan suatu
individu yang mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi. Suatu negara harus
memiliki kemampuan untuk membekali warganegaranya dengan pendidikan yang tinggi,
memiliki kemampuan untuk menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat sehingga mampu
menciptakan suatu tatanan masyarakat madani.

B. SARAN
Melalui pendidikan kewarganegaraan , warga negara republik indonesia diharapkan mampu
memahami, menganalisa, dan menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat,
bangsa dan negaranya secra konsisten dan berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan nasional
seperti yang di gariskan dalam pembukaan UUD1945.
Mengenai pendidikan demokrasi harus di terapkan dari sejak dini, karena dengan kita belajar
mengenai pendidikan demokrasi ini kita sebagai generasi muda dapat memahami kehidupan
berdemokrasi itu seperti apa, untuk meneruskan cita-cita bangsa ke depan nya.
Dengan ada nya pendidikan demokrasi, generasi muda di harapkan juga memiliki kemampuan
berfikirkritis, inovatif dan kreatif dalam menghadapi tantangan globalisasi sehingga merubah
kondisi bangsa ke arah yang lebih baik, karena generasi muda merupakan ujung tombak
perjuangan bangsa untuk meneruskan perjuangan dan perkembangan bangsa sehingga menjadi
lebih maju dari sebelum nya.

23

DAFTAR PUSTAKA
Tukiran, Taniredja & Muhammad Abduah. 2016. Dosen Universitas
Muhammadiyah Purwokerto & Dosen Universitas Muhammadiyah
Surakarta. “Pengembangan Nilai-Nilai Demokratis Mahasiswa Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan”. Jurnal PKn Progresif, volume 11,
nomor ,2 Desember 2016.
Dede Rosyada. 2007.”Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan”. Jakarta:Kencana
Prenada Media Group.
https://www.kompasiana.com/zakyfl/implementasi-pendidikan-demokrasi-di
kelas_54f6f597a33311190b8b45bc- Diakses pada tanggal 10
November 2017.

24

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENGARUH PENILAIAN dan PENGETAHUAN GAYA BUSANA PRESENTER TELEVISI TERHADAP PERILAKU IMITASI BERBUSANA (Studi Tayangan Ceriwis Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Komunikasi Angkatan 2004)

0 51 2

PENGARUH TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEMATANGAN SOSIAL REMAJA AWAL DI FULL DAY SCHOOL

0 50 2

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 32 82

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 1 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

3 41 108

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 63 30

PENINGKATAN KESTABILAN ENZIM LIPASE DARI Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 DENGAN AMOBILISASI MENGGUNAKAN BENTONIT

3 96 80