menyebutkan, hanya 34,5 bayi umur kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif Riskesdas, 2013.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat, jumlah ibu yang berumur 20-35 tahun
sebanyak 58 orang. Studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat pada 10 orang ibu
didapatkan hasil 7 dari 10 orang ibu belum pernah mendengar kontrasepsi metode amenorea laktasi dan 3 orang menyatakan pernah mendengar metode amenorea
laktasi. Hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara peneliti di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
Berdasarkan dari 10 responden, sebanyak 1 orang menyatakan menggunakan kondom, sebanyak 2 orang menyatakan menggunakan
injeksisuntikan progestin, 6 orang menggunakan KB hormonal pil dan suntik, dan sebanyak 1 orang menggunakan KB intra uteri device IUD.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka perlu diteliti pengetahuan dan sikap ibu tentang Metode Amenorea Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang
Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan dan sikap ibu terhadap Metode Amenorea Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang
Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap Metode
Amenorea Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
1.3.2Tujuan khusus a.
Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang Metode Amenorea Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai
Kabupaten Langkat. b.
Mengidentifikasi sikap ibu tentang Metode Amenorea Laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten
Langkat.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1Manfaat praktis a.
Bagi pendidikan Dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan
sebagai masukan bagi mata kuliah. b.
Bagi pelayanan kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan informasi
kepada tenaga kesehatan dan institusi pelayanan kesehatan sehingga bisa digunakan dalam membuat kebijakan atau program
yang berhubungan dengan sosialisasi kontrasepsi MAL.
Universitas Sumatera Utara
c. Penelitian selanjutnya
Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan khususnya kepada peneliti selanjutnya tentang kontrasepsi metode
amenorea laktasi MAL.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Metode Amenorea Laktasi MAL 2.1.1 Pengertian MAL
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman
apapun lainnya Setya Sujiyatini, 2009. MAL menggunakan praktik menyusui untuk menghambat ovulasi
sehingga berfungsi sebagai kontrasepsi. Apabila seorang wanita memiliki seorang bayi berusia kurang dari 6 bulan dan amenore serta menyusui penuh,
kemungkinan kehamilan terjadi hanya sekitar 2. Namun, jika tidak menyusui penuh atau tidak amenorea, risiko kehamilan akan lebih besar. Banyak wanita
akan memilih bergantung pada metode kontrasepsi lain seperti pil hanya progesteron
serta MAL Everett, 2007. Metode amenorea laktasi MAL adalah bentuk kontrasepsi yang amenore,
karena ASI eksklusif berkepanjangan dan dalam keadaan tertentu, memberikan jangka waktu yang signifikan, perlindungan alami dari kehamilan. Menyusui
diperkirakan mengurangi sekresi hormon gonadotropin pelepasan oleh hipotalamus
, yang pada gilirannya mengganggu sekresi luteinizing hormone LH dari kelenjar pituitari. Tanpa teratur, pulsasi LH yang memadai, cukup estrogen
disekresikan oleh ovarium untuk memicu ovulasi, sehingga terjadi infertilitas.
Universitas Sumatera Utara
Intervensi positif terhadap MAL dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikapTazhibayev, dkk, 2004.
Metode amenore laktasi mungkin sangat berharga bagi perempuan dengan sumber daya rendah, karena sangat efektif dalam mencegah kembalinya
kehamilan di 6 bulan pertama postpartum. Selain itu, metode kontrasepsi ini murah, aman bagi ibu, dan memberikan nutrisi yang ideal dan pertahanan
terhadap penyakit untuk bayi. Penggunaan metode amenorea laktasi yang benar membutuhkan tiga kriteria yang harus dipenuhi, yaitu postpartum amenore, penuh
atau hampir penuh menyusui yang berarti bahwa bayi harus menyusui setidaknya setiap 4 jam pada siang hari dan setiap 6 jam pada malam hari dan bayi harus
berusia kurang dari 6 bulan. Beberapa studi telah menunjukkan efektivitas LAM pada 98 atau lebih tinggi di antara perempuan yang memenuhi semua kondisi
ini Sipsma, dkk, 2012.
2.1.2 Cara Kerja MAL
Menyusui menyebabkan terhentinya ovulasi pelepasan sel telur dari ovarium
karena menyusui menghambat perubahan laju pelepasan hormon alami Hatcher, 1997. Menyusui selama periode postpartum memperpanjang depresi
fungsi ovarium pengisapan bayi dan produksi prolaktin mengganggu pelepasan GnRH sehingga mengganggu pola normal pelepasan LH. Tanpa pelepasan LH
yang normal, ovarium tidak terstimulasi untuk menghasilkan folikel Dutton, dkk, 2010.
Setelah melahirkan, konsentrasi estrogen, progesteron, dan prolaktin PRL yang tinggi selama kehamilan turun secara drastis. Tanpa menyusui, kadar
Universitas Sumatera Utara
gonadotrofin meningkat pesat. Sebaliknya pada wanita yang menyusui,
konsentrasi PRL tetap meninggi selama penghisapan sering terjadi peningkatan sekresi PRL secara akut. Walaupun konsentrasi FSH kembali ke normal dalam
beberapa minggu pascapartum, namun konsentrasi LH dalam darah tetap tertekan sepanjang periode menyusui. Pola pulsasi normal pelepasan LH mengalami
gangguan dan hal inilah yang merupakan penyebab mendasar terjadinya
penekanan fungsi normal ovarium Glasier, dkk, 2006.
2.1.3 Keuntungan Kontrasepsi MAL
Efektivitas tinggi keberhasilan 98 pada enam bulan pertama pascapersalinan, segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada efek
samping secara sistemik, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya Pinem, 2009. Selain itu, dibandingkan dengan bentuk-bentuk
kontrasepsi, seperti pil KB atau suntikan, metode amenorea laktasi secara substansial lebih rendah biaya dan tidak memiliki hambatan terhadap akses yang
ditimbulkan oleh bentuk-bentuk kontrasepsi. Metode amenorea laktasi mungkin bentuk optimal kontrasepsi ketika semua kriteria dapat dipenuhi Sipsma, dkk,
2012. Menurut Farrel 1997 keuntungan dari metode amenorea laktasi antara
lain: dapat dimulai segera setelah melahirkan, ekonomis dan mudah tersedia, tidak memerlukan resep, tidak ada tindakan yang diperlukan pada saat hubungan
seksual, tidak ada efek samping atau tindakan pencegahan untuk penggunaannya, tidak ada komoditas atau persediaan yang diperlukan untuk klien atau untuk
program keluarga berencana, digunakan untuk waktu yang terbatas dan berfungsi
Universitas Sumatera Utara
sebagai jembatan untuk menggunakan metode lain, konsisten dengan praktik agama dan budaya, dan hal ini efektif.
2.1.4 Keuntungan Nonkontrasepsi MAL
Untuk bayi: mendapatkan kekebalan pasif mendapatkan antibody perlindungan lewat ASI, sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk
tumbuh kembang bayi yang optimal, terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu formula, dan alat minum yang dipakai. Untuk ibu:
mengurangi perdarahan postpartum, mengurangi resiko anemia, dan meningkatkan hubungan psikologik ibu dengan bayi Hatcher, dkk, 1997.
2.1.5 Keterbatasan MAL
Kunci utama keberhasilan immediate breastfeeding perlu adanya persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
setelah bayi lahir, umumnya peran penolong persalinan masih sangat dominan, bila ibu difasilitasi oleh penolong persalinan Fikawati, 2003.
Pada negara-negara maju metode amenorea laktasi kurang efektif, dikarenakan durasi rata-rata menyusui yang singkat. Hanya sedikit wanita yang
menyusui bayinya secara penuh dan hampir penuh melebihi 4 bulan pascapartum. Dengan pola pemberian makanan bayi seperti ini, metode amenorea laktasi tidak
dapat dilakukan lebih dari 4 bulan pascapartum dan banyak wanita yang tidak dapat melakukannya Glasier, dkk, 2006. Mungkin sulit dilaksanakan karena
kondisi sosial, ibu bekerja, efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid
Universitas Sumatera Utara
dengan 6 bulan, tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis BHBV dan HIVAIDS Setya Sujiyatini, 2009.
2.1.6 Indikasi MAL
Ibu yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah
melahirkan Hatcher, dkk, 1997. Dari analisis Sipsma, dkk, 2012 menganggap penggunaan yang benar
sebagai penggunaan metode amenorea laktasi dengan anak berusia kurang dari 6 bulan. Kriteria ini dipilih berdasarkan luas literatur keluarga berencana. Namun,
beberapa studi mendukung penggunaan metode amenorea laktasi lebih dari 6 bulan.
2.1.7 Kontraindikasi MAL
Ibu yang seharusnya tidak menggunakan MAL jika : sudah mendapat haid setelah bersalin, tidak menyusui secara eksklusif, bayi sudah berusia lebih dari 6
bulan, bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam Affandi, dkk, 2011.
2.2 Pengetahuan 2.2.1 Definisi
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia
Universitas Sumatera Utara
diperoleh melalui mata dan telinga. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap obyek Wawan Dewi, 2011.
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu tahu know diartikan hanya sebagai recall memanggil suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya setelah
mengamati sesuatu atau merupakan suatu kemampuan mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah Notoatmodjo, 2003.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya
Notoatmodjo, 2003. Contoh: dapat menjelaskan definisi MAL. Memahami Comprehension merupakan suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau harus dapat menjelaskan menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari
Wawan Dewi, 2011. Misalnya dapat menjelaskan cara kerja MAL. Aplikasi Aplication diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenarnya atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Aplikasi
Universitas Sumatera Utara
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
Notoatmodjo, 2003. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah problem solving cyclel di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang
diberikan Notoatmodjo, 2003. Analisa Analysis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitan satu dan lainnya Wawan Dewi, 2011. Atau
kemampuan untuk menjabarkan danatau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui Notoatmodjo, 2003. Kemampuan analisis ini dapat dilihat bila seseorang dapat membedakan
atau memisahkan, mengelompokan, menggambarkan membuat bagan, dan sebagainya terhadap pengetahuan atas objek tersebut Notoatmodjo, 2003.
Sintesis Syntesis, Sintesis yang dimaksud menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk melaksanakan dan menghubungkan bagian-bagian
didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada Wawan
Dewi, 2011. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan seseorang untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
Universitas Sumatera Utara
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada
Notoatmodjo, 2003. Evaluasi Evaluation, ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang
mendapatkan ASI eksklusif dengan yang tidak, dapat menafsirkan penyebab ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya Wawan Dewi, 2011.
2.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan dapat dilakukan dengan cara kuno tradisional dan Modern. Cara memperoleh pengetahuan dengan cara kuno yaitu:
cara kekuasaan atau otoritas adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas seperti pemimpin masyarakat
baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik
berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri Wawan Dewi, 2011.
Berdasarkan pengalaman pribadi juga dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu Wawan Dewi, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Cara coba salah Trial and Error, cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan Wawan Dewi, 2011.
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan, cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan
oleh Francis Bacon 1561-1626 kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Dallen yang mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan
mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek yang diamatinya. Akhirnya lahir suatu
cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah Wawan Dewi, 2011.
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan yaitu: umur, umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja Wawan Dewi, 2011.
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan Wawan Dewi, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi Wawan Dewi, 2011. Faktor Eksternal yang mempengaruhi pengetahuan adalah sosial budaya,
sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi Wawan Dewi, 2011. Faktor Lingkungan, lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok Wawan
Dewi, 2011.
2.2.5 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatanya Notoatmodjo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Sikap 2.3.1 Definisi
Sikap
Sikap menurut Louis Thurstone 1928; salah seorang tokoh terkenal di bidang pengukuran sikap, Rensis Likert 1932; seorang pionir dibidang
pengukuran sikap, dan Charles Osgood yang dikutip oleh Azwar 2013 adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana
sikap adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan Azwar, 2013.
Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung unfavorable pada
objek tersebut Berkowist, 1972 dalam Azwar, 2013. Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulasikan sikap sebagai
derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis Edwards, 1957. Menurut Chave 1928, Bogardus 1931, LaPieree 1934, Mead 1934,
dan Gardon Allport 1935; tokoh terkenal di bidang Psikologi Sosial dan Psikologi Kepribadian yang dikutip oleh Azwar 2013 sikap merupakan
semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan
cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Secord dan Backman 1964 yang dikutip oleh Azwar 2013 sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan afeksi, pemikiran
kognisi, dan predisposisi tindakan konasi seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
Kesimpulannya, sikap adalah suatu respon tertutup terhadap stimulasi obyek tertentu yang berupa perasaan mendukung atau memihak favorable
maupun perasaan tidak mendukung unfavorable pada objek tersebut.
2.3.2 Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto 1998 yang dikutip oleh Wawan Dewi 2011 adalah : 1 sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau
dipelajari sepanjang perkembangan dalam hubungan dengan obyeknya. 2 sikap dapat berubah-ubah tergantung keadaan dan syarat tertentu. 3 sikap tidak berdiri
sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. 4 obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu. 5 sikap mempunyai segi-segi
motivasi dan segi-segi perasaan.
2.3.3 Karakteristik Dimensi Sikap
Karakteristik dimensi sikap menurut Sax 1980 yang dikutip oleh Azwar 2013 adalah : sikap memiliki arah artinya sikap terpilah pada dua
kesetujuan yaitu setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung, memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai obyek.
Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu obyek sikap berarti
Universitas Sumatera Utara
memiliki sikap yang arahnya positif, sebaliknya mereka yang tidak setuju dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif Azwar, 2013.
Sikap memiliki intensitas artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang
yang sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif, tetapi intensitasnya berbeda. Contoh orang pertama mungkin tidak setuju tapi orang kedua dapat saja
sangat tidak setuju Azwar, 2013. Sikap memiliki keluasaan maksudnya kesetujuan atau ketidak setujuan
terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada
obyek sikap Azwar, 2013. Sikap memiliki konsistensi maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap
yang dikemukakan dengan responnya terhadap obyek sikap tersebut Azwar, 2013.
Sikap memiliki spontanitas yaitu menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan sikap secara spontan. Sikap memiliki spontanitas yang
tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya
Azwar, 2013.
2.3.4 Sifat sikap
Sifat sikap menurut Heri Purwanto, 1998 yang dikutip oleh Wawan Dewi 2011 sikap dapat bersifat positif yaitu kecenderungan tindakan adalah
Universitas Sumatera Utara
mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sikap negatif kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak menyukai
obyek tertentu.
2.3.5 Tingkatan sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: menerima receiving diartikan bahwa orang subyek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan obyek. Merespon responding yaitu memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberi pertanyaan atau mengerjakan tugas adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut
Wawan Dewi, 2011. Menghargai valuing yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain tetangga,
saudaranya, dsb untuk menimbang anaknya ke posyandu Wawan Dewi, 2011.
Bertanggung jawab yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih atau yang telah dinyakini dengan segala risiko. Bertanggung jawab
merupakan sikap yang paling tinggi Wawan Dewi, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.3.6 Pembentuk Sikap
Faktor internal yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain, pengalaman pribadi yaitu apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut
membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Pengetahuan juga memegang peranan penting dalam membentuk sikap.
Pengetahuan membuat orang mempunyai sikap tertentu terhadap objek Azwar, 2013.
Pikiran dan kenyakinan atau kepercayaan, apabila pikiran dan kenyakinan atau kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi
objek sikap sudah berakar sejak lama, maka orang tersebut akan mempunyai sikap yang lebih didasarkan pada predikat yang dilekatkan oleh pola pikirannya dan
bukan didasarkan pada objek sikap tertentu. Sikap didasari pola pikiran dan kenyakinan semacam ini biasanya sangat sulit untuk menerima perubahan.
Pengaruh faktor emosional, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyalur frustasi atau
penyuluhan bentuk mekanisme pertahanan ego Azwar, 2013. Faktor eksternal yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu: pengaruh
orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap
penting. Keinginan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut,diantara orang yang biasanya dianggap penting oleh individu adalah
Universitas Sumatera Utara
orang tua, guru, istri, suami, teman sebaya, teman dekat, orang yang status sosialnya lebih tinggi dll Azwar, 2013.
Pengaruh kebudayaantanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya Azwar, 2013.
Media massa, sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Mempunyai pengaruh
besar dalam menentukan opini dan kepercayaan orang lain. Media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut apabila cukup kuat memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu Azwar, 2013.
Lembaga pendidikan dan lembaga agama, kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan
buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sisitem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian
konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal Azwar, 2013.
Universitas Sumatera Utara
2.3.7 Pengukuran Sikap
Beberapa teknik pengukuran sikap, yaitu : Skala Thurstone Method of Equel-Appearing Intervals
, Skala Likert Method of Summateds Ratings, Unobstrusive Measures, Multidimensional Scaling
, dan Pengukuran Involuntary Behavior
pengukuran terselubung Wawan Dewi, 2011. Skala Thurstone Method of Equel-Appearing Intervals, metode ini
mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan dari yang sangat unfavorabel
hingga sangat favorabel terhadap suatu obyek sikap. Favorabilitas penilai itu di ekspresikan melalui titik skala ranting yang memiliki rentang sangat
tidak setuju, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, sangat setuju. Median dan rerata perbedaan penilain antara penilaian terhadap item ini kemudian dijadikan sebagai
skala masing-masing item, kemudian item disusun mulai dari item yang memiliki nilai skala terendah hingga tertinggi, kemudian item dipilih untuk kuesioner skala
sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar
kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing aitem sikap tersebut Wawan Dewi, 2011.
Skala Likert Method of Summateds Ratings, Linkert 1932 menyederhanakan skala thurstone menjadi dua kelompok, yaitu yang favorabel
dan unfavorabel, sedangkan yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Linkert menggunakan teknik konstruksi test lainnya.
Masing-masing responden diminta melakukan setuju atau ketidaksetujuannya untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5 point sangat setuju,
Universitas Sumatera Utara
setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Semua aitem yang favorabel diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5, untuk sangat
tidak setuju nilainya1 dan untuk aitem unfavorabel nilai skala sangat setuju nilainya 1, untuk tidak setuju nilainya 5 Wawan Dewi, 2011.
Unobstrusive Measures, metode ini berakar dari suatu situasi dimana
seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan Wawan Dewi, 2011.
Multidimensional Scaling , teknik ini memberikan deskripsi seseorang
lebih kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat unidimensional
. Namun demikian, pengukuran ini kadanga kala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensional kurang valid terutama
apabila diterapkan pada lain orang, lain isu, dan lain skala aitem Wawan Dewi, 2011.
Pengukuran Involuntary Behavior Pengukuran terselubung: pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden.
Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden. Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-
reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Observer dapat menginterpretasikan sikap individu melalui dari
fasial reaction, body gesture , keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung, dan
beberapa aspek fisiologis lainnya Wawan Dewi, 2011.
Universitas Sumatera Utara
25
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB diantaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Menurut
Notoatmodjo 2003 bahwa untuk mempunyai sikap yang positif diperlukan pengetahuan yang baik, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk perilaku seseorang. Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap
ibu terhadap metode amenorea laktasi di Dusun Mawar Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
Universitas Sumatera Utara
Skema 3.1 Skema Kerangka Konsep
Pengetahuan ibu tentang metode amenorea laktasi
ditinjau dari: -
Defenisi -
Keuntungan -
Keterbatasan -
Indikasi -
Kontraindikasi Baik
Cukup
Sikap ibu terhadap metode amenorea laktasi
Kurang
Positif Negatif
Universitas Sumatera Utara
3.2 Defenisi Operasional