Desain Routing Information Protocol pada Jaringan Kamputer dengan Pengalokasian Jumlah Host Per Jaringan Berdasarkan VLSM

(1)

DESAIN ROUTING INFORMATION PROTOCOL PADA JARINGAN

KOMPUTER DENGAN PENGALOKASIAN JUMLAH HOST PER

JARINGAN BERDASARKAN VLSM

SKRIPSI

MHD ABDI WAHYUDA LUBIS

111402003

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

DESAIN ROUTING INFORMATION PROTOCOL PADA JARINGAN

KOMPUTER DENGAN PENGALOKASIAN JUMLAH HOST PER

JARINGAN BERDASARKAN VLSM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Sarjana Teknologi Informasi

MHD ABDI WAHYUDA LUBIS 111402003

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PERSETUJUAN

Judul : DESAIN ROUTING INFORMATION PROTOCOL PADA JARINGAN KOMPUTER DENGAN PENGALOKASIAN JUMLAH HOST PER NETWORK BERDASARKAN VLSM Kategori : SKRIPSI

Nama : MHD ABDI WAHYUDA LUBIS

Nomor Induk Mahasiswa : 111402003

Program Studi : SARJANA (S1) TEKNOLOGI INFORMASI Departemen : TEKNOLOGI INFORMASI

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI (FASILKOMTI) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Baihaqi Siregar, S.Si, M.T. Dedy Arisandi, ST, M.Kom NIP. 19790108 201212 1 002 NIP. 19790831 200912 1 002

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Teknologi Informasi Ketua,

M.Anggia Muchtar, ST.MMIT NIP. 19800110 200801 1010


(4)

PERNYATAAN

DESAIN ROUTING INFORMATION PROTOCOL PADA JARINGAN KOMPUTER DENGAN PENGALOKASIAN JUMLAH HOST PER NETWORK

BERDASARKAN VLSM

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.

Medan, 18 Agustus 2015

Mhd Abdi Wahyuda Lubis 111402003


(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT beserta Nabi Besar Muhammad SAW karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh ijazah Sarjana Teknologi Informasi, Program Studi (S1) Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaannya banyak pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis selaku Dekan FASILKOM-TI USU.

2. Bapak M.Anggia Muchtar, ST.MMIT selaku ketua Program Studi (S1) Teknologi Informasi dan Bapak Mohammad Fadly Syahputra, B.Sc., M.Sc.IT selaku Sekretaris Program Studi (S1) Teknologi Informasi FASILKOM-TI USU yang telah memberi izin untuk melaksanakan kegiatan penelitian.

3. Bapak Baihaqi Siregar, S.Si., M.T. dan Bapak Dedy Arisandi, ST., M.Kom. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, memotivasi, memberikan kritik serta saran kepada penulis.

4. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak Dani Gunawan, S.T., M.T., dan Bapak Romi Fadillah Rahmat, B. Comp. Sc., M.Sc. yang telah bersedia menjadi dosen pembanding, serta semua dosen serta pegawai di Program Studi S1 Teknologi Informasi.

5. Ucapan terimakasih yang sangat besar penulis ucapkan kepada keluarga penulis yang telah memberikan dukungan baik materil dan spiritual. Ayahanda Dani A.R Lubis dan Ibunda Asbiah Nasution yang telah membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tak terhingga. Dan juga kepada kakak penulis, Tetty Hayati Lubis, Dewi Hayati Lubis, Fatimah Reni Lubis, dan Nur Asma Lubis yang selalu menjadi sumber semangat dan inspirasi di dalam penulisan skripsi ini.


(6)

6. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman angkatan 2011 yang terus mendukung dan memotivasi penulis.

Sekali lagi penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, semoga segala kebaikan, bantuan dan dukungannya dibalas oleh Allah SWT dengan nikmat yang berlimpah.


(7)

ABSTRAK

Pengalokasian IP address merupakan hal mendasar dalam membangun suatu jaringan komputer. Agar alokasi IP address dapat diterapkan secara efisien pada masing-masing perangkat yang terhubung ke jaringan, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap blok IP address yang tersedia. Di sisi lain proses routing dalam jaringan juga memerlukan alokasi IP address yang efisien. Untuk membantu memudahkan pekerjaan pengalokasian IP address dan penentuan jalur routing tersebut diperlukanlah aplikasi sebagai solusi alternatif. Penelitian ini menggunakan Routing Information Protocol

sebagai teknik penentuan jalur routing. Skema alokasi IP address yang digunakan berada pada rentang prefix /12 hingga /30 pada IPv4 berjenis private untuk kelas A, B, dan C. Berdasarkan pengujian yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil berupa skema jaringan beserta pemodelan sistem jaringan yang sudah saling saling terhubung. Melalui pengalamatan dan pengalokasian IP address menggunakan subnetting berdasarkan

VLSM, desain dan pemodelan sistem routing pada jaringan dapat dilakukan dengan baik.


(8)

Routing Information Protocol DesignIn Computer Network with TheAllocation OfThe Total Hosts for Each Network Based on VLSM

ABSTRACT

The allocation of IP addresses is fundamental in building a computer network. In order for IP address allocation can be efficiently applied to each device connected to a network, first we should calculate the block of IP addresses available. On the other hand the process of routing in the network also requires efficient allocation of IP addresses. To help determining the allocation of IP address and routing path, an application as alternative solution is required. This study uses the Routing Information Protocol as a technique of determining the routing path. IP address allocation scheme that is used is in the range prefix / 12 and / 30 in IPv4 private manifold for class A, B, and C. Based on testing that has been carried out, the results obtained is of a network scheme and its network modeling systems that are mutually interconnected. Through addressing and the allocation of IP addresses using subnetting based on VLSM, design and modeling of the routing system on the network can be done well.


(9)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN iii

PERNYATAAN iv

PENGHARGAAN v

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

BAB I 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Batasan Masalah ... 3

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

1.6. Metodologi Penelitian ... 4

1.7. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II 6 2.1. Routing Jaringan Komputer ... 6

2.1.1 Konsep Dasar Routing Jaringan Komputer 8 2.1.2. Algoritma Protokol Routing 8 2.1.3. Routing Information Protocol 9 2.1.4. Kelebihan dan Kekurangan Routing Information Protokol 11 2.2. Pemodelan Sistem ... 11

2.3. IP Address dan Subnetting ... 12

2.4. Desain Jaringan Komputer ... 14

2.5. Teknik Penelitian Terdahulu ... 15

BAB III 17 3.1. Identifikasi Masalah ... 17

3.2. Perancangan Sistem ... 18

3.2.1. General Architecture 18


(10)

3.2.3. Pseudocode pengalokasian IP address 21

1.2.4. Use case diagram 22

1.2.5. Use case Specification 23

3.3. Perencanaan rancangan routing pada jaringan ... 27 3.3.1. Deskirpsi model rancangan routing pada jaringan 27 3.3.2. Penentuan tata letak perangkat jaringan 28

3.3.3. Penentuan Blok IP Address 29

3.3.4. Penentuan jumlah host per jaringan 30 3.3.5. Menghubungkan perangkat jaringan ke router 30 3.3.6. Menghubungkan antar router ke router 31 3.3.7. Pengalamatan dan alokasi IP address 32 3.4. Peracanngan antarmuka sistem ... 34

BAB IV 43

4.1. Implementasi Sistem ... 43

4.1.1. Lingkungan Implementasi 43

4.2. Implementasi Perancangan Antarmuka ... 44

4.2.1. Halaman Home 44

4.2.2. Halaman Open File 44

4.2.3. Halaman new Desain Routing 45

4.2.4. Halaman Panduan 46

4.2.5. Halaman Skema Jaringan 47

4.2.6. Halaman Save File 47

4.2.7. Halaman Edit Hubungan Jaringan ke Router 48 4.2.8. Halaman Edit Hubungan Router ke Router 49

4.2.9. Halaman Tambah Jaringan 49

4.2.10. Halaman Daftar IP address Jaringan 50

4.2.11. Halaman Tambah Unit Router 50

4.2.12. Halaman Tabel Routing 51

4.3. Pengujian Sistem ... 52 4.3.1. Pegujian Aplikasi Desain Routing 52


(11)

BAB V 65 5.1. Kesimpulan ... 65 5.2. Saran ... 65


(12)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1. Pengalamatan IP Address 13

Tabel 2.2. Pembagian IP Menjadi 8 bit 13

Tabel 3.1. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Save File 24 Tabel 3.2. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Edit Tambah Router 24 Tabel 3.3. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Tambah Jaringan 25 Tabel 3.4. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Hubungan Router ke Router 25 Tabel 3.5. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Delete Perangkat 26 Tabel 3.6. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Skema Jaringan 27

Tabel 3.7 Model Hubungan Router ke Router 27

Tabel 3.8 Model Hubungan antara Router ke Jaringan 28

Tabel 3.9. Penentuan IP VLSM 29

Tabel 3.10. Hubungan jaringan dengan router 31

Tabel 3.11. Hubungan Router ke Router 31

Tabel 3.12. Pengalamatan dan Pengalokasia Alamat IP Address Jaringan 32 Tabel 3.13. Pegalamatan dan Pengalokasian IP Address Routing 33


(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Algoritma Protokol Routing 9

Gambar 2.2 Subnetting 14

Gambar 3.1. General architecture desain routing pada jaringan 18

Gambar 3.2. Flowchart Sistem 20

Gambar 3.3 Use Skema Jaringan 23

Gambar 3.4. Tata Letak Router Berbentuk Lingkaran 29

Gambar 3.5. Jumlah Host 30

Gambar 3.6. Rancangan Halaman Home 34

Gambar 3.7. Rancangan halaman new desain jaringan 35

Gambar 3.8. Rancangan halaman open file 36

Gambar 3.9. Rancangan halaman panduan 36

Gambar 3.10. Rancangan halaman save file 37

Gambar 3.11. Rancangan halaman edit hubungan router ke router 38 Gambar 3.12. Rancangan halaman edit hubungan jaringan ke router 39 Gambar 3.13. Ranacangan halaman tambah jaringan 40 Gambar 3.14. Rancangan halaman delete perangkat 41

Gambar 3.15. Rancangan halaman save image 41

Gambar 3.16. Halaman tambah router 42

Gambar 4.1. Halaman Home 44

Gambar 4.2. Halaman Open File 45

Gambar 4.3. Halaman Input Jumlah Jaringan 46

Gambar 4.4. Halaman new Desain Routing 46

Gambar 4.5. Halaman Panduan 47

Gambar 4.6. Halaman Skema Jaringan 47

Gambar 4.7. Halaman Save File 48

Gambar 4.8. Halaman Edit Hubungan Jaringan ke Router 48 Gambar 4.9. Halaman Edit Hubungan Router ke Router 49


(14)

Gambar 4.11. Halaman Daftar IP Address Jaringan 50

Gambar 4.12. Halaman Tambah Unit Router 51

Gambar 4.13. Halaman Tabel Routing 51

Gambar 4.14. Tampilan input jumlah jaringan dan router yang digunakan 52 Gambar 4.15. Tampilan pesan kesalahan pada setting IP pada filed yang kosong 53 Gambar 4.16. Tampilan pesan kesalahan apabila blok IP melebihi 255 53 Gambar 4.17. Tampilan proses pengalamatan dan alokasi IP Address 54

Gambar 4.18. Tampilan hasil skema jaringan 54

Gambar 4.19. Tampilan periksa koneksi antar jaringan 55 Gambar 4.20. Tampilan tambah jaringan ke dalam skema routing 56 Gambar 4.21. Tampilan skema routing yang sudah ditambah jaringan 56

Gambar 4.22. Tampilan tambah unit router 57

Gambar 4.23. Tampilan skema routing setelah ditambah router 57 Gambar 4.24. Tampilan edit hubungan antar router 58 Gambar 4.25. Tampilan skema routing setelah hubungan router diubah 59

Gambar 4.26. Tampilan delete jaringan 59

Gambar 4.27. Tampilan delete router 60

Gambar 4.28. Tampilan skema routing setelah router didelete 60

Gambar 4.29. Tampilan simpan skema routing 61

Gambar 4.30. Tampilan buka file skema routing 62 Gambar 4.31. Tampilan skema routing dari file yang disimpan 62 Gambar 4.32. Tampilan simpan gambar skema routing 63 Gambar 4.33. Tampilan hasil gambar skema routing 63 Gambar 4.34. Tampilan hasil Pengalokasaian IP address 64


(15)

ABSTRAK

Pengalokasian IP address merupakan hal mendasar dalam membangun suatu jaringan komputer. Agar alokasi IP address dapat diterapkan secara efisien pada masing-masing perangkat yang terhubung ke jaringan, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap blok IP address yang tersedia. Di sisi lain proses routing dalam jaringan juga memerlukan alokasi IP address yang efisien. Untuk membantu memudahkan pekerjaan pengalokasian IP address dan penentuan jalur routing tersebut diperlukanlah aplikasi sebagai solusi alternatif. Penelitian ini menggunakan Routing Information Protocol

sebagai teknik penentuan jalur routing. Skema alokasi IP address yang digunakan berada pada rentang prefix /12 hingga /30 pada IPv4 berjenis private untuk kelas A, B, dan C. Berdasarkan pengujian yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil berupa skema jaringan beserta pemodelan sistem jaringan yang sudah saling saling terhubung. Melalui pengalamatan dan pengalokasian IP address menggunakan subnetting berdasarkan

VLSM, desain dan pemodelan sistem routing pada jaringan dapat dilakukan dengan baik.


(16)

Routing Information Protocol DesignIn Computer Network with TheAllocation OfThe Total Hosts for Each Network Based on VLSM

ABSTRACT

The allocation of IP addresses is fundamental in building a computer network. In order for IP address allocation can be efficiently applied to each device connected to a network, first we should calculate the block of IP addresses available. On the other hand the process of routing in the network also requires efficient allocation of IP addresses. To help determining the allocation of IP address and routing path, an application as alternative solution is required. This study uses the Routing Information Protocol as a technique of determining the routing path. IP address allocation scheme that is used is in the range prefix / 12 and / 30 in IPv4 private manifold for class A, B, and C. Based on testing that has been carried out, the results obtained is of a network scheme and its network modeling systems that are mutually interconnected. Through addressing and the allocation of IP addresses using subnetting based on VLSM, design and modeling of the routing system on the network can be done well.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa komputer dan perangkat lainnya yang saling terhubung dan berbagi informasi. Jaringan komputer terdiri dari jaringan LAN, MAN, dan WAN. Jaringan-jaringan tersebut dapat dikoneksikan melalui perangkat router yang berfungsi mengarahkan paket data ke lokasi alamat komputer atau perangkat lain dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Komputer dihadapkan dengan berbagai macam masalah selama pertukaran informasi di dalam jaringan. Penurunan kinerja jaringan adalah faktor yang membuat lalu lintas meningkat sehingga terjadi pemblokiran informasi. (Gaikward, 2014).

Di dalam jaringan skala besar, protokol routing dinamis banyak digunakan sebab memfasilitasi pertukaran informasi tabel routing antar router. Protokol routing memungkinkan router untuk secara dinamis berbagi informasi tentang jaringan remote dan secara otomatis menambahkan informasi ke tabel routing. Protokol routing dinamis digunakan untuk mempermudah administrasi dan operasional dibanding hanya menggunakan rute statis.

Setiap komputer yang terhubung ke jaringan memiliki alamat unik yang disebut dengan IP address. IP address tersebut sudah ditentukan secara statis ataupun dinamis oleh administraror jaringan. Pengalamatan IP address untuk setiap komputer tidak dapat diatur sesuai keinginan pengguna tetapi pengalamatan IP address komputer harus dilihat dari jumlah host, IP network, IP gateway, IP broadcast, dan subnet mask dari jaringan. Pengaturan pengalamatan IP address didapat dengan cara melakukan perhitungan. Apabila di dalam jaringan terdapat banyak host, maka si perancang sulit untuk mengalokasikan dan memberi pengalamatan ke setiap host (komputer/perangkat lain). Saat menentukan routing pada jaringan si perancang tidak hanya melakukan


(18)

perhitungan IP address untuk host pada jaringan, tetapi harus melakukan perhitungan

IP address untuk setiap router dan melakukan koneksi antar router. Selain itu si perancang jaringan harus membuat sebuah desain routing pada jaringan yang bertujuan untuk mengetahui letak-letak jaringan yang akan dibangun sehingga dapat melakukan pengalokasian dan pengalamatan IP address dengan mudah. Kenyataannya seorang perancang jaringan biasanya membuat suatu desain routing pada jaringan dengan menggambarkan rancangan jaringan di atas lembaran kertas, untuk rancangan jaringan menggunakan lembaran kertas bisa dikatakan cukup mudah dan cepat, tetapi si perancang tidak dapat mengetahui apakah jaringan yang sudah dirancang dapat terhubung satu sama lain, masalah tersebut disebabkan rancangan jaringan hanya dirancang di dalam lembaran kertas sehingga tidak dapat dilakukan pemodelan sistem untuk mengetahui koneksi antar jaringan. Dalam hal ini rancangan desain jaringan sangatlah penting dalam membangun sebuah jaringan terutama untuk routing pada jaringan komputer yang memiliki banyak koneksi.

Rancangan jaringan ialah langkah awal dalam membangun routing pada jaringan komputer. Melalui desain skema beserta pemodelan sistem, maka kesalahan yang terjadi dalam membangun routing pada jaringan dapat diperkecil dan waktu yang digunakan si perancang dalam membangun jaringan menjadi berkurang. Untuk membuat rancangan desain skema jaringan beserta pemodelan sistem diperlukanlah sebuah aplikasi yang dapat melakukan rancangan skema jaringan beserta pemodelan sistem dan perhitungan untuk pengalokasian dan pengalamatan IP address dalam membangun sebuah routing pada jaringan.

1.2. Rumusan Masalah

Desain skema jaringan adalah langkah awal untuk membangun sebuah jaringan. Di sisi lain proses desain routing dalam jaringan juga memerlukan alokasi IP address yang efisien. Namun, sering terjadi kesulitan dalam pengalokasian IP Address ditahap awal perencanaan pembangunan jaringan dan persiapan untuk tahap pengembangan di kemudian hari. Untuk membantu memudahkan pekerjaan pengalokasian IP address dan penentuan jalur routing tersebut diperlukanlah aplikasi sebagai solusi alternatif.


(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah membuat sistem aplikasi yang dapat membantu pengguna aplikasi dalam merancang desain awal jaringan komputer dalam hal pengalokasian IP address dan penentuan jalur routing menggunakan Routing Information Protocol sebagai protokol komunikasi antar router yang bertugas menghubungkan perangkat-perangkat komputer antar jaringan yang berbeda.

1.4. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Blok IP address yang digunakan berada pada range prefix /12 hingga /30. 2. Seluruh jaringan menggunakan IPv4private.

3. Tidak menggunakan fitur otentikasi yang didukung oleh RIPv2 yaitu Plaintext

dan MOS.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Menambah sarana belajar informal bagi mahasiswa Fasilkom-TI USU.

2. Membantu administrator jaringan dalam merancang dan membangun routing dalam jaringan komputer.

3. Memberi masukan bagi penelitian selanjutnya dalam penyelesaian masalah dalam rancangan routing jaringan komputer, pemodelan sistem beserta pengalokasian IP address.


(20)

1.6. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:

a. Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan studi kepustakaan, yaitu proses mengumpulkan bahan referensi mengenai rancangan routing pada jaringan menggunakan Routing Information Protocol.

b. Analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap studi literatur untuk mengetahui dan mendapatkan pemahaman mengenai rancangan routing pada jaringan komputer.

c. Perancangan

Pada tahap perancangan sistem dilakukan perancangan arsitektur, pengumpulan data, dan merancang antarmuka. Proses perancangan ini dilakukan berdasarkan hasil analisis studi literatur yang telah didapatkan.

d. Implementasi

Pada tahap implementasi sistem ini akan dilakukan pengkodean progam menggunakan Java dan MySQL.

e. Pengujian

Pada tahap ini dilakukan pengujian aplikasi untuk mencari kesalahan-kesalahan sehingga dapat diperbaiki. Kemudian akan dilakukan analisis terhadap fokus permasalahan penelitian, apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan.


(21)

1.7. Sistematika Penulisan

Metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:

Bab I : Pendahuluan

Pada bab pendahuluan ini, penulis akan mengumpulkan informasi lebih jauh tentang permasalahan yang akan dibahas tentang rancangan desain routing pada jaringan, pengalokasian IP address dan penerapan Routing Information Protocol

untuk permasalahan ini.

Bab II : Landasan Teori

Tinjauan pustaka menguraikan landasan teori, kerangka pikir, dan hipotesis yang diperoleh dari acuan yang mendasari dalam melakukan kegiatan penelitian pada tugas akhir ini.

Bab III : Analisis dan Perancangan

Bab ini menguraikan metodologi penelitian yang dilakukan dalam mengembangkan rancangan routing pada jaringan, pengalokasian IP address

berdasarkan VLSM dengan menerapkan Routing Information Protocol agar sesuai dengan tujuan proyek tugas akhir ini.

Bab IV : Implementasi dan Pengujian Sistem

Pada bab hasil dan pembahasan akan memaparkan hasil terhadap uji coba pendekatan yang telah dilakukan dalam membangun jaringan routing melalui desain routing pada jaringan komputer.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian selanjutnya.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan desain routing pada jaringan komputer.

2.1. Routing Jaringan Komputer

Router adalah sebuah alat jaringan komputer yang mengirimkan paket data melalui sebuah jaringan atau internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang disebut dengan routing. Routing digunakan untuk proses pengambilan sebuah paket dari sebuah alat dan mengirimkan melalui jaringan komputer ke alat lain di dalam jaringan yang berbeda.

Kebanyakan pengguna jaringan rumah, mungkin saja ingin melakukan set-up

LAN atau WLAN dan menghubungkan semua komputer ke internet tanpa harus membayar langganan broadband penuh untuk ISP, maka dengan ISP memungkinkan untuk menggunakan jaringan routing dalam menghubungkan ke jaringan luar. (Lakshmi, 2014).

Router berfungsi sebagai penghubung antara dua atau lebih jaringan untuk meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lain. Router berbeda dengan switch. Switch merupakan penghubung beberapa alat untuk membentuk suatu Local Area Network (LAN). Fungsi routing berguna untuk memilih rute yang terbaik dalam jaringan. Router dapat digunakan untuk menghubungkan banyak jaringan kecil ke dalam jaringan yang lebih besar yang disebut dengan internetwork atau untuk membagi sebuah jaringan besar ke dalam beberapa sub jaringan untuk meningkatkan kinerja dan juga mempermudah manajemennya. Jenis-jenis router secara umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu routing statis dan routing dinamis.


(23)

Routing statis adalah sebuah router yang memiliki tabel routing statis yang diatur secara manual oleh para perancang jaringan. Konfigurasi routing jenis ini biasanya dibangun dalam jaringan yang hanya mempunyai beberapa gateway, umumnya tidak lebih dari 2 atau 3. Routing statis dibuat secara manual pada masing-masing gateway. Jenis ini masih memungkinkan untuk jaringan kecil pada posisi stabil, stabil dalam arti kata jarang down. Jaringan yang tidak stabil yang dipasang pada routing statis dapat menimbulkan masalah di semua routing, karena tabel routing yang diberikan oleh gateway tidak benar, sehingga paket data yang seharusnya tidak bisa diteruskan masih saja dicoba sehingga menghabiskan bandwith. Terlebih memberatkan lagi apabila jaringan semakin berkembang. Setiap penambahan sebuah router, maka router yang telah ada sebelumnya harus diberikan tabel routing tambahan secara manual. Jadi jelas, routing statis tidak mungkin dipakai untuk jaringan besar.

Routing dinamis adalah sebuah router yang memiliki tabel routing yang bekerja dengan mendengarkan lalu lintas jaringan dan juga saling berhubungan dengan router lainnya. Di dalam jaringan terdapat jalur routing yang memiliki lebih dari satu rute untuk mencapai tujuan yang sama biasanya menggunakan routing dinamis dan juga selain itu jaringan besar yang memiliki lebih dari 3 gateway juga menggunakan routing dinamis. Routing dinamis hanya menjalankan protokol routing yang dipilih berdasarkan router tetangganya dan secara otomatis tabel routing yang terbaru akan didapatkan. Selain menguntungkan routing dinamis juga sedikit merugikan karena routing dinamis memerlukan routing protokol untuk membuat tabel routing dan protokol routing yang digunakan bisa memakan resource komputer.

Perbandingan jenis protokol routing statis dan dinamis. Protokol dinamis unggul atas protokol routing statis karena skalabilitas dan kemampuan beradaptasi fitur-fiturnya. Routing dinamis mempelajari setiap router untuk berkomunikasi dengan yang lainnya, ketika router baru ditambahkan dan router lama dihapus, router akan mempelajari tentang perubahan dan melakukan update tabel routing dan juga menginformasikan ke router lainnya tentang modifikasi router. (Hamza, 2011).


(24)

2.1.1 Konsep Dasar Routing Jaringan Komputer

Dalam routing jaringan komputer, pengiriman paket data dari router dikirim melalui TCP/IP. TCP/IP membagi tugas masing-masing mulai dari penerimaan paket data sampai pengiriman paket data di dalam sistem sehingga jika terjadi permasalahan dalam pengiriman paket data dapat dipecahkan dengan baik. Berdasarkan pengiriman paket data routing dibedakan menjadi routing secara langsung dan routing secara tidak langsung.

Routing langsung merupakan sebuah pengalamatan secara langsung menuju alamat tujuan tanpa melalui host lain. Contoh: sebuah komputer dengan alamat 192.168.6.9 mengirimkan data ke komputer dengan alamat 192.168.6.45.

Routing tidak langsung merupakan sebuah pengalamatan yang harus melalui alamat host lain sebelum menuju alamat host tujuan. Contoh: komputer dengan alamat 192.168.3.6 mengirim data ke komputer dengan alamat 192.168.4.19, akan tetapi sebelum menuju ke komputer dengan alamat 192.168.3.6, data dikirim terlebih dahulu melalui host dengan alamat 192.168.1.13 kemudian dilanjutkan ke alamat host tujuan.

2.1.2. Algoritma Protokol Routing

Di dalam sebuah router terdapat protokol yang menjalankan router tersebut dan setiap protokol memiliki algoritma masing-masing dalam pencarian rute terpendek dalam mengirim informasi atau data. Adapun algoritma protokol routing diperlihatkan seperti gambar 2.1.


(25)

Gambar 2.1 Algoritma Protokol Routing

2.1.3. Routing Information Protocol

Routing Infotmation Protocol (RIP) adalah sebuah protokol di dalam routing jaringan untuk mencari rute terbaik saat informasi atau data dikirim di dalam routing jaringan komputer. Protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior Gateway Protocol (IGP) dan mendukung Variabel Length Subnet Mask (VLSM).

Routing Information Protocol (RIP) memungkinkan sebuah perangkat untuk saling bertukar informasi tentang jaringan yang saling terhubung. RIP menghitung rute terbaik dalam meneruskan informasi dan perhitungan tersebut didasarkan pada banyaknya jumlah hop ke jaringan tujuan. RIP tidak akan menangani jumlah hop yang melebihi 15 hop. Apabila jaringan tujuan melebihi 15 hop maka jaringan dianggap jauh. (Adhikari, 2013). Update tabel routing pada protokol RIP dilakukan setelah interval waktu yang tetap, umumnya setelah setiap 90 detik. Setiap router akan menjaga tabel routing dengan mengirimkan update berkala untuk dapat berkomunikasi dengan tetangganya. (Singh, 2013).

Routing Information Protocol yang merupakan routing protokol dengan algoritma distance vector, yang menghitung jumlah hop sebagai routing metric. Jumlah maksimum dari hop yang diperbolehkan adalah 15 hop. Untuk menghindari loop routing, digunakan teknik split horizon with poison reverse. RIP merupakan routing protokol yang paling mudah untuk dikonfigurasi. RIP memiliki 3 versi yaitu :

Path Vector Protokol Distance Vector protokol BGP RIP Routing IGRP Link State Routing Protokol OSPF


(26)

1. RIPv1

Spesifikasi asli versi RIP yang pertama, didefinisikan dalam RFC 1058, classfull menggunakan routing. Update routing periodik pada versi ini tidak membawa informasi subnet kemudian kurang mendukung untuk Variable Length Subnet Mask (VLSM). Keterbatasan dari versi ini tidak dapat memiliki subnet berukuran berbeda dalam kelas jaringan yang sama. Dengan kata lain, semua subnet dalam kelas jaringan harus memiliki ukuran yang sama dan juga tidak ada dukungan untuk router otentikasi sehingga membuat versi ini rentan terhadap berbagai serangan.

2. RIPv2

Kekurangan yang terdapat di dalam spesifikasi RIP asli, RIP versi 2 (RIPv2) dikembangkan pada tahun 1993 dan standar terakhir pada tahun 1998. Kemampuan dari protokol RIP versi ini yaitu mampu membawa informasi subnet, sehingga mendukung Classless Inter-Domain Routing (CIDR) dan juga mendukung Variable Length Subnet Mask (VLSM). Untuk menjaga kompatibilitas, maka batas hop masih tetap sampai 15 hop. RIPv2 memiliki fasilitas yang sepenuhnya beroperasi dengan spesifikasi awal yaitu RIPv1. Upaya dalam menghindari terjadinya beban host yang tidak perlu dan host yang tidak berpartisipasi pada routing. RIPv2 dengan fiturnya akan me-multicast seluruh tabel routing ke semua tabel routing yang berdekatan. Di dalam protokol versi ini, pengalamatan menggunakan unicast masih boleh dipergunakan untuk aplikasi khusus.

3. RIPng

RIP Next Generation (RIPng), yang didefinisikan dalam RFC 2080, adalah perluasan dari RIPv2 untuk mendukung IPv6, generasi Internet Protocol


(27)

2.1.4. Kelebihan dan Kekurangan Routing Information Protokol

Kelebihan RIP adalah menggunakan metode Triggered Update yaitu memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut. Mengatur RIP

tidak begitu rumit dan memberikan hasil yang cukup untuk dapat diterima, terlebih jarang terjadi kegagalan koneksi jaringan.

Kekurangan RIP adalah protokol ini hanya dapat mengirim paket data atau informasi hanya sampai 15 hop, jika paket data atau informasi yang dikirim berada pada hop 16 maka router akan menganggap jaringan tujuan terlalu jauh.

2.2. Pemodelan Sistem

Pemodelan sistem adalah proses membangun atau membentuk sebuah model dari suatu sistem nyata dalam bahasa formal tertentu. Untuk memodelkan suatu sistem maka perlu diketahui gambaran permasalahan yang ada serta hubungan antar komponen, variabel dan parameter-parameter sistemnya. Agar dapat memodelkan suatu masalah yang rumit maka diperlukan suatu metode untuk menggambarkan suatu situasi. Rich picture

diagram adalah cara yang dapat digunakan untuk menggambarkan situasi tertentu.

Rich picture merupakan gambar kartun yang menggambarkan ke semua sistem yang rumit sehingga mudah dibaca dari berbagai sudut pandang dengan segala aspek yang terkandung pada saat itu guna menjadi referensi secara instant. Pembuatan Rich picture diagram merupakan rangkuman dari sebuah pemikiran panjang dan bukan pada awal observasi. Rich picture baik diagram maupun konsep bukanlah merupakan penjelasan mengenai sistem. Suatu sistem yang baku mengindikasikan adanya keterkaitan yang teratur dan tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan. Mengekspresikan sebuah masalah dalam bentuk rich picture diagram merupakan salah satu jalan menyimpulkan sebuah situasi

Pemodelan sistem secara umum ialah perencanaan, representasi, atau deskripsi yang bertujuan untuk menjelaskan suatu objek, sistem ataupun konsep yang akan dibuat. Definisi Model Menurut Everyday Sense dan Technical Sense Istilah “model”


(28)

pengertian sehari-hari (everyday sense) sampai technical sense. Contoh dari everyday sense, adalah seperti artis yang merupakan (foto) model yang mendapat peran untuk memamerkan model-model pakaian karya desainer terkenal. Model matematik ialah hanya salah satu jenis dari model dalam lingkup technical sense. Banyak aplikasi engineering untuk pemodelan didefinisikan sebagai representasi dari sistem. Representasi ini pun juga bermacam-macam mulai dari yang bersifat physical, pictorial,

verbal, schematic dan symbolic dimana:

1. Physical, yaitu dengan membuat scaleddown version dari sistem yang dipelajari (model pesawat, model kereta api).

2. Pictorial, yaitu representasi dengan gambar untuk menggambarkan konstruksi permukaan bumi seperti peta topografi dan bola dunia.

3. Verbal, yaitu representasi suatu sistem ke dalam kalimat verbal yang mengambarkan ukuran, bentuk dan karakteristik.

4. Schematic, yaitu representasi dalam bentuk skema figurative misalnya model rangkaian listrik, model Atom Bohr dan lain-lain.

5. Symbolic, yaitu representasi ke dalam symbol-simbol matematik dimana variable hasil karakterisasi proses atau sistem ke dalam variable formulasi menggunakan simbol-simbol matematik.

Peran pemodelan sistem sebagai bagian dari sistem pengambilan keputusan yang semakin banyak diaplikasikan untuk mendukung kegiatan enginering dan bisnis. (Zuhdi, 2007).

Pemodelan dan simulasi menyediakan infrastruktur penting untuk penelitian-penelitian dari berbagai masalah. Ilmu berbasis simulasi membantu seseorang untuk memahami dan kemudian menguasai fenomena alam. Rekayasa ini sangat penting untuk seorang insinyur dan juga penting untuk mengontrol sistem yang sudah direkayasa. (Oren, 2014).

2.3. IP Address dan Subnetting

IP address adalah sebuah pengalamatan setiap host/komputer di dalam sebuah jaringan. Pengalamatan tersebut berbentuk nomor unik yang berguna untuk menghubungkan


(29)

banyak komputer dalam jaringan sehingga dapat saling bertukar data dan informasi. IP address adalah sistem pengalamatan pada TCP/IP yang tersusun atas 32 Bit angka

Biner, angka yang hanya dapat bernilai 0 dan 1 seperti terlihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Pengalamatan IP Address 11000000101010000000101000000001

32 – bit (32 kombinasi angka 0 dan 1)

32 Bit angka tersebut dapat dituliskan dalam bentuk yang lebih dimengerti yakni dalam format bilangan desimal. Caranya adalah dengan membagi angka 32 Bit tersebut menjadi 4 bagian masing-masing 8 Bit. Setiap bagian disebut oktet. Seperti terlihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Pembagian IP Menjadi 8 bit

11000000 10101000 00001010 00000001

8 Bit 8 Bit 8 Bit 8 Bit

Jumlah IP address versi 4 sangat terbatas, apalagi jika harus memberikan alamat ke semua host di Internet. Oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi dalam penggunaan

IP address tersebut supaya dapat mengalamati semaksimal mungkin host yang ada dalam satu jaringan. Konsep subnetting dari IP address merupakan teknik yang umum digunakan di Internet untuk mengefisienkan alokasi IP address di dalam jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP address.

Subnetting merupakan proses memecah satu kelas IP address menjadi beberapa subnet dengan jumlah host yang lebih sedikit dan untuk menentukan batas network ID

di dalam satu subnet digunakan subnet mask. Seperti yang telah diketahui, bahwa selain menggunakan metode classfull untuk pembagian IP address, juga dapat menggunakan metode classless addressing (pengalamatan tanpa kelas) menggunakan notasi penulisan singkat dengan prefix. Metode ini merupakan metode pengalamatan IPv4 tingkat lanjut, digunakan karena ada kekhawatiran persediaan IPv4 berkelas tidak akan mencukupi kebutuhan sehingga diciptakan metode lain untuk memperbanyak persediaan IP address. Metode VLSM ataupun CIDR pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatasi kekurangan IP address dan dilakukannya pemecahan network ID guna mengatasi kekerungan IP address tersebut. Network address yang telah diberikan oleh lembaga


(30)

IANA jumlahnya sangat terbatas, biasanya suatu perusahaan baik instansi pemerintah, swasta maupun institusi pendidikan yang terkoneksi ke jaringan internet hanya memilik

network ID tidak lebih dari 5 - 7 network ID. (Sidin, 2010).

Subnetting adalah suatu metode untuk memperbanyak network ID di dalam jaringan. Fungsi diantaranya mengurangi lalu lintas jaringan, teroptimasinya unjuk kerja jaringan dan pengolahan yang disederhanakan. Subnetting membagi network yang besar ke dalam beberapa jaringan yang lebih kecil yang bertujuan untuk memberikan range alamat IP address setiap jaringan yang sudah terbagi. Perhitungan antara angka subnet dan host dalam sebuah subuah subnet mask dihitung dari binary mask satu (1) yang digunakan untuk menentukan jumlah subnet dan binary mask nol (0) digunakan untuk menghitung jumlah host. (Al-Zhakwani , 2014). Bentuk subnetting dapat diihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Subnetting

2.4. Desain Jaringan Komputer

Desain jaringan komputer ialah salah satu cara menggambarkan sebuah skema jaringan yang akan dibangun dan bagaimana cara mengkombinasikan tata letak jaringan yang baik untuk setiap perangkat jaringan. Dalam merancang jaringan diperlukan keterampilan untuk menggambarkan suatu lokasi tempat agar penempatannya secara fisik memenuhi kebutuhan. Jasa untuk para perancang desain jaringan komputer juga terbilang mahal dan jumlahnya juga sedikit.

Kebijakan yang diberikan router adalah mekanisme untuk mengontrol router lama dalam melihat perubahan rute antar router dan antar proses router yang sama. Router modern mendukung banyak bahasa untuk menentukan kebijakan routing dan


(31)

kompleksitas dalam sebuah desain routing pada jaringan sebagian besar juga dimasukkan ke dalam kebijakan ini. (Maltz, 2004).

Menurut sebagian besar buku pelajaran jaringan komputer, desain routing tidak lebih dari memilih dan mengkonfigurasi Internet Gateway Protokol(IGP) seperti OSPF, RIP dan pada semua router atau pengaturan satu atau lebih router. Operator jaringan secara konsisten menilai desain routing sebagai salah satu tugas yang paling menantang. Secara singkat memecah bagian desain routing dengan dua dimensi struktural, masing-masing terbuat dari blok logis bangunan yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi sumber-sumber umum secara kompleksitas dengan mengekspos pilihan desain paling utama (Sun, 2012).

Dalam membangun jaringan sebuah desain adalah titik awal permulaan dalam mengerjakan sebuah proyek pembangunan jaringan, sebab dari desain inilah acuan perancang jaringan dalam membangun jaringan. Jika desain jaringan tidak baik, maka kemungkinan ke depannya dalam membangun jaringan akan mengalami kesulitan karena pada bagian desain rancangan sudah tidak benar, tetapi apabila desain rancangan jaringan yang dibangun dan dirancang dengan baik maka pada saat membangun jaringan kemungkinan hanya akan mendapatkan sedikit masalah bahkan tidak menemukan kesalahan.

Fungsi dari desain jaringan ini ialah menempatkan perangkat jaringan pada posisi yang sudah ditentukan letaknya. Misalkan jaringan host pada router satu (1) menyimpan jaringan host sebanyak 5 (lima) jaringan. Lalu, misalkan mendesain perangkat untuk menghubungkan koneksi antara router 1 (satu) dengan router 2 (dua) maka di dalam desain rancangan digambarkanlah koneksi kedua router. Dari desain skema jaringan itu si perancang akan mendapatkan panduan bagaimana dan dimana letak router berada dan router mana saja yang saling terhubung.

2.5. Teknik Penelitian Terdahulu

Fu-Min Chang bersama rekan-rekannya melakukan penelitian tentang bagaimana mengatur ruang lingkup tentang alokasi IP address dalam sebuah jaringan LAN. Terutama dalam hal pengalokasian biasanya ditangani oleh administrator yang berpengalaman, sehingga dalam penelitian ini Fu-Min Chang bersama rekan-rekanya melakukan penerapan dan perancangan tentang adaptif IP address dalam lingkup


(32)

alokasi alamat IP address yang effisien dan otomatis dalam lingkungan jaringan komputer.

Pada tahun 2015, Ming Liu bersama rekan-rekannya mengembangkan sebuah protokol routing yang didesain untuk mengimplementasikan sebuah Wireless Sensor Networks (WSNs) di dalam 6LoWPAN. Namun penelitian ini tidak secara tepat dan efektif mempertahankan routing dan topologi jaringan maka untuk meningkatkan protokol dalam aspek interkoneksi ke jaringna dan 6LoWPAN, Ming Liu bersama rekan-rekannya merancang dan memodifikasi alamat tabel routing untuk menyimpan node dan agar dapat mengakses 6LoWPAN.

Pada tahun 2013, Sarbjeet Kaur Brar menjelaskan tetang konsep Routing Information Protocol dalam jaringan area lokal dan penggunaan protokol dalam memberikan stabilitas jaringan yang besar beserta kecepatan beradaptasi dalam meyusuri jaringan dengan cepat dalam mengirim paket data. Simulasi diuji coba dan hasil eksperimen disajikan menggunakan software OPNET. Hasilnya ditemukan bahwa protokol ini berguna diberbagai lapisan aplikasi.


(33)

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN

Bab ini secara garis besar membahas analisis metode rancangan routing, pengalokasian pengalamatan IP address di dalam jaringan dan tahap-tahap yang akan dilakukan dalam perancangan sistem yang akan dibangun.

3.1. Identifikasi Masalah

Komputer yang saling terhubung akan membentuk sebuah jaringan diantaranya Local Area Network (LAN), Metropolitan Area Network (MAN), Wide Area Network

(WAN). Komputer yang terhubung akan melakukan pertukaran informasi antara satu komputer ke komputer lain di dalam sebuah jaringan. Jaringan-jaringan tersebut saling terhubung dan akan membentuk sebuah routing jaringan komputer. Setiap komputer yang terhubung ke dalam sebuah jaringan akan diberi sebuah alamat unik yang disebut dengan IP address. Pengalamatan IP address tidak semata-mata hanya menulis angka-angka ke dalam sebuah komputer melainkan harus melakukan perhitungan. Perhitungan tersebut meliputi pengalokasian dan pengalamatan jumlah host, subnet mask,

broadcast, dan gateway sebuah jaringan. Selain melakukan perhitungan IP address, perancangan skema jaringan sangatlah diperlukan untuk menentukan letak jaringan agar lebih mudah dalam melakukan pengalamatan dan pengalokasian IP address. Kenyataan yang terjadi bahwa dalam perancangan skema, pengalamatan dan pengalokasian IP address membutuhkan waktu yang cukup lama dan prosesnya yang rumit. Ditambah lagi hubungan antara komputer ataupun jaringan belum diketahui sudah terkoneksi dengan lancar. Oleh karena itu, diperlukanlah sebuah aplikasi untuk perancangan skema jaringan untuk routing pada jaringan berserta pengalokasian dan pengalamatan IP address yang dilakukan secara otomatis dan juga dapat melakukan pemodelan sistem untuk mengetahui koneksi antar jaringan.


(34)

3.2. Perancangan Sistem

3.2.1. General Architecture

General architecture rancangan routing pada jaringan dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. General architecture desain routing pada jaringan New Skema

Jaringan

Open File

Input Jumlah jaringan dan Router

Input Blok IP Address, Jumlah Host per Jaringan, Hubungan Jaringan ke

Router, Hubungan Router ke Router

Pilih File dari Internal Storage

Menghitung Jumlah Router

Mengatur Tata Letak Router, Letak Jaringan berdasarkan Router yang

dimodelkan Menggunakan Ikon Perangkat Komputer

Menghubungkan Jaringan ke Router dan menghubungkan

Router ke Router Membaca File

Skema jaringan

SKEMA JARINGAN ROUTING

Meyusun Jumlah Jaringan dari yang Terbesar sampai Terkecil

Meyusun Jumlah Jaringan dari yang Terbesar sampai Terkecil

Alokasi Jumlah Jaringan Beserta Pengalamatan IP Address

Proses Alokasi dan Pengalamatan


(35)

Arsitektur umum dari rancangan routing pada jaringan terdapat 3 tahapan yaitu input, proses, dan output. Adapun pada tahapan input, user/pengguna menginputkan sebuah blok IP address beserta prefixnya berdasarkan kelas IP address yang digunakan diantaranya kelas A, B, dan C. Jenis IP address yang digunakan ialah berjenis private. Setelah user menginputkan blok IP address, selanjutnya user menginputkan jumlah host untuk setiap jaringan. Jumlah jaringan dan router sebelumnya sudah ditentukan terlebih dahulu melalui form input jumlah jaringan dan unit router yang ingin digunakan sesuai kebutuhan. Setelah semua field input terisi selanjutnya program akan melakukan proses pengalokasian dan pengalamatan IP address beserta proses pemodelan perangkat jaringan. Proses yang pertama yang dilakukan oleh program yaitu melakukan pengalokasian IP address berdasarkan jumlah host yang disebut dengan istilah

subnetting. Alokasi IP address yang pertama sekali diproses adalah alokasi IP address

yang memiliki jumlah host terbesar sampai terkecil. Dalam menentukan jumlah nilai host yang terbesar sampai terkecil, program melakukan penyusunan jumlah host dengan melakukan pertukaran nilai yang disebut dengan swap dan kemudian meyusun jumlah nilai host dari yang terbesar sampai terkecil. Setelah blok IP address sudah dialokasikan ke semua jaringan maka program akan melanjutkan proses yang kedua yaitu melakukan pemodelan sistem routing pada jaringan. Dalam proses ini program melakukan penyusunan letak-letak perangkat jaringan, lalu program juga menghubungkan perangkat jaringan ke router dan menghubungkan router ke router agar jaringan dapat berkomunikasi dengan jaringan lain, sehingga seluruh jaringan yang dibangun akan terhubung satu sama lain.

Apabila jaringan sudah terhubung dan sudah terbentuk model rancangan routing, maka selanjutnya program menampilkan hasil output berupa ikon-ikon perangkat jaringan yang ditampilkan dalam bentuk skema jaringan yang sudah saling terhubung dan dapat melakukan pengujian koneksi. Selain membuat skema jaringan routing yang baru, proses input juga dapat dilakukan melalui file yang berisi skema jaringan yang pernah dibangun sebelumnya menggunakan aplikasi ini. Adapun proses dalam menampilkan skema routing pada jaringan melalui file yang sudah disimpan yaitu dengan cara memilih dan membuka file skema jaringan. Selanjutnya program akan membaca dan memproses file skema yang dipilih dan output yang dihasilkan berupa tampilan skema jaringan yang diambil dari dalam file tersebut.


(36)

3.2.2. Flowchart

Flowchart pada sistem rancangan routing pada jaringan dapat dilihat pada gambar 3.2.


(37)

Dari gambar 3.2. dapat dijelaskan bahwa di dalam sistem terdapat dua pilihan yaitu membuat rancangan routing pada jaringan yang baru atau melakukan modifikasi jaringan yang sudah pernah dibangun sebelumnya dengan cara membuka file jaringan yang sudah dibuat. Pilihan pertama yaitu apabila ingin membuat suatu rancangan baru maka hal yang dilakukan user adalah menginputkan range IP address, jumlah host, hubungan router ke router dan hubungan jaringan ke router. Ketika selesai melakukan penginputan maka data yang baru saja diinputkan akan diproses dan setelah diproses maka data tersebut diperiksa apakah sudah benar atau tidak, jika sudah benar maka tampilan skema jaringan akan ditampilkan. Selanjutnya dalam pilihan kedua user hanya memilih file skema jaringan yang sudah pernah dibangun sebelumya dengan cara mengambil file dari penyimpanan internal komputer dan program secara otomatis langsung memproses file yang dipilih dan kemudian menampilkan isi dari file.

3.2.3. Pseudocode pengalokasian IP address

Adapun bentuk dari pseudocode pengaloasian IP address

Function proses()

For(i = 0; i < nilaiHost.lenght; i++)

If nilaiHost[i] > totalHost or totalHost == 0 then i += 1000 // Menghentikan perulangan else if nilaiHost[i] == totalHost

totalHost -= nilaiHost[i] else

temporer = nilaiHost[i]

alokasi(temporer, totalHost) // Melakukan pengalokasian Function alokasi(nilaiHost, totalHost)

For(j = 1; j <= 10; j++) If totalHost / 2 > nilaiHost then

temporerAlokasi = totalhost / 2

print (temporerAlokasi) // alokasu yang tidak terpakai totalHost = temporerAlokasi

else

print (nilaiHost) // alokasi yang terpakai

j += 1000 // Proses untuk menghentikan perulangan return totalHost -= nilaiHost


(38)

Dari pseduocode yang sudah dijabarkan dapat dijelaskan alur proses dari pengalokasian IP address berdasarkan VLSM menggunakan teknik subnettig. Program akan meyimpan nilai dari jumlah host per jaringan ke dalam sebuah array yang berinisial nilaiHost, kemudian total jumlah dari range IP address diberi inisial totalHost, proses pengalokasian berjalan ketika fungsi proses dijalankan, proses tersebut akan menjalankan perulangan yang bertujuan untuk mengambil nilai host satu per satu dari variabel nilaiHost yang bertipe array. Nilai dari array tersebut satu persatu diproses bersamaan dengan nilai totalHost, ketika perulangan sudah dijalankan program akan memeriksa apakah nilaiHost sama dengan totalHost apabila sama, maka program perulangan akan berhenti dan mencetak alokasi IP address yang hanya memiliki satu jaringan, tetapi apabila nilaiHost lebih kecil dari totalHost maka program akan menjalankan fungsi alokasi IP address. Di dalam fungsi alokasi, selanjutnya program akan menjalankan perulangan kembali sebanyak sepuluh kali perulangan. Fungsinya untuk mengalokasikan IP address apabila nilaiHost lebih kecil dari totalHost.

Fungsi alokasi yang dijalankan akan memproses nilaiHost dengan cara memeriksa apakah totalHost bila dibagi dua akan bernilai lebih besar dari nilaiHost, apabila hasilnya lebih besar maka program akan mengalokasikan IP address ke dalam alokasi yang tidak terpakai dan membagi nilai totalHost menjadi dua, namun apabila nilai totalHost lebih kecil atau sama dengan nilaiHost, maka progam akan mengalokasikan IP address ke dalam alokasi yang sudah terpakai dan perulangan diberhentikan kemudian nilai totalHost dikurangkan dengan nilaiHost yang dipakai sehingga fungsi proses alokasi selesai berjalan.

1.2.4. Use case diagram

Use case diagram merupakan pemodelan untuk kelakuan (behavior) sistem informasi yang akan dibuat. Use case mendeskripsikan sebuah interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem informasi yang akan dibuat (Shalahuddin, 2011). Gambar 3.3. menggambarkan use case diagram pada skema jaringan.


(39)

Gambar 3.3 Use Skema Jaringan

1.2.5. Use case Specification

Use case spesifikasi merupakan perkembangan atau deskripsi dari use case diagram untuk setiap use case. Berikut ini adalah use case specification pada bagian skema jaringan yang akan dibangun berdasarkan use case diagram pada gambar 3.3.

Edit Jaringan User

Save File

Tambah Router

Edit Hubungan Router ke

Router

Delete Perangkat

jaringan

Tambah Jaringan

Skema Jaringan


(40)

Tabel 3.1. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Save File

Tipe Use Case Penjelasan

Nama use case Save File

Aktor User

Deskripsi Use case ini digunakan oleh user menyimpan file skema jaringan ke dalam penyimpanan internal

Pre condition User harus memiliki skema jaringan untuk bisa menyimpan file.

Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh user

Basic flow 1. User mengklik menu save file.

2. Aplikasi akan menampilkan form direktori penyimpannan file.

3. Use case ini berakhir ketika skema telah selesai disimpan ke internal storage.

Alternative flow

-Post condition -

Limitations -

Tabel 3.2. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Edit Tambah Router

Tipe Use Case Penjelasan

Nama use case Tambah Router

Aktor User

Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk menambah perangkat router ke dalam skema jaringan.

Pre condition User harus memiliki skema jaringan untuk bisa menambah router.

Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh User

Basic flow 1. User mengklik menu tambah router.

2. Aplikasi akan menampilkan form untuk menambahkah router yang berisi beberapa field.

3. Use case ini berakhir setelah router selesai ditampilkan ke dalam skema jaringan.


(41)

Alternative flow -

Post condition -

Limitations -

Tabel 3.3. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Tambah Jaringan

Tipe Use Case Penjelasan

Nama use case Tambah Jaringan

Aktor User

Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk menambah perangkat jaringan ke dalam skema jaringan

Pre condition User harus memiliki skema jaringan untuk bisa menambah jaringan.

Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh User

Basic flow 1. User mengklik menu tambah jaringan. 2. Aplikasi akan menampilkan form untuk

menambah jaringan yang berisi beberapa field.

3. Use case ini berakhir setelah jaringan selesai ditampilkan ke dalam skema jaringan.

Alternative flow -

Post condition -

Limitations -

Tabel 3.4. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Hubungan Router ke Router

Tipe Use Case Penjelasan

Nama use case Hubungan router ke router

Aktor User

Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk mengedit hubungan router ke router di dalam skema jaringan

Pre condition User harus memiliki skema jaringan untuk bisa melakukan edit hubungan router ke router.


(42)

Basic flow 1. User mengklik menu edit hubungan router ke router.

2. Aplikasi akan menampilkan halaman form edit hubungnan router ke router yang berisi beberapa field.

3. Use case ini berakhir setelah hubungan antara router ke router sudah terhubung dan terjadi perubahan di dalam skema jaringan.

Alternative flow -Post condition -

Limitations -

Tabel 3.5. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Delete Perangkat

Tipe Use Case Penjelasan

Nama use case Delete Perangakat

Aktor User

Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk menghapus perangkat jaringan yang berada di dalam skema jaringan

Pre condition User harus memiliki skema jaringan untuk bisa menghapus perangkat jaringan.

Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh User

Basic flow 1. User mengklik menu delete perangkat jaringan.

2. Aplikasi akan menampilkan halaman form untuk menghapus perangkat jaringan.

3. Use case ini berakhir setelah perangkat jaringan berhasil dihapus di dalam skema jaringan.

Alternative flow -Post condition -


(43)

Tabel 3.6. Use Case Spesifikasi untuk Use Case Skema Jaringan

Tipe Use Case Penjelasan

Nama use case Skema jaringan

Aktor User

Deskripsi Use case ini digunakan untuk melihat tampilan skema jaringan

Pre condition User harus membuat skema jaringan baru atau membuka file yang sudah ada.

Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh User

Basic flow User pertama kali membuat desain skema jaringan baru atau membuka file skema jaringan yang sudah disimpan sebelumnya.

Alternative flow -

Post condition -Limitations -

3.3. Perencanaan rancangan routing pada jaringan

3.3.1. Deskirpsi model rancangan routing pada jaringan

Deskripsi model rancangan desain akan terbentuk dari sebuah hubungan antar router ke router dan hubungan antar jaringan ke router, sehingga dari hubungan perangkat tersebut akan terbentuk model skema routing pada jaringan. Skema routing jaringan akan menampilkan sebuah halaman yang terdiri dari tabel routing, IP address dan edit skema jaringan. Untuk mengetahui deskripsi pemodelan hubungan antar router ke router dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Model Hubungan Router ke Router

Router Awal Router Tujuan

1 2

2 3

4 3


(44)

Terlihat pada tabel 3.7 router satu (1) terhubung ke router dua (2), maka secara otomatis program akan mendeskripsikan hubungan tersebut menjadi sebuah model skema/gambaran dan menampilkannya ke dalam sebuah kanvas sampai pada posisi seluruh router sudah saling terhubung satu sama lain. Selanjutnya untuk mengetahui deskripsi pemodelan hubungan antara router dengan jaringan dapat dilihat pada tabel 3.8.

Tabel 3.8 Model Hubungan antara Router ke Jaringan

Router Jaringan

1 2

1 3

2 1

3 4

Keterangan dari tabel 3.8 memperlihatkan bahwa router satu (1) terhubung ke jaringan dua (2) dan tiga (3), router dua (2) terhubung ke jaringan satu (1) dan terakhir router tiga (3) terhubung ke jaringan empat (4). Secara otomatis aplikasi akan mendeskripsikan hubungan tersebut menjadi sebuah model skema/gambaran dan menampilkannya ke dalam sebuah kanvas sampai pada posisi seluruh router dan jaringan sudah saling terhubung.

3.3.2. Penentuan tata letak perangkat jaringan

Tata letak perangkat jaringan ini nantinya akan dijalankan oleh aplikasi pada saat perangkat sudah dimodelkan dalam bentuk ikon perangkat jaringan komputer. Dalam penentuannya, aplikasi akan menentukan router yang pertama kali diletakkan ke dalam kanvas ialah router satu (1), maka pada saat router satu (1) sudah dicetak ke dalam skema routing, selanjutnya aplikasi akan terus mencetak ikon router sebanyak unit router yang digunakan. Seperti terlihat pada gambar 3.4 unit router yang digunakan sebanyak tiga (3) perangkat.


(45)

Gambar 3.4. Tata Letak Router Berbentuk Lingkaran

Penetuan letak dari router ke dalam skema jaringan ditentukan oleh aplikasi dimulai dari router satu (1) yang berada pada diposisi kiri dan akan terus berlanjut sampai ke kanan dan kemudian kembali lagi ke kiri, sehingga akan terbentuk pola lingkaran. Kemudian untuk letak jaringan host, posisi jaringan akan mengikuti letak dimana posisi router berada.

3.3.3. Penentuan Blok IP Address

Dalam membangun sebuah jaringan, harus terlebih dahulu menentukan blok IP address. Penentuan blok IP address bertujuan untuk mengetahui IP network awal di dalam jaringan. Apabila setiap jaringan diberi jumlah host, maka dari blok IP address dapat ditentukan pengalokasian IP address per jaringan berdasarkan jumlah host. Pengalokasian alamat IP address menggunakan tipe VLSM yang memiliki keuntungan yaitu range IP address dapat ditentukan dengan melihat jumlah host seperti terlihat pada tabel 3.9.

Tabel 3.9. Penentuan IP VLSM Total Jumlah

Host

IP Network Range IP

500 192.168.0.0 192.168.1.1 – 192.168.2.254 1000 192.168.0.0 192.168.1.1 – 192.168.3.254 100 192.168.0.0 192.168.1.1 – 192.168.1.127 50 192.168.0.0 192.168.1.1 – 192.168.1.63

8 192.168.0.0 192.168.1.1 – 192.168.1.7

R1

R2


(46)

Misalkan total dari jumlah host adalah 500 host, maka jumlah blok IP address

yang dimiliki adalah 512 host. Total tersebut didapat dari hasil pemangkatan 2^9 = 512 dengan CIDR /23 dengan range IP address 192.168.1.1 – 192-168.2.254.

3.3.4. Penentuan jumlah host per jaringan

Penentuan jumlah host per jaringan tahap awal yang harus dilakukan, sebab dengan penentuan jumlah host, maka seorang perancang dapat mengetahui range IP address

untuk pengalokasisan IP address yang akan dialamatkan pada jaringan tersebut. Melalui jumlah host per jaringan, dapat pula ditentukan letak IP broadcast dan IP network beserta subnet mask seperti pada gambar 3.5.

Gambar 3.5. Jumlah Host

Penjelasan dari gambar 3.5 ialah sebuah jaringan yang memiliki jumlah host sebanyak 500 host. Nilai jumlah host yang sudah ditentukan, kemudian dicari nilai yang berdekatan dengan nilai host, maka nilai pendekatan yang terdekat adalah 2^9 = 512. Pendekatan nilai jumlah host didapat dari perpangkatan dua.

3.3.5. Menghubungkan perangkat jaringan ke router

Jaringan yang sudah dibangun, apabila ingin menghubungkan antar jaringan maka diperlukanlah sebuah router yang bertujuan menghubungkan dua atau beberapa jaringan. Menghubungkan jaringan ke router bertujuan agar setiap jaringan dapat berbagi data atau informasi sehingga data atau informasi dapat disalurkan ke luar jaringan.

Menentukan hubungan jaringan ke router biasanya tidak terbatas. Penentuan tersebut biasanya didasarkan pada jumlah jaringan yang terhubung ke router sesuai dengan kegunaan jaringan. Penentuan jaringan untuk setiap router dapat dilihat pada tabel 3.10.


(47)

Tabel 3.10. Hubungan jaringan dengan router

No. Router Jaringan

1 1 2,3,5

2 2 4,1

3 3 6

4 4 7

5 5 8,9

6 6 10

Pada tabel 3.10 terlihat bahwa jaringan dua (2), tiga (3) dan lima (5) terhubung ke router satu (1), jaringan empat (4) dan satu (1) terhubung ke router dua (2) sampai ke jaringan ke sepuluh (10) yang terhubung ke router enam (6).

3.3.6. Menghubungkan antar router ke router

Jaringan yang sudah terhubung ke salah satu router akan berbagi informasi dan data di dalam router itu sendiri, tetapi jaringan tersebut tidak dapat berkomunikasi dengan jaringan yang berada diluar router, agar jaringan yang terhubung ke salah satu router dapat bebagi informasi dengan jaringan yang berada di luar router maka setiap router harus dihubungkan ke router yang menyimpan jaringan tujuan, sehingga menjadi sebuah routing jaringan yang dapat berbagi informasi data lebih luas. Routing juga memiliki alamat unik seperti jaringan, tetapi pengalokasian IP address pada routing hanya sebatas kedua router yang saling terhubung seperti yang terlihat pada tabel 3.11.

Tabel 3.11. Hubungan Router ke Router

Router A Router T IP Address Subnet Mask

1 2 192.168.12.2 dan 192.168.12.3 255.255.255.254 2 3 192.168.14.2 dan 192.168.14.3 255.255.255.254 1 3 192.168.16.2 dan 192.168.16.3 255.255.255.254 2 4 192.168.18.2 dan 192.168.18.3 255.255.255.254 2 5 192.168.20.2 dan 192.168.20.3 255.255.255.254 3 5 192.168.22.2 dan 192.168.22.3 255.255.255.254 3 6 192.168.24.2 dan 192.168.24.3 255.255.255.254


(48)

Keterangan :

Router A : Router Awal untuk pengalokasian IP address

Router T : Router Tujuan untuk pengalokasian IP address

*Dalam table 3.11 terlihat dari router A ke router T saling terhubung satu sama lain atau sebaliknya dari router T ke router A.

Pada tabel 3.11 terlihat bahwa router A terhubung ke router T atau sebaliknya, dengan alokasi IP address sebesar empat (4) host dengan range IP address 192.168.12.0 - 192.168.12.3 dan memiliki nilai subnet mask 255.255.254. Nilai IP address untuk router A 192.168.12.2 dan nilai IP address router T 192.168.12.3.

3.3.7. Pengalamatan dan alokasi IP address

Pengalamatan dan pengalokasian IP address didapat melalui blok IP address. Pengalamatan dan pengalokasian IP address dilakukan pertama sekali pada jaringan yang memiliki jumlah host paling besar sampai yang paling kecil. Selanjutnya jaringan yang sudah dialokasikan dan diberi alamat IP address akan diblok melalui pemberian alamat subnet mask yang didapat berdasarkan jumlah host, sehingga IP address yang sudah dialokasikan tidak dapat digunakan dilain jaringan, sebab sudah dimiliki salah satu jaringan. Seperti terlihat pada tabel 3.12. yang menampilkan pengalamatan dan pengalokasian IP address berdasarkan jumlah host terbesar sampai terkecil.

Tabel 3.12. Pengalamatan dan Pengalokasia Alamat IP Address Jaringan Jumlah

Host

IP Address Broadcast Network Subnet Mask

2000 192.168.1.1 – 192.168.8.254

192.168.8.255 192.168.1.0 2555.255.248.0 1000 192.168.9.1 –

192.168.12. 254

192.168.9.255 192.168.9.0 2555.255.252.0

500 192.168.13.1 – 192.168.14.

254

192.168.14. 255

192.168.13.0 2555.255.254.0

128 192.168.15.1 – 192.168.15.

126

192.168.15. 127

192.168.15.0 2555.255.255.128

64 192.168.15.

129– 192.168.15. 190 192.168.15. 191 192.168.15. 128 2555.255.255.64


(49)

Tabel 3.13. Pegalamatan dan Pengalokasian IP Address Routing Router

A

Router T

Network IP Address Subnet Mask

1 2 192.168.15.192 192.168.12.3 dan 192.168.12.4

255.255.255.254 2 3 192.168.15.196 192.168.15.197 dan

192.168.15.198

255.255.255.254 1 3 192.168.15.200 192.168.15.201 dan

192.168.15.202

255.255.255.254 2 4 192.168.15.204 192.168.15.205 dan

192.168.15.206

255.255.255.254

Pada tabel 3.12 terlihat bahwa alokasi IP address yang pertama sekali dijalankan adalah nilai host paling banyak yaitu 2000 host, maka jaringan yang memiliki jumlah host 2000 akan mendapatkan nilai IP address pertama yaitu 192.168.1.0 sebagai IP network, 192.168.8.2 sampai 1921.168.8.254 sebagai IP address, 192.168.8.255 sebagai IP broadcast dan terakhir 255.255.248.0 sebagai subnet mask. Pengalokasian dan pengalamatan IP address terus akan bertambah sampai batas jumlah jaringan yang dialokasikan, penambahan IP address dapat dilihat pada jumlah host yang memiliki nilai 1000 host, terlihat nilai IP network pada jaringan tersebut meneruskan nilai IP broadcast pada jaringan sebelumnya sampai pada jaringan terakhir yang memiliki nilai host 64 dengan nilai IP network 192.168.15.128 dan IP broadcast 192.168.15.191. Setelah itu pada tabel 3.13 terlihat IP address pada jaringan routing juga meneruskan nilai IP address jaringan, sebab IP address routing berada pada satu range IP address

dengan jaringan, maka routing secara otomatis meneruskan nilai IP address jaringan, tetapi pengalamatan IP address routing dilakukan diakhir pengalamatan jaringan, karena nilai host yang berada pada routing hanya sedikit yaitu hanya empat (4) host. Adapun penambahan alamat IP address pada jaringan terlihat pada IP address routing yang terjadi dalam hubungan router satu (1) ke router dua (2) dengan nilai IP network

192.168.15.192 dan IP address masing-masing kedua router ialah 192.168.15.193 - 192.168.15.193. Pangalamatan akan terus bertambah sampai hubungan router dua (2) ke empat (4).


(50)

3.4. Peracanngan antarmuka sistem

Antarmuka dirancang untuk mempermudah gambaran-gambaran tampilan aplikasi dan rancangan untuk membantu dalam mendesain tampilan program. Antarmuka merupakan tampilan program yang akan digunakan oleh pengguna untuk dapat berkomunikasi dengan sistem. Berikut struktur menu-menu yang akan dirancang pada aplikasi rancangan routing pada jaringan komputer.

A. Home

Gambar 3.6. Rancangan Halaman Home

Gambar 3.6. adalah halaman yang akan tampil pada saat pertama kali membuka aplikasi. Pada halaman ini pengguna akan diperlihatkan halaman yang berisi tampilan background jaringan, pilihan menu panduan dan menu file yang terdiri dari new desain jaringan dan open file. Berikut adalah rincian elemen dari halaman home:

1. Kanvas 2. Background 3. Menu

File | Panduan New Desain Jaringan Open File

Background

1

2 3


(51)

B. Halaman new desain jaringan

Gambar 3.7. Rancangan halaman new desain jaringan

Gambar 3.7. adalah halaman untuk membuat rancangan jaringan baru. Halaman ini akan tampil ketika pengguna menekan tombol menu new desain jaringan. Pada halaman ini pengguna akan diperlihatkan sebuah tampilan yang berisi field-field yang terdiri dari field blok IP address, field jumlah host untuk setiap jaringan, field untuk menghubungkan router ke router dan terakhir field untuk menghubungkan jaringan ke router. Pada bagian field jaringan, aplikasi akan menampilkan beberapa field berdasarkan jumlah jaringan yang sudah diinputkan, dibagian hubungan router dengan jaringan juga demikian, aplikasi akan menampilkan field berdasarkan jumlah unit router yang digunakan. Berikut adalah rincian elemen dari halaman new desain jaringan:

1. Halaman konten 2. Field range IP address

3. Field Hubungan Router ke Router 4. Field Hubungan Jaringan host ke Router 5. Field Jumlah host tiap jaringan host

/23 Range IP

Jumlah host per jaringan

Router Jaringan

Router Router Ke

Generate IP

1 2

3 4


(52)

C. Halaman open file

Gambar 3.8. Rancangan halaman open file

Gambar 3.8. adalah halaman open file, halaman ini muncul ketika pengguna menekan tombol open file, ketika tombol tersebut ditekan maka tampilan berupa form akan muncul yang berisi direktori penyimpanan Hardisk, selanjutnya user memilih file yang sudah disimpan dan membukanya dengan menekan tombol Open yang terdapat pada halaman. Maka secara otomatis aplikasi akan membaca file dan membuka file tersebut. Berikut adalah rincian elemen dari halaman open file :

1. Konten Halaman 2. Direktori isi file

3. Tombol button untuk membuka

D. Halaman panduan

Gambar 3.9. Rancangan halaman panduan

OPEN

1 2

3

Halaman ini berisi tentang aplikasi dan bagaimana cara menggunakan aplikasi ini

CLOSE 1


(53)

Gambar 3.9. adalah halaman panduan, halaman ini muncul ketika pengguna menekan tombol panduan. Di dalam halaman panduan ini terdapat tulisan yang menceritakan tentang aplikasi dan bagaimana cara menggunakan aplikasi tersebut. Berikut adalah rincian elemen dari halaman panduan :

1. Halaman konten

2. Tombol button untuk menutup halaman

E. Halaman save file

Gambar 3.10. Rancangan halaman save file

Gambar 3.10. adalah halaman save file, halaman ini muncul ketika pengguna menekan tombol save file yang berada dihalaman skema jaringan, ketika tombol tersebut ditekan maka tampilan form akan muncul yang berisi direktori penyimpanan

Hardisk, selanjutnya user/pengguna memilih tempat untuk menyimpan file skema jaringan, selanjutya dengan menekan tombol save yang berada pada halaman tersebut maka secara otomatis aplikasi akan menulis file baru ke dalam Hardisk dan menyimpan file tersebut. Berikut adalah rincian elemen dari halaman save file :

1. Halaman konten 2. Direktori isi file

3. Tombol button untuk menyimpan

SAVE

1 2


(54)

F. Halaman edit hubungan router ke router

Gambar 3.11. Rancangan halaman edit hubungan router ke router

Gambar 3.11. adalah halaman edit hubungan router, halaman ini muncul ketika pengguna menekan tombol edit hubungan router yang berada dihalaman skema jaringan. Halaman ini akan memunculkan field-field router yang terhubung. Pada halaman tersebut pengguna dapat merubah hubungan router yang diinginkan untuk setiap router dan juga dapat menambahkan field hubungan router dengan menekan tombol tambah field dan ketika selesai melakukan pengeditan hubungan router, terakhir pengguna menekan tombol selesai. Berikut adalah rincian elemen dari halaman edit hubungan router ke router :

1. Halaman konten

2. Field Hubungan router ke router

3. Tombol button untuk menyatakan perubahan isi data aplikasi Editing Hubungan Router

Router Router

SELESAI 1

2 3


(55)

G. Halaman edit hubungan jaringan ke router

Gambar 3.12. Rancangan halaman edit hubungan jaringan ke router

Gambar 3.12. adalah halaman edit hubungan jaringan ke router, halaman ini muncul ketika pengguna menekan tombol edit hubungan jaringan ke router yang berada dihalaman skema jaringan. Halaman ini akan menampilkan field-field router dan jaringan yang terhubung ke router tersebut. Pada halaman tersebut pengguna dapat menghubungkan jaringan baru ke router, apabila jaringan sudah ditambahkan sebelumnya, jika belum ditambah maka aplikasi tidak akan menampilkan field-field baru dan akan memunculkan pesan “tambahkan jaringan”. Dalam halaman ini pengguna tidak dapat menghapus field tetapi dapat merubah isi field, ketika selesai melakukan pengeditan hubungan jaringan ke router, terakhir pengguna menekan tombol selesai. Berikut adalah rincian elemen dari halaman edit hubungan jaringan ke router :

1. Halaman konten 2. Field Router 3. Field jaringan host

4. Tombol button untuk menyatakan perubahan isi data aplikasi Editing Hubungan Host Ke Router

Router Jaringan Host

SELESAI 1

2

3


(56)

H. Halaman tambah jaringan

Gambar 3.13. Ranacangan halaman tambah jaringan

Gambar 3.13. adalah halaman tambah jaringan, halaman ini akan tampil ketika pengguna menekan tombol tambah jaringan yang berada dihalaman skema jaringan. Halaman ini akan menampilkan form yang berisi field label untuk jaringan, jumlah host yang ingin digunakan, dan menghubungkan jaringan baru tersebut ke sebuah router dengan cara mengisi label router yang sudah ada. Ketika selesai melakukan pengisian field, terakhir pengguna menekan tombol selesai. Berikut adalah rincian elemen dari halaman tambah jaringan :

1. Halaman konten

2. Field label jaringan berupa angka

3. Field jumlah host yang diinginkan dan field hubungan jaringan ke router 4. Tombol button untuk menyatakan perubahan isi data aplikasi

Tambah Jaringan Host

Jaringan ke

SELESAI 1

2

3

4 Jumlah Host Terhubung ke router


(57)

I. Halaman delete perangkat

Gambar 3.14. Rancangan halaman delete perangkat

Gambar 3.14. adalah halaman delete perangakat, halaman ini berfungsi untuk menghapus perangkat yang berada di dalam skema jaringan. Melalui halaman ini user/pengguna dapat menghapus jaringan dan juga dapat menghapus router. Berikut adalah rincian elemen dari halaman delete perangkat :

1. Halaman konten

2. Field pilihan perangkat yang ingin dihapus. Label perangkat yang ingn dihapus berupa angka

3. Tombol button untuk menyatakan perubahan isi data aplikasi

J. Halaman save image

Gambar 3.15. Rancangan halaman save image

Gambar 3.15. adalah halaman save image, halaman ini berfungsi untuk melakukan penyimpanan file yang berupa gambar, yaitu hasil skema jaringan yang

Delete Perangkat jaringan

SELESAI PIlih Perangkat Jaringan atau router

1

2

3

SAVE IMAGE

1 2


(58)

sudah dibangun dapat disimpan menjadi format image yang berekstensi JPG. Berikut adalah rincian elemen dari halaman save image :

1. Halaman konten 2. Direktori isi file

3. Tombol button untuk menyimpan

K. Halaman tambah router

Gambar 3.16. Halaman tambah router

Gambar 3.16. adalah halaman tambah router, halaman ini berfungsi untuk melakukan penambahan unit router ke dalam skema jaringan. Ketika selesai melakukan pengisian field, terakhir pengguna menekan tombol tambah. Berikut adalah rincian elemen dari halaman tambah router :

1. Halaman konten

2. Field label router yang berisi angka 3. Tombol tambah router.

Unit router ke

Tambah 1

2


(59)

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN PENGUJUAN SISTEM

Bab ini akan membahas tentang implementasi rancangan routing pada jaringan komputer, pengalamatan dan pengalokasian IP address, serta penjelasan mengenai pengujian sistem yang telah dibangun.

4.1. Implementasi Sistem

4.1.1. Lingkungan Implementasi

Lingkungan implementasi yang dimaksud adalah spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada saat pengimplementasian sistem. Berikut ini merupakan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan.

1. Prosesor Intel® Core™ i7 – 2350M @2.30 GHz (2CPUs)

2. RAM 8 GB 3. Hardisk 320 GB 4. Mouse

5. Keyboard

6. Operating System Windows 8.1 7. Eclipse Juno

8. Database Mysql 9. Open Jdk 7


(1)

Gambar 4.30. Tampilan buka file skema routing

Pada gambar 4.30. terlihat bahwa pengujian dilakukan untuk membuka file yang sudah disimpan sebelumnya dengan nama file skema.txt

Gambar 4.31. Tampilan skema routing dari file yang disimpan

Pada gambar 4.31. terlihat halaman skema jaringan yang ditampilkan melalui file yang baru saja dibuka. Selanjutnya tahapan terakhir dalam pengujian ini adalah


(2)

di direktori documents. Tampilan halaman simpan file skema jaringan dapat dilihat pada gambar 4.32.

Gambar 4.32. Tampilan simpan gambar skema routing

Kemudian hasil dari sketsa tampilan skema jaringan dalam bentuk gambar yang berekstensi file JPG dapat dilihat pada gambar 4.33.


(3)

4.3.2. Hasil Pengujian Aplikasi

Setelah menguji coba aplikasi dengan mengikuti rencana pengujian, hasil dari uji coba tersebut disimpan sebagai bukti bahwa aplikasi tersebut sudah berhasil melewati tahap uji coba.

Hasil pengujian yang didapat diantaranya :

1. Pengalokasian dan pengalamatan IP Address sesuai dengan ketentuan prosedur dalam pengalokasian dan pengalamatan IP Address seperti terlihat pada gambar 4.34.

2. Pengalokasian dan pengalaman IP Address dapat digambarkan dalam bentuk skema jaringan dan juga dapat melakukan pemodelan sistem untuk mengetahui koneksi antar jaringan.

3. Hasil skema jaringan dapat dikonversikan menjadi sebuah halaman gambar yang berekstensi JPG dengan tujuan agar nantinya dapat dicetak seperti terlihat pada gambar 4.33.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melewati tahap pengimplementasian dan pengujian terhadap sistem, maka terdapat beberapa kesimpulan yang ditemukan pada penelitian ini, yaitu :

1. Dengan melakukan pengalamatan dan pengalokasian IP address menggunakan subnetting berdasarkan VLSM, desain dan pemodelan sistem routing pada jaringan dapat dikerjakan dengan baik.

2. Pengalokasian dan pengalamatan IP address dengan menggunakan perhitungan berdasarkan VLSM dilakukan untuk membagi jaringan besar menjadi beberapa bagian jaringan kecil dengan cara memblok jaringan melalui subnet mask berdasarkan jumlah host tiap jaringan.

3. Skema jaringan yang sudah didesain mempermudah dan membantu administrator jaringan dalam membangun jaringan terutama dalam memecah jaringan besar menjadi beberapa jaringan kecil dengan cara subnetting.

5.2. Saran

Penulis ingin memberikan beberapa saran untuk penelitian dibidang rancangan routing selanjutnya, yaitu :

1. Mempertimbangkan untuk mengikutkan fitur otentikasi pada RIPv2. 2. Menggunakan range blok IP Address yang luas.


(5)

3. Pada saat perancangan jaringan komputer menggunakan Routing Information Protocol, tidak menutup kemungkinan bahwa protokol-protokol routing lainnya ikut dipertimbangkan khususnya dalam hal meneruskan paket data ke tujuan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adhikari, J.P,. 2012. Performance Analysis of Protocols RIP and EIGRP. International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering 2(5): 107 - 111. Al-Zhakwani, M.H.H., dkk., 2014. Automation Of Sub-Netting Problems Using

Mathematical Modeling and Simulation. International Journal Of Engineering Sciense Invention 3 (11): 27 - 36.

Brar, S.K., & Singh, A., 2013. Design And Implementation Of IPv4 Routing Information Protocol. International Journal of Research in Engineering & Technology 1(3) : 51 - 56.

Chang, F., dkk., 2007. Adaptive Management System for the Allocation of IP Address Scopes in Multi-Homing Network Environment. International Journal of Soft Computing 2 (2): 262 - 272.

Gaikward, S.P., & Patil, P., 2014. Routing Mechanism For The Improvement Of Network Throughput. International Journal of Advanced Research in Computer Science and Software Engineering 4(5): 423 - 426.

Hamza, F.A., & Mohammed, A.M., 2011. Performance Comparison Of Two Dynamic Protocols : RIP and OSPF. Journal of Emerging Trends in Computing and Information Sciences 2(10): 509 - 513.

Lakshmi, G.S., & Mani, A.G., 2014. Design and Verification Of Nine Port Network Router. International Journal of Engineering Research and General Science 2(3): 55 - 59.

Liu, M., dkk., 2014. Design and Optimization of Hierarchical Routing Protokol for 6LoWPAN. Internation Journal of Distributted Sensor Network (2015): 1 - 10. Maltz, D, A., dkk., 2004. Routing Design in Operational Networks : A Look from the

Inside. Network Architecture and Design. SIGCOMM’04 ACM.1.

Oren, T., 2014. Coupling Concepts For Simulation: A Systematic And Comprehensive View And Advantages With Declarative Models. International Journal of Modeling, Simulation, and Scientific Computing 5(2): 1 - 17.

Shalahuddin, M., & Rosa., 2001. Modul Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak (Terstruktur dan Berorientasi Objek). Bandung: Modula.

Sidin, U.S., 2010. Pemanfaatan Virtual Local Area Network (VLAN) Dan Penghematan Host Dengan Metode Variable Length Subnet Mask (VLSM). Media Elektrik 5(2).

Singh, J., & Mahajan, R., 2013. Simulation Based Comparative Study Of RIP, OSPF and EIGRP. International Journal of Advanced Research in Computer Science and Software Engineering 3(8): 285 - 288.

Sun, X., Rao, G, S., & Xie, G, G., 2012. Modeling Complexity of Enterprise Routing Design. Computer-Communication Network. CoNNEXT’12. ACM. 978.

Zuhdi, A., 2007. Peranan Pemodelan Sistem Dalam Pengambilan Keputusan Untuk Aplikasi Manufaktur dan Energi. Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir pp. 249 - 257.