Pengaruh Penambahan Degradable Symbiosis Bacteria Terhadap Penurunan Kadar Sianida (CN-) Dalam Limbah Cair Pabrik Tapioka

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN

DEGRADABLE SYMBIOSIS

BACTERIA

TERHADAP PENURUNAN KADAR

SIANIDA (CN

-

) DALAM LIMBAH

CAIR PABRIK TAPIOKA

SKRIPSI

NOAKSEN SILITONGA

080802057

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH PENAMBAHAN

DEGRADABLE SYMBIOSIS

BACTERIA

TERHADAP PENURUNAN KADAR

SIANIDA (CN

-

) DALAM LIMBAH

CAIR PABRIK TAPIOKA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains

NOAKSEN SILITONGA

080802057

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Penambahan Degradable Symbiosis Bacteria Terhadap Penurunan Kadar Sianida (CN-) Dalam Limbah Cair Pabrik Tapioka

Kategori : Skripsi

Nama : Noaksen Silitonga

NIM : 080802057

Program studi : Sarjana (S-1) Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

Universitas Sumatera Utara

Disetujui di,

Medan, Februari 2014

Komisi Pembimbing :

Dosen Pembimbing 2

Dosen Pembimbing 1

Prof. Dr. Pina Barus, MS Dr. Tini Sembiring, MS

NIP. 19450601980031001 NIP. 194805131971072001

Diketahui/Disetujui oleh,

Departemen kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP. 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH PENAMBAHAN DEGRADABLE SYMBIOSIS BACTERIA

TERHADAP PENURUNAN KADAR SIANIDA (CN-)

DALAM LIMBAH CAIR PABRIK TAPIOKA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Februari 2014

NOAKSEN SILITONGA 080802057

                   


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan baik.

Rasa terimakasih yang begitu besar penulis sampaikan kepada orangtua terkasih, ayahanda Alm. P. Silitonga dan ibuku tercinta R. br. Lumban Tobing atas doa dan kasih sayang yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis selama ini, juga untuk kakak-kakakku terkasih Kak Ronia Silitonga dan keluarga, Kak Maria Silitonga, S.Farm, Kak Asina Silitonga, S.Si, Kak Cristina Silitonga, AMAK serta adik-adikku Lasma Silitonga dan Algania Silitonga beserta keluarga yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan semangat yang telah diberikan.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ibu Dr. Tini Sembiring, MS selaku pembimbing 1 dan kepada bapak Prof. Dr. Pina Barus, MS selaku pembimbing 2 yang telah mau meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan saran yang sangat membantu kepada penulis selama penelitian dan proses penyelesaian skripsi ini. Dan juga ucapan terimakasih kepada bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil selaku dosen wali yang telah membantu penulis selama mengikuti perkuliahan, serta ucapan terimakasih kepada ibu Dr. Rumondang Bulan, MS dan bapak Drs. Albert Pasaribu selaku ketua dan sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU.

Dan juga tidak lupa ucapan terimakasih untuk seluruh rekan-rekan seperjuangan stambuk 2008, yang telah menjadi sahabat selayaknya saudara. Dan rasa terimakasih juga penulis sampaikan untuk Bang Frans, Bang Jubel, Bang Hariady, Kak Toberni, Kak Hilda, Kak Helen dan Bang Agusmanto atas dukungan moril yang diberikan kepada penulis. Dan kepada laboran dan asisten laboratorium Kimia Analitik yang telah banyak membantu selama penulis melakukan penelitian. Serta tak lupa ucapan terimakasih untuk sahabat-sahabatku Niko Sihombing, Alfon Silitonga, Christian Nainggolan, Roy, Darwin. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi kita semua.

Penulis,

Noaksen Silitonga  


(6)

PENGARUH PENAMBAHAN DEGRADABLE SIMBIOSIS BACTERIA

TERHADAP PENURUNAN KADAR SIANIDA (CN-)

DALAM LIMBAH CAIR PABRIK TAPIOKA

ABSTRAK

Penelitian tentang pengaruh penambahan Degra Simba (Degradable Simbiosis Bacteria) terhadap penurunan kadar sianida (CN-) yang terdapat dalam limbah cair pabrik tapioka telah dilakukan. Penentuan kadar sianida (CN-) dilakukan dengan metode spektrofotometri. Prinsip pengukuran berdasarkan reaksi sianida (CN-) dengan kloramin-T dan asam piridin-barbiturat yang membentuk larutan berwarna merah kebiruan kemudian diukur pada panjang gelombang (λ) = 576 nm. Pada penelitian ini, Degra Simba yang ditambahkan divariasikan mulai dari 1, 2, 3, 4 dan 5 mL dengan variasi waktu degradasi mulai dari 2, 4, 6, dan 8 hari. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi sianida (CN-). Semakin banyak Degra Simba yang ditambahkan dan semakin lama waktu degradasi yang dilakukan, penurunan kadar sianida (CN-) semakin besar. Konsentrasi sianida (CN-) sebelum penambahan Degra Simba adalah 1,2136 mg/L. Pada penambahan Degra Simba 1, 2, 3, 4, dan 5 mL dengan waktu degradasi 8 hari, konsentrasi sianida (CN-) menurun menjadi 0,7236 mg/L (sekitar 40,37 %), 0,7132 mg/L (sekitar 41,23 %), 0,6920 mg/L (sekitar 42,97 %), 0,5043 mg/L (sekitar 58,44 %) dan 0,3520 mg/L (sekitar 70,99 %). Pada penambahan Degra Simba 5 mL dengan waktu degradasi 8 hari, konsentrasi sianida (CN-) yang terdapat didalam limbah cair tapioka sudah dibawah baku mutu limbah cair untuk industri tapioka (< 0,5 mg/L).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Degra Simba (Degradable Simbiosis Bacteria) dapat menurunkan kadar sianida (CN-) yang terdapat dalam limbah cair pabrik tapioka.


(7)

EFFECT OF ADDITION DEGRADABLE SIMBIOSIS BACTERIA TO

DECREASED LEVELS OF CYANIDE (CN-) CONTAINED IN

WASTEWATER OF TAPIOCA FACTORY

ABSTRACT

Research about the effect of adding Degra Simba (Degradable Bacteria Symbiosis) to decreased levels of cyanide (CN-) contained in wastewater of tapioca factory has been done. Determination of cyanide (CN-) concentration performed by spectrophotometric method. The principle of measurement is based on the reaction of cyanide (CN-) with kloramin-T and pyridine-barbituric acid that forms a bluish-red solution was measured at a wavelength (λ) = 576 nm. In this research, Degra Simba were added varied ranging from 1, 2, 3, 4 and 5 mL with degradation time varitions ranging from 2, 4, 6, and 8 days. The results of this research indicate that a decline in the concentration of cyanide (CN-). The more Degra Simba were added and the longer degradation time were done reduced levels of cyanide (CN-) was greater. The concentration of cyanide (CN-) before the addition of Degra Simba is 1.2136 mg/L. At additions Degra Simba 1, 2, 3, 4, and 5 mL with a degradation time 8 days, the concentration of cyanide (CN-) decreased to 0.7236 mg/L (approximately 40.37%), 0.7132 mg/L (approximately 41.23%), 0.6920 mg/L (approximately 42.97%), 0.5043 mg/L (approximately 58.44%) and 0.3520 mg/L (approximately 70.99%). At additions Degra Simba 5 mL with degradation time 8 days, the concentration of cyanide contained in tapioca liquid waste is below the effluent quality standard for insdustrial tapioca (< 0,5 mg/L).

From this research it can be concluded that Degra Simba (Degradable Bacteria Symbiosis) can reduce levels of cyanide (CN-) contained in wastewater tapioca.

   

             


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

BAB 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Pembatasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Lokasi Penelitian 4

1.7 Metodologi Penelitian 4

BAB 2. Tinjauan Pustaka

2.1 Ubi Kayu 6

2.1.1 Taksonomi dan Morfologi 7

2.2 Tepung Tapioka 8

2.2.1 Proses Pembuatan Tepung Tapioka 8

2.2.2 Limbah Cair Industri Tepung Tapioka 10

2.3 Teknologi EM (Effective Microorganisms) untuk

Pengolahan Limbah 10

2.3.1 Degra Simba (Degradable Simbiosis Bacteria) 11

2.4 Sianida 12

2.5 Metode Analisa untuk Penentuan Sianida 13

2.5.1 Metode Titrasi 14

2.5.2 Metode Potensiometri secara Elektroda Ion Selektif 14 2.5.3 Metode Kolorimetri secara Spektrofotometri 15 BAB 3. Metode Penelitian

3.1 Alat-Alat 16

3.2 Bahan-Bahan 17

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pengambilan dan Preparasi Sampel 17

3.3.2 Penyediaan Larutan/Reagent 18 3.3.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Sianida 20 3.3.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Sianida 20


(9)

3.4 Bagan Penelitian

3.4.1 Pembuatan Larutan Seri Standar Sianida (CN-) 0,2;

0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L 22

3.4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar

Sianida (CN-) 23

3.4.3 Penentuan Kadar Sianida (CN-) dalam Sampel 23

BAB 4. Hasil Dan Pembahasan

4.1 Hasil Penelitian 24

4.1.1 Penentuan Sianida (CN-) 24

4.1.1.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi 26 4.1.1.2 Perhitungan Koefisien Korelasi (r) 27 4.1.1.3 Penentuan Kadar Sianida (CN-) di Dalam

Sampel Sebelum dan Sesudah Penambahan Degra Simba (Degradable Symbiosis

Bacteria) 27

4.2 Pembahasan 32

BAB 5. Kesimpulan Dan Saran

5.1 Kesimpulan 36

5.2 Saran 36


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

4.1. Data Absorbansi dari Larutan Seri Standar Sianida (CN-) 25

4.2. Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan

Konsentrasi Sianida (CN-) 26

4.3. Data Hasil Perhitungan Konsentrasi Sianida (CN-) Setelah Penambahan Degra Simba dengan Variasi


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar

4.1. Kurva kalibrasi larutan seri standar sianida (CN-) 25


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lamp

1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Dari Sianida

(CN-) 40

2. Grafik Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Sianida

(CN-) 40

3. Data Hasil Penentuan Absorbansi Dari Sianida (CN-) Yang

Terdapat di Dalam Limbah Cair Tapioka Sebelum Dan

Sesudah Penambahan Degra Simba 41 4. Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Tapioka 42 5. Gambar Degra Simba (Degradable Simbiosis Bacteria) 43

   


(13)

PENGARUH PENAMBAHAN DEGRADABLE SIMBIOSIS BACTERIA

TERHADAP PENURUNAN KADAR SIANIDA (CN-)

DALAM LIMBAH CAIR PABRIK TAPIOKA

ABSTRAK

Penelitian tentang pengaruh penambahan Degra Simba (Degradable Simbiosis Bacteria) terhadap penurunan kadar sianida (CN-) yang terdapat dalam limbah cair pabrik tapioka telah dilakukan. Penentuan kadar sianida (CN-) dilakukan dengan metode spektrofotometri. Prinsip pengukuran berdasarkan reaksi sianida (CN-) dengan kloramin-T dan asam piridin-barbiturat yang membentuk larutan berwarna merah kebiruan kemudian diukur pada panjang gelombang (λ) = 576 nm. Pada penelitian ini, Degra Simba yang ditambahkan divariasikan mulai dari 1, 2, 3, 4 dan 5 mL dengan variasi waktu degradasi mulai dari 2, 4, 6, dan 8 hari. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi sianida (CN-). Semakin banyak Degra Simba yang ditambahkan dan semakin lama waktu degradasi yang dilakukan, penurunan kadar sianida (CN-) semakin besar. Konsentrasi sianida (CN-) sebelum penambahan Degra Simba adalah 1,2136 mg/L. Pada penambahan Degra Simba 1, 2, 3, 4, dan 5 mL dengan waktu degradasi 8 hari, konsentrasi sianida (CN-) menurun menjadi 0,7236 mg/L (sekitar 40,37 %), 0,7132 mg/L (sekitar 41,23 %), 0,6920 mg/L (sekitar 42,97 %), 0,5043 mg/L (sekitar 58,44 %) dan 0,3520 mg/L (sekitar 70,99 %). Pada penambahan Degra Simba 5 mL dengan waktu degradasi 8 hari, konsentrasi sianida (CN-) yang terdapat didalam limbah cair tapioka sudah dibawah baku mutu limbah cair untuk industri tapioka (< 0,5 mg/L).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Degra Simba (Degradable Simbiosis Bacteria) dapat menurunkan kadar sianida (CN-) yang terdapat dalam limbah cair pabrik tapioka.


(14)

EFFECT OF ADDITION DEGRADABLE SIMBIOSIS BACTERIA TO

DECREASED LEVELS OF CYANIDE (CN-) CONTAINED IN

WASTEWATER OF TAPIOCA FACTORY

ABSTRACT

Research about the effect of adding Degra Simba (Degradable Bacteria Symbiosis) to decreased levels of cyanide (CN-) contained in wastewater of tapioca factory has been done. Determination of cyanide (CN-) concentration performed by spectrophotometric method. The principle of measurement is based on the reaction of cyanide (CN-) with kloramin-T and pyridine-barbituric acid that forms a bluish-red solution was measured at a wavelength (λ) = 576 nm. In this research, Degra Simba were added varied ranging from 1, 2, 3, 4 and 5 mL with degradation time varitions ranging from 2, 4, 6, and 8 days. The results of this research indicate that a decline in the concentration of cyanide (CN-). The more Degra Simba were added and the longer degradation time were done reduced levels of cyanide (CN-) was greater. The concentration of cyanide (CN-) before the addition of Degra Simba is 1.2136 mg/L. At additions Degra Simba 1, 2, 3, 4, and 5 mL with a degradation time 8 days, the concentration of cyanide (CN-) decreased to 0.7236 mg/L (approximately 40.37%), 0.7132 mg/L (approximately 41.23%), 0.6920 mg/L (approximately 42.97%), 0.5043 mg/L (approximately 58.44%) and 0.3520 mg/L (approximately 70.99%). At additions Degra Simba 5 mL with degradation time 8 days, the concentration of cyanide contained in tapioca liquid waste is below the effluent quality standard for insdustrial tapioca (< 0,5 mg/L).

From this research it can be concluded that Degra Simba (Degradable Bacteria Symbiosis) can reduce levels of cyanide (CN-) contained in wastewater tapioca.

   

             


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ubi kayu (ketela pohon) atau Cassava sudah lama dikenal dan ditanam oleh penduduk di dunia. Di Indonesia, ubi kayu dijadikan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung. Penyebaran tanaman ubi kayu meluas ke semua provinsi di Indonesia. Potensi nilai ekonomi dan sosial ubi kayu merupakan bahan pangan masa depan yang berdaya guna, bahan baku berbagai industri dan pakan ternak. Ubi kayu saat ini sudah digarap sebagai komoditas agroindustri, seperti produk tepung tapioka, industri fermentasi, dan berbagai industri makanan. Aneka makanan yang dibuat dari ubi kayu, selain suplai energi (kalori) cukup tinggi, kandungan gizinya juga berguna bagi kesehatan tubuh. Hal yang penting diperhatikan dalam menghidangkan aneka macam makanan dari ubi kayu adalah memilih jenis atau varietas ubi kayu yang berkadar asam sianida (HCN) rendah. Cara menghilangkan kadar HCN adalah dengan dibilas dengan air sebelum dimasak sampai matang (Rukmana, 2002).

Proses pembuatan tapioka tergolong sangat sederhana, namun banyak hal yang belum dipahami sepenuhnya oleh para pengusaha tepung tapioka. Proses pembuatan tepung tapioka memerlukan air dalam jumlah yang relatif banyak yaitu 12-15 kali berat bahan baku. Air yang digunakan meliputi air bersih yang memenuhi standar air minum untuk keperluan pencucian dan perendaman singkong yang telah dikupas, ekstraksi, pencucian dan perendaman aci basah, pencucian singkong serta air mengalir untuk pencucian singkong berkulit (Suprapti, 2005).


(16)

Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang larut maupun mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan halus. Kerap kali air dari pabrik berwarna keruh dan temperaturnya tinggi. Air yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya mempunyai sifat tersendiri. Air yang telah tercemar memberikan ciri yang dapat diidentifikasi secara visual dapat diketahui dari kekeruhan, warna air, rasa, bau yang ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan identifikasi secara laboratorium, ditandai dengan perubahan sifat kimia air dimana air telah mengandung bahan kimia yang beracun dan berbahaya dalam konsentrasi yang melebihi batas (Ginting, 1992).

Dalam penanganan air limbah, mikroorganisme merupakan dasar fungsional untuk sejumlah proses penanganan. Hal utama dalam penanganan air limbah adalah pengembangan dan pemeliharaan kultur mikroba yang cocok. Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme terpenting dalam sistem penanganan air limbah. Dalam air dan penanganan air limbah bakteri penting karena kultur bakteri dapat digunakan untuk menghilangkan bahan organik dan mineral-mineral yang tidak diinginkan dari air limbah (Jenie, 1993).

Alternatif solusi pengolahan limbah cair tapioka adalah dengan menggunakan teknologi EM (Effective Microorganisms). EM (Effective microorganisms) merupakan kultur campuran mikroorganisme yang mampu melakukan biodegradasi limbah organik, seperti senyawa karbon, hidrogen, nitrogen dan oksigen. Mikroorganisme EM memerlukan bahan organik untuk mempertahankan hidupnya seperti karbohidrat, protein, lemak dan mineral lainnya (Higa, 1998). Salah satu jenis teknologi EM adalah teknologi Degra Simba (Degradable Symbiosis Bacteria). Degra Simba merupakan bio-prosesor untuk pengolahan limbah organik dari sektor perumahan, hotel, apartemen, rumah sakit, pabrik makanan olahan, restauran dan gedung perkantoran (http://degrasimbasolusiwctanpasedot.blogspot.com).

Penelitian mengenai penggunaan bakteri untuk pengolahan limbah cair pabrik tapioka sudah banyak dilakukan, diantaranya adalah Pengolahan Limbah


(17)

Cair Tapioka Dengan Teknologi EM (Effective Microorganisms) oleh T. Abu Hanifah dkk. Pada penelitian ini bakteri yang digunakan adalah EM4 khusus untuk pengolahan limbah. Penelitian yang dilakukan oleh Martia Siti Akhirruliawati dan Shofiyatul Amal tentang Pengolahan Limbah Cair Pati Secara Aerob Menggunakan Mikroba Degra Simba hanya meneliti pengaruh mikroba Degra Simba terhadap nilai COD (Chemical Oxygen Demand).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang kemampuan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba terhadap penurunan kadar sianida (CN-) yang terdapat dalam limbah cair pabrik tapioka.

1.2. Permasalahan

1. Apakah bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba dapat menurunkan kadar sianida (CN-) yang terdapat didalam limbah cair pabrik tapioka.

2. Apakah pengaruh volume bakteri Degra Simba yang ditambahkan lebih dominan dibandingkan dengan waktu degradasi.

1.3. Pembatasan Masalah

1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari in let instalasi pengolahan air limbah pabrik tapioka yang belum mendapat perlakuan pengolahan.

2. Penelitian ini menggunakan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba untuk penurunan kadar sianida (CN-) yang terdapat di dalam limbah cair pabrik tapioka.

3. Penelitian ini dibatasi pada penentuan kandungan sianida (CN-) yang terdapat di dalam limbah cair pabrik tapioka sebelum dan sesudah penambahan bakteri pengurai jenis Degra Simba.


(18)

4. Penentuan kadar sianida (CN-) menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang (λ) = 576 nm.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba (Degradable Symbiosis Bacteria) terhadap penurunan kadar sianida (CN-) yang terdapat dalam limbah cair pabrik tapioka.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai salah satu alternatif pengolahan limbah cair pabrik tapioka terutama untuk penurunan kadar sianida (CN-) yang terdapat didalam limbah cair pabrik tapioka.

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Pusat Kajian Sumberdaya Alam dan Energi Universitas Sumatera Utara.

1.7. Metodologi Penelitian

1. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium.

2. Sampel limbah cair diambil dari in let Instalasi Pengolahan Air Limbah pabrik tapioka yang belum mendapat perlakuan pengolahan.

3. Penurunan kadar sianida (CN-) dengan menggunakan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba (Degradable Symbiosis Bacteria).


(19)

4. Penentuan kadar sianida (CN-) dilakukan dengan metode kolorimetri secara spektrofotometri, menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang (λ) = 576 nm.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Ubi Kayu

Ubi kayu (ketela pohon) atau Cassava sudah lama dikenal dan ditanam oleh penduduk di dunia. Hasil penelusuran para pakar botani dan pertanian menunjukkan bahwa tanaman ubi kayu berasal dari kawasan Amerika beriklim tropis. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan sentrum (tempat asal) plasma nutfah tanaman ubi kayu adalah Brasil (Amerika Selatan). Penyebaran pertama kali ubi kayu terjadi, antara lain, ke Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok, dan beberapa negara yang terkenal daerah pertaniannya. Dalam perkembangan selanjutnya, ubi kayu menyebar ke berbagai negara di dunia yang terletak pada posisi 300 Lintang Utara dan 300 Lintang Selatan.

Tanaman ubi kayu masuk ke wilayah Indonesia kurang lebih pada abad ke-18. Tepatnya pada tahun 1852, didatangkan plasma nutfah ubi kayu dari Suriname untuk dikoleksikan di Kebun Raya Bogor. Di Indonesia, ubi kayu dijadikan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung. Penyebaran tanaman ubi kayu meluas ke semua provinsi di Indonesia. Ubi kayu saat ini telah sudah digarap sebagai komoditas agroindustri, seperti produk tepung tapioka, industri fermentasi, dan berbagai industri makanan. Pasar potensial tepung tapioka antara lain Jepang dan Amerika Serikat. Tiap tahun kedua negara tersebut mengimpor ± 1 juta ton produk tepung, terdiri atas 750.000 ton tepung tapioka dan 250.000 ton tepung lainnya. Di samping tepung tapioka, ternyata produk gaplek, chips, dan pelet juga berpeluang untuk diekspor (Rukamana, 2002).


(21)

2.1.1. Taksonomi dan Morfologi

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman singkong diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji) Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Species : Manihot esculenta Crantz sin. Manihot utilisima Phohl.

Bagian tubuh tanaman singkong terdiri atas batang, daun, bunga, dan umbi.

1. Batang

Batang tanaman singkong berkayu, beruas-ruas dengan ketinggian mencapai lebih dari 3 m. Warna batang bervariasi, ketika masih muda umumnya berwarna hijau dan setela tua menjadi keputihan, kelabu, atau hijau kelabu. Batang berlubang, berisi empelur berwarna putih, lunak, dengan struktur seperti gabus.

2. Daun

Susunan daun singkong berurat menjari dengan cangap 5-9 helai. Daun singkong, terutama yang masih muda mengandung racun sianida, namun demikian dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dan dapat menetralisir rasa pahit sayuran lain, misalnya daun pepaya dan kenikir.

3. Bunga

Bunga tanaman singkong berumah satu dengan penyerbukan silang sehingga jarang berbuah.

4. Umbi

Umbi yang terbentuk merupakan akar yang menggelembung dan berfungsi sebagai tempat penampung makanan cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat


(22)

memanjang, terdiri atas: kulit luar tipis (ari) berwarna kecokelat-coklatan (kering); kulit dalam agak tebal berwarna keputih-putihan (basah); dan daging berwarna putih atau kuning (tergantung varietasnya) yang mengandung sianida dengan kadar berbeda (Suprapti, 2005).

2.2. Tepung Tapioka

Ubi kayu (Manihot Esculenta) dikenal melalui pengolahannya menjadi tapioka dan gaplek. Ubi kayu terdiri atas kulit luar 0,5-2 % dan kulit dalam antara 8-15 % dari bobot sebuah umbi. Sebagian besar umbi kayu terdiri atas karbohidrat, yang berkisar antara 30-36 % tergantung dari varietas dan umur panen. Pati merupakan bagian dari karbohidrat yang besarnya antara 64-72 % (Wijandi, 1976).

Tepung tapioka adalah pati dari umbi singkong yang dihaluskan dan dikeringkan. Tepung tapioka yang dibuat dari singkong berwarna putih atau kuning akan menghasilkan tepung berwarna putih lembut dan licin. Tepung tapioka memiliki beberapa keunggulan dinbandingkan dengan bahan bakunya (singkong), yaitu lebih tahan dalam penyimpanan dan kegunaannya lebih banyak. Selain itu, tepung tapioka dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengental (thickener), bahan pemadat/pengisi (filler), bahan pengikat pada industri makanan olahan, dan dapat juga sebagai bahan penguat benang (warp seizing) pada industri tekstil. Dengan demikian, diharapkan dapat memberikan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup (Suprapti, 2005).

2.2.1. Proses Pembuatan Tepung Tapioka

Proses pengolahan singkong menjadi tepung tapioka dapat dibagi menjadi beberapa tahap : Pengolahan pendahuluan : pencucian, pengupasan, dan parutan.


(23)

Ekstraksi pati : penyaringan, pengendapan, dan pemurnian. Pengolahan penyelesaian : pengeringan dan pengepakan.

1. Pengupasan dan Pencucian

Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan menggunakan tangan memakai pisau dapur biasa, dapat pula memakai alat pencuci dan pengupas kulit yang digerakkan oleh motor (Tjokroadikoesoemo, 1986).

2. Pemarutan

Tujuan pemarutan singkong segar adalah memperkecil ukuran bahan baku agar lebih mudah dihancurkan dan diekstrak patinya. Pemarutan dengan mesin dilakukan secara langsung setelah perendaman singkong siap pakai tanpa penirisan terlebih dahulu.

3. Penghancuran

Singkong yang telah diparut segera dihancurkan dengan mesin penggiling. 4. Ekstraksi ( Pemisahan Sari Singkong)

Untuk memisahkan sari singkong (ekstraksi) mula-mula ditambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk, kemudian disaring. Kegiatan ekstraksi diulang 2-3 kali berturut-turut sampai cairan yang dihasilkan menjadi jernih. 5. Pengendapan I ( Pemisahan Air)

Filtrat dipindahkan ke dalam bak-bak pengendapan dan didiamkan beberapa saat agar pati yang terdapat dalam filtrat mengendap (aci basah) dan cairan yang ada di atas menjadi lebih jernih, kemudian cairan dipisahkan.

6. Pencucian Aci Basah

Untuk meningkatkan kualitas, aci basah perlu dicuci. Aci basah ditambah air bersih, diaduk hingga seluruhnya tercampur rata kemudian didiamkan. Selajutnya, cairan dipisahkan dari pati yang mengendap. Dengan pencucian ini, semakin banyak asam sianida (HCN) yang ikut terbuang sehingga kandungan HCN berkurang.

7. Pemutihan

Pemutihan dilakukan dengan menggunakan larutan garam setelah pencucian selesai.


(24)

Aci basah ditempatkan dalam wadah tempat pejemuran, kemudian dipindahkan ke dalam lengser untuk dioven agar kadar airnya dapat mencapai 10 %.

9. Penggilingan/Penghalusan Tepung

Aci yang sudah kering digiling dengan mesin atau ditumbuk dan diayak dengan saringan kain sutera atau sifon/paris yang berukuran 100 mesh (Suprapti, 2005).

2.2.2. Limbah Cair Industri Tepung Tapioka

Dalam proses produksinya, agroindustri menghasilkan limbah cair dalam jumlah banyak, yang pada akhirnya akan masuk ke suatu perairan (sungai, waduk, danau dan atau laut). Industri tapioka salah satu agroindustri yang menghasilkan limbah cair sebanyak 50-60 m3 per ton produk tepung (Manik, 2009).

Berdasarkan kadar kandungan unsur pecemar, limbah cair industri tapioka dibedakan menjadi tiga jenis yaitu limbah cair bekas cucian singkong berkulit (banyak mengandung lumpur); limbah cair dari proses pengendapan, kondisinya lebih kental dari limbah cair lainnya dan kandungan HCN tinggi; dan limbah cair dari proses perendaman aci dalam larutan garam (Suprapti, 2002).

Air buangan tapioka yang dibuang langsung ke lingkungan atau ke badan air akan menimbulkan pencemaran, yakni gangguan biota di air yang menimbulkan bau yang tidak enak (Waluyo, 2009).

2.3. Teknologi EM (Effective Microorganisms) untuk Pengolahan Limbah

Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme terpenting dalam sistem penanganan air limbah. Dalam air dan penanganan air limbah, bakteri penting karena beberapa jenis bersifat patogenik (menyebabkan penyakit) dan karena


(25)

kultur bakteri dapat digunakan untuk menghilangkan bahan organik dan mineral-mineral yang tidak diinginkan dari air limbah (Jenie, 1993).

Teknologi EM adalah teknologi yang memanfaatkan kultur campuran dari berbagai mikroorganisme menguntungkan seperti bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.), bakteri fotosintetik (Rhodopseumonas sp.), jamur fermentatif (Actinomycetes sp., Streptomyces sp.) dan ragi (yeast). Masing-masing mikroorganisme tersebut mempunyai kerja yang spesifik dan bekerjasama secara sinergis sehingga dapat memfermentasi limbah organik serta dapat mengurangi adanya pencemaran. Selain dapat menguraikan limbah organik, juga dapat menangkap gas yang menyebabkan bau (H2S, NHx, Methylmercaptan, dll).

Teknologi EM ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang dan dikembangkan oleh Dr. Ir. I Gede Wididana di Indonesia (http://em4baliorganik.blogspot.com/2010/09/teknologi-em4-pengolahan-limbah.html?zx=95bea1bcbec2f36).

2.3.1. Degra Simba (Degradable Symbiosis Bacteria)

Degra Simba merupakan bio-processor untuk pengolahan limbah organik dari sektor perumahan, hotel, apartemen, rumah sakit, pabrik makanan olahan, restauran dan gedung perkantoran. Bagi perumahan Degra Simba digunakan untuk menguras WC tanpa sedot. Degra Simba mengandung mikroba probiotik yang aman bagi manusia dan lingkungan. Degra Simba mengandung bakteri pengurai Lactobacillus, Sacharomyces, Acetobacter, Bacillus. Adapun peran dari masing-masing bakteri dalam pengolahan limbah organik adalah sebagai berikut :

Lactobacillus berperan dalam proses pemecahan glukosa, asam amino dan asam lemak yang terdapat di dalam limbah organik

Sacharomyces berperan dalam proses peragian sehingga bahan-bahan organik cepat membusuk


(26)

Ba me De dipimpin (http://deg 2.4. Sian Glikosida nabati dan hidrogen dengan na dan apel, singkong. dhurin: g aseton sian

Sianida s digunakan (reaktif). S biologi at hasil dari t

acillus berp engendalika egra Simba oleh DR. I grasimbasol

nida

sianogenik n secara pot

sianida. G ama senyaw

dhurin pad Nama kimi glukosida p

nohidrin.

sebagai hid n dalam el Sianida tida au dengan tumpahan b

peran sebag an mikroba p

adalah pro Ir. I Nyoma

usiwctanpa

k merupaka tensial sang Glikosida sia

wa yang berb da biji sorg

ia bagi amig p-hidroksi-b

drogen sian lektroplatin ak stabil da klorinasi. H bahan kimia

gai pengha patogen oduk dari p

an Pugeg A asedot.blogs an senyawa gat beracun anogenik j rbeda sepert ghum, dan gladin adala benzaldehida nida, atau ng, adalah alam air dan Hal ini mun a (Dean, 198

sil antibiot

enelitian K Aryantha be spot.com/). yang terda karena dapa uga terdap ti amigladin

linamarin p ah glukosid a sianohidr

salah satu racun yan n dapat dih ngkin terjad 81).

tik yang

KPP Hayati ekerja sama

apat dalam at terurai da at pada be n pada biji a

pada kara ( da benzaldeh rin; linama u garamny ng bertinda hilangkan de

di dalam ai

berfungsi u

ITB – Ban a dengan R

bahan mak an mengelu erbagai tan almonds, ap (lima bean hida sianoh arin : gluk

(Winarno,1

ya yang ba ak sangat dengan perla

ir hanya se untuk ndung RSDH kanan arkan naman prikot ) dan hidrin; kosida 1992) anyak cepat akuan ebagai


(27)

Sianida dapat terbentuk sebagai sianida bebas, seperti HCN, dan di dalam bentuk persenyawaan garam seperti KCN dan NaCN. Kompleks sianida yang stabil terdapat dalam jumlah yang sedikit seperti K4Fe(CN)6. Pada proses

pengolahan, umumnya sianida dioksidasi dengan klorin atau hipoklorit di dalam suasana basa. Oksidasi sebagian menjadi sianat (CNO-) biasanya tercapai pada pH antara 9-10.

NaCN + 2 NaOH + Cl2═════ NaCNO + 2 NaCl + H2O

NaCN + NaCl ═════ NaCNO + NaCl

Sianat (CNO-) adalah kurang beracun bila dibandingkan dengan sianida dan akan dihidrolisis pada suasana asam (pH rendah) mejadi NH3 dan CO2. Jika

klorin merupakan oksidator, maka banyaknya NaOH yang dibutuhkan akan lebih besar karena pada reaksi selanjutnya sianat dapat dioksidasi menjadi CO2 dan N2

oleh kelebihan klorin.

2 NaCNO + 3 Cl2 + 4 NaOH ════   N2 + 2 CO2 + 6 NaCl + 2 H2O

(Sitorus, E. R, 1996)

2.5. Metode Analisa Untuk Penentuan Sianida

Untuk menentukan kadar sianida yang terdapat di dalam air dapat ditetapkan dengan beberapa metode antara lain :

- Metode Titrasi

- Metode Potensiometri secara elektroda ion selektif - Metode colorimetri secara spektrofotometri


(28)

2.5.1. Metode Titrasi

Titrasi lain dengan beberapa kepentingan praktis yang meliputi suatu ligan unidentat dan suatu ion logam adalah yang disebut titrasi Liebig dari sianida dengan perak nitrat. Dasar caranya adalah pembentukan ion kompleks yang sangat stabil Ag(CN)2-.

2 CN- + Ag+ Ag(CN)2

-Tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini seperti tertulis kira-kira 1021, dan ini merupakan satu-satunya kompleks perak-sianida dengan stabilitas yang menyolok. Semula titik akhir didasarkan atas penampilan kekeruhan akibat pengendapan perak sianida, yang dapat dituliskan sebagai :

Ag+ + Ag(CN)2- ═════ 2 AgCN

Ag2+ + Ag(CN)2- ═════ Ag[Ag(CN)2]

(Day & Underwood, 1980).

2.5.2. Metode Potensiometri Secara Elektroda Ion Selektif

Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Dengan pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan ( Khopkar, 2002 ).

Ion-selektif elektroda adalah salah satu dari beberapa metode yang dapat mengukur konsentrasi sianida bebas. Dalam metode ini, ion sianida dari larutan penyerap alkali yang diikuti dengan destilasi ditentukan perubahan potensialnya menggunakan elektroda ion-selektif CN- dan pengukur beda potensial (volt meter). Konsentrasi dari ion sianida dalam larutan penyerap ditentukan dari perbandingan dalam kurva kalibrasi standar dari sianida vs potensial (mV). Metode elektroda sianida lebih sensitif sedikit dalam hal pendetekasian dibandingkan metode kolorimetri. Rentang kalibrasi yang umum adalah antara 0,05 dan 10 mg/L (Dzombak, 2005).


(29)

2.5.3. Metode Kolorimetri Secara Spektrofotometri

Spektrofotometer merupakan instrumen yang digunakan dalam metode kolorimetri yang sangat penting dalam analisis kimia kuantitatif. Banyak kelebihan yang dimilikinya antara lain :

1) Dapat digunakan secara luas dalam berbagai pengukuran kuantitatif untuk senyawa-senyawa organik

2) Kepekaannya tinggi karena dapat mengukur dalam satuan ppm

3) Sangat selektif, bila suatu komponen X akan diperiksa dalam suatu campuran dengan mengetahui panjang gelombang maksimum hanya komponen X yang mengabsorbsi cahaya tersebut

4) Lebih teliti karena hanya mempunyai persen kesalahan 1-3 % bahkan mempunyai persen kesalahan 0,1 %

5) Mudah dan cepat, hal ini terutama sangat bermanfaat untuk pengukuran cuplikan dalam jumlah besar (Day & Underwood, 1983).

Apabila sinar polikromatis (sinar yang terdiri dari beberapa panjang gelombang) dilewatkan melalui suatu larutan, maka sinar dengan panjang gelombang yang lain dilewatkan dari larutan (Ewing, 1985).

Intensitas warna adalah salah satu faktor utama dalam penentuan konsentrasi suatu analit secara spektrofotometri. Pada analisa spektrokimia, spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisa spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik. Radiasi dapat berinteraksi dengan spesies kimia, dan kita akan memperoleh informasi tentang spesies molekul zat tersebut, sehingga mengakibatkan beberapa panjang gelombang dari energi dapat diabsorbsi sedangkan panjang gelombang yang lain tidak ada (Strobel, 1973).


(30)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat-Alat

- Spektrofotometer Visible OPTIMA SP-300

- Neraca Analitik OHAUS

- Gelas Ukur pyrex

- Erlenmeyer pyrex

- Labu Takar pyrex

- Buret pyrex

- pH Meter HANNA

- Pipet Volume Fisher

- Batang Pengaduk - Botol Sampel Plastik - Cool Box

- Pipet Tetes

- Kertas saring No. 42 Whatman - Corong

- Bola Karet - Botol Aquadest - Bunsen


(31)

3.2. Bahan-bahan

- NaOH p.a (E. Merck)

- KCN p.a (E. Merck)

- HCl(p) p.a (E. Merck)

- Asam Barbiturat p.a (E. Merck)

- AgNO3 p.a (E. Merck)

- Kloramin-T p.a (E. Merck)

- Aseton p.a (E. Merck)

- Indikator K2CrO4 p.a (E. Merck)

- NaH2PO4.H2O p.a (E. Merck)

- Piridin p.a (E. Merck)

- p-dimethylamino benzal-rhodanin p.a (E. Merck) - Aquadest

- Bakteri Degra Simba (Degradable Symbiosis Bacteria)

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Pengambilan dan Preparasi Sampel

Sampel limbah cair pabrik tapioka dalam penelitian ini diambil dari in let Instalasi Pengolahan Air Limbah dari salah satu pabrik tapioka yang berada di Kabupaten Toba Samosir.

Preparasi sampel :

Dimasukkan sampel limbah cair pabrik tapioka sebanyak ± 1 L ke dalam 20 erlenmeyer ukuran 1 L. Kemudian ditambahkan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba (Degradable Symbiosis Bacteria) sebanyak 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5 mL kedalam 5 erlenmeyer yang berisi sampel, diaduk hingga homogen dan ditutup. Perlakuan ini untuk waktu degradasi sianida (CN-) selama 2 hari. Dilakukan perlakuan yang sama untuk waktu degradasi 4, 6 dan 8 hari. Sebagai kontrol yaitu tanpa penambahan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba, dimasukkan sebanyak 1 L sampel ke dalam erlenmeyer 1 L.


(32)

3.3.2. Penyediaan Larutan/Reagent

a) Larutan Kloramin-T

Sebanyak 1,0 g serbuk putih kloramin-T dilarutkan dalam 100 mL aquadest.

b) Reagen Asam Piridin Barbiturat

Sebanyak 15 g asam Barbiturat dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL kemudian ditambahkan sedikit air. Ke dalam labu takar ini selanjutnya ditambahkan 75 mL piridin dan dicampur. Kemudian ditambahkan 15 mL HCl pekat, dicampur dan didinginkan sampai suhu kamar. Ditambahkan aquadest sampai garis tanda dan dihomogenkan.

c) Larutan Natrium Dihidrogen phospat

Sebanyak 138 g kristal Natrium Dihidrogen phospat (NaH2PO4.H2O)

dilarutkan dengan aquadest dan diencerkan hingga volume 1 liter.

d) Larutan Natrium hidroksida ⸗ 2 N

Sebanyak 80 g NaOH pellet ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL dilarutkan dengan sedikit aquadest secara perlahan-lahan sambil diaduk. Diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda.

e) Larutan Natrium Hidroksida 0,16 %

Sebanyak 1,6 g kristal NaOH pellet ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL dilarutkan dengan sedikit aquadest secara perlahan-lahan sambil diaduk. Diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda.

f) Larutan indikator p-dimethylamino benzal-rhodanin

Sebanyak 20 g p-dimethylamino benzal-rhodanin ditimbang dan dilarutkan dalam 100 mL aseton.


(33)

g) Larutan AgNO3 0,0192 N

Sebanyak 3,27 g AgNO3 ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu ukur

1000 mL dilarutkan dengan sedikit aquadest secara pelahan-lahan sambil diaduk. Diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda.

h) Larutan indikator K2CrO4

Sebanyak 5 g K2CrO4 ditimbang dan dilarutkan dengan sedikit aquadest,

ditambahkan larutan AgNO3 secara perlahan-lahan hingga timbul endapan

merah bata. Dibiarkan minimal 12 jam, disaring dan diencerkan hingga 100 mL.

i) Larutan Induk Sianida (1000 mg/L)

Sebanyak 1,6 g NaOH dan 2,51 g KCN ditimbang, dilarutkan dengan aquadest dan diencerkan hingga volume 1 liter. Larutan induk ini distandarisasi dengan larutan standard AgNO3. Konsentrasi sianida di

dalam larutan ini ditetapkan setiap akan dipakai.

j) Larutan Standard Sianida (100 mg/L)

Sebanyak 10 mL larutan induk sianida dipipet, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL kemudian diencerkan dengan NaOH 0,16 % sampai garis tanda.

k) Larutan Standard Sianida (10 mg/L)

Sebanyak 10 mL larutan standard sianida 100 mg/L dipipet, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL kemudian diencerkan dengan NaOH 0,16% sampai garis tanda.

l) Larutan Seri Standard Sianida 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L

Sebanyak 2,0; 4,0; 6,0; 8,0 dan 10 mL dipipet dari larutan standard sianida 10 mg/L, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL kemudian diencerkan dengan NaOH 0,16% sampai garis tanda.


(34)

3.3.3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Sianida

- Dipipet sebanyak 25 mL larutan standard sianida dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL.

- Ditambahkan 4 mL larutan buffer phospat. - Ditambahkan 2 mL larutan kloramin-T. - Ditambahkan 5 mL asam piridin-barbiturat.

- Diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda, kemudian didiamkan selama 8 menit hingga memberikan warna merah-biru yang dihasilkan stabil.

- Ditentukan absorbansi larutan pada panjang gelombang antara 570-590 nm dengan menggunakan alat spektrofotometer.

- Uji blanko dilakukan dengan menggunakan campuran 4 mL larutan buffer phospat, 2 mL larutan kloramin-T, dan 5 mL asam piridin-barbiturat dicampur dan diaduk homogen dan selajutnya diencerkan dengan larutan NaOH 0,16% sampai garis tanda.

3.3.4. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Sianida

- Dipipet sebanyak 25 mL dari larutan seri standard 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 mg/L lalu masing-masing larutan dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL.

- Ditambahkan reagen dalam jumlah yang sama yaitu : 4 mL larutan buffer phospat, 2 mL kloramin-T, 5 mL larutan asam piridin-barbiturat ke dalam masing-masing larutan di atas.

- Diaduk hingga homogen dan diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda dan kemudian dibiarkan sampai 8 menit hingga warna merah-biru yang dihasilkan stabil.

- Ditentukan absorbansi dari masing-masing larutan pada panjang gelombang (λ) = 576 nm dengan menggunakan alat spektrofotometer.


(35)

- Dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali untuk masing-masing konsentrasi. Sebagai blanko, dicampur sebanyak 4 mL buffer phospat, 2 mL kloramin-T, dan 5 mL asam piridin-barbiturat kedalam sebuah labu takar 100 mL. Kemudian diaduk hingga homogen dan diencerkan dengan NaOH 0,16% sampai garis tanda.

3.3.5. Penentuan Kadar Sianida (CN-) Dalam Sampel

- Dimasukkan sebanyak 25 mL sampel air limbah ke dalam labu ukur 100 mL

- Ditambahkan 4 mL buffer phospat - Ditambahkan 2 mL larutan kloramin-T

- Ditambahkan 5 mL larutan asam piridin-barbiturat

- Diaduk hingga homogen dan diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda dan kemudian dibiarkan sampai 8 menit hingga warna merah-biru yang dihasilkan stabil

- Ditentukan absorbansi larutan tersebut pada panjang gelombang (λ) = 576 nm dengan menggunakan alat spektrofotometer

- Dilakukan perlakuan dan pengukuran yang sama sebanyak tiga kali

Setiap uji blanko, dicampur sebanyak 4 mL buffer phospat, 2 mL kloramin-T, dan 5 mL asam piridin-barbiturat kedalam sebuah labu takar 100 mL. Kemudian diaduk hingga homogen dan diencerkan dengan NaOH 0,16% sampai garis tanda.


(36)

3.4. Bagan Penelitian

3.4.1. Pembuatan Larutan Seri Standar Sianida (CN-) 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan

1,0 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL

Diencerkan dengan larutan NaOH 0,16% sampai garis tanda

Dihomogenkan

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar sianida dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL

Diencerkan dengan larutan NaOH 0,16 % sampai garis tanda

Dihomogenkan

Dipipet sebanyak 2,0 mL; 4,0 mL; 6,0 mL; 8,0 mL dan 10,0 mL larutan standar sianida dan masing-masing dimasukkan kedalam labu takar 100 mL Diencerkan dengan NaOH 0,16 % sampai garis tanda

Dihomogenkan

Larutan standar sianida 100 mg/L

Larutan standar sianida 10 mg/L

Larutan seri standar sianida 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 mg/L


(37)

3.4.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Sianida (CN-)

Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL Ditambahkan 4 mL buffer phospat Ditambahkan 2 mL kloramin-T

Ditambahkan 5 mL larutan asam piridin-barbiturat Diaduk hingga homogen

Diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda, kemudian dibiarkan selama 8 menit

Ditentukan absorbansinya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang (λ) = 576 nm

Dilakukan perlakuan dan pengukuran yang sama sebanyak 3 kali

Dilakukan prosedur yang sama untuk larutan seri standar sianida 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L

3.4.3. Penentuan Kadar Sianida (CN-) Dalam Sampel

Dipipet sebanyak 25 mL

Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL Ditambahkan 4 mL buffer phospat Ditambahkan 2 mL kloramin-T

Ditambahkan 5 mL larutan asam piridin-barbiturat Diaduk hingga homogen

Diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda, kemudian dibiarkan selama 8 menit

Ditentukan absorbansinya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang (λ) = 576 nm

Dilakukan perlakuan dan pengukuran yang sama sebanyak 3 kali

Catatan : Prosedur yang sama dilakukan untuk penentuan kadar sianida (CN-) yang terdapat di dalam sampel baik sebelum dan sesudah penambahan Degra Simba (Degradable Symbiosis Bacteria)

Hasil

25 mL larutan seri standar sianida 0,2 mg/L

Hasil

Sampel Limbah Cair Pabrik Tapioka Larutan merah-biru


(38)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Data hasil penentuan absorbansi dari suatu larutan seri standar sianida (CN-) dengan menggunakan Spektrofotometer Sinar Tampak terdapat pada Tabel 4.1, sedangkan kurva kalibrasi terdapat pada Gambar 4.1. Data hasil penentuan absorbansi sianida (CN-) pada limbah cair pabrik tapioka, baik sebelum maupun sesudah penambahan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba dan dengan variasi waktu degradasi dicantumkan pada lampiran 2. Penentuan kadar sianida (CN-) di dalam limbah cair pabrik tapioka, baik sebelum dan sesudah penambahan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba ditentukan dengan perhitungan seperti contoh perhitungan yang terdapat pada Sub bab 4.1.1.3. Sehingga diperoleh kadar sianida (CN-) di dalam limbah cair pabrik tapioka sebelum penambahan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba sebesar : 1,2136 mg/L.

Data hasil penentuan kadar sianida (CN-) setelah penambahan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba dengan variasi volume dan waktu degradasi serta persen (%) penurunan konsentrasi sianida (CN-) terdapat pada Tabel 4.3.

4.1.1. Penentuan Sianida (CN-)

Data absorbansi yang diperoleh dari suatu larutan seri standar sianida diplotkan terhadap konsentrasi larutan seri standar, sehingga diperoleh suatu kurva kalibrasi berupa garis linear seperti pada Gambar 4.1 di bawah ini.


(39)

Tabel 4.1. Data Absorbansi dari Larutan Seri Standar Sianida (CN-) Konsentrasi

(mg/L) Absorbansi

0,0 0,0658

0,2 0,2586

0,4 0,4676

0,6 0,6723

0,8 0,8456

1,0 1,0613

Gambar 4.1 Kurva kalibrasi larutan seri standar sianida (CN-)

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan menggunakan metode Least Square, dimana konsentrasi dinyatakan sebagai xi dan

absorbansi dinyatakan sebagai yi seperti pada Tabel 4.2 berikut:

y = 0,9915x + 0,066 r = 0,999

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

A b s o r b a n s i

Konsentrasi mg/L

Absorbansi vs Konsentrasi

Y‐Values


(40)

Tabel 4.2. Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan

Konsentrasi Sianida (CN-)

No xi yi (xi-x ) (yi-y ) (xi-x )2 (yi-y )2 (xi-x )(yi-y

)

1 0,0 0,0658 -0,5 -0,4960 0,25 0,2460 0,2480

2 0,2 0,2586 -0,3 -0,3032 0,09 0,0919 0,0909

3 0,4 0,4676 -0,1 -0,0942 0,01 0,0088 0,0094

4 0,6 0,6723 0,1 0,1105 0,01 0,0122 0,0110

5 0,8 0,8456 0,3 0,2838 0,09 0,0805 0,0851

6 1,0 1,0613 0,5 0,4995 0,25 0,2495 0,2497

Σ xi = 3,0 yi = 3,3712 0,0 0,0004 0,7 0,6889 0,6941 x= 0,5 y= 0,5618

5 , 0 6 0 , 3  

n Xi X 5618 , 0 6 3712 , 3  

n Yi Y

4.1.1.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi

b

ax

y

Dimana:

a

= slope

b

= intersept

0660 , 0 4958 , 0 5618 , 0 ) 5 , 0 )( 9915 , 0 ( 5618 , 0 9915 , 0 7 , 0 6941 , 0 ) ( ) )( ( 2               

b b b x a y b b ax y x x y y x x a i i i


(41)

4.1.1.2. Perhitungan Koefisien Korelasi (r)

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

4.1.1.3. Penentuan Kadar Sianida (CN-) di Dalam Sampel Sebelum dan

Sesudah Penambahan Degra Simba (Degradable Symbiosis Bacteria)

Contoh perhitungan:

 Untuk sampel air limbah sebelum penambahan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba, diperoleh absorbansi (A) sebagai berikut:

A1 = 1,269

A2 = 1,270

A3 = 1,269

Dengan mensubstitusikan nilai y kepersamaan regresi :

Maka diperoleh konsentrasi Sianida (CN-): x1 = 1,2133

x2 = 1,2143

x3 = 1,2133

Dengan demikian konsentrasi Sianida (CN-) adalah:

0660 , 0 9915 , 0   x y 2136 , 1 6409 , 3

x

x i

0,6944 0,9995

6941 , 0 4822 , 0 6941 , 0 ) 6889 , 0 )( 7 , 0 ( 6941 , 0 ) ( . ) ( ) )( ( 2 1 2 2         

y y x x y y x x r i i i i


(42)

(x1 - x )2 = (1,2133 – 1,2136)2 = 9 x 10-8

(x2 - x )2 = (1,2143 – 1,2136)2 = 4,9 x 10-7

(x3 - x )2 = (1,2133 – 1,2136)2 = 9 x 10-8

2

) (xi x

= 6,7 x 10

-7

Maka : 4

7 2 10 7879 , 5 2 10 7 , 6 1 ) (      

x

n x x

S i

Didapat harga 4

4 10 3416 , 3 3 10 7879 ,

5 

x x

n S Sx

Dari hasil data distribusi t student untuk n = 3, derajat kebebasan (dk) = n-1 = 2, untuk derajat kepercayaan 95% (p = 0,05), nilai t = 4,30.

Maka: d = t ( p . dk) Sx

= 4,30 (0,05 . 2) 3,3416 x 10-4

= 1,4368 x 10-4

Dengan demikian konsentrasi sianida (CN-) didalam limbah cair pabrik tapioka sebelum penambahan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba adalah :

1,2136 ± 1,4368 x 10-4 mg/L.

 Untuk sampel limbah cair setelah penambahan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba dengan volume 1 mL dengan waktu degradasi delama 2 hari, diperoleh absorbansi (A) sebagai berikut:

A1 = 1,234

A2 = 1,235


(43)

Dengan mensubstitusikan nilai y kepersamaan regresi:

Maka diperoleh konsentrasi sianida (CN-) :

x1 = 1,1780

x2 = 1,1790

x3 = 1,1790

Dengan demikian konsentrasi sianida (CN-) adalah:

(x1 - x )2 = (1,1780 – 1,1786)2 = 3,6 x 10-7

(x2 - x )2 = (1,1790 – 1,1786)2 = 1,6 x 10-7

(x3 - x )2 = (1,1790 – 1,1786)2 = 1,6 x 10-7

 2

) (xi x

= 6,8 x 10

-7

Maka : 4

7 2 10 8309 , 5 2 10 8 , 6 1 ) (     

x x

n x x

S i

Didapat harga 4

4 10 3664 , 3 3 10 8309 ,

5 

x x

n S Sx

Dari hasil data distribusi t student untuk n = 3, derajat kebebasan (dk) = n-1 = 2, untuk derajat kepercayaan 95% (p = 0,05), nilai t = 4,30.

Maka: d = t ( p . dk) Sx

= 4,30 (0,05 . 2) 3,3664 x 10-4

= 1,4475 x 10-4

1786 , 1 3 5360 , 3  

n x x i 0660 , 0 9915 , 0   x y


(44)

Dengan demikian konsentrasi sianida (CN-) didalam limbahcair pabrik tapioka sesudah penambahan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba sebanyak 1 mL dengan waktu degradasi selama 2 hari adalah :


(45)

Tabel 4.3. Data Hasil Perhitungan Konsentrasi Sianida (CN-) Setelah Penambahan Degra Simba Dengan Variasi Volume Degra Simba Dan Waktu Degradasi.

No

Konsentrasi Awal Sianida

(CN-) (mg/L) Volume Degra Simba (mL) Waktu Degradasi (Hari) Konsentrasi Akhir Sianida (CN-)

( mg/L )

% Penurunan Konsentrasi 1

1,2136 1

2 1,1786 ± 1,4475x10-4 2,88

4 1,0626 ± 2,5918x10-4 12,44

6 0,9130 ± 1,2839x10-4 24,76

8 0,7236 ± 8,8693x10-4 40,37

2

1,2136 2

2 1,1682 ± 2,8684x10-4 3,74

4 1,0552 ± 1,4368x10-4 13,05

6 0,9012 ± 1,4475x10-4 25,74

8 0,7132 ± 2,8649x10-4 41,23 3

1,2136 3

2 1,1605 ± 2,8736x10-4 4,37

4 1,0371 ± 1,4368x10-4 14,54

6 0,8757 ± 1,4368x10-4 27,84

8 0,6920 ± 2,8684x10-4 42,97 4

1,2136 4

2 1,1363 ± 1,3710x10-4 6,36

4 0,9547 ± 3,0098x10-4 21,33

6 0,7620 ± 1,4475x10-4 37,21

8 0,5043 ± 6,7166x10-4 58,44

5

1,2136 5

2 1,1289 ± 1,4368x10-4 6,97

4 0,9060 ± 1,6467x10-4 25,34

6 0,6358 ± 1,4475x10-4 47,61


(46)

4.2. Pembahasan

Ubi kayu (ketela pohon) atau Cassava merupakan bahan utama dalam pembuatan tepung tapioka. Di dalam ubi kayu, baik pada umbi maupun daunnya mengandung glikosida sianogenik. Zat ini dapat menghasilkan asam sianida (HCN) yang larut dalam air, mudah menguap dan bersifat racun. Pada proses pembuatan tepung tapioka diperlukan banyak air, baik untuk proses pencucian, pengendapan hingga pemurnian tepung tapioka. Akibat dari proses tersebut, sianida (CN-) yang terdapat dalam umbi ubi kayu tersebut akan terlarut dalam air yang akan dibuang dan menjadi limbah cair dari proses pembuatan tepung tapioka.

Limbah cair industri tepung tapioka yang mengandung sianida (CN-) sebelum dibuang ke lingkungan harus memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga limbah cair industri tepung tapioka sebelum di buang ke lingkungan harus diolah terlebih dahulu untuk mengurangi beban pencemarannya. Salah satu pengolahan limbah cair tapioka secara biologis adalah dengan menggunakan teknologi EM (Effective Microorganisms). EM (Effective Microorganisms) merupakan kultur campuran mikroorganisme yang mampu melakukan biodegradasi limbah organik, seperti senyawa karbon, hidrogen, nitrogen dan oksigen. Salah satu jenis teknologi EM adalah Degra Simba (Degradable Symbiosis Bacteria).

Pada penelitian ini, Degra Simba digunakan untuk menurunkan kadar sianida yang terdapat dalam limbah cair pabrik tapioka. Pengolahan limbah cair pabrik tapioka dengan menggunakan Degra Simba dilakukan dengan 5 perlakuan, yaitu dengan memvariasikan volume Degra Simba mulai dari volume 1,2,3,4 dan 5 mL dengan waktu degradasi dilakukan pada 2,4,6, dan 8 hari. Limbah cair pabrik tapioka yang diambil dari in let Instalasi Pengolahan Air Limbah pabrik tapioka mengandung sianida (CN-) : 1,2136 mg/L (melewati syarat baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah (KEP-51/MENLH/10/1995)). Tingginya kandungan sianida (CN-) didalam limbah cair ini berasal dari bahan baku pabrik,


(47)

yaitu ubi kayu yang mengandung sianida yang tinggi ( ubi racun) yang selama proses pembuatan tapioka ikut terlarut dalam air yang digunakan.

Gambar 4.2 Grafik konsentrasi sianida (mg/L) vs waktu degradasi (hari)

DS 1 mL = Degra Simba 1 mL; DS 2 mL = Degra Simba 2 mL; DS 3 mL = Degra Simba 3 mL; DS 4 mL = Degra Simba 4 mL; DS 5 mL = Degra Simba 5 mL

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa konsentrasi sianida (CN-) yang terkandung dalam limbah cair pabrik tapioka menurun setelah dilakukan penambahan bakteri pengurai jenis Degra Simba. Dari data hasil perhitungan konsentrasi sianida (CN-) yang tertera pada Tabel 4.3, penurunan konsentrasi sianida (CN-) terbesar dari masing-masing perlakuan terjadi pada waktu degradasi selama 8 hari. Penambahan Degra Simba sebanyak 1 mL terjadi penurunan konsentrasi sianida (CN-) sebesar 0,49 mg/L atau sekitar 40,37 %.

0,0000 0,2000 0,4000 0,6000 0,8000 1,0000 1,2000 1,4000

0 2 4 6 8 10

Konsentrasi

 

(mg/L)

Waktu Degradasi (Hari)

DS 1 mL DS 2 mL DS 3 mL DS 4 mL DS 5 mL


(48)

Pada penambahan Degra Simba sebanyak 2 mL terjadi penurunan konsentrasi sianida (CN-) sebesar 0,5004 mg/L atau sekitar 41,23 %. Pada penambahan Degra Simba sebanyak 3 mL terjadi penurunan konsentrasi sianida (CN-) sebesar 0,5216 mg/L atau sekitar 42,97 %. Pada penambahan Degra Simba sebanyak 4 mL terjadi penurunan konsentrasi sianida (CN-) sebesar 0,7093 mg/L atau sekitar 58,44 % dan pada penambahan Degra Simba sebanyak 5 mL terjadi penurunan konsentrasi sianida (CN-) sebesar 0,8616 mg/L atau sekitar 70,99 %.

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa Degra Simba dapat menurunkan kandungan sianida (CN-) yang terkandung dalam limbah cair pabrik tapioka. Semakin banyak Degra Simba yang ditambahkan terhadap limbah cair pabrik tapioka dan semakin lama waktu degradasi maka semakin besar pula penurunan konsentrasi sianida (CN-). Penurunan konsentrasi sianida (CN-) terbesar terdapat pada penambahan Degra Simba sebanyak 5 mL dengan waktu degradasi 8 hari, konsentrasi awal sianida (CN-) adalah 1,2136 mg/L turun menjadi 0,3520 mg/L (terjadi penurunan sebesar 0,8616 mg/L atau 70,99 %). Hal ini dikarenakan semakin banyak Degra Simba yang ditambahkan menyebabkan semakin banyak jumlah bakteri yang mendegradasi zat-zat organik yang terkandung dalam limbah cair pabrik tapioka. Seperti glikosida sianogenik yang diuraikan menjadi senyawa glukosa dan asam sianida (HCN).

Ada empat jalur reaksi yang umum untuk biodegradasi sianida, yaitu hidrolitik, oksidatif, reduktif dan substitusi. Lebih dari satu jalur dapat digunakan untuk biodegradasi sianida dari beberapa organisme. Reaksi hidrolisis yang dikatalisis oleh enzim sianida hidratase akan membentuk formamida, atau yang dikatalisis sianidase yang menghasilkan asam format dan amonia. Sianidase (sianida dehidratase) adalah enzim bakteri yang utama. Sianida hidratase dan sianidase baru-baru ini telah ditunjukkan memiliki kesamaan di kedua asam amino dan tingkat struktural untuk enzim nitrilase dan nitril hidratase.


(49)

Reaksi Hidrolitik Sianida Hidratase

HCN + H2O HCONH2

Sianidase

HCN + 2 H2O HCOOH

Reaksi Reduktif

HCN + 2 H+ + 2 e- CH2=NH + H2O CH2=O

CH2=NH + 2H+ + 2e- CH3-NH + 2H+ + 2e- CH4+ NH3 Reaksi Oksidatif

Sianida monosigenase

HCN + O2 + H+ + NAD(P)H HOCN + NAD(P)+ + H2O

Sianida dioksigenase

HCN + O2 + 2 H+ + NAD(P)H CO2 + NH3 + NAD(P)+

Reaksi Substitusi

Tiosulfat : sianida sulfurtransferase CN- + S2O32- SCN- + SO3

2-Biodegradasi Tiosianat

Jalur karbonil { Tiosianat hidrotase } SCN- + 2 H2O COS + NH3 + OH

-Jalur sianat { sianase }

SCN- + 3H2O + 2O2 CNO- + HS- HS- + 2O2 SO42- + H+

CNO- + 3 H+ + HCO3

-NH4+ + 2 CO2

Dibawah kondisi aerob, proses biologi dapat mengkonsumsi hidrogen sianida (HCN) dan menghasilkan hidrogen sianat (HCNO). Hidrogen sianat (HCNO) akan dihidrolisis menjadi amonia (NH3) dan karbondioksida (CO2).

enzim

2 HCN + O2 2 HCNO


(50)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba (Degradable Simbiosis Bacteria) dapat menurunkan kadar sianida (CN-) yang terdapat di dalam limbah cair pabrik tapioka. Kadar sianida (CN-) yang terdapat di dalam limbah cair pabrik tapioka adalah 1,2136 mg/L. Penambahan Degra Simba sebanyak 5 mL dengan waktu degradasi selama 8 hari mampu menurunkan kadar sianida (CN-) sebesar 70,99 % yaitu menjadi 0,3520 mg/L ( sudah dibawah baku mutu limbah cair untuk industri tapioka, < 0,5 mg/L).

- Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa pengaruh volume Degra Simba yang ditambahkan untuk penurunan kadar sianida (CN-) yang terdapat didalam limbah cair pabrik tapioka lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh lamanya waktu degradasi yang dilakukan.

5.2. Saran

Pada penelitian ini, penggunaan Degra Simba hanya untuk penurunan kadar sianida (CN-) yang terdapat dalam limbah cair pabrik tapioka. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap parameter lainnya sesuai dengan peraturan pemerintah melalui keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KEP-51-/MENLH/10/1995) untuk kegiatan pabrik tapioka.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A and Underwood, A. L. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Dean, R. B. 1981. Water Reuse : Problems And Solutions. London: Academic Press.

Dzombak, D.A, dkk. 2005. Cyanide in Water And Soil: Chemistry, Risk and Management. Francis: Taylor & Francis Group,LLC.

Ewing, G. W. 1985. Instrumental Methods of Chemical Analysis. Fifth Edition. New York: Mc Graw Hill Co.

Gintings, P. 1992. Mencegah Dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

http://degrasimbasolusiwctanpasedot.blogspot.com/ (diakses tanggal 12 Februari 2013)

http://em4baliorganik.blogspot.com/2010/09/teknologi-em4-pengolahan-limbah.html?zx=95bea1bcbec2f36

(diakses tanggal 15 Februari 2013)

Jenie, R. S. L. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Khopkhar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

Manik, K. E. S. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Cetakan Ketiga. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Naveen, D. 2011. Biological Treatment of Cyanide Containing Wastewater. Journal. India: Uttarakhand Technical University.

Rukmana, R. 2002. Ubi Kayu. Budidaya Dan Pascapanen. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sitorus, E. R.1996. Kontribusi Sianida Oleh Pabrik Tapioka PT. BUMI SARI Pematang Siantar Terhadap Air Sungai Bah Sosopan. Skripsi. Medan: USU.

Strobel, H. A. 1973. Chemical Instrumentation. Second Edition. England: Addison and Wesley Publishing Co.


(52)

Suprapti, M. L. 2002. Tepung Kasava. Pembuatan Dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Suprapti, M. L. 2005. Tepung Tapioka. Pembuatan Dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tjokroadikoesoemo, P. S. 1986. HFS Dan Industri Ubi Kayu Lainnya. Jakarta: Gramedia.

Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Cetakan Kedua. Malang: UMM Press.

Wijandi, S. 1976. Ilmu Pengetahuan Bahan Umbi-Umbian. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Pertanian IPB.


(53)

(54)

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Dari Sianida (CN-)

Lampiran 2. Kurva Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Sianida (CN-)

No Panjang

Gelombang Absorbansi

1 570 1,676

2 572 1,680

3 574 1,685

4 576* 1,716

5 578 1,706

6 580 1,692

7 582 1,688

8 584 1,671

9 586 1,659

10 588 1,650

11 590 1,674

1,6761,68 1,685 1,716 1,706 1,692 1,688 1,671 1,659 1,65 1,647 1,64 1,65 1,66 1,67 1,68 1,69 1,7 1,71 1,72

568 570 572 574 576 578 580 582 584 586 588 590 592

A

b

s

o

r

b

a

n

s

i

Panjang Gelombang


(55)

Lampiran 3. Data Hasil Penentuan Absorbansi Dari Sianida (CN-) Yang Terdapat di Dalam Limbah Cair Tapioka Sebelum Dan Sesudah Penambahan Degra Simba

No Volume Degra Simba (mL) Waktu Degradasi (Hari) Absorbansi Absorbansi Rata-Rata

I II III

1

-

2 1,269 1,27 1,269 1,2693

4 1,27 1,269 1,269 1,2693

6 1,269 1,27 1,269 1,2693

8 1,269 1,269 1,27 1,2693

2

1

2 1,234 1,235 1,235 1,2346

4 1,119 1,121 1,119 1,1196

6 0,971 0,971 0,972 0,9713

8 0,783 0,785 0,783 0,7836

3

2

2 1,223 1,225 1,225 1,2243

4 1,112 1,113 1,112 1,1123

6 0,96 0,96 0,959 0,9596

8 0,772 0,774 0,774 0,7733

4

3

2 1,218 1,216 1,216 1,2166

4 1,094 1,094 1,095 1,0943

6 0,934 0,935 0,934 0,9343

8 0,753 0,751 0,753 0,7523

5

4

2 1,193 1,193 1,192 1,1926

4 1,012 1,012 1,014 1,0126

6 0,821 0,822 0,822 0,8216

8 0,568 0,566 0,569 0,5676

6

5

2 1,185 1,185 1,186 1,1853

4 0,964 0,965 0,965 0,9646

6 0,697 0,696 0,697 0,6966


(56)

Lampiran 4. Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Tapioka (KEP-/51/MENLH/10/1995)

PARAMETER KADAR MAKSIMUM

(mg/L)

BEBAN PENCEMARAN

MAKSIMUM (kg/ton)

BOD5 200 12,0

COD 400 24,0

TSS 150 9,0

Sianida (CN) 0,5 0,03

pH 6.0 – 9.0

Debit Limbah Maksimum


(57)

Lampiran 5. Gambar Degra Simba (Degradable Simbiosis Bacteria)


(1)

Suprapti, M. L. 2002. Tepung Kasava. Pembuatan Dan Pemanfaatannya.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Suprapti, M. L. 2005. Tepung Tapioka. Pembuatan Dan Pemanfaatannya.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tjokroadikoesoemo, P. S. 1986. HFS Dan Industri Ubi Kayu Lainnya. Jakarta: Gramedia.

Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Cetakan Kedua. Malang: UMM Press.

Wijandi, S. 1976. Ilmu Pengetahuan Bahan Umbi-Umbian. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Pertanian IPB.


(2)

(3)

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Dari Sianida (CN-)

Lampiran 2. Kurva Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Sianida (CN-)

No Panjang

Gelombang Absorbansi

1 570 1,676

2 572 1,680

3 574 1,685

4 576* 1,716

5 578 1,706

6 580 1,692

7 582 1,688

8 584 1,671

9 586 1,659

10 588 1,650

11 590 1,674

1,6761,68 1,685 1,716 1,706 1,692 1,688 1,671 1,659 1,65 1,647 1,64 1,65 1,66 1,67 1,68 1,69 1,7 1,71 1,72

568 570 572 574 576 578 580 582 584 586 588 590 592

A

b

s

o

r

b

a

n

s

i

Panjang Gelombang


(4)

Lampiran 3. Data Hasil Penentuan Absorbansi Dari Sianida (CN-) Yang Terdapat di Dalam Limbah Cair Tapioka Sebelum Dan Sesudah Penambahan Degra Simba

No Volume Degra Simba (mL) Waktu Degradasi (Hari) Absorbansi Absorbansi Rata-Rata

I II III

1

-

2 1,269 1,27 1,269 1,2693 4 1,27 1,269 1,269 1,2693 6 1,269 1,27 1,269 1,2693 8 1,269 1,269 1,27 1,2693 2

1

2 1,234 1,235 1,235 1,2346 4 1,119 1,121 1,119 1,1196 6 0,971 0,971 0,972 0,9713 8 0,783 0,785 0,783 0,7836 3

2

2 1,223 1,225 1,225 1,2243 4 1,112 1,113 1,112 1,1123

6 0,96 0,96 0,959 0,9596

8 0,772 0,774 0,774 0,7733 4

3

2 1,218 1,216 1,216 1,2166 4 1,094 1,094 1,095 1,0943 6 0,934 0,935 0,934 0,9343 8 0,753 0,751 0,753 0,7523 5

4

2 1,193 1,193 1,192 1,1926 4 1,012 1,012 1,014 1,0126 6 0,821 0,822 0,822 0,8216 8 0,568 0,566 0,569 0,5676 6

5

2 1,185 1,185 1,186 1,1853 4 0,964 0,965 0,965 0,9646 6 0,697 0,696 0,697 0,6966 8 0,415 0,415 0,416 0,4153


(5)

Lampiran 4. Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Tapioka (KEP-/51/MENLH/10/1995)

PARAMETER KADAR MAKSIMUM

(mg/L)

BEBAN PENCEMARAN

MAKSIMUM (kg/ton)

BOD5 200 12,0

COD 400 24,0

TSS 150 9,0

Sianida (CN) 0,5 0,03

pH 6.0 – 9.0

Debit Limbah Maksimum


(6)

Lampiran 5. Gambar Degra Simba (Degradable Simbiosis Bacteria)