02. PPt - PJOK - KK-I
I
Tindakan Reflektif Pembelajaran Kesulitan Belajar Peserta Didik dan Pembelajaran Alternatif
(2)
PEDAGOGIK:
Kesulitan Belajar Peserta Didik dan Pembelajaran Alternatif(3)
PEMBELAJARAN 1.
(4)
TUJUAN
4
Mampu
mempraktikkan cara-cara mengatasi
kesulitan belajar peserta didik dalam
mengelola pembelajaran
(5)
INDIKATOR
5
Peserta Diklat Diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian kesulitan belajar
peserta didik
2. Mengidentifikasi bentuk, jenis dan ciri-ciri
kesulitan belajar peserta didik
3. Mengidentifikasi penyebab kesulitan
belajar peserta didik
4. Mempraktekan cara-cara mengatasi
kesulitan belajar peserta didik
(6)
SKENARIO
6 Pengan
tar (25’) Diskusi Kelompok
(90’)
Presentasi hasil (90’) Penguatan
(7)
AKTIVITAS PEMBELAJARAN
• Membaca
• Brainstorming
• Membuat peta konsep
• Latihan
• soal-soal
(8)
URAIAN MATERI
1.Pengertian Kesulitan Belajar
2.Bentuk, Jenis dan Ciri-ciri Kesulitan
Belajar Peserta Didik
3.Factor-Faktor yang Menyebabkan
Kesulitan Belajar
4.Langkah-langkah Mengatasi Kesulitan
Belajar.
(9)
Pengertian Kesulitan Belajar
• Secara umumKetidakmampuan seseorang untuk melakukan belajar, sehingga hasil belajarnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
• Di lingkungan persekolahan
Ketidakmampuan siswa untuk belajar, termasuk menghindari belajar, sehingga prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan atau bahkan gagal mencapai tujuan-tujuan pembelajarannya.
(10)
Bentuk, Jenis dan Ciri-ciri Kesulitan Belajar Peserta
Didik
a. Bentuk Kesulitan Belajar
(1)developmental learning disabilities, mencangkup;
• gangguan motorik dan persepsi,
• kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan • kesulitan belajar dalam penyesuaian prilaku sosial.
(2)academik learning disabilities,mencakup;
• penguasaan keterampilan membaca, • penguasaan keterampilan menulis dan • penguasaan keterampilan metematika.
(11)
b. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar.
(1)
learning disabilities
,
(2)
Underachiever
(3)
slow learner
(4) Learning disfunction,
dan
(5)
Learning Disorder
(12)
• kondisi ketidakmampuan anak untuk belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajarnya dibawah potensi intelektualnya.
• Anak LD adalah individu yang mengalami gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis dasar dan disfungsi sistem syarat pusat atau gangguan neurologis yang diwujudkan dalam kegagalan-kegagalan yang nyata. Kegagalan dalam hal
• pemahaman,
• penggunaan pendengaran,
• berbicara,
• membaca,
• mengeja,
• berfikir,
• menulis,
• berhitung dan
• keterampilan sosial.
• Kesulitan belajar tersebut bukan bersumber pada sebab-sebab keterbelakangan mental, gangguan emosi, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya atau ekonomi, tetapi dapat muncul secara bersamaan.
(13)
Ciri-ciri learning disabilties
• Daya ingatnya terbatas (relatif kurang baik)
• Sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca.
• Lambat dalam mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucapannya.
• Bingung dengan operasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaran matematika.
• Kesulitan dalam mengurutkan angka secara benar
• Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingat.
• Sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan tugas dengan tuntas.
• Impulsif yaitu bertindak tanpa dipikir terlebih dahulu.
• Sulit berkonsentrasi.
• Sering melanggar aturan.
• Tidak disiplin.
• Emosional.
• Menolak bersekolah.
• Tidak stabil dalam memegang alat-alat tulis.
• Kacau dalam memahami hari dan waktu.
(14)
(2)Underachiever
.
1. Konsep underachiever lebih berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki seseorang.
2. Anak yang berprestasi rendah dibandingkan tingkat kecerdasan dan atau bakat yang dimilikinya.
3. Underachiever identik dengan keterlambatan akademik yang berarti bahwa “keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensia dan keberbakatan yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.”
(15)
(3). Slow learner
.
• Slow learner adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,
sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan sekelompok siswa lain padahal mereka memiliki tingkat potensi intelektual yang sama.
(16)
(4)Learning disfunction
• Gejala dimana proses belajar yang dilakukan oleh siswa tidak berfungsi
dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya sub-normalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya.
• Contohnya, siswa yang memiliki postur yang tinggi,atletis, kekuatan dan
kecepatan sangat menonjol disbanding komponen fisik lainnya, dan dia sangat cocok untuk menjadi pelompat tinggi, namun karena tidak pernah dilatih keterampilan lompat tinggi, maka dia tidak memiliki prestasi lompat tinggi.
• Gangguan belajar ini berupa gejala proses belajar yang tidak berfungsi
dengan baik karena adanya gangguan syaraf otak sehingga terjadinya gangguan pada salah satu tahap dalam proses belajarnya.
• Kondisi semacam ini mengganggu kelancaran proses belajar secara
(17)
(4)Learning disfunction
• (1) hasil belajar yang rendah,
• (2) lambat dalam melaksanakan tugas kegiatan belajar
(akademik) dan perkembangan (development),
• (3) menunjukkan sikap (personality), tingkah laku, cara pikir
dan gejala emosional yang kurang wajar dalam proses belajar,
• (4) tidak setara antara IQ dan prestasi atau antara prestasi
kecakapan (kepandaian atau keterampilan) dengan hasil sempurna yang mestinya dicapai.
(18)
• Beberapa gejala perilaku yang merupakan wujud gejala kesulitan belajar, antara lain:
(1) menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata
(2) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. (3) lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya
(4) menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya,
(5) menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya,
(6) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
(19)
Siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan dalam mencapai tujuan-tujuan belajar, memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
• (1) dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference),
• (2) tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya, siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever,
• (3) tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater).
(20)
Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa:
(1) tujuan pendidikan;
(2) kedudukan dalam kelompok;
(3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.
(21)
Masalah Kesulitan belajar, learning disfunction, memiliki dampak pada beberapa aspek, seperti pada :
• (1) Pendidikan,
• (2) Penyesuaian sosial,
• (3) Emosional,
• (5) Kondisi neurologis (gangguan motorik) dan psikologis (gangguan
(22)
Tak jarang masalah yang timbul dari learning disfunction pada aspek emosional, yaitu:
• (1) tidak bisa mengontrol emosi dengan baik.
• (2) tidak dapat mengelola emosi dengan baik,
• (3) emosional yang tidak wajar,
(23)
(4)Learning Disorder
• suatu gangguan neurologis
• Anak dengan Learning Disorder mungkin mempunyai tingkat
intelegensia yang sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya, tetapi sering berjuang untuk belajar secepat orang di sekitar mereka.
• Masalah yang terkait dengan kesehatan mental dan gangguan
belajar
• Anak-anak dengan Learning Disorder yang tidak di terapi,
(24)
Kesulitan belajar yang termasuk jenis Learning Disorder mencakup :
o (1) Disleksia (Dyslexia),
o (2) Diskalkulia (Dyscalculia),
o (3) Disgrafia (Dysgraphia),
o (4) Gangguan pendengaran dan proses visual (Auditory and visual
processing disorders),
o (5) Ketidakmampuan belajar nonverbal (Nonverbal Learning
(25)
3. Factor-Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Belajar
kondisi internal
tipe tubuh, kemampuan intelektual, afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan penginderaan seperti melihat, mendengar dan merasakan.
Kodisi eksternal
Kondisi eksternal meliputi kondisi proses pembelajaran seperti guru, kualitas pembelajaran, saran pembelajaran, alat-alat pembelajaran serta lingkungan pembelajaran, baik lingkungan sosial, budaya, dan alam.
Untuk lebih memahami kondisi-kondisi internal dan eksternal yang secara bersama-sama berinteraksi dengan karakteristik lingkup pembelajaran PJOK yang dapat menyebabkan siswa sulit belajar akan dipaparkan seperti di bawah ini.
(26)
3. Factor-Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Belajar
• Faktor Internal
(27)
Factor Internal
• (1)Transfer Negative.
o Transfer negative adalah respon-respon hasil belajar terdahulu berlawanan dengan respos yang sedang dipelajari.
o bahwa karakteristik siswa yang memiliki percaya diri yang tinggi (respon hasil belajar terdahulu ataupun sifatnya seperti itu) akan menghadapi kesulitan ketika yang bersangkutan belajar aktivitas olahraga permainan yang sangat
mementingkan kerjasama.
o Dalam dimensi psikomotorik misalnya, siswa yang terbiasa belajar tennes lapangan akan kesulitan ketika yang bersangkutan belajar ketepatan pukulan dalam
bulutangkis. Memukul bola tennes mempersyaratkan pergelangan tangannya harus difixir atau ditegangkan tidak boleh ada gerak lecutan, sementara dalam pukulan bulutangkis mempersyarat menggunakan gerak lecutan pergelangan tangan.
o Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak akan mengalami kesulitan belajar manakala hasil-hasil belajar sebelumnya tidak memiliki hal-hal yang identik dengan hal-hal yang akan dipelajari berikutnya.
(28)
• (2). Abilitas
o Abilitas adalah karakteristik individu yang relative permanen atau stabil, ditentukan oleh factor keturunan dan berkembang relative secara otomatis dalam proses pertumbuhan dan perkembangan dan tidak dapat diubah melalui latihan atau pengalaman. Yang termasuk factor abilitas misalnya: o Anthropometric atau bentuk dan ukuran tubuh. Anak yang badannya tinggi akan kesulitan belajar
aktivitas senam lantai yang sangat memntingkan kelentukan, stabilisasi, dsb. Begitu juga anak yang pendek akan kesulitan belajar aktivitas olahraga permainan bola voli atau bola basket yang
mempersyaratkan tinggi badan.
o Komposisi serabut otot merah dan serabut otot putih. Anak yang dominan memiliki serabut otot merah akan kesulitan dalam belajar aktivitas olahraga atau aktivitas fisik lainnya yang memerlukan kecepatan. Misalnya lari cepat atau olahraga beladiri. Sementara anak yang dominan memiliki serabut otot putih akan kesulitan dalam belajar aktivitas olahraga atau aktivitas fisik lainnya yang memerlukan daya tahan. Misalnya lari jarak jauh atau renang jarak jauh.
o Kemampuan motorik umum. Meskipun masih diperdebatkan, namun ada fakta yang menunjukan bahwa anak yang memiliki kemampuan motorik umum yang tinggi cenderung mudah belajar dalam berbagai bentuk dan jenis lingkup aktivitas pembelajaran. Anak seperti ini disebut anak “serba bisa” atau allround.
(29)
• (3). Perbedaan Individual.
o Jenis kelamin. Perbedaan ini diakibatkan oleh pengaruh: (1) perbedaan bentuk tubuh, (2) perbedaan struktur anatomis, (3) perbedaan fungsi fisiologis, dan (4) perbedaan budaya.
o Intelegensi. Intelegensi sering diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk berbuat sesuatu dengan tujuan, berpikir rasional, mampu menangani masalah di lingkungan secara efektif, mampu menyesuaikan dengan situasi baru, kemampuan berpikir abstrak, dan berpikir cepat.
o Anak yang memiliki tingkat intelegensi yang rendah akan mengalami kesulitan
belajar dalam lingkup aktivitas keterampilan olahraga dan permainan yang kompleks. Misalnya anak yang memiliki intelegensi yang rendah akan mengalami kesulitan
belajar dalam aktivitas permainan sepak bola atau permainan bola basket yang sangat membutuhkan kemampuan taktik dan strategi bermain yang tinggi.
o Anak-anak yang memiliki cacad mental cenderung mengalami cacad keterampilan motorik.
(30)
• (4). Kesiapan Belajar.
o Konsep kesiapan belajar dapat disederhanakan sebagai suatu kondisi individu yang membuat suatu tugas tertentu pantas dan bisa dikuasai.
o Dalam, konteks belajar gerak, anak akan dapat menguasai suatu keterampilan jika atribut-atribut yang mendukung (seperti tingkat kekuatan, daya tahan, dan atribut lainnya) pelaksanaan keterampilan tersebut telah cukup berkembang, dan siswa yang belum memiliki atau masih rendah tingkatan atribut-atribut tersebut akan mengalami kesulitan dalam mempelajari suatu keterampilan gerak.
• (5). Kesiapan aspek fisik
o Kesiapan aspek fisik yang dapat berpengaruh terhadap penampilan keterampilan motorik dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:
(1) kematangan,
(2) perkembangan motorik umum, dan
(31)
• (6). Rendahnya Motivasi Belajar
o Motivasi adalah kondisi internal yang menggerakan atau menggiatkan seseorang berbuat sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan biologis, psikologis, maupun sosial.
o Orang akan tergerak melakukan sesuatu karena sesuatu itu dibutuhkan oleh yang bersangkutan.
o Menciptakan agar yang dipelajari dibutuhkan oleh anak dapat dilakukan oleh anak itu sendiri melalui pemahaman dan kesadarannya, dan atau oleh guru melalui teknik-teknik membangkitkan motivasi.
o Hal yang berhubungan dengan motivasi adalah kecemasan dan kesiagaan.
• (7). Cacat Keterampilan Motorik
o Cacat keterampilan motorik adalah ketidak mampuan fisik seseorang untuk memberikan respons yang memadai terhadap lingkungannya.
o Hal ini tercermin dalam penampilan gerak itu sendiri, terutama nampak dalam tingkat efisiensi yang pada umumnya terganggu atau berbeda dengan gerak yang normal yaitu di bawah kemampuan minimal.
o Cacat keterampilan motorik disebabkan beberapa hal, diantaranya pengaruh:
o (a) prenatal meliputi factor genetic, cidera pada bayi ketika berada dalam rahim, atau pengaruh keduanya, o (b) prenatal meliputi kelahiran premature, cacat bagian panggul, hamil kembar, atau oprasi waktu melahirkan, o (c) postnatal meliputi cacat sensoris, perceptual, dan gerak.
(32)
Factor Eksternal
• 1. Lingkungan Sekolah
o Anak akan kesulitan belajar tentang kebersihan jika sekolah tidak
menyediakan tempat sampah.
o Anak akan kesulitan belajar tentang kedisiplinan, jika masyarakat
sekolah tidak membudayakan hidup disiplin.
o Anak akan kesuitan bersosialisasi dengan teman sebaya jika halam
sekolah sangat sempit atau terbatas.
o Anak akan kesulitan belajar kejujuran jika ruang kelas tidak
(33)
• 2. Sarana Pembelajaran PJOK
o Anak akan kesulitan belajar yang sesuai dengan tuntutan atau tujuan kurikulum, jika sarana pembelajaran PJOK tidak memenuhi tuntutan kurikulum.
o Namun demikian keberadaan sarana pembelajaran PJOK tersebut tidak hanya sekedar ada, tapi juga harus memenuhi standar kelayakan, terutama dari sisi keamanan dan kenyamanan anak belajar.
• 3. Alat-alat Pembelajaran PJOK
o Anak akan mengalami kesulitan belajar yang sesuai dengan tujuan kurikulum jika alat-alat pembelajaran yang dimiliki sekolah tidak memenuhi:
o lingkup aktivitas pembelajaran yang diwajibkan dalam kurikulum
o jumlah proporsional dengan jumlah siswa
o kelayakan alat pembelajaran dengan standar keamanan dan kenyamanan anak
(34)
• 4. Pelaksanaan Pembelajaran PJOK
o Yang dimaksud dengan pelaksanaan pempelajaran di sisi adalah
pelaksanaan komponen-komponen pokok pembelajaran yang meliputi
komponen tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
model/pendekatan/strategi pembelajaran/metoda dan teknik
pembelajaran, serta evaluasi proses dan hasil pembelajaran.
• 5. Lingkungan Sosial Budaya
o Lingkungan sosial yang kurang memberikan kesempatan bergerak pada
anak-anak dan atau anak tidak menggunakan kesempatan untuk bergerak pada masa kanak-kanak akan memberikan pengaruh negative terhadap perkembangan fisik dan mental anak di kemudian hari.
o Anak akan terganggu dan akan mengalami kesulitan belajar baik dalam
(35)
4. Langkah-langkah Mengatasi Kesulitan Belajar.
• 1. Mengidentifikasi Kesulitan Belajar
• 2. Menganalisis data hasil identifikasi.
• 3. Diagnosis.
• 4. Pragnosis.
• 5. Treatment atau Perlakuan. • 6. Evaluasi.
(36)
• 1. Mengidentifikasi Kesulitan Belajar
o Observasi atau pengamatan
o Membandingkan hasil belajar dengan SKM
o Membandingkan nilai hasil belajar dengan nilai rata-rata
kelas
(37)
2. Menganalisis data hasil identifikasi.
o Berbeda dengan tahap identifikasi masalah,
tahap analisis data hasil identifikasi merupakan salahsatu tahap yang sulit dilakukan.
o bahwa kesulitan belajar dalam pembelajaran
PJOK merupakan akumulasi dari interaksi antara factor penyebab kesulitan belajar dan karakteristik lingkup aktivitas pembelajaran yang dipelajarinya.
(38)
3. Diagnosis.
o Diagnosa adalah proses pembuatan keputusan
berdasarkan hasil analisis data. Hasil proses diagnosis ini adalah:
o Keputusan tentang apa atau apa saja yang menjadi
factor penyebab kesulitan anak belajar.
o Keputusan tentang factor utama penyebab
kesulitan anak belajar.
o Keputusan tentang berat ringannya factor
(39)
4. Pragnosis.
o Prognosis artinya “ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam
tahap diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepada anak untuk membantu mengatasi kesulitan belajarnya.
o Prognosa adalah aktivitas penyusunan rencana/program yang
diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak.
o Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam membuat
rencana program dalam pembelajaran PJOK adalah: (1) tujuan program, (2) siapa yang melaksanakan program, dan (3) dimana program itu dilaksanakan, (4) dengan siapa program itu dilaksanakan.
(40)
• 5. Treatment atau Perlakuan.
o Setelah rencana program dibuat secara
matang, langkah selanjutnya adalah
memberikan perlakuan dengan melaksanakan program, yaitu memberikan bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar.
o Contoh perlakuan misalnya bimbingan belajar
kelompok, bimbingan belajar individual, tugas latihan di rumah, dan lain-lain.
(41)
• 6. Evaluasi.
o Apakah perlakuan yang telah diberikan berhasil
atau tidak, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali. Jika terjadi kegagalan, maka harus dikaji lagi dari mulai factor utama penyebab kesulitan belajar, program yang dibuat, dan cara melaksanakan programnya.
(42)
(43)
• Sehubungan dengan perananya sebagai pembimbing, seorang guru harus :
– Mengumpulkan data tentang peserta didik.
– Mengamati tingkah laku peserta didik dalam situasi sehariu-hari.
– Mengenal para peserta didik yang memerlukan bantuan khusus.
– Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua peserta didik, baik secara individu maupun secara kelompok, untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak.
– Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainya untuk membantu memecahkan masalah peserta didik.
– Membuat catatan pribadi peserta didik serta menyiapkannya dengan baik.
– Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu.
– Bekerjasama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah peserta didik.
– Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya.
– Meneliti kemajuan peserta didik, baik di sekolah maupundi luar sekolah.
– Peran guru sebagai pengajar dan sebagai pembing memiliki keterkaitan yang sangat erat dan keduanya dilaksanakan secara berkesinambungan dan sekaligus berinterpenetrasi dan
merupakan keterpaduan antara keduanya.
(44)
Gambar 1.: Tahap-tahap perkembangan motorik, pada tahap-tahap Pencapaian Perilaku Motorik. Sumber Russel R. Pate, Bruce McClenaghan, and Robert Rotella (1984). Scientific Foundations of Coaching. (Philadelphia: Saunders College Publishing), p. 185.
(45)
perkembangan motorik usia anak pada perbaikan/penghalusan gerak dasar dalam “tahap keterampilan”. Tahap ini terdiri dari urutan perkembangan motorik, yaitu:
1. Gerak refleks dan integrasi sensori, yang
berkembang pada masa bayi; dan
2. Perkembangan gerak dasar, yang
berkembang pada masa kanak-kanak
3. Menuju kesempurnaan gerak melalui
perbaikan/penghalusan gerak dasar
(kelanjutan dari teori: Pae, Rotella, dan
McClenaghan).
(46)
2. Identifikasi Jenis Kegiatan
Pengembangan Potensi Peserta
Didik
Jenis kegiatan pengembangan potensi peserta didik
pada jenjang sekolah dasar yaitu pengembangan Pola
Gerak Dasar.
Sedangkan gerak dasar terdiri atas:
•
Keterampilan Lokomotor (
Locomotor skills
)
•
Keterampilan Nonlokomotor (
Non locomotor
skills
)
•
Keterampilan Manipulaif (
Manipulative skills
)
(47)
Dalam menyusun program latihan fisik atau pengembangan gerak harus mempertimbangkan komponen-komponen, yaitu
1. tujuan;
2. tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak (kemampuan gerak); (3) komponen fisik; dan
(4) disesuaikan dengan dunia anak (metode).
(48)
3. Penyusunan Program Pengembangan Potensi Peserta Didik
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada pada pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
2. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti dalam silabus.
3. Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan: pendahuluan, inti, dan penutup.
(49)
•
Selain kegiatan yang berupa pembelajaran
secara intrakurikuler juga dapat disusun
program
pengembangan
potensi
ekstrakurikuler
dengan
jangka
panjang,
menengah dan pendek yang kemudian dapat
dikembangkan lebih lanjut dalam sesi-sesi
pembelajaran/latihan
yang
diatur
durasi,
beban, kompleksitas, frekuensi, dan agenda
pelaksanaannya.
(50)
4. Pelaksanaan Program Pengembangan Potensi Peserta Didik
• Pelaksanaan program pengembangan potensi peserta didik
dijalankan sesuai dengan rancangan yang telah dirumuskan sebelumnya.
• Pelaksanaan program pengembangan potensi peserta didik
dapat berjalan dengan baik jika ada sinergitas seluruh
pemangku kepentingan sekolah, adanya kemandirian belajar, efikasi dari pembina, dan tentunya motivasi peserta
(51)
cara yang dapat ditempuh oleh guru untuk membangkitkan motivasi anak
• Pilihlah kegiatan pembelajaran yang bisa disesuaikan bagi semua
anak.
• Beri kesempatan pada anak untuk merasa berhasil dalam suatu
tugas pembelajarannya.
• Buat cara agar peserta didik bisa merasa unggul dalam
bidang-bidang tertentu, dan siapkan alternatif bagi yang belum.
• Sediakan umpan balik positif sesering mungkin.
• Pujian dan dorongan harus diberikan segera setelah satu kejadian
berlangsung.
• Keterampilan bukan hanya satu-satunya dasar untuk memberikan
(52)
5. Evaluasi Program Pengembangan Potensi Peserta Didik
• Evaluasi program pengembangan potensi peserta didik dilakukan secara berkala untuk
– mengetahui kemajuan yang dapat dicapai, ketepatan dalam lintasan
dan arah yang dituju, sekaligus
– mendeteksi jika terjadi beberapa kesalahan dan kekurangan dalam
pelaksanaan program. • Evaluasi didasarkan pada
– tujuan yang ingin dicapai dengan berbagai indikator yang telah
dirumuskan dengan
– menggunakan berbagai metode dan
– menganut prinsip-prinsip validitas, reliabilitas, terbuka, dan
– hasilnya dapat dipertanggungjawabkan untuk melakukan perbaikan.
(53)
PENUTUP
(54)
PEMBELAJARAN 2.
(55)
TUJUAN
55
Peserta
diklat
mampu
menjelaskan
esensi
pendekatan
saintifik,
pendekatan
ilmiah
dan
nonilmiah dalam pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan ilmiah pada
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan sesuai denagn amanat kurikulum 2013,
dan mampu merancang skenario pembelajaran
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan
pendekatan saintifik.
(56)
INDIKATOR
56
1.
menjelaskan esensi pendekatan saintifik.
2.
menjelaskan pendekatan ilmiah dan nonilmiah dalam
pembelajaran
3.
menjelaskan
langkah-langkah
pembelajaran
dengan
pendekatan ilmaih
4.
menjelaskan pendekatan ilmiah pada pembelajaran
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Sesuai denagn
amanat kurikulum 2013.
5.
merancang skenario pembelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan dengan pendekatan saintifik.
(57)
SKENARIO
57Penga
ntar
(25’)
Diskusi
Kelompo
k
(90’)
Presentas
i hasil
(90’)
Penguatan
(20’)
(58)
Aktivitas Pembelajaran
• Membaca
• Diskusikan
• Membuat peta konsep
• Latihan
• soal-soal
(59)
MATERI
1. Esensi Pendekatan Ilmiah2. Pendekatan Ilmiah dan Nonilmiah dalam Pembelajaran
3. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
4. Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif
5. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Penjasorkes
(60)
1. Esensi Pendekatan Ilmiah
• Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah.
• Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
• Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductivereasoning).
• Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik.
• Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.
• Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. • Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian
(61)
• Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.
• Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. • Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas
pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
(62)
2. Pendekatan Ilmiah dan Nonilmiah dalam Pembelajaran
• Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria
seperti berikut ini,
1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
(63)
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.
8. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah yang meliput iintuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.
(64)
(65)
4. Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif
• Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya
hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
• Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru
• fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar,
sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif.
• peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati,
(66)
5. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam
Pembelajaran Penjasorkes
1. Mengamati?.. 2. Menanya?... 3. Mencoba?.. 4. Menalar?..
(67)
PENUTUP
(68)
PEMBELAJARAN 3
(69)
TUJUAN
69
Memiliki kecakapan dalam menganalis dan
mempraktikkan tindak lanjut hasil refleksi
pembelajaran
(70)
INDIKATOR
70
Peserta Diklat Diharapkan mampu:
a.Menganalisis dan mengidentifikasi
prosedur dan langkah pemberian
refleksi dalam pembelajaran PJOK.
b.Mempraktikkan tindak lanjut hasil
refleksi pembelajaran (perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian)
(71)
SKENARIO
71Penga
ntar
(25’)
Diskusi
Kelompo
k
(90’)
Presentas
i hasil
(90’)
Penguatan
(20’)
(72)
Aktivitas Pembelajaran
• Membaca
• Diskusikan
• Membuat peta konsep
• Latihan
• Soal-soal
(73)
Materi
a. Refleksi
b. Manfaatnya refleksi
c. Prosedur dan langkah pemberian refleksi pembelajaran. d. Analisis prosedur dan langkah pemberian refleksi
dalam pembelajaran.
(74)
Refleksi
Proses bercermin diri atau merenungkan kembali tentang apa yang sudah
terjadi dan apa yang sudah dilakukan, apa yang sudah baik dilakukan dan apa yang belum baik dilakukan.
“Menatap’ kehidupan masa lalu untuk memperbaiki kehidupan masa depan.
Dilakukan secara terus menerus dalam rangka memperbaiki diri.
Bagi guru, yang menjadi standar minimal tindakan yang dilakukan dalam
proses pembelajarannya adalah standar-standar akademik yang terkait dengan hakikat tindakannya itu. Misalnya penerapan metoda mengajar tertentu.
Bagi siswa, yang menjadi standar minimal “sudah baik” atau “belum
baiknya” pembelajaran yang dilakukan adalah pencapaian kompetensi dasar
(75)
Manfaat Refleksi
Mengingat kembali tindakan yang telah dilakukan
Bukti Perbaikan
Meningkatkan sikap profesional.
Meramal akibat
Memperoleh ide baru
Mengembangkan berfikir kritis
(76)
Prosedur/Langkah-Langkah Refleksi
1. Mengidentifikasi fakta pembelajaran 2. Menganalisis fakta
3. Mengidentifikasi masalah 4. Pembatasan masalah 5. Merencanakan tindakan 6. Melaksanakan tindakan
(77)
(78)
PROFESIONAL:
(79)
PEMBELAJARAN 1.
(80)
TUJUAN
80
Melalui curah pendapat dan penugasan,
peserta dapat mengidentifikasi refleksi
pembelajaran melalui penelitian tindakan
kelas dengan menunjukkan karakter
(81)
INDIKATOR
81
•
Menjelaskan konsep dasar dasar PTK
•
Menjelaskan prinsip PTK
•
Menjelaskan jenis PTK
•
Menjelaskan karakteristik PTK
•
Menjelaskan prosedur PTK
•
Membuat judul PTK
•
Menunjukkan nilai karakter menghargai,
kerjasama, kerja keras, dan musyawarah
mufakat
(82)
SKENARIO
82Penga
ntar
(45’)
Diskusi
Kelompo
k
(720’)
Presentas
i hasil
(720’)
Penguatan
(45’)
(83)
MATERI
1. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas 2. Tahap dan Prosedur PTK
3. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas 4. Jenis Penelitian Tindakan Kelas
5. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
6. Tahapan dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 7. Membuat Judul Penelitian Tindakan Kelas
(84)
1. Konsep dasar penelitian tindakan kelas
1. Merupakan “anak kandung” dari penelitian tindakan atau action research, 2. Yaitu suatu kajian tentang situasi sosial dengan tujuan untuk memperbaiki
mutu tindakan dalam situasi sosial tertentu. Misalnya pada organisasi masyarakat, lembaga-lembaga swasta dan pemerintah, sekolah-sekolah, lembaga kesehatan masyarakat, dan lain-lain.
3. Sifat penelitian tindakan adalah interaksi, partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran yang diteliti.
4. PTK atau Classroom Action Research adalah salahsatu metode penelitian ilmiah yang berbasis pada pemecahan masalah yang terjadi di dalam kelas pembelajaran.
(85)
5. Tujuannya adalah untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran.
6. Inti dari PTK adalah refleksi, yaitu usaha yang dilakukan guru (peneliti) secara terus menerus untuk memperbaiki diri dalam pembelajarannya.
7. Pelaksanaan PTK bersifat kolaboratif antara peneliti dengan guru sejawat atau antara guru dan dosen Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
(86)
Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
• Pertama, tindakan dan pengamatan dalam proses penelitianyang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama
• Kedua, masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukannya dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru
• Ketiga, metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama
• Keempat, metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat,
(87)
Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
• Kelima, permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata, menarik, mampu ditangani
• Keenam; peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian
• Ketujuh; kegiatan PTK pada lanjutannya merupakan kegiatan
yang berkelanjutan,
• Kedelapan, meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab guru, namun tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu melainkan dalam perspektif misi sekolah
(88)
Jenis-jenis PTK
1. PTK Diagnostik, 2. PTK partisipasi, 3. PTK Empiris,
(89)
Karakteristik PTK
1. PTK berbasis pada masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran. 2. Pelaksanaannya PTK bersifat kolaboratif dan guru menjadi peneliti
utama.
3. PTK dilaksanakan secara siklis atau berdaur.
4. Karena menuntut pemecahan masalah dengan segera maka analisis data dalam PTK harus dilakukan sesegera mungkin atau setelah setiap tindakan dilakukan.
5. PTK merupakan antithesis dari desain penelitian eksperimental yang sebenarnya, karenanya ketentuan ilmiah dalam penelitian tindakan kelas agak longgar.
6. Sesuai dengan tujuannya, yaitu memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik pembelajaran, maka jika tujuan ini berhasil dicapai, manfaatnya akan diperoleh langsung dan lebih jelas
(90)
Tahapan dan Prosedur Penelitian Tindakan
Kelas
Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilakukan, yaitu:
• (1) Perencanaan,
• (2) Pelaksanaan,
• (3) Pengamatan, dan
(91)
Membuat Judul Penelitian Tindakan Kelas
• Judul sebaiknya dirumuskan dengan singkat dan spesifik, serta mencerminkan permasalahan pokok yang akan dipecahkan dalam PTK.
• Judul dipaparkan secara deklaratif, jelas, padat dan tidak memberi kemungkinan penafsiran yang beragam.
• Usahakan jumlah kata judul tidak lebih dari dua puluh kata.
• Judul haruslah mencerminkan sebuah aktivitas, mudah dipahami dan kita dapat menembak isi penelitian tersebut.
• Hal pokok yang harus tertulis dalam judul adalah gambaran dari apa yang
dipermasalahkan dalam PTK yang merupakan variable Y (misalnya: peningkatan hasil belajar peserta didik) dan bentuk tindakan (treatment) yang akan
dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah yang merupakan variable X (penerapan model pembelajaran pendekatan belajar aktif).
• Judul PTK juga harus memuat keterangan tentang tempat penelitian, waktu
penelitian, kelas yang dijadikan penelitian dan mata pelajaran apa yang dijadikan PTK.
(92)
TERIMAKASIH
(1)
Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
•
Kelima, permasalahan atau topik
yang dipilih harus benar–
benar nyata, menarik, mampu ditangani
•
Keenam
;
peneliti harus tetap memperhatikan etika dan
tata krama penelitian
•
Ketujuh;
kegiatan PTK pada lanjutannya merupakan kegiatan
yang
berkelanjutan,
•
Kedelapan,
meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan
tanggung jawab guru, namun tinjauan terhadap PTK tidak
terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran
tertentu melainkan dalam perspektif misi sekolah
(2)
Jenis-jenis PTK
1. PTK Diagnostik,
2. PTK partisipasi,
3. PTK Empiris,
(3)
Karakteristik PTK
1. PTK berbasis pada masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran.
2. Pelaksanaannya PTK bersifat kolaboratif dan guru menjadi peneliti
utama.
3. PTK dilaksanakan secara siklis atau berdaur.
4. Karena menuntut pemecahan masalah dengan segera maka analisis
data dalam PTK harus dilakukan sesegera mungkin atau setelah setiap
tindakan dilakukan.
5. PTK merupakan antithesis dari desain penelitian eksperimental yang
sebenarnya, karenanya ketentuan ilmiah dalam penelitian tindakan kelas
agak longgar.
6. Sesuai dengan tujuannya, yaitu memperbaiki dan atau meningkatkan
kualitas praktik pembelajaran, maka jika tujuan ini berhasil dicapai,
manfaatnya akan diperoleh langsung dan lebih jelas
(4)
Tahapan dan Prosedur Penelitian Tindakan
Kelas
Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilakukan,
yaitu:
•
(1) Perencanaan,
•
(2) Pelaksanaan,
•
(3) Pengamatan, dan
(5)
Membuat Judul Penelitian Tindakan Kelas
• Judul sebaiknya dirumuskan dengan singkat dan spesifik, serta mencerminkan permasalahan pokok yang akan dipecahkan dalam PTK.
• Judul dipaparkan secara deklaratif, jelas, padat dan tidak memberi kemungkinan penafsiran yang beragam.
• Usahakan jumlah kata judul tidak lebih dari dua puluh kata.
• Judul haruslah mencerminkan sebuah aktivitas, mudah dipahami dan kita dapat menembak isi penelitian tersebut.
• Hal pokok yang harus tertulis dalam judul adalah gambaran dari apa yang
dipermasalahkan dalam PTK yang merupakan variable Y (misalnya: peningkatan hasil belajar peserta didik) dan bentuk tindakan (treatment) yang akan
dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah yang merupakan variable X (penerapan model pembelajaran pendekatan belajar aktif).
• Judul PTK juga harus memuat keterangan tentang tempat penelitian, waktu
penelitian, kelas yang dijadikan penelitian dan mata pelajaran apa yang dijadikan PTK.
(6)