Pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat tahun 2014
TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH:
MUSTAHIDIN SIREGAR
NIM: 131121042
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
SWT. yang telah memberikan berkah, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat tahun 2014”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapatkan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dr. Dedi Ardinata, M. Kes.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota, S.Kp., MNS selaku pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp., MNS selaku pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Nur Afi Darti S. Kp, M. Kep selaku pembimbing yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis sehingga proposal ini dapat diselesaikan.
6. Ibu Mahnum Lailan Nst S.Kep, Ns. M.Kep dan Ibu Wardiyah Daulay S.Kep, Ns. M.Kep selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
(4)
yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi.
9. Kepala Desa Mancang Kecamatan selesai beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian di desa tersebut.
10.Orangtua saya Rusmiati S.Pd dan Alm. Mara Lempang beserta abang dan adik saya yang telah banyak memberikan dorongan moril dan materiil dalam penyelesaian skripsi ini.
11.Rekan-rekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Program S1 Keperawatan Ekstensi 2013 terkhusus buat abang Adji Hidayat, Mantap Edison Sagala, Makmur Benny, Reza Ulfajri dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan dalam penyelesaiaan skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini.
Medan, Januari 2015 Penulis
Mustahidin Siregar NIM: 131121042
(5)
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR SKEMA ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 ... Lat ar Belakang ... 1
1.2 ... Ru musan Masalah ... 4
1.3 ... Tuj uan Penelitian ... 5
1.3.1 ... Tuj uan umum ... 5
1.3.2 ... Tuj uan khusus ... 5
1.4 ... Ma nfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN TEORI ... 7
2.1 Metode Amenorea Laktasi ... 7
2.1.1 Pengertian MAL ... 7
2.1.2 Cara Kerja MAL ... 8
2.1.3 Keuntungan kontrasepsi MAL ... 9
2.1.4 Keuntungan nonkontrasepsi MAL ... 10
2.1.5 Keterbatasan MAL ... 10
2.1.6 Indikasi MAL ... 11
2.1.7 Kontraindikasi MAL ... 11
2.2 Pengetahuan ... 11
2.2.1 Defenisi pengetahuan ... 11
2.2.2 Tingkat pengetahuan ... 12
2.2.3 Cata memperoleh pengetahuan ... 14
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 15
2.2.5 Pengukuran pengetahuan ... 16
2.3 Sikap 2.3.1 Defenisi sikap ... 17
2.3.2 Ciri-ciri sikap ... 18
2.3.3 Karakteristik (dimensi) sikap ... 18
2.3.4 Sifat sikap ... 19
(6)
2.3.6 Pembentukan sikap ... 21 2.3.7 Pengukuran sikap ... 23
(7)
4.1 Desain Penelitian ... 28
4.2 Populasi dan Sampel ... 28
4.2.1 Populasi ... 28
4.2.2 Sampel ... 28
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
4.4 Pertimbangan Etik ... 29
4.5 Instrumen Penelitian ... 30
4.6 Teknik Pengumpulan Data ... 31
4.7 Uji Coba Instrument ... 33
4.8 Analisa Data ... 34
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
5.1 Hasil Penelitian ... 35
5.1.1 Data Demografi ... 35
5.1.2 Pengetahuan Ibu Terhadap Metode Amenorea Laktasi ... 36
5.1.3SikapIbuTerhadapMetodeAmenoreaLaktasi ... 37
5.2Pembahasan ... 37
5.2.1 Pengetahuan Ibu Terhadap Metode Amenorea Laktasi ... 38
5.2.2 Sikap Ibu Terhadap Metode Amenorea Laktasi ... 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 46
6.1 Kesimpulan ... 46
6.2 Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA
(8)
L
Laammppiirraann 33 SSuurraatt EEttiikkaa PPeenneelliittiiaann ... 5577 L
Laammppiirraann 44 SSuurraatt SSeelleessaaii VVaalliiddaassii ... 5588 L
Laammppiirraann 55 SSuurraatt IIzziinn PPeenneelliittiiaann... 5599 L
Laammppiirraann 66 SSuurraatt KKeetteerraannggaann SSeelleessaaii PPeenneelliittiiaann ... 6633 L
Laammppiirraann 77 HHaassiill UUjjii VVaalliiddiittaass DDaann RReelliiaabbiilliittaass ... 6644 L
Laammppiirraann 88 MMaasstteerr TTaabbeell ... 6688 L
Laammppiirraann 99 HHaassiill AAnnaalliissiiss DDaattaa ... 6699 L
Laammppiirraann 1100 TTaakkssaassii DDaannaa... 8822 L
Laammppiirraann 1111 JJaaddwwaall PPeellaakkssaannaaaann PPrrooppoossaall ddaann SSkkrriippssii ... 8833 L
Laammppiirraann 1122 DDaaffttaarr RRiiwwaayyaatt HHiidduupp ... 8844
(9)
5.1. Karakteristik Demografi Ibu yang Berumur 20-35 Tahun 2014 di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat (n=58) ... 36 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Ibu Terhadap
Metode Amenorea Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat (n=58). ... 37 5.3. Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Ibu Terhadap
Metode Amenorea Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat (n=58) ... 37
(10)
(11)
Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2014/2015
Abstrak
Pengetahuan dan sikap merupakan hal yang penting dalam keberhasilan pemakaian metode amenorealaktasi.Metode amenorealaktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya. Metode Amenorea Laktasi merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif dan efektifitasnya mencapai 98%. Desain penelitian ini adalah deskriptifyang bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat Tahun 2014. Jumlah sampel sebanyak 58 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini kuesioner. Hasil penelitian pengetahuan ibu tentang amenorealaktasi menunjukkan mayoritas dalam kategori kurang sebanyak 32 orang (55,1%). Sedangkan sikap menunjukkan mayoritas dalam kategori negatif sebanyak 41 orang (70,7%). Diharapkan agar penyuluhan tentang metode amenorealaktasi dapat lebih ditingkatkan lagi khususnya di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
(12)
Study Program : S1 Degree of Nursing Science Academic year : 2014/2015
Abstract
Knowledge and attitudes are important things to the success of amenorrhoea lactation method use. It is a method of contraception that relies on giving ASI axclusively, meaning babies are only giving ASI without any other additional food and drink. Amenorrhoea lactation method is an effective temporary contraception method that its effectiveness can reach 98%. This research use descriptive design that aims to figure out mother’s knowledge and attitudes against amenorrhoea lactation Method in Dusun Mawar Desa Mancang Subdistrict Selesai Langkat Regency in 2014. Sampel used is 58 people with total sampling technique. Instrument used is questionnaire. Result of the research shows mother’s knowledge about amenorrhoea lactation are 32 persons (55,1%) in minus category, while mother’s attitudes showing negative category are 41 persons (70,7%). It is suggested to improve counselling on amenorrhoea lactation method especially in Dusun Mawar Desa Mancang Subdistrict Selesai Langkat Regency.
(13)
Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2014/2015
Abstrak
Pengetahuan dan sikap merupakan hal yang penting dalam keberhasilan pemakaian metode amenorealaktasi.Metode amenorealaktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya. Metode Amenorea Laktasi merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif dan efektifitasnya mencapai 98%. Desain penelitian ini adalah deskriptifyang bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat Tahun 2014. Jumlah sampel sebanyak 58 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini kuesioner. Hasil penelitian pengetahuan ibu tentang amenorealaktasi menunjukkan mayoritas dalam kategori kurang sebanyak 32 orang (55,1%). Sedangkan sikap menunjukkan mayoritas dalam kategori negatif sebanyak 41 orang (70,7%). Diharapkan agar penyuluhan tentang metode amenorealaktasi dapat lebih ditingkatkan lagi khususnya di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
(14)
Study Program : S1 Degree of Nursing Science Academic year : 2014/2015
Abstract
Knowledge and attitudes are important things to the success of amenorrhoea lactation method use. It is a method of contraception that relies on giving ASI axclusively, meaning babies are only giving ASI without any other additional food and drink. Amenorrhoea lactation method is an effective temporary contraception method that its effectiveness can reach 98%. This research use descriptive design that aims to figure out mother’s knowledge and attitudes against amenorrhoea lactation Method in Dusun Mawar Desa Mancang Subdistrict Selesai Langkat Regency in 2014. Sampel used is 58 people with total sampling technique. Instrument used is questionnaire. Result of the research shows mother’s knowledge about amenorrhoea lactation are 32 persons (55,1%) in minus category, while mother’s attitudes showing negative category are 41 persons (70,7%). It is suggested to improve counselling on amenorrhoea lactation method especially in Dusun Mawar Desa Mancang Subdistrict Selesai Langkat Regency.
(15)
1.1 Latar Belakang
Masalah yang sedang dihadapi oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Jumlah Angka Kematian bayi di ASEAN seperti Singapura 2/1000 kelahiran hidup, Malaysia 5,6/1000 kelahiran hidup, Brunei Darussalam 5,6/1000 kelahiran hidup, Vietnam 17,3/1000 kelahiran hidup, dan Indonesia 24,8/1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012).
Sedangkan jumlah Angka Kematian Bayi di Sumatera Utara, Kota Medan sebanyak 37 kasus, Gunung Sitoli sebanyak 117 kasus, Kabupaten Padang Lawas sebanyak 64 kasus, Langkat 70 kasus, Deli Serdang sebanyak 74 kasus, Tapanuli Selatan sebanyak 78 kasus, Simalungun sebanyak 81 kasus, Labuhan Batu Utara sebanyak 87 kasus, Labuhan Batu sebanyak 94 kasus, Tapanuli Utara sebanyak 109 kasus, Nias sebanyak 132 kasus, Asahan sebanyak 176 kasus, sedangkan AKI tertinggi di Provinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten Mandailing Natal sebanyak 189 kasus (Depkes RI, 2012).
Demikian juga Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, data kematian ibu yang digunakan saat ini masih menggunakan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007. SDKI 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002-2003 yang
(16)
Sedangkan jumlah Angka Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Nias Sebanyak 10 kasus, Mandailing Natal sebanyak 10 kasus, Tapanuli Selatan sebanyak 11 kasus, Labuhan Batu Utara sebanyak 13 kasus, Deli Serdang sebanyak 15 kasus, Batubara sebanyak 16 kasus, Langkat sebanyak 17 kasus, dan AKI tertinggi di Sumatera Utara adalah Kabupaten Labuhan Batu sebanyak 33 kasus (Depkes RI, 2012).
Salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB yaitu dengan Keluarga Berencana (KB). KB menurut UU no. 10 thn 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Setya & Sujiyatini, 2009).
Kontrasepsi merupakan salah satu kebutuhan hidup sehat, selain makanan yang sehat, air bersih dan lingkungan yang sehat. Pasangan usia subur yang belum/ tidak berencana punya anak (lagi) dan tidak memakai kontrasepsi, termasuk kelompok “unmet need”. Tanpa mereka sadari, mereka telah masuk kedalam kelompok yang beresiko tinggi, yaitu kelompok dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memakai kontrasepsi. Angka “unmet need“ di Indonesia pada pertengahan 2010 diperkirakan 9% atau lebih dari 5 juta pasangan usia subur (Affandi, 2011).
Jenis atau metode KB ada dua yaitu metode KB modern seperti pil, suntik, Intra Uteri Devece (IUD), Metode Operasi Wanita (MOW), Metode Operasi Pria (MOP), Implant, dan metode sederhana yang alami seperti Metode Amenorea
(17)
Laktasi (MAL), metode kalender, metode suhu basal, metode lendir servik, metode simtotermal, senggama terputus (Coitus interuptus), metode barier antara lain kondom, diafragma, dan spermisida (Saifuddin, 2006).
Bagi wanita yang ingin menghindari efek samping alat kontrasepsi modern, maka mereka lebih memilih cara KB alami, yaitu KB tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Seperti metode kalender, metode suhu tubuh dan tes lendir vagina maka dapat diperkirakan kapan terjadinya masa subur pada wanita(Affandi, 2011).
Metode Amenorea Laktasi (MAL) merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan. Efektifitasnya dapat mencapai 98%. MAL efektif jika menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapatkan cukup asupan perlaktasi (Saifuddin, 2006).
Keuntungan nonkontrasepsi, bayi mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI), sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air dan susu formula. Keuntungan untuk ibu yaitu mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi resiko anemia dan meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi (Saifuddin, 2006).
Metode Amenorea Laktasi (MAL) di Indonesia pencapaiannya masih rendah. Hal ini diukur dari tingkat pencapaian pemberian ASI eksklusif yang masih rendah berdasarkan data susenas tahun 2010, baru ada 61,3% bayi umur 0-5 bulan yang mendapatan ASI Eksklusif. Bahkan Riset Kesehatan Dasar
(18)
menyebutkan, hanya 34,5% bayi umur kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat, jumlah ibu yang berumur 20-35 tahun sebanyak 58 orang. Studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat pada 10 orang ibu didapatkan hasil 7 dari 10 orang ibu belum pernah mendengar kontrasepsi metode amenorea laktasi dan 3 orang menyatakan pernah mendengar metode amenorea laktasi. Hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara peneliti di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
Berdasarkan dari 10 responden, sebanyak 1 orang menyatakan menggunakan kondom, sebanyak 2 orang menyatakan menggunakan injeksi/suntikan progestin, 6 orang menggunakan KB hormonal (pil dan suntik), dan sebanyak 1 orang menggunakan KB intra uteri device (IUD).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka perlu diteliti pengetahuan dan sikap ibu tentang Metode Amenorea Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan dan sikap ibu terhadap Metode Amenorea Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat?
(19)
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap Metode Amenorea Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
1.3.2Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang Metode Amenorea Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
b. Mengidentifikasi sikap ibu tentang Metode Amenorea Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1Manfaat praktis
a. Bagi pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan sebagai masukan bagi mata kuliah.
b. Bagi pelayanan kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan informasi kepada tenaga kesehatan dan institusi pelayanan kesehatan sehingga bisa digunakan dalam membuat kebijakan atau program yang berhubungan dengan sosialisasi kontrasepsi MAL.
(20)
c. Penelitian selanjutnya
Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan khususnya kepada peneliti selanjutnya tentang kontrasepsi metode amenorea laktasi (MAL).
(21)
2.1 Metode Amenorea Laktasi (MAL) 2.1.1 Pengertian MAL
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya (Setya & Sujiyatini, 2009).
MAL menggunakan praktik menyusui untuk menghambat ovulasi sehingga berfungsi sebagai kontrasepsi. Apabila seorang wanita memiliki seorang bayi berusia kurang dari 6 bulan dan amenore serta menyusui penuh, kemungkinan kehamilan terjadi hanya sekitar 2%. Namun, jika tidak menyusui penuh atau tidak amenorea, risiko kehamilan akan lebih besar. Banyak wanita akan memilih bergantung pada metode kontrasepsi lain seperti pil hanya progesteron serta MAL (Everett, 2007).
Metode amenorea laktasi (MAL) adalah bentuk kontrasepsi yang amenore, karena ASI eksklusif berkepanjangan dan dalam keadaan tertentu, memberikan jangka waktu yang signifikan, perlindungan alami dari kehamilan. Menyusui diperkirakan mengurangi sekresi hormon gonadotropin pelepasan oleh hipotalamus, yang pada gilirannya mengganggu sekresi luteinizing hormone (LH) dari kelenjar pituitari. Tanpa teratur, pulsasi LH yang memadai, cukup estrogen disekresikan oleh ovarium untuk memicu ovulasi, sehingga terjadi infertilitas.
(22)
Intervensi positif terhadap MAL dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap(Tazhibayev, dkk, 2004).
Metode amenore laktasi mungkin sangat berharga bagi perempuan dengan sumber daya rendah, karena sangat efektif dalam mencegah kembalinya kehamilan di 6 bulan pertama postpartum. Selain itu, metode kontrasepsi ini murah, aman bagi ibu, dan memberikan nutrisi yang ideal dan pertahanan terhadap penyakit untuk bayi. Penggunaan metode amenorea laktasi yang benar membutuhkan tiga kriteria yang harus dipenuhi, yaitu postpartum amenore, penuh atau hampir penuh menyusui yang berarti bahwa bayi harus menyusui setidaknya setiap 4 jam pada siang hari dan setiap 6 jam pada malam hari dan bayi harus berusia kurang dari 6 bulan. Beberapa studi telah menunjukkan efektivitas LAM pada 98% atau lebih tinggi di antara perempuan yang memenuhi semua kondisi ini (Sipsma, dkk, 2012).
2.1.2 Cara Kerja MAL
Menyusui menyebabkan terhentinya ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) karena menyusui menghambat perubahan laju pelepasan hormon alami (Hatcher, 1997). Menyusui selama periode postpartum memperpanjang depresi fungsi ovarium pengisapan bayi dan produksi prolaktin mengganggu pelepasan GnRH sehingga mengganggu pola normal pelepasan LH. Tanpa pelepasan LH yang normal, ovarium tidak terstimulasi untuk menghasilkan folikel (Dutton, dkk, 2010).
(23)
gonadotrofin meningkat pesat. Sebaliknya pada wanita yang menyusui, konsentrasi PRL tetap meninggi selama penghisapan sering terjadi peningkatan sekresi PRL secara akut. Walaupun konsentrasi FSH kembali ke normal dalam beberapa minggu pascapartum, namun konsentrasi LH dalam darah tetap tertekan sepanjang periode menyusui. Pola pulsasi normal pelepasan LH mengalami gangguan dan hal inilah yang merupakan penyebab mendasar terjadinya penekanan fungsi normal ovarium (Glasier, dkk, 2006).
2.1.3 Keuntungan Kontrasepsi MAL
Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pertama pascapersalinan), segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping secara sistemik, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya (Pinem, 2009). Selain itu, dibandingkan dengan bentuk-bentuk kontrasepsi, seperti pil KB atau suntikan, metode amenorea laktasi secara substansial lebih rendah biaya dan tidak memiliki hambatan terhadap akses yang ditimbulkan oleh bentuk-bentuk kontrasepsi. Metode amenorea laktasi mungkin bentuk optimal kontrasepsi ketika semua kriteria dapat dipenuhi (Sipsma, dkk, 2012).
Menurut Farrel (1997) keuntungan dari metode amenorea laktasi antara lain: dapat dimulai segera setelah melahirkan, ekonomis dan mudah tersedia, tidak memerlukan resep, tidak ada tindakan yang diperlukan pada saat hubungan seksual, tidak ada efek samping atau tindakan pencegahan untuk penggunaannya, tidak ada komoditas atau persediaan yang diperlukan untuk klien atau untuk
(24)
sebagai jembatan untuk menggunakan metode lain, konsisten dengan praktik agama dan budaya, dan hal ini efektif.
2.1.4 Keuntungan Nonkontrasepsi MAL
Untuk bayi: mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan lewat ASI), sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu formula, dan alat minum yang dipakai. Untuk ibu: mengurangi perdarahan postpartum, mengurangi resiko anemia, dan meningkatkan hubungan psikologik ibu dengan bayi (Hatcher, dkk, 1997).
2.1.5 Keterbatasan MAL
Kunci utama keberhasilan immediate breastfeeding perlu adanya persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan setelah bayi lahir, umumnya peran penolong persalinan masih sangat dominan, bila ibu difasilitasi oleh penolong persalinan (Fikawati, 2003).
Pada negara-negara maju metode amenorea laktasi kurang efektif, dikarenakan durasi rata-rata menyusui yang singkat. Hanya sedikit wanita yang menyusui bayinya secara penuh dan hampir penuh melebihi 4 bulan pascapartum. Dengan pola pemberian makanan bayi seperti ini, metode amenorea laktasi tidak dapat dilakukan lebih dari 4 bulan pascapartum dan banyak wanita yang tidak dapat melakukannya (Glasier, dkk, 2006). Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial, ibu bekerja, efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid
(25)
dengan 6 bulan, tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Setya & Sujiyatini, 2009).
2.1.6 Indikasi MAL
Ibu yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan (Hatcher, dkk, 1997).
Dari analisis (Sipsma, dkk, 2012) menganggap penggunaan yang benar sebagai penggunaan metode amenorea laktasi dengan anak berusia kurang dari 6 bulan. Kriteria ini dipilih berdasarkan luas literatur keluarga berencana. Namun, beberapa studi mendukung penggunaan metode amenorea laktasi lebih dari 6 bulan.
2.1.7 Kontraindikasi MAL
Ibu yang seharusnya tidak menggunakan MAL jika : sudah mendapat haid setelah bersalin, tidak menyusui secara eksklusif, bayi sudah berusia lebih dari 6 bulan, bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam (Affandi, dkk, 2011).
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia
(26)
diperoleh melalui mata dan telinga. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek (Wawan & Dewi, 2011).
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu tahu (know) diartikan hanya sebagai recall (memanggil) suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya setelah mengamati sesuatu atau merupakan suatu kemampuan mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah (Notoatmodjo, 2003).
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Contoh: dapat menjelaskan definisi MAL.
Memahami (Comprehension) merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau harus dapat menjelaskan menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Wawan & Dewi, 2011). Misalnya dapat menjelaskan cara kerja MAL.
Aplikasi (Aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya) atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Aplikasi
(27)
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 2003).
Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan (Notoatmodjo, 2003).
Analisa (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitan satu dan lainnya (Wawan & Dewi, 2011). Atau kemampuan untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui (Notoatmodjo, 2003).
Kemampuan analisis ini dapat dilihat bila seseorang dapat membedakan atau memisahkan, mengelompokan, menggambarkan (membuat bagan), dan sebagainya terhadap pengetahuan atas objek tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Sintesis (Syntesis), Sintesis yang dimaksud menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk melaksanakan dan menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada (Wawan & Dewi, 2011).
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
(28)
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).
Evaluasi (Evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang mendapatkan ASI eksklusif dengan yang tidak, dapat menafsirkan penyebab ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya (Wawan & Dewi, 2011).
2.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan dapat dilakukan dengan cara kuno (tradisional) dan Modern. Cara memperoleh pengetahuan dengan cara kuno yaitu: cara kekuasaan atau otoritas adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas seperti pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri (Wawan & Dewi, 2011).
Berdasarkan pengalaman pribadi juga dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu (Wawan & Dewi, 2011).
(29)
Cara coba salah (Trial and Error), cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan (Wawan & Dewi, 2011).
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan, cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626) kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Dallen yang mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek yang diamatinya. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah (Wawan & Dewi, 2011).
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan yaitu: umur, umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi, 2011).
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Wawan & Dewi, 2011).
(30)
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Wawan & Dewi, 2011).
Faktor Eksternal yang mempengaruhi pengetahuan adalah sosial budaya, sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi (Wawan & Dewi, 2011). Faktor Lingkungan, lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (Wawan & Dewi, 2011).
2.2.5 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatanya (Notoatmodjo, 2007).
(31)
2.3 Sikap
2.3.1 Definisi Sikap
Sikap menurut Louis Thurstone (1928; salah seorang tokoh terkenal di bidang pengukuran sikap), Rensis Likert (1932; seorang pionir dibidang pengukuran sikap), dan Charles Osgood yang dikutip oleh Azwar (2013) adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan (Azwar, 2013).
Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada objek tersebut (Berkowist, 1972 dalam Azwar, 2013).
Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis (Edwards, 1957). Menurut Chave (1928), Bogardus (1931), LaPieree (1934), Mead (1934), dan Gardon Allport (1935; tokoh terkenal di bidang Psikologi Sosial dan Psikologi Kepribadian) yang dikutip oleh Azwar (2013) sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.
(32)
Menurut Secord dan Backman (1964) yang dikutip oleh Azwar (2013) sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
Kesimpulannya, sikap adalah suatu respon tertutup terhadap stimulasi obyek tertentu yang berupa perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada objek tersebut.
2.3.2 Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) yang dikutip oleh Wawan & Dewi (2011) adalah : 1) sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan dalam hubungan dengan obyeknya. 2) sikap dapat berubah-ubah tergantung keadaan dan syarat tertentu. 3) sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. 4) obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu. 5) sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.
2.3.3 Karakteristik (Dimensi) Sikap
Karakteristik (dimensi) sikap menurut Sax (1980) yang dikutip oleh Azwar (2013) adalah : sikap memiliki arah artinya sikap terpilah pada dua kesetujuan yaitu setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung, memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai obyek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu obyek sikap berarti
(33)
memiliki sikap yang arahnya positif, sebaliknya mereka yang tidak setuju dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif (Azwar, 2013).
Sikap memiliki intensitas artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif, tetapi intensitasnya berbeda. Contoh orang pertama mungkin tidak setuju tapi orang kedua dapat saja sangat tidak setuju (Azwar, 2013).
Sikap memiliki keluasaan maksudnya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada obyek sikap (Azwar, 2013).
Sikap memiliki konsistensi maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap obyek sikap tersebut (Azwar, 2013).
Sikap memiliki spontanitas yaitu menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan sikap secara spontan. Sikap memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya (Azwar, 2013).
2.3.4 Sifat sikap
Sifat sikap menurut (Heri Purwanto, 1998) yang dikutip oleh Wawan & Dewi (2011) sikap dapat bersifat positif yaitu kecenderungan tindakan adalah
(34)
mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sikap negatif kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak menyukai obyek tertentu.
2.3.5 Tingkatan sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberi pertanyaan atau mengerjakan tugas adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut (Wawan & Dewi, 2011).
Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu (Wawan & Dewi, 2011).
Bertanggung jawab yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih atau yang telah dinyakini dengan segala risiko. Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi (Wawan & Dewi, 2011).
(35)
2.3.6 Pembentuk Sikap
Faktor internal yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain, pengalaman pribadi yaitu apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Pengetahuan juga memegang peranan penting dalam membentuk sikap. Pengetahuan membuat orang mempunyai sikap tertentu terhadap objek (Azwar, 2013).
Pikiran dan kenyakinan atau kepercayaan, apabila pikiran dan kenyakinan atau kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap sudah berakar sejak lama, maka orang tersebut akan mempunyai sikap yang lebih didasarkan pada predikat yang dilekatkan oleh pola pikirannya dan bukan didasarkan pada objek sikap tertentu. Sikap didasari pola pikiran dan kenyakinan semacam ini biasanya sangat sulit untuk menerima perubahan. Pengaruh faktor emosional, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyalur frustasi atau penyuluhan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2013).
Faktor eksternal yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu: pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Keinginan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut,diantara orang yang biasanya dianggap penting oleh individu adalah
(36)
orang tua, guru, istri, suami, teman sebaya, teman dekat, orang yang status sosialnya lebih tinggi dll (Azwar, 2013).
Pengaruh kebudayaantanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya (Azwar, 2013).
Media massa, sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Mempunyai pengaruh besar dalam menentukan opini dan kepercayaan orang lain. Media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut apabila cukup kuat memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu (Azwar, 2013).
Lembaga pendidikan dan lembaga agama, kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sisitem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal (Azwar, 2013).
(37)
2.3.7 Pengukuran Sikap
Beberapa teknik pengukuran sikap, yaitu : Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals), Skala Likert (Method of Summateds Ratings), Unobstrusive Measures, Multidimensional Scaling, dan Pengukuran Involuntary Behavior (pengukuran terselubung) (Wawan & Dewi, 2011).
Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals), metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan dari yang sangat unfavorabel hingga sangat favorabel terhadap suatu obyek sikap. Favorabilitas penilai itu di ekspresikan melalui titik skala ranting yang memiliki rentang sangat tidak setuju, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, sangat setuju. Median dan rerata perbedaan penilain antara penilaian terhadap item ini kemudian dijadikan sebagai skala masing-masing item, kemudian item disusun mulai dari item yang memiliki nilai skala terendah hingga tertinggi, kemudian item dipilih untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing aitem sikap tersebut (Wawan & Dewi, 2011).
Skala Likert (Method of Summateds Ratings), Linkert (1932) menyederhanakan skala thurstone menjadi dua kelompok, yaitu yang favorabel dan unfavorabel, sedangkan yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Linkert menggunakan teknik konstruksi test lainnya. Masing-masing responden diminta melakukan setuju atau ketidaksetujuannya untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5 point (sangat setuju,
(38)
setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua aitem yang favorabel diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5, untuk sangat tidak setuju nilainya1 dan untuk aitem unfavorabel nilai skala sangat setuju nilainya 1, untuk tidak setuju nilainya 5 (Wawan & Dewi, 2011).
Unobstrusive Measures, metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan (Wawan & Dewi, 2011).
Multidimensional Scaling, teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini kadanga kala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensional kurang valid terutama apabila diterapkan pada lain orang, lain isu, dan lain skala aitem (Wawan & Dewi, 2011).
Pengukuran Involuntary Behavior (Pengukuran terselubung): pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden. Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden. Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Observer dapat menginterpretasikan sikap individu melalui dari fasial reaction, body gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung, dan beberapa aspek fisiologis lainnya (Wawan & Dewi, 2011).
(39)
3.1Kerangka Konsep
Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB diantaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa untuk mempunyai sikap yang positif diperlukan pengetahuan yang baik, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang.
Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
(40)
Skema 3.1 Skema Kerangka Konsep Pengetahuan ibu tentang
metode amenorea laktasi ditinjau dari:
- Defenisi - Keuntungan - Keterbatasan - Indikasi - Kontraindikasi
Baik
Cukup
Sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi
Kurang
Positif Negatif
(41)
3.2 Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
N o Variabel Penelitian Defenisi Operasional Alat Ukur
Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1. Pengetahuan
Ibu Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang metode amenorea laktasi dan ditinjau dari: Defenisi, Keuntungan MAL, Keterbatasan MAL, Indikasi MAL, Kontra Indikasi. Kuesioner Menggunakan pilihan jawaban: Benardan salah Baik (13-18) Cukup (7-12) Kurang (0-6) Ordinal
2. Sikap Ibu Reaksi atau respon ibu terhadap metode amenorea laktasi Kuesioner Menggunakan pilihan jawaban : - Sangat setuju - Setuju - Kurang setuju - Sangat tidak
setuju - Positif (26-40) - Negatif (10-25) Ordinal
(42)
4.1Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau suatu fenomena yaitu pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat Tahun 2014.
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak dan berusia 20-35 tahun di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat yang berjumlah sebanyak 58 responden. 4.2.2 Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari populasi dimana pemilihannya menggunakan sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi tertentu.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu suatu cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel penelitian(Notoatmodjo, 2003).
(43)
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkatpada tanggal 11-17 Desember 2014. Dengan pertimbangan masih rendahnya cakupan metode amenorea laktasi dan belum pernah dilakukan penelitian ini di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian ini telah dilakukan uji etik oleh komite etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan telah memperoleh surat keterangan bebas masalah etik. Selain itu peneliti juga telah meminta izin kepada Kepala Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat yang akan digunakan sebagai lahan untuk penelitian. Selanjutnya peneliti mendekati para responden dalam hal menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian. Apabila responden bersedia penelitian akan dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Untuk menjaga kerahasiaannya kuesioner dibuat dengan tanpa nama (identitas) tetapi dengan menggunakan kode dan hanya peneliti yang mempunyai akses terhadap informasi didapat dari responden. Peneliti juga akan menjelaskan bahwa partisipasi responden yang diteliti tersebutsifatnya sukarela dan mempunyai hak untuk mengundurkan diri.
(44)
4.5Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu data umum responden, pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi.
4.5.1 Kuesioner Data Demografi
Kuesioner tentang data demografi responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, dan penghasilan.
4.5.2 Kuesioner Pengetahuan
Kuesioner pengetahuan ibu mengenai metode amenorea laktasi terdiri dari 18 pernyataan dikotomi, yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif berjumlah 12 pernyataan dengan nomor 1,2,3,4,5,6,8,9,12,13,15, dan 18. Jika ibu menjawab dengan benar maka diberi nilai satu (skor = 1), apabila ibu menjawab salah diberi nilai nol (skor = 0). Pernyataan negatif berjumlah 6 pernyataan dengan nomor 7,10,11,14,16 dan 17. Jika ibu menjawab benar maka diberi nilai nol (skor = 0), apabila ibu menjawab salah diberi nilai satu (skor = 1).
Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (1992) adalah:
Maka pengetahuan ibu terhadap metode amenorea laktasi yaitu kategori pengetahuan baik dengan skor 13-18, kategori pengetahuan cukup dengan skor 7-12 dan kategori pengetahuan kurang dengan skor 0-6.
(45)
4.5.3 Kuesioner sikap
Kuesioner sikap terdiri dari 10 pernyataan, dengan kriteria 6 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Penilaian pernyataan sikap mengunakan skala Likert. Pernyataan sikap positif terdapat pada nomor 1,2,3,4,5, dan 6, jawaban sangat setuju dengan skor = 4, setuju = 3, kurang setuju = 2, dan tidak setuju = 1. Sedangkan pernyataan sikap negatif terdapat pada nomor 7,8,9, dan 10, jawaban sangat setuju dengan skor = 1, setuju = 2, kurang setuju = 3, dan tidak setuju = 4.
Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (1992) adalah:
Maka pengetahuan ibu terhadap metode amenorea laktasi yaitu kategori sikap negatif dengan jumlah skor 10-25 dan kategori sikap positif dengan jumlah skor 26-40.
4.6 Teknik Pengumpulan Data 4.6.1 Prosedur Pengambilan Data
a. Tahap persiapan pengumpulan data
Persiapan pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui prosedur administrasi dengan mendapatkan izin dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Kepala Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat. Kemudian peneliti menentukan responden yang diteliti dan peneliti memberikan informasi mengenai tujuan dan prosedur penelitian pada ibu yang berada di Dusun Mawar
(46)
b. Tahap melakukan pengumpulan data
Teknis pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari Kepala Desa, selanjutnya setelah peneliti mendapatkan izin, peneliti menemui calon responden yang telah ditetapkan sesuai sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari Kepala Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat. Setelah mendapat izin dari Kepala Desa, peneliti menemui responden yang telah ditetapkan sesuai dengan sampel penelitian, dan dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1) Menjelaskan tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian, bila responden bersedia berpartisipasi maka penulis meminta responden menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan. 2) Kemudian peneliti melakukan wawancara berdasarkan item
wawancara yang telah disusun oleh peneliti dan responden diwawancara satu persatu.
3) Peneliti mengucapkan terima kasih atas partisipasinya dalam penelitian ini. Kuesioner yang telah diisi kemudian diperiksa kelengkapan data yang dikumpulkan.
4) Setelah seluruh data terkumpul dan penelitian selesai dilakukan, peneliti melapor kembali ke Kepala Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat untuk memperoleh surat selesai penelitian.
(47)
4.7Uji Coba Instrument
Setelah alat ukur selesai disusun, belum berarti kuesioner tersebut dapat langsung digunakan untuk mengumpulkan data. Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu diuji validitas dan realibilitas. Untuk itu, kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba “trial” di lapangan (Notoatmodjo, 2005).
a. Uji validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan instrumen. Validitas didapat jika ada kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan keseluruhan instrumen (Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah Content validity yang membuktikan instrumen lebih sahih yang dilakukan oleh ibu Nur Asiah S.Kep Ns., M.Biomed di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Hasil uji validasi pada kuesioner pengetahuan yaitu perbaikan kata pada kuesioner nomor 4 dan 6. Pada kuesioner sikap yaitu perbaikan kalimat pada kuesioner nomor 2,3,4,6, dan 8.
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur data dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih. Uji reliabilitasnya dilakukan di Dusun Tempel Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat pada 30
(48)
sampel. Uji reliabilitas kuesioner pengetahuan ibu terhadap metode amenorea laktasi menggunakan teknik korelasi Kuder Richardson 21 (K-R 21). Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan, nilai reliabilitas kuesioner pengetahuan ibu terhadap metode amenorea laktasi adalah 0,73, nilai ini dikatakan reliabel karena nilai reliabilitasnya >0.60.
Sedangkan uji reliabilitas kuesioner sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi dengan menggunakan Cronbach Alpha. Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan, nilai reliabilitas kuesioner sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi adalah 0,585, nilai ini dikatakan reliabel karena nilai reliabilitasnya > 0,349.
4.8 Analisa Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan cara manual dan ditabulasi dengan langkah- langkah sebagai berikut:editing yaitu memeriksa kuesioner yang telah diisi oleh responden apakah semua pernyataan telah diisi sesuai dengan petunjuk. Koding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa.Entri data yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer.Analisa yaitu menganalisa data yang telah terkumpul. Hasil perhitungan persentase dimasukkan kedalam standar kriteria obyektif. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase(Hidayat, 2007).
(49)
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat, pada bulan Desember Tahun 2014.
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1Data Demografi
Hasil penelitian menujukkan bahwa mayoritas responden berumur 26-45 tahun sebanyak 42 orang (72,4%), Pendidikan SMA sebanyak 27 0rang (46,6%), pekerja petani sebanyak 26 orang (44,8%), penghasilan ≥ Rp. 1.505.850 sebanyak 34 orang (58,6%), dan menyatakan tidak pernah mendapat sumber informasi sebanyak 48 orang (82,8%). Karakteristik demografi respoden di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel 5.1.
(50)
Tabel 5.1 Karakteristik Demografi Ibu yang Berumur 20-35 Tahun 2014 di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat (n=58).
Demografi Frekuensi Presentase (%)
Usia 19–25 tahun 26–45 tahun Pendidikan Tidak Sekolah SD/SMP SMA DIII/S1 Pekerjaan IRT Petani Wiraswasta PNS/Swasta Penghasilan < Rp. 1.505.850 ≥ Rp. 1.505.850 Sumber Informasi Media Massa Instansi Kesehatan Tidak Pernah 16 42 2 20 27 9 15 25 8 9 24 34 6 4 48 27,6 72,4 3,4 34,5 46,6 15,5 25,9 44,8 13,8 15,5 41,4 58,6 10,3 6,9 82,8
5.1.2 Pengetahuan Ibu terhadap Metode Amenorea Laktasi
Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan ibu terhadap metode amenorea laktasi mayoritas dalam kategori kurang sebanyak 32 orang (55,1%). Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu terhadap metode amenorea laktasi dapat dilihat pada tabel 5.2.
(51)
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Ibu Terhadap Metode Amenorea Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat (n=58).
PengetahuanFrekuensi Persentase (%) Baik 7 12,1
Cukup 19 32,8
Kurang 32 55,1
Total 58 100
5.1.3 Sikap Ibu Terhadap Metode Amenorea Laktasi
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi dalam kategori negatif sebanyak 41 orang (70,7%). Distribusi frekuensi dan persentase sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Ibu Terhadap Metode Amenorea Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat (n=58).
Sikap Frekuensi Persentase (%) Positif 17 29,3 Negatif 41 70,7
Total 58 100
5.2 Pembahasan
Pada pembahasan ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
(52)
5.2.1Pengetahuan Ibu Terhadap Metode Amenorea Laktasi
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu terhadap metode amenorea laktasi mayoritas dalam kategori kurang yaitu sebanyak 32 orang (55,1%).
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah hasil dari ”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya: pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, sosial budaya, umur, dan pekerjaan.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Sartika (2013) tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu menyusui tentang metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi Di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013, terhadap85 orang terdapat 41 orang (48,2%) berpengetahuan kurang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, bahwa pencapaian metode amenorea laktasi di Indonesia masih rendah yaitu sebanyak 34,5 % hal ini diukur dari tingkat pemberian ASI eksklusif.
Rendahnya pengetahuan ibu terhadap metode amenorea laktasi (MAL) jika dikaitkan dengan pendidikan ibu, bahwa mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 27 orang (46,6%). Jika ibu mendapatkan informasi tentu tidak menyebabkan pengetahuan mereka tentang MAL kurang. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dapat
(53)
mempengaruhi seseorang. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Wawan & Dewi, 2011).
Berdasarkan uji antara pendidikan dengan pengetahuan didapat bahwa ibu yang berpendidikan SD/SMP mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 16 orang (80%) dan ibu yang berpendidikan SMA mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 14 orang (51,9%), sedangkan ibu berpendidikan DIII/S1 mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 6 orang (66,7%).
Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menerima informasi.
Hasil uji antara pendidikan dengan sumber informasi ibu yang berpendidikan SMA dan menyatakan pernah mendapat informasi tentang amenorea laktasi berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (50%). Sedangkan responden yang berpendidikan DIII/S1 menyatakan pernah mendapat informasi tentang amenorea laktasi mayoritas berpengetahuan baik yaitu sebanyak 5 orang (62,5%).
Rendahnya pengetahuan ibu tentang metode amenorea laktasi (MAL) jika dikaitkan dengan karakteristik responden bahwa mayoritas ibu tidak pernah mendapatkan informasi tentang metode amenorea laktasi sebanyak 48 orang (82,8%). Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan-kenyataan
(54)
yang perlu diketahui oleh masyarakat. Menurut Depkes informasi adalah pesan yang disampaikan oleh tenaga kesehatan kepada masyarakat (Anggraini, 2011).
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sartika (2013) tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Metode Amenorea Laktasi Sebagai Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013, terhadap 85 orang diketahui 53 responden yang tidak pernah mendapatkan informasi ternyata mayoritas berpengetahuan kurang (67,9%) tentang MAL.
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa meningkatkan pengetahuan masyarakat dapat melalui penyuluhan. Wanita yang menyusui bayinya secara penuh/hampir penuh dan tetap amenore memiliki kemungkinan kurang dari 2% untuk hamil selama 6 bulan pertama setelah melahirkan (Glasier A, 2005).
Banyak wanita tergantung pada menyusui untuk melindungi mereka dari kehamilan. Tetapi hanya sedikit perempuan tahu apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan efek kontrasepsi dari menyusui. Mitos atau kurangnya informasi mengenai pemberian ASI dan efeknya pada kesuburan mempengaruhi penggunaan MAL (Farrel, 1997).
Salah satu syarat agar MAL mempunyai efektifitas 98% adalah bayi tidak boleh diberi makanan tambahan sebelum usia 6 bulan (Saifuddin, 2003). Ini sulit dilakukan oleh ibu menyusui terutama yang tinggal di pedesaan karena masih banyak anggapan bahwa bila bayi hanya minum ASI, bayi tidak kenyang dan rewel. Di negara berkembang terutama di pedesaan biasanya wanita menyusui bayinya dalam waktu yang jauh lebih lama dan mempunyai potensi menggunakan
(55)
MAL jauh lebih besar dibandingkan di negara-negara maju yang durasi rata-rata menyusuinya lebih singkat (Glasier A, 2005).
Hasil penelitian didapatbahwa responden yang menyatakan tidak pernah mendapat informasi mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 32 orang (100%) dan yang pernah mendapatkan informasi mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 6 orang (60%).Pemberian informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang didapat oleh seseorang akan merangsang pikiran dan kemampuan seseorang serta menambah pengetahuannya (Mubarak, 2011).
Arikunto (2006) menyatakan bahwa informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
(56)
5.4.2 Sikap Ibu Terhadap Metode Amenorea Laktasi
Berdasarkan hasil penelitian sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi mayoritas dalam kategori sikap negatif yaitu sebanyak 41 orang (70,7%). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, sikap merupakan kesiapan atau kesadaran untuk bertindak dan belum merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan atau aktifitas, akan tetapi predisposisi tindakan suatu perilaku (Azwar, 2013).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mustholihah(2012) berjudul Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang kontrasepsi metode amenorea laktasi (MAL) dengan Sikap Ibu Hamil Terhadap MAL (studi pada ibu hamil trimester III di RB Citra Insani) tahun 2012 pada analisis univariatnya Sebagian besar responden mempunyai sikap negatif terhadap metode amenorea laktasi (MAL) yaitu sebanyak 17 responden (53,1%).
Dilihat dari karakteristik responden, mayoritas berpendidikan SMA (46,6%) dan sebanyak 17 orang (60%) bersikap negatif. Menurut Notoadmodjo (2003), bahwa tingginya pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan, sedangkan pengetahuan berperan dalam pembentukan sikap.
Berdasarkan karakteristik pendidikan, bahwa responden berpendidikan DIII/ S1 mayoritas bersikap positif terhadap metode amenorea laktasi yaitu sebanyak 9 orang (100%). Namun responden yang berpendidikan SMA mayoritas bersikap negatif yaitu sebanyak 21 orang (77,8%).Perubahan sikap dapat diperoleh seseorang melalui lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan
(57)
merupakan suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek (Azwar, 2013).
Berdasarkan karakteristik pengetahuan, bahwa responden yang berpengetahuan baik mayoritas menunjukkan sikap yang positif yaitu sebanyak 7 orang (100%). Sedangkan yang berpengetahuan kurang mayoritas menunjukkan sikap negatif yaitu sebanyak 32 orang (100%).Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek (Wawan & Dewi, 2011).
Kecenderungan tindakan pada kondisi pengetahuan yang baik adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan kecenderungan tindakan pada sikap negatif adalah menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek secara spesifik (Azwar, 2013).
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif
(58)
terhadap obyek tersebut. Sehingga apabila tingkat pengetahuan baik, maka sikap yang terbentuk juga akan semakin baik (Handayani, 2014).
Oleh karena itu, sikap sebagian besar responden yang masih negatif tentang Metode Amenorea Laktasi diduga berkaitan dengan kondisi pengetahuan yang masih rendah sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Pembentukan sikap dipengaruhi oleh proses belajar, dimana belajar berarti berubah. Tujuan belajar adalah menimbulkan perubahan disalah satu atau lebih ranah (bidang, domain) yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotor dan interaktif sesuai dengan tujuan belajar. Sikap tidak berdiri sendiri tapi dapat terbentuk dari pengetahuan yang diperoleh seseorang dari luar. Perubahan sikap diperoleh melalui proses belajar. Pengetahuan juga memegang peranan penting dalam membentuk sikap. Pengetahuan membuat orang mempunyai sikap tertentu terhadap objek (Azwar, 2013).
Handayani (2014) menyatakan bahwa pengetahuan yang baik terhadap metode kontrasepsi akan menumbuhkan sikap positif terhadap metode tersebut serta menimbulkan niat untuk menggunakannya.
Sikap responden yang negatif terhadap metode amenorea laktasi (MAL) dapat dikaitkan juga dengan mayoritas responden tidak pernah mendapatkan informasi tentang metode amenorea laktasi yaitu sebanyak 48 orang (82,8%). Informasi adalah keterangan, gagasan atau kenyataan-kenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat maupunpesan yang disampaikanoleh tenaga kesehatan kepada masyarakat (Anggraini, 2011).
(59)
Berdasarkan karakteristik sumber informasi, bahwa responden yang menyatakan tidak pernah mendapat informasi mayoritas bersikap negatif sebanyak 40 orang (83,3%) dan yang pernah mendapatkan informasi mayoritas bersikap positif sebanyak 9 orang (90%).Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan faktor yang penting dalam kesehatan karena akan mempengaruhi seseorang dalam bertindak. Intervensi dalam rangka mengubah sikap masyarakat yang kurang mendukung menjadi sikap yang mendukung dapat dilakukan sejalan dengan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat melalui media penyuluhan (promosi kesehatan) yang melibatkan peran serta aktif masyarakat.
(60)
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Metode Amenorea Laktasi di Dusun MawarDesa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Metode Amenorea Laktasi di Dusun MawarDesa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang metode amenora laktasi dikategorikan kurang sebanyak 32 orang dengan persentase 55,2%.
Sikap Ibu Terhadap Metode Amenore Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat adalah pada kategori sikap negatif sebanyak 41 orang dengan persentase 70,7%.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi pendidikan
Diharapkan kepada mahasiswa keperawatan yang mengadakan kuliah praktek kerja lapangan agar mengusahakan tersedianya sumber informasi dansarana prasarana pendukung untuk tercapai program KB metode amenorea laktasi.
(61)
6.2.2 Bagi pelayanan kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan perawat dapat melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya kepada ibu mengenai metode amenorea laktasi dengan menggunakan media promosi kesehatan seperti spanduk, baliho, leaflet dan lain-lain agar masyarakat mendapatkan informasi mengenai metode amenorea laktasi secara langsung.
6.2.3 Penelitian selanjutnya
Penelitian ini telah dilakukan secara deskriptif maka untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi penelitian ini, dengan mengembangkan metode penelitian korelatif untuk dapat mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi.
(62)
Anggraini. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohima Press Arikunto. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta:Penerbit PT. Rineka Cipta
________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka
Cipta
________. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6. Jakarta : Rineka Cipta
________. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi. Revisi). Jakarta: Rineka Cipta
Azwar. 2013. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Edisi ke 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012. Dikutip dari: http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDONES IA_2012.pdf(diunduh tanggal 11 Mei 2014)
Depkes Pemprovsu. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun
2012. Dikutip dari:
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_Pemprovs u_2012.pdfpadatanggal 11 Mei 2014
Dutton A, dkk. 2012. Rujukan Cepat Kebidanan. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Everett, S. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta: EGC
Farrell B. 1997. Module 8: Breastfeeding And The Lactational Amenorrhea Method (Lam).Medical Services Pathfinder International
Fikawati, 2003. Hubungan antara menyusui segera (immediate breastfeeding) dan pemberian ASI eksklusif sampai dengan empat bulan. Dikutip dari: Journal Kedokter Trisakti. Vol.22 No.2. pdfpadatanggal 21 Mei 2014 Glasier, A. 2005.KeluargaBerencanadanKesehatanReproduksi. Jakarta: EGC. ________. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Edisi ke 4.
(63)
Handayani, dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Pelaksanaan Metode Amenorea Laktasi (MAL) Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sukoharjo Lampung. Dikutip dari: Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 05 No. 02.pdf pada tanggal 10 Januari 2015
Hathcher A, dkk. 1997. The Essensials Of Contraceptive Technology: A Handbook For Clinic Staff. United State of America: Jonhs Hopkins School of Public Health, Population Information Program
Hidayat A. 2007. Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Salemba Medika Mubarak. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta.Graham ilmu.
Mustholihah. 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi (MAL) dengan Sikap Ibu Hamil Terhadap MAL (Studi Pada Ibu Hamil Trimester III di RB Citra Insani)tahun 2012. Dikutip dari: digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse.pdf padaTanggal 11 Januari 2015
Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta ___________.2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta ___________.(2007).Promosi Kesehatandan Ilmu Perilaku.Jakarta: Rinera Cipta ___________.2007.IlmuPerilakudanSikap.Jakarta: Rinera Cipta
___________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Pinem S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: CV. Trans Info
Media
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Dikutif dari: http://www.litbang.depkes.go.idPemprovsu_2013.pdf pada tanggal 11 Mei 2014
Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi ke 2. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sariyono, Sirajudin Noor, Mannan A. Buchari. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pria Tentang Keluarga Berencana Dengan Partisipasi Pria Dalam Pemakaian Metode Kontrasepsi Keluarga Berencana Di Kabupaten Barito Kuala. Dikutip dari: Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1. Februari 2007.pdf pada tanggal 31 Mei 2014.
(64)
Sartika. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Metode Amenore Laktasi Sebagai Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara. Dikutip dari: 180.241.122.205/.../DEWI_PUTRI_SARTIKA-jurnal. pdf pada tanggal 20 Desember 2014
Setya Arum, DN dan Sujiyatini. (2009). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press
Sipsma, Heather L; Bradley, Elizabeth H; Chen, Peggy G. Lactational Amenorrhea Method as a Contraceptive Strategy in Niger. Dikutip dari: Maternal and Child Health Journal17.4 (May 2013): 654-60. pdf pada tanggal 16 Mei 2014
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Edisi kelima. Bandung : Tarsito
Tazhibayev, MD, Toregeldy Sharmanov, Ayan Ergalieva, PhD, Oksana Dolmatova, PhD, Orynkul Mukasheva, PhD, Aina Seidakhmetova, and Raikhan Kushenova. 2004. Promotion of Lactation Amenorrhea Method Intervention Trial, Kazakhstan. Dikutip dari: Academy of Preventive Medicine, Republic of Kazakhstan: nomor CI00.100A. pdf pada tanggal 19 Mei 2014
Wawan dan Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
(65)
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir program S1 Keperawatan.
Ibu diharapkan kesediannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan cara menjawab kuesioner yang diberikan peneliti. Dimana tidakakan memberikan dampak yang membahayakan bagi anda. Saya mengharapkan tanggapan atas jawaban yang diberikan sesuai dengan pendapatan dan sendiri tanpa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan memberikan waktu 15 menit bagi ibu untuk menjawab pernyataan- pernyataan tersebut, saya akan menjaga kerahasiaan pendapat dan identitas responden dan hanya untuk mengembangkan ilmu keperawatan.
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga ibu bebas untuk mengundurkan diri sendiri setiap saat tanpa adanya sangsi apapun. Terima kasih atas perhatian dan kesedian ibu berpartisipasi dalam penelitian ini, silahkan ibu menandatangani lembar persetujuan dibawah ini.
Medan, 2014
(66)
Kode : Tanggal/ Waktu : No. Responden :
Petunjuk Pengisian Kuesioner Ibu diharapkan :
1. Menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√) sesuai dengan jawaban yang menurut anda benar pada setiap tempat yang disediakan.
2. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban yang benar.
3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat dipertanyakan pada peneliti.
A. Data Demografi
Kuesioner Data Demografi
1. Umur : ... 2. Pendidikan:
Tidak Sekolah SD –SMP SMA
(67)
3. Pekerjaan : PNS/ Swasta Wiraswasta Petani
Ibu Rumah Tangga 4. Penghasilan Keluarga :
< Rp. 1.505.850 ≥ Rp. 1.505.850
5. Sumber Informasi tentang metode amenorea laktasi didapat dari: a. Pernah dari :
Media masa (televisi, buku, Koran)
Instansi kesehatan (Posyandu, Klinik, Puskesmas, rumah sakit)
(68)
KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN IBU TERHADAP METODE AMENOREA LAKTASI DI DUSUN MAWAR DESA MANCANG KECAMATAN SELESAI
KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014
No Pernyataan Benar Salah
Metode amenorea laktasi adalah:
1 Metode kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Asi secara eksklusif.
2 Metode kontrasepsi yang dianjurkan pada ibu yang menyusui secara eksklusif.
3 Metode kontrasepsi/ perlindungan alami dari kehamilan. Keuntungan menggunakan metode amenorea laktasi adalah: 4 Bayi mendapat kekebalan pasif (mendapat kekebalan tubuh
lewat Asi).
5 Tidak perlu obat, alat dan tanpa biaya. 6 Tidak ada efek samping secara teratur.
7 Efektif dipakai selama 12 bulan setelah melahirkan. Keterbatasan menggunakan metode amenorea laktasi: 8 Efektifitas tinggi hanya sampai dengan 6 bulan. 9 Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial (ibu
bekerja).
10 Membutuhkan biaya yang cukup banyak. 11 Dapat dipakai ketika ibu mendapat haid. Metode amenorea laktasi dianjurkan kepada: 12 Ibu yang menyusui secara eksklusif.
13 Ibu yang belum mendapat haid setelah melahirkan. 14 Ibu yang sudah mendapat haid setelah melahirkan. Metode amenorea laktasi tidak dianjurkan kepada:
(69)
16 Ibu belum medapat haid setelah melahirkan. 17 Ibu yang menyusui secara eksklusif.
(70)
KUESIONER PENELITIAN
SIKAP IBU TERHADAP METODE AMENOREA LAKTASI DI DUSUN MAWAR DESA MANCANG KECAMATAN SELESAI
KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014
Berikut ini adalah pernyataan sikap untuk mendukung keefektifan metode amenorea laktasi:
No Pernyataan Sangat
Setuju Setuju
Kurang setuju
Tidak setuju 1 Saya akan memberikan Asi saja pada
bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan. 2 Saya akan menggunakan Metode
amenorea laktasi, karena selain alami juga tidak perlu obat atau alat.
3 Saya akan Menyusui secara penuh sebanyak lebih 8 kali sehari.
4 Saya tidak akan memberikan makanan dan minuman apapun pada bayi sampai umur 6 bulan.
5 Saya akan sering menyusui bayi selama 24 jam termasuk malam hari. 6 Saya akan menggunakan metode KB
lain ketika kembali haid.
7 Saya merasa bahwa keefektifan metode amenorea laktasi masih diragukan.
8 Saya takut kembali hamil apabila memakai metode amenorea laktasi. 9 Saya melanjutkan memakai Metode
amenorea laktasi setelah haid.
10 Saya akan memberikan makanan dan minuman selain Asi kepada bayi berumur kurang dari 6 bulan
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
UJI RELIABILITAS
PENGETAHUAN IBU TERHADAP METODE AMENOREA LAKTASI
Vt = ……….?
M = …….?
Dit : Vt …...?
M …...?
R11…..? Dik : X = 333
X2 = 3775
N = 30
(80)
r11 = ……..?
0,729
Keterangan : r11 = Realibilitas Instrument k = BanyakSoal (Pernyataan) Vt =Varians Total
N = JumlahResponden M =Skor Rata-rata
(81)
HASIL UJI RELIABILITAS KUESIONER SIKAP IBU TERHADAP METODE AMENOREA LAKTASI
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items
.585 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
item 1 3.00 .788 30
item 2 3.03 .615 30
item 3 2.83 .913 30
item 4 2.90 .845 30
item 5 2.60 .770 30
item 6 2.87 .819 30
item 7 2.80 .887 30
item 8 2.73 .785 30
item 9 2.73 .907 30
item 10 3.10 .845 30
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
28.60 14.248 3.775 10
(82)
(83)
(1)
79
Pendidikan * Sikap
Crosstab Count
Sikap
Total Positif negatif
Pendidikan DIII/S1 9 0 9
SD/SMP 2 18 20
SMA 6 21 27
Tidak Se 0 2 2
Total 17 41 58
Pendidikan * Pengetahuan
CrosstabCount
Pengetahuan
Total Baik Cukup Kurang
Pendidikan DIII/S1 6 3 0 9
SD/SMP 0 4 16 20
SMA 1 12 14 27
Tidak Se 0 0 2 2
Total 7 19 32 58
Umur * Sikap
Crosstab
Count Sikap
Total Positif negatif
Umur 19-25 Tahun 6 10 16
26-45 Tahun 11 31 42
Total 17 41 58
(2)
80
Umur * Pengetahuan
Pengetahuan * Sikap Crosstabulation
Count Sikap
Total Positif negatif
Pengetahuan Baik 7 0 7
Cukup 10 9 19
Kurang 0 32 32
Total 17 41 58
Pendidikan * sumberinformasi * Pengetahuan Crosstabulation Count
Pengetahuan
sumberinformasi
Total Instansi Media Ma Tidak Pe
Baik Pendidikan DIII/S1 3 2 1 6
SMA 0 1 0 1
Total 3 3 1 7
Cukup Pendidikan DIII/S1 1 2 0 3
SD/SMP 0 0 4 4
SMA 0 1 11 12
Total 1 3 15 19
Kurang Pendidikan SD/SMP 16 16
SMA 14 14
Tidak Se 2 2
Total 32 32
(3)
81
Pendidikan * sumberinformasi * Sikap Crosstabulation Count
Sikap
sumberinformasi
Total Instansi Media Ma Tidak Pe
Positif Pendidikan DIII/S1 4 4 1 9
SD/SMP 0 0 2 2
SMA 0 1 5 6
Total 4 5 8 17
negatif Pendidikan SD/SMP 0 18 18
SMA 1 20 21
Tidak Se 0 2 2
Total 1 40 41
(4)
82
Lampiran 10
TAKSASI DANA
1.
Persiapan Skripsi
a.
Biaya
mengeprint
:
Rp.
300.000
b.
Pegumpulan sumber-sumber tinjauan pustaka
: Rp. 250.000
c.
PerbanyakSkripsi
:
Rp.
100.000
d.
Biaya
Internet
:
Rp.
50.000
e.
Sidang
Skripsi
:
Rp.
50.000
2.
Pengumpulan data
a.
PenggandaanKuesioner :
Rp.
150.000
b.
Transportasi
:
Rp.
350.000
c.
Cendera
mata
:
Rp.
200.000
3.
Analisa data dan penyusunan laporan penelitian
a.
Biaya kerta dan tinta print
: Rp. 200.000
b.
Penjilidan
:
Rp.
100.000
c.
Pengadaan laporan penelitian
: Rp. 100.000 +
Jumlah
:
Rp. 1.850.000
(5)
83
Lampiran 11
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN EKSTENSI FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No Kegiatan
BULAN
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul penelitian
2 Merevisi dan Menetapkan
judul penelitian
3 Menyiapkan Bab I dan revisi
4 Menyiapkan Bab II dan
revisi
5 Menyiapkan Bab III dan
revisi
6 Menyiapkan Bab IV dan
revisi
7 Menyiapkan Kuesioner
8 Revisi keseluruhan
9 Menyiapkan proposal
penelitian
10 Pengumpulan proposal
penelitian
11 UjiValiditasKuesioner
12 UjiReliabilitasKuesioner
13 MelakukanPenelitian
14 Tabulasi Data
15 Membuat Bab V
16 MembuatBab VI
17 KonsulBab I s/d VI
18 MempersiapkanSeluruh Bab
19 PengumpulanSkripsi
(6)