Konfigurasi Routing Protocol Rip (Routing Information Protocol) Pada Jaringan Wide Area Network (Wan) Melalui Simulasi Dengan Packet Tracer 5.0

(1)

KONFIGURASI

ROUTING PROTOCOL

RIP (

ROUTING

INFORMATION PROTOCOL

) PADA JARINGAN

WIDE AREA

NETWORK

(WAN) MELALUI SIMULASI DENGAN PACKET

TRACER 5.0

O L E H

NIM : 050402050 ERISA MIRANDA SINAGA

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Routing protocol adalah aturan yang mempertukarkan informasi routing yang nantinya akan membentuk tabel routing. Semua routing protocol bertujuan mencari rute terbaik untuk mencapai tujuan. Routing Information Protocol (RIP) merupakan routing protocol yang efektif bagi jaringan yang kecil. RIP mempunyai beberapa versi yakni RIP versi 1 dan RIP versi 2. RIP versi 1 memiliki beberapa keterbatasan sehingga dikembangkan RIP versi 2 dengan fitur yang tidak dimiliki oleh RIP versi 1. Pada tugas akhir ini dilakukan simulasi konfigurasi routing protocol RIP versi 1 dan versi 2 pada jaringan Wide Area Network (WAN) menggunakan software Packet Tracer 5.0. Dari simulasi konfigurasi yang dilakukan dapat diperoleh gambaran dan cara mengkonfigurasi sistem routing protocol RIPv1 dan RIPv2 dan perbandingan fitur kedua versi routing protocol RIP tersebut.


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………..……...i

KATA PENGANTAR……….…….ii

DAFTAR ISI………...……….…...…..iv

DAFTAR GAMBAR………..……….….………ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………..1

1.2 Rumusan Masalah……….2

1.3 Tujuan Penulisan………...2

1.4 Batasan Masalah……….………...2

1.5 Metodologi Penulisan………..………..3

1.6 Sistematika Penulisan………..………..3

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model Referensi OSI……….………5

2.1.1 Lapis Aplikasi………....7


(4)

2.1.3 Lapis Sesi………..11

2.1.4 Lapis Transpor………..11

2.1.5 Lapis Jaringan………...12

2.1.6 Lapis Data……….12

2.1.7 Lapis Fisik……….14

2.2 Model Referensi TCP/IP versi DoD……….14

2.2.1 Protokol Lapis Proses/Aplikasi……….15

2.2.2 Protokol Lapis Host-to-Host……….18

2.2.3 Lapis Internet………19

2.3 Teknologi Jaringan Area Luas (WAN)………...21

2.3.1 Protokol WAN………...23

2.3.2 Pengkabelan WAN………24

2.4 Pengalamatan IP………25

2.4.1 Format Alamat IP………..26

2.4.2 Pengalamatan Jaringan………..26

2.4.2.1 Pengalamatan Kelas A………...28


(5)

2.4.2.3 Pengalamatan Kelas C………...29

2.5 Subnetting………..30

2.5.1 Subnet Mask………..31

2.6 Pengenalan Cisco IOS………...32

2.6.1 Mode Atau Tingkat Akses Dalam Cisco IOS………33

2.6.2 Perintah-perintah Status Router……….35

2.7 Routing IP………..35

2.7.1 Tabel Routing……….36

2.7.2 Dasar-dasar Routing………...37

2.7.3 Proses Routing IP………...38

2.8 Protokol Routing………46

2.8.1 Routing Statis……….46

2.8.2 Routing Default………..47

2.8.3 Routing Dinamis……….………...47

2.8.4 Administrative Distance (AD)………...49

BAB III ROUTING INFORMATION PROTOCOL (RIP) 3.1 Routing Information Protocol (RIP)………..….52


(6)

3.1.1 Routing Loop……….………..56

3.1.2 RIP Timers………...62

3.1.3 Format Pesan RIP (RIP Message)……….….63

3.1.4 Operasi RIP………65

3.1.4.1 Classful Routing……….67

3.1.4.2 Autosummarization………68

3.1.4.3 Passive Interface………68

3.2 RIP Versi 2……….69

3.2.1 Format Pesan RIPv2 (RIPv2 Message)………..70

3.2.2 Classless Routing Protocol……….72

3.2.3 Variable-Length Subnet Masking (VLSM)………72

3.2.4 Classless Inter-Domain Routing (CIDR)………...73

3.2.5 Authentication………74

BAB IVKONFIGURASI ROUTING PROTOCOL RIP (ROUTING INFORMATION PROTOCOL) PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK (WAN) MELALUI SIMULASI DENGAN PACKET TRACER 5.0 4.1 Simulasi Jaringan WAN (Wide Area Network)……….76


(7)

4.2 Langkah Konfigurasi Routing Protokol RIP pada Jaringan WAN (Wide

Area Network)………...…77

4.2.1 Konfigurasi Dasar Router………...79

4.2.2 Menon-aktifkan InterfaceyangTidakDigunakan…………...79

4.3 Pengujian Hasil Konfigurasi……….….….80

4.3.1 Tabel Routing………..…81

4.3.2 Tes Ping dan Telnet……….92

4.3.2.1 RIP Versi 1……….………92

4..3.2.2RIP Versi 2……….……96

4.3.3 CIDR……..……….99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….…….100

5.2 Saran………..………..……100

DAFTAR PUSTAKA………..………..……….101


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Dua Kelompok di Dalam OSI Layer 6

Gambar 2.2 : Model Referensi DoD dan OSI 15

Gambar 2.3 : Jenis-jenis Koneksi WAN 22

Gambar 2.4 : Routing IP menggunakan 2 host dan 1 router 38

Gambar 3.1 : Pinhole Congestion 54

Gambar 3.2 : Sebuah Internetwork Dengan Routing Distance-Vector 55

Gambar 3.3 : Tabel Routing yang Converged (terkumpul) 55

Gambar 3.4 : Contoh Routing Loop 57

Gambar 3.5 : Format Pesan RIPv1 63

Gambar 3.6 : Subnet Mask yang Default Untuk Kelas Alamat 67

Gambar 3.7 : Format Pesan RIPv2 70

Gambar 3.8 : Network Kelas C 73

Gambar 3.9 : Otentikasi Pesan pada RIPv2 74

Gambar 4.1 : Rancangan Jaringan WAN 76

Gambar 4.2 : Tampilan Topologi Jaringan Dengan Packet Tracer 5.0 80


(9)

Gambar 4.4 : Test Ping dan Telnet Dari WTC PC1 ke PC yang Lain 94 Gambar 4.5 : Test Ping dan Telnet Dari WTC PC2 ke PC yang Lain 95 Gambar 4.6 : Test Ping dan Telnet Dari Home PC ke PC yang Lain 96 Gambar 4.7 : Test Ping dan Telnet Dari WTC PC1 ke PC yang Lain 97 Gambar 4.8 : Test Ping dan Telnet Dari WTC PC2 ke PC yang Lain 98


(10)

ABSTRAK

Routing protocol adalah aturan yang mempertukarkan informasi routing yang nantinya akan membentuk tabel routing. Semua routing protocol bertujuan mencari rute terbaik untuk mencapai tujuan. Routing Information Protocol (RIP) merupakan routing protocol yang efektif bagi jaringan yang kecil. RIP mempunyai beberapa versi yakni RIP versi 1 dan RIP versi 2. RIP versi 1 memiliki beberapa keterbatasan sehingga dikembangkan RIP versi 2 dengan fitur yang tidak dimiliki oleh RIP versi 1. Pada tugas akhir ini dilakukan simulasi konfigurasi routing protocol RIP versi 1 dan versi 2 pada jaringan Wide Area Network (WAN) menggunakan software Packet Tracer 5.0. Dari simulasi konfigurasi yang dilakukan dapat diperoleh gambaran dan cara mengkonfigurasi sistem routing protocol RIPv1 dan RIPv2 dan perbandingan fitur kedua versi routing protocol RIP tersebut.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RIP (Routing Information Protocol) adalah salah satu protokol routing dinamik paling tua yang menggunakan algoritma distance vector yakni algoritma Bellman-Ford. Karena itu RIP merupakan jenis protokol routing distance vector yang digunakan oleh ribuan jaringan di dunia. Meskipun dilihat dari umurnya, namun RIP masih biasa digunakan dalam bagian khusus dari perangkat yang support RIP sebagai protokol. RIP sangat efektif pada jaringan yang kecil sampai menengah.

Terdapat 3 versi RIP yakni RIPv1, RIPv2, dan RIPng, tetapi hanya dua RIPv1 dan RIPv2 yang akan dibahas dalam tulisan ini. RIPv1 adalah versi awal yang masih memiliki banyak keterbatasan. Beberapa keterbatasan RIPv1 yaitu pengalamatan jaringannya masih memandang pengkelasan alamat IP. Tentu ini akan mempersulit dalam hal perancangan sebuah jaringan. Keterbatasan RIPv1 yang lain tentu akan dibahas dalam Tugas Akhir ini. Karena banyaknya keterbatasan dari RIPv1, maka pada tahun 1993 RIPv2 dikembangkan dengan tambahan fitur yang tidak dimiliki oleh RIPv1 namun tetap memiliki spesifikasi dasar yang sama dengan RIPv1. Pada RIPv2 memungkinkan pesan-pesan RIP membawa lebih banyak informasi.

Untuk membantu mempermudah dalam memahami konsep RIP dan perbandingan RIPv1 dengan RIPv2 maka pada Tugas Akhir ini akan dijelaskan pemodelan jaringan Wide Area Network (WAN) dengan RIP sebagai protokol routing-nya. Akan dilihat bagaimana perbandingan fasilitas antara RIPv1 dan RIPv2 pada konfigurasi jaringan WAN tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:


(12)

2. Bagaimana troubleshooting yang dilakukan atas masalah pada routing protocol RIPv1 dan RIPv2 meliputi proses ping dan telnet.

3. Bagaimana perbandingan fasilitas yang ditawarkan routing protocol RIPv1 dan RIPv2 pada Cisco router pada jaringan yang dirancang.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk menjelaskan prinsip kerja, konfigurasi routing protocol RIP dan perbandingan antara RIPv1 dan RIPv2 pada Cisco router melalui proses simulasi.

1.4 Pembatasan Masalah

Agar pembahasan lebih terarah, maka pembahasan dibatasi sebagai berikut : 1. Hanya membahas routing protocol RIPv1 dan RIPv2.

2. Hanya membahas perbedaan konfigurasi pada routing RIPv1 dan RIPv2 . 3. Tidak membahas proses pengiriman paket data pada jaringan yang dirancang. 4. Tidak membahas algoritma routing.

1.5 Metodologi Penulisan

Metode penulisan yang dilakukan pada penulisan tugas akhir ini adalah: 1. Studi literatur

Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan lain yang terkait serta dari layanan internet berupa jurnal-jurnal penelitian.

2. Simulasi

Melakukan konfigurasi jaringan Wide Area Network (WAN) menggunakan software Packet Tracer 5.0 dengan RIPv1 dan RIPv2 sebagai protokol routing-nya dan mensimulasikan hasil uji konfigurasi.


(13)

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memberikan gambaran mengenai tugas akhir ini, secara singkat dapat diuraikan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang konsep jaringan komputer, model referensi OSI dan TCP/IP, teknologi jaringan WAN, pengalamatan IP, subnetting, konsep routing dan routing protocol, dan Cisco router.

BAB III ROUTING INFORMATION PROTOCOL (RIP)

Bab ini berisi tentang konsep dan penjelasan Routing Information Protocol (RIP) dan program Packet Tracer 5.0

BAB IV SIMULASI KONFIGURASI ROUTING PROTOCOL RIP

(ROUTING INFORMATION PROTOCOL) PADA JARINGAN

WIDE AREA NETWORK (WAN)

Bab ini menampilkan konfigurasi jaringan WAN, konfigurasi routing protocol RIP versi 1 dan versi 2 pada jaringan WAN dan disertai simulasi melalui program Packet Tracer 5.0.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan-pembahasan sebelumnya.


(14)

BAB II DASAR TEORI 2.1 Model Referensi OSI

Ketika teknologi jaringan pertama muncul, sebuah komputer biasanya hanya dapat berkomunikasi dengan komputer lain yang berasal dari manufaktur yang sama. Model OSI dibuat untuk memecahkan masalah kompatibilitas device antar vendor dengan menyediakan standarisasi yang dapat digunakan oleh para vendor dalam membuat device, sehingga berbagai device yang berasal dari manufaktur yang berbeda tetap dapat saling mendukung (kompatibel).

Sebuah model referensi merupakan konsep yang menggambarkan bagaimana komunikasi seharusnya dilakukan. Model referensi mengidentifikasi semua proses yang dibutuhkan untuk melakukan komunikasi dan membaginya ke dalam kelompok secara logika yang disebut lapis. Model referensi OSI merupakan salah satu model referensi atau arsitektur jaringan yang utama. OSI menjelaskan bagaimana data dan informasi jaringan berkomunikasi dari sebuah aplikasi pada sebuah komputer melewati media jaringan ke aplikasi yang berada di komputer lain.

Tujuan utama dari setiap model referensi, khususnya model OSI adalah untuk mengijinkan berbagai macam device dari manufaktur yang berbeda dapat saling beroperasi. Keuntungan lainnya antara lain:

1. Membagi kompleksitas yang terdapat dalam jaringan.

2. Mendefinisikan standarisasi interface agar antara manufaktur dapat saling berintegrasi.

3. Perubahan yang terjadi pada suatu lapis tidak mempengaruhi semua lapis. Hal ini dapat mengijinkan pengembang mengambil spesialisasi dalam membangun sebuah aplikasi. Akibatnya akan mempercepat proses perkembangan suatu sistem.


(15)

Aplication Presentation

Session Transport

Network Data Link

Physical Upper layer

Lower layer

OSI terdiri dari tujuh lapis yang secara umum terbagi dalam dua kelompok, yakni upper layer (aplication layer) dan lower layer (data transport layer). Lapis yang tergolong dalam upper layer (lapis atas) mendefinisikan bagaimana aplikasi pada sebuah host akan berkomunikasi dengan user dan host lainnya. Sedangkan lower layer (lapis bawah) mendefinisikan bagaimana data terkirim dari satu host ke host lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1[1].

Gambar 2.1 Dua Kelompok di Dalam OSI Layer

Gambar 2.1 memperlihatkan ketiga lapis teratas (upper layer) dan empat lapis di bawahnya (lower layer). Pada upper layer terlihat bahwa pengguna berhubungan dengan komputer pada lapis aplikasi dimana lapis ini juga bertanggung jawab dalam komunikasi aplikasi antar host. Upper layer sama sekali tidak mengetahui masalah network atau pengalamatan network karena masalah ini ditangani oleh lower layer. Empat lapis di bawahnya (lower layer) bertugas mendefinisikan bagaimana data dilewatkan melalui switch dan router. Lower layer ini juga menentukan bagaimana membangun kembali arus data yang berasal dari sumber aplikasi ke aplikasi di host tujuan. Model referensi OSI terdiri dari dari tujuh lapis, antara lain:


(16)

2. Lapis presentasi 3. Lapis sesi 4. Lapis transport 5. Lapis jaringan 6. Lapis data 7. Lapis fisik 2.1.1 Lapis Aplikasi

Lapis aplikasi pada model OSI merupakan tempat dimana pengguna (user) berinteraksi dengan komputer. Lapis ini sebenarnya hanya berperan ketika dibutuhkan akses ke jaringan. Sebagai contoh Internet Explorer (IE). Tidak diperlukan komponen networking dari sistem seperti NIC, TCP/IP, dan sebagainya namun masih bisa menggunakan Internet Explorer untuk melihat dokumen lokal seperti HTML. Namun ketika harus melihat dokumen HTML yang diambil dari HTTP atau mengambil berkas dengan FTP, komponen-komponen di atas sangat diperlukan. Hal ini terjadi karena IE harus memberikan umpan balik terhadap permintaan tersebut dengan mencoba mengakses lapis aplikasi. Yang sebenarnya terjadi disini adalah lapis aplikasi bertindak sebagai interface antara program aplikasi yang sebenarnya, dimana program aplikasi itu sendiri tidak termasuk dalam struktur lapis, dengan lapis berikut dibawahnya. Ini dilakukan dengan menyediakan beberapa cara bagi aplikasi tersebut untuk mengirimkan informasi ke lapis bawah melalui susunan protokol tersebut. Dengan kata lain, IE tidaklah berada pada lapis aplikasi, tapi IE berfungsi sebagai interface dengan protokol lapis aplikasi ketika IE membutuhkan sumber daya remote.

Selain itu, lapis aplikasi juga bertanggung jawab untuk mengidentifikasikan dan memastikan keberadaan partner komunikasi yang dituju serta menentukan apakah sumber daya komunikasi yang dituju cukup tersedia.


(17)

Beberapa aplikasi internetworking untuk pertukaran informasi yang sudah berkembang pada masa ini antara lain:

1. World Wide Web (WWW)

World Wide Web (WWW) dapat menghubungkan server-server dalam jumlah yang begitu banyak dengan format data yang berbeda-beda. Dengan IE, Mozilla Firefox, maupun Netscape Navigator dapat digunakan untuk mengakses dan melihat website.

2. Email Gateway

Layanan serbaguna ini bisa menggunakan Simple Mail Transfer Protocol (SMTP) atau standar X.400 untuk mengirim pesan antar aplikasi yang berbeda.

3. Electronic Data Interchange (EDI)

Gabungan dari standar-standar dan proses khusus yang menyediakan aliran data seperti accounting, pengiriman/penerimaan, serta pelacakan order dan inventori perusahaan.

4. Special Interest Bulletin Board

Mencakup banyak tempat chat di internet di mana orang-orang bisa bertemu dan berkomunikasi dengan mengirimkan pesan atau mengadakan percakapan secara interaktif. Juga dipakai untuk sharing perangkat lunak public-domain. 5. Utility Navigation Internet

Mencakup aplikasi-aplikasi seperti Gopher dan WAIS serta aplikasi mesin pencari (search engine) seperti Google, Yahoo!, yang membantu pengguna mencari informasi yang mereka butuhkan di internet.


(18)

6. Layanan Transaksi Finansial

Layanan ini menargetkan komunitas finansial. Layanan ini mengumpulkan dan menjual informasi-informasi yang berkenaan dengan masalah investasi, market trading, komoditas, nilai tukar mata uang, dan data perkreditan kepada pelanggannya.

2.1.2 Lapis Presentasi

Lapis presentasi berfungsi untuk menyajikan data ke lapis aplikasi dan bertanggung jawab pada penerjemahan data dan format kode. Lapis ini pada dasarnya, adalah penerjemah dan melakukan fungsi pengkodean dan konversi. Teknik transfer data yang berhasil adalah dengan mengadaptasi data tersebut dalam format yang standar sebelum dikirimkan. Komputer dikonfigurasi untuk menerima format data yang standar untuk kemudian diubah kembali ke bentuka aslinya untuk dibaca oleh aplikasi yang bersangkutan (contohnya EBCDIC ke ASCII). Dengan menyediakan layanan penerjemah, lapis presentasi memastikan agar data yang berasal dari lapis aplikasi di satu komputer dapat dibaca oleh lapis aplikasi komputer yang lain.

OSI memiliki standar protokol yang mendefinisikan bagaimana format data yang standar. Tugas-tugas seperti kompresi, dekompresi, enkripsi dan dekripsi data, berhubungan dengan lapis ini. Beberapa standar lapis presentasi juga mencakup operasi multimedia.

2.1.3 Lapis Sesi

Lapis sesi bertanggung jawab untuk membentuk, mengelola, dan kemudian memutuskan sesi-sesi antarlapis-lapis presentasi. Lapis sesi juga menyediakan kontrol dialog antarperalatan atau titik jaringan (node). Lapis ini melakukan koordinasi komunikasi antarsistem-sistem dan mengorganisasi komunikasinya dengan menawarkan tiga metode berikut yaitu: simplex, half-duplex, dan full-duplex. Kesimpulannya, lapis sesi pada dasarnya menjaga terpisahnya data dari aplikasi yang satu dengan data dari aplikasi yang lain.


(19)

2.1.4 Lapis Transpor

Lapis transpor melakukan segmentasi dan menyatukan kembali data yang tersegmentasi tadi menjadi sebuah arus data. Layanan-layanan yang terdapat di lapis transpor melakukan baik segmentasi maupun penyatuan kembali data yang tersegmentasi tersebut (reassembling), dari aplikasi-aplikasi lapis atas dan menggabungkannya ke dalam arus data yang sama. Layanan-layanan ini menyediakan layanan transportasi data dari ujung ke ujung, dan dapat membuat sebuah koneksi logika antara host pengirim dan host tujuan pada sebuah internetworking.

Lapis transpor bertanggung jawab untuk menyediakan mekanisme multipleksing metode aplikasi-aplikasi lapis atas, membuat sesi, dan memutuskan rangkaian virtual. Lapis transport juga menyembunyikan detail-detail dari informasi yang bergantung pada jaringan, menyembunyikannya dari lapis yang lebih tinggi, dengan cara menyediakan transfer data yang transparan.

2.1.5 Lapis Jaringan

Lapis jaringan mengelola pengalamatan peralatan, melacak lokasi peralatan di jaringan, dan menentukan cara terbaik untuk memindahkan data, artinya lapis jaringan harus mengangkut lalu lintas antarperalatan yang tidak terhubung secara lokal. Router (yang adalah peralatan yang bekerja pada lapis ini) diatur di lapis jaringan dan menyediakan layanan routing dalam sebuah internetworking. Dua jenis data yang digunakan pada lapis jaringan antara lain:

1. Paket data

Digunakan untuk mengangkut data pengguna melewati internetwork. Protokol yang digunakan untuk mendukung lalu lintas data disebut routed protocols, contohnya adalah IP dan IPX.


(20)

2. Paket update route

Digunakan untuk melakukan update ke router terdekat tentang jaringan-jaringan yang terhubung ke semua router di internetwork. Protokol yang mengirimkan paket update route disebut routing protocols, contohnya adalah RIP, EIGRP, dan OSPF. Paket update route digunakan untuk membantu membuat dan mempertahankan routing table pada setiap router.

2.1.6 Lapis Data

Lapis data menyediakan transmisi fisik dari dari data dan menangani notifikasi kesalahan, topologi jaringan, dan flow control. Ini berarti lapis ini akan memastikan bahwa pesan-pesan akan terkirim melalui alat yang sesuai di LAN menggunakan alamat perangkat keras (hardware address), dan menerjemahkan pesan-pesan dari lapis jaringan menjadi bit-bit untuk dipindahkan oleh lapis fisik.

Lapis data melakukan format pada pesan-pesan atau data menjadi pecahan-pecahan, yang disebut data frame, dan menambahkan sebuah header yang terdiri dari alamat perangkat keras tujuan dan asal. Informasi tambahan ini membentuk semacam kapsul yang membungkus data asli. Lapis data memiliki dua sublapis yaitu:

1. Media Acces Control (MAC) 802.3

MAC mendefinisikan bagaimana paket ditempatkan di media. Ketentuan di sublapis MAC adalah “yang datang terlebih dahulu yang akan dilayani”, dimana setiap permintaan akan mendapatkan bandwidth yang sama. Pengalamatan fisik disini didefinisikan seperti topologi logikal. Topologi logikal adalah jalur sebenarnya yang dilalui oleh sinyal data, yang tentunya melalui sebuah topologi fisik.

2. Logical Link Control (LLC) 802.2

LLC bertanggung jawab untuk mengidentifikasi protokol-protokol lapis jaringan dan kemudian melakukan enkapsulasi terhadapnya. Header LLC memberitahukan ke lapis data tentang apa yang perlu dilakukan terhadap


(21)

paket, begitu frame diterima. Cara kerjanya adalah host akan menerima sebuah frame dan mencari ke dalam header LLC untuk mencari ke mana tujuan paket ini. LLC juga menyediakan flow contol dan pengurutan bit kontrol.

2.1.7 Lapis Fisik

Lapis fisik berkomunikasi langsung dengan berbagai jenis media komunikasi yang sesungguhnya. Berbagai jenis media yang berbeda merepresentasikan nilai bit dengan cara yang berbeda. Beberapa menggunakan nada audio, sementara yang lain menggunakan apa yang disebut state transition – yaitu perubahan tegangan listrik dari rendah ke tinggi dan sebaliknya.

Lapis fisik menentukan kebutuhan listrik, mekanis, prosedural, dan fungsional mengaktifkan, mempertahankan, dan menonaktifkan hubungan fisik antarsistem. Lapis ini juga sebagai tempat untuk mengidentifikasi interface antara DTE (Data Terminal Equipment) dengan DCE (Data Communication Equipment). 2.2 Model Referensi TCP/IP versi DoD

Transmission Control Protocol/Internet Protocol dibuat oleh Department of Defense (DoD) untuk memastikan dan menjaga integritas data sama seperti halnya menjaga situasi dalam situasi kekacauan perang. Jadi dengan desain dan implementasi yang benar, network TCP/IP bisa menjadi sangat fleksibel dan bisa diandalkan.

Model referensi DoD pada Gambar 2.2 merupakan salah satu arsitektur jaringan yang terdiri dari empat lapisan, yakni:

1. Lapis proses/aplikasi 2. Lapis host-to-host 3. Lapis internet 4. Lapis akses jaringan


(22)

Process/ Application

DoD Model

Application Presentation

Data Link Network

Access

Transport

Internet Network

Host-to-host

Session

Physical

OSI Model

Gambar 2.2 Model Referensi DOD dan OSI

Secara konsep model referensi DoD dan model referensi OSI hampir sama. Gambar 2.2 memperlihatkan perbandingan antara model DoD dan model referensi OSI[1]. Keduanya memiliki konsep yang sama tapi masing-masing mempunyai

jumlah lapis yang berbeda. Model DoD dan OSI mirip dalam desain dan konsep serta mempunyai persamaan fungsi dalam lapis yang sama.

2.2.1 Protokol Lapis Proses/Aplikasi

Aplikasi dan service lain yang umum digunakan pada network IP: 1. Telnet

Telnet adalah protokol yang menyediakan kemampuan bagi user untuk dapat mengakses resource di sebuah mesin (telnet server) dari mesin lain (telnet client) secara remote.

2. File Transfer Protocol (FTP)

FTP adalah protokol yang berfungsi mengirimkan file dari satu host ke host lain melalui jaringan.

3. Trivial File Transfer Protocol (TFTP)

TFTP adalah versi sederhana dari FTP. TFTP tidak mampu melakukan apa yang dapat dilakukan FTP. TFTP hanya mampu menghemat bagian data,


(23)

mengirim blok data yang jauh lebih kecil dibandingkan FTP, dan tidak ada proses autentikasi seperti FTP, oleh karena itu TFTP tidaklah aman.

4. Network File System (NFS)

NFS adalah protokol utama yang dikhususkan dalam file sharing (berbagi file). NFS memungkinkan dua tipe file sistem yang berbeda untuk saling bekerja sama.

5. Simple Mail Transfer Protocol (SMTP)

SMTP adalah protokol yang mengatur pengiriman email deengan metode pengiriman secara pool atau queue. Pada saat sebuah pesan telah dikirimkan ke sebuah tujuan, pesan tersebut akan di-spool ke sebuah alat- yang biasanya adalah sebuah hard disk.

6. Line Printer Daemon (LPD)

LPD adalah protokol yang mengatur mekanisme printer sharing (berbagi printer) dalam dalam suatu jaringan komputer. LPD, bersama dengan program Line Printer (LPR), memungkinkan tugas printer di-spool dan dikirim ke network printer melalui TCP/IP.

7. X Window

X Window dirancang untuk kebutuhan operasi client-server. Idenya adalah dengan memungkinkan program yang dinamakan client untuk berjalan di satu komputer dengan tampilan yang berasal dari server window pada komputer lainnya.

8. Simple Network Management Protocol (SNMP)

SNMP merupakan jenis protokol yang memberikan kemampuan untuk mengawasi dan mengatur peralatan-peralatan dalam jaringan komputer dengan mengumpulkan dan memanipulasi informasi network yang berharga. SNMP mengumpulkan data dengan cara menanyakannya ke alat-alat di


(24)

jaringan dari komputer manajemen dengan interval waktu yang tepat atau acak, dan membutuhkan alat-alat untuk memberikan informasinya.

9. Domain Name Service (DNS)

DNS menerjemahkan atau menguraikan nama host – khususnya nama internet. DNS memungkinkan menggunakan nama domain untuk menunjukkan alamat IP.

10. Dynamic Host Configuration (DHCP)

DHCP memberikan alamat IP ke host (komputer/alat network). DHCP mempermudah administrasi dan bisa bekerja dengan bagus pada lingungan network kecil sampai besar.

2.2.2 Protokol Lapis HosttoHost

Fungsi dari lapis host-to-host adalah menjamin integritas data, melindungi lapis atas aplikasi dan kompleksitas jaringan.. Dua protokol yang bekerja pada lapis ini adalah:

1. Transmission Control Protocol (TCP)

TCP merupakan protokol yang bersifat conection-oriented. TCP berfungsi mengubah serangkaian blok data menjadi segmen yang dinomori dan disusun secara berurutan supaya pada lokasi tujuan, protokol TCP bisa mengurutkannya kembali. Setelah segmen ini dikirim, TCP (pada host yang mengirim) menunggu tanda acknowledgement dari penerima yang berada pada ujung sesi sirkuit virtual, mentransfer ulang yang tidak mendapatkan umpan balik acknowledgement.

2. User Datagram Protocol (UDP)

UDP adalah model protokol yang ekonomis dan yang sudah disederhanakan dimana terkadang UDP disebut thin protocol. Tidak seperti TCP, UDP tidak


(25)

mengurutkan segmen dan tidak peduli dalam urutan bagaimana segmen sampai di tujuan.

2.2.3 Lapis Internet

Lapis internet berfungsi menangani pengiriman paket ke seluruh jaringan dan menangani sistem routing. Protokol yang bekerja pada lapis internet adalah:

1 Internet Protocol (IP)

Internet Protocol (IP) bisa dikatakan lapis internet. IP dapat mengetahui semua interkoneksi jaringan karena jangkauannya terhadap interkoneksi jaringan. IP dapat melakukan ini semua karena semua mesin di dalam jaringan mempunyai alamat software atau logikal yang disebut alamat IP. IP melihat alamat dari tiap paket kemudian dengan menggunakan routing table menentukan kemana selanjutnya paket itu dikirim melalui jalur yang terbaik (best path).

2. Internet Control Message Protocol (ICMP)

Internet Control Message Protocol (ICMP) bekerja pada layer network dan digunakan oleh IP untuk banyak layanan lain. ICMP adalah protokol manajemen dan layanan messaging yang disediakan untuk IP. Beberapa aktivitas dan pesan umum yang berhubungan dengan ICMP antara lain:

a. Destination Unreachable

Jika router tidak dapat mengirim sebuah IP datagram lagi, maka ICMP dapat dipakai untuk mengirim pesan kembali ke pengirim, memberitahu mengenai kondisi yang ada. Sebagai contoh, jika router menerima sebuah paket yang ditujukan ke network yang tidak diketahui oleh router, maka akan dikirim pesan “destination unreachable” kembali ke host pengirim.


(26)

b. Buffer Full

Jika memori buffer untuk menerima masukan datagram sebuah router penuh, akan digunakan ICMP untuk mengirim pesan tersebut sampai kepadatan (congestion) berkurang.

c. Hops

Setiap datagram ditujukan untuk melalui beberapa router, yang disebut hops. Jika datagram melewati limit dari hops sebelum tiba tujuan, maka router terakhir yang menerima datagram itu akan menghapusnya.

d. Ping

Ping (Packet Internet Groper) menggunakan pesan echo dari ICMP untuk mengecek koneksi fisik dan logik jaringan.

e. Traceroute

Traceroute menggunakan timeouts ICMP, yang digunakan untuk mencari rute perjalanan yang dilewati oleh paket dalam internetwork.

3. Adress Resolution Protocol (ARP)

ARP adalah protokol yang mencari alamat hardware dari host yang sudah diketahui alamat IP-nya. Cara kerja protokol ini adalah ketika IP mempunyai datagram untuk dikirim, informasi alamat hardware tujuan dari network lokal harus diberitahukan kepada protokol akses jaringan seperti Ethernet atau Token Ring. ARP akan digunakan untuk menemukan informasi alamat hardware tujuan jika pada ARP cache tidak ditemukan.

4. Reserve Address Resolution Protocol (RARP)

Ketika IP digunakan oleh mesin diskless (mesin tanpa menggunakan disk), tidak ada cara untuk mengetahui alamat IP-nya. Namun alamat MAC bisa diketahui. Reverse Address Resolution Protocol (RARP) dapat mengetahui identitas alamat IP untuk mesin diskless dengan cara mengirim paket yang


(27)

mengikutsertakan alamat MAC dan meminta alamat IP untuk alamat MAC tersebut. Mesin yang ditunjuk yang dinamakan RARP server, menjawab permintaan tersebut. RARP menggunakan informasi alamat mesin MAC yang diketahui untuk mempelajari alamat IP dan melengkapi identitas mesin.

2.3 Teknologi Jaringan Area Luas (WAN)

Wide Area Network (WAN) merupakan sistem jaringan yang menghubungkan antar jaringan LAN. Sistem jaringan WAN beroperasi dengan tidak dibatasi oleh masalah geografis. Dalam sistem jaringan WAN, kita dapat mengakses resources yang bukan milik kita sendiri. Agar dapat mengakses resources tersebut kita membutuhkan penyedia layanan jaringan WAN yang mampu menyediakan suatu jaringan WAN, misal jaringan telepon (PSTN). Itulah yang membedakan teknologi LAN dengan WAN, dimana untuk bisa menggunakan teknologi WAN kita harus menyewa fasilitas pihak penyedia layanan.

Teknologi jaringan WAN dapat menggunakan berbagai jenis koneksi yang berbeda. Koneksi-koneksi itu dapat dilihat pada Gambar 2.3[3].

Gambar 2.3 Jenis-jenis Koneksi WAN

Jenis- jenis koneksi WAN tersebut adalah:

1. Leased Line, yang disebut juga dengan istilah titik-ke-titik (point-to-point) atau koneksi dedicated. Koneksi leased-line tidak memerlukan proses call


(28)

setup terlebih dahulu ketika hendak mengirimkan data antar DTE. Mekanisme pengiriman pada koneksi ini dilakukan secara synchronous serial. 2. Circuit Switching yaitu jenis koneksi dimana prosedur call setup harus dilakukan terlebih dahulu sebelum pengiriman data. PSTN merupakan contoh sistem jaringan yang menerapkan koneksi circuit switching. Mekanisme pengiriman dapat dilakukan secara asynchronous serial.

3. Packet switching adalah metode switching WAN yang memungkinkan pengguna untuk berbagi bandwidth guna menghemat biaya. Teknologi ini merupakan pengembangan dari teknologi leased line. Mekanisme pengiriman pada koneksi ini dilakukan secara synchronous serial.

2.3.1 Protokol WAN

Saat ini terdapat beberapa jenis protokol yang digunakan untuk menyediakan mekanisme pengiriman data melalui jaringan WAN. Beberapa diantaranya adalah:

1. Frame Relay

Frame relay adalah sebuah teknologi packet-switched yang mendefinisikan proses pengiriman data melalui sebuah jaringan data publik, dengan spesifikasi lapis data link dan lapis fisik. Frame relay adalah penerus dari X.25 yang dulu banyak digunakan untuk melakukan kompensasi terhadap physical error. Frame relay dapat lebih efektif dari segi biaya dibandingkan sambungan pont-to-point, dapat berjalan pada kecepatan 64 Kbps dan dapat mencapai 45 Mbps. Frame relay menyediakan fungsi-fungsi tambahan untuk alokasi bandwidth dinamis dan pengendalian kongesti.

2. ISDN (Integrated Services Digital Network)

ISDN merupakan serangkaian protokol yang dapat membawa data dalam bentuk teks, suara, grafik, dan video secara simultan, serta didesain pada jaringan telepon publik. Pada ISDN, proses call setup dan transfer data lebih cepat dibandingkan oleh sambungan dial up.


(29)

3. LAPB (Link Acces Procedure Balanced)

LAPB diciptakan untuk menjadi sebuah protokol connection-oriented pada lapis data link untuk digunakan dengan X.25. LAPB juga dapat digunakan sebagai tranport data link yang sederhana.

4. HDLC (High-Level Data-Link Control)

HDLC dikembangkan dari Syncronous Data Link Control (SDLC) yang diciptakan ooeh IBM sebagai sebuah protokol koneksi data link.

5. PPP (Point-to-Point)

PPP merupakan protokol data link yang dapat digunakan pada media asynchronous serial. PPP pada dasarnya merupakan pengembangan dari protokol Serial Line Interface Protocol (SLIP), yakni sebuah protokol standar point to point yang menggunakan protokol TCP/IP.

6. ATM (Asyncronous Transfer Mode)

ATM diciptakan untuk lalu lintas data yang sensitif terhadap waktu, menyediakan transmisi suara, video, dan data yang serentak. ATM menggunakan cell yang panjangnya 53 byte .

2.3.2 Pengkabelan WAN

Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam menghubungkan jaringan WAN. Koneksi WAN yang umum digunakan adalah leased line yang dedicated yang menggunakan HDLC, PPP, ISDN, dan Frame Relay. Kecepatan rata-ratanya adalah 2,4 Kbps sampai 45 Mbps.

1. Transmisi Serial

Konektor serial WAN menggunakan transmisi serial, di mana bit data yang dikirimkan satu per satu melewati sebuah saluran tunggal. Konektor serial yang tersedia antara lain:


(30)

a. EIA/TIA-232 b. EIA/TIA-449

c. V.35 (digunakan untuk menghubungkan CSU/DSU) d. X.21 (digunakan di X.25)

e. EIA-530

2. Interface Fixed dan Modular

Beberapa router yang dijual Cisco memiliki interface yang tetap (fixed), sedangkan yang lain modular. Router yang fixed, misalnya seri 2500 namun router seri 1600, 1700, 2600, 3600, dan seri yang lebih tinggi sudah modular. 2.4 Pengalamatan IP

Alamat IP merupakan bilangan yang digunakan sebagai pengenal bagi tiap-tiap mesin yang berada pada jaringan IP. Pengalamatan IP digunakan untuk mengetahui lokasi spesifik dari alat di dalam sebuah jaringan. Alamat IP adalah alamat software yang terpatri ke dalam Network Interface Card (NIC) dan digunakan untuk menemukan host pada jaringan lokal. Pengalamatan IP didesain untuk memungkinkan sebuah host berkomunikasi dengan host lain pada jaringan yang berbeda, tanpa mempedulikan tipe dari LAN yang digunakan oleh host yang berpartisipasi.

2.4.1 Format Alamat IP

Alamat IP terdiri atas 32 bit informasi. Bit ini terbagi menjadi empat bagian, yang dikenal sebagai oktet atau byte, dimana masing-masing terdiri atas 1 byte (8bit). Pengalamatan IP dapat dilakukan dengan tiga metode, yakni:

a. Dotted-decimal, seperti 172.16.30.56


(31)

c. Heksadesimal, seperti AC.10.1E.38 2.4.2 Pengalamatan Jaringan

Alamat jaringan (yang juga bisa disebut sebagai nomor jaringan) memberikan identifikasi unik untuk setiap jaringan. Setiap mesin pada jaringan yang sama menggunakan alamat jaringan yang sama sebagai bagian dari alamat IP. Sebagai contoh, jika alamat IP adalah 172.16.30.56 maka alamat jaringannya adalah 172.16.

Alamat node memberikan identifikasi secara unik pada setiap mesin di dalam jaringan. Bagian dari alamat ini haruslah unik karena alamat node mengidentifikasikan sebuah mesin tertentu. Alamat node disebut juga dengan alamat host. Sebagai contoh, jika alamat IP adalah 172.16.30.56 maka alamat node adalah 30.56.

Membagi sebuah alamat IP menjadi alamat jaringan dan node ditentukan oleh kelas jaringan. Kelas jaringan terdiri atas tiga kelas yaitu:

1. Kelas jaringan A

Jaringan kelas A didefinisikan pada oktet pertama antara 0 dan 127, dan tidak bisa kurang atau lebih.

2. Kelas jaringan B

Jaringan kelas B didefinisikan pada oktet pertama antara 128 dan 191. 3. Kelas jaringan C

Jaringan kelas C diidentifikasikan pada oktet pertama antara 192 dan 223. 4. Kelas jaringan D dan E

Alamat diantara 244 dan 255 dicadangkan untuk jaringan kelas D dan E. Kelas D (range antara 224-239) digunakan sebagai alamat multicast dan kelas E (range antara 240-255) hanya digunakan untuk penelitian.


(32)

Ada beberapa alamat IP dicadangkan untuk kebutuhan khusus, jadi administrator jaringan tidak akan bisa memberikan alamat ini ke node. Beberapa alamat IP ini antara lain:

1. Alamat node semuanya 0 diartikan “alamat jaringan” atau semua host pada jaringan spesifik.

2. Alamat node semuanya 1 diartikan “semua node” pada jaringan spesifik; sebagai contoh, 128.2.255.255 artinya “semua node” pada jaringan 128.2 (alamat kelas B).

3. Seluruh alamat IP di set 0 digunakan oleh router Cisco untuk menunjukkan rute default.

4. Seluruh alamat IP di set 1 (sama dengan 255.255.255.255) berarti broadcast ke semua node pada current network (network yang sedang aktif). Terkadang disebut broadcast terbatas.

2.4.2.1 Pengalamatan Kelas A

Di dalam jaringan kelas A, byte pertama digunakan untuk menunjukkan alamat jaringan, dan tiga byte sisanya digunakan untuk alamat node. Formatnya adalah network.node.node.node. Sebagai contoh jika alamat IP adalah 49.22.102.70, maka angka 49 menunjukkan alamat jaringan, dan 22.102.70 menunjukkan alamat node.

Host ID kelas A yang Sah

Berikut ini contoh cara menentukan host ID yang sah dalam pengalamatan jaringan kelas A yaitu:

a. Semua bit host off, menunjukkan alamat jaringan:10.0.0.0

b. Semua bit host on, menunjukkan alamat broadcast:10.255.255.255

Maka host yang sah adalah host dengan angka diantara alamat jaringan dan alamat broadcast yaitu 10.0.0.1 sampai 10.255.255.254.


(33)

2.4.2.2 Pengalamatan Kelas B

Pada jaringan kelas B, dua byte pertama menunjukkan alamat jaringan dan dua byte selebihnya digunakan untuk alamat node. Formatnya yaitu: network.network.node.node.

Host ID Kelas B yang Sah

Berikut ini contoh cara menentukan host ID yang sah di dalam pengalamatan jaringan kelas B yaitu:

a. Semua bit host off, menunjukkan alamat jaringan: 172.16.0.0. b. Semua bit host on, menunjukkan alamat broadcast: 172.16.255.255.

Host yang sah host dengan angka di antara alamat jaringan dan broadcast: 172.16.0.1 sampai 172.16.255.254.

2.4.2.3 Pengalamatan Kelas C

Tiga byte pertama dari pengalamatan jaringan kelas C digunakan alamat jaringan, dengan hanya menyisakan satu byte kecil untuk alamat node. Formatnya yaitu: network.network.network.node.

Host ID Kelas C yang Sah

Berikut ini contoh cara menentukan host ID yang sah di dalam pengalamatan jaringan kelas C yaitu:

a. Semua bit host off, menunjukkan alamat jaringan: 192.168.100.0. b. Semua bit host on, menunjukkan alamat broadcast: 192.168.100.255

Host yang sah yaitu host dengan angka di antara alamat jaringan dan alamat broadcast: 192.168.100.1 sampai 192.168.100.254.


(34)

2.5 Subnetting

Subnetting merupakan sebuah teknik peminjaman bagian host untuk dijadikan bagian jaringan, yang berakibat memperbanyak jumlah subnet dan memperkecil jumlah host. Ada beberapa alasan untuk melakukan subnetting, yakni:

1. Mengurangi lalu lintas jaringan. Sebuah host agar dapat berkomunikasi dengan host yang memiliki alamat jaringan berbeda diperlukan sebuah router. Dengan router, semua lalu lintas akan tetap tinggal di jaringan lokal; hanya paket yang ditujukan untuk jaringan lain yang akan melalui router. 2. Teroptimasinya unjuk kerja jaringan. Ini adalah hasil dari berkurangnya lalu

lintas jaringan.

3. Menyederhanakan pengelolaan. Menjadi lebih mudah mengidentifikasi dan mengisolasi masalah-masalah di sebuah kumpulan jaringan-jaringan yang lebih kecil dan saling berhubungan.

4. Membantu pengembangan jaringan ke jarak geografis yang jauh. Dengan menghubungkan banyak jaringan yang lebih kecil akan membuat sistem lebih efisien.

Untuk membuat subnet dilakukan pengambilan bit-bit dari bagian host sebuah alamat IP dan me-reverse atau menyimpannya untuk mendefinisikan alamat subnet. Jadi semakin banyak jumlah subnet maka semakin sedikit jumlah bit yang tersedia untuk mendefinisikan host-host.

2.5.1 Subnet Mask

Agar perencanaan alamat subnet bekerja, semua mesin di jaringan harus tahu bagian mana dari alamat host yang akan digunakan sebagai alamat subnet. Ini dilakukan dengan menetapkan sebuah subnet mask untuk setiap mesin. Sebuah subnet mask adalah sebuah nilai 32-bit yang memungkinkan penerima paket IP membedakan bagian ID (identifikasi) jaringan dari sebuah alamat IP dengan bagian ID host dari alamat IP tersebut.


(35)

Administrator jaringan menciptakan sebuah subnet mask 32-bit yang terdiri dari bit 1 dan 0. Bit 1 di subnet mask mewakili posisi yang ditempati oleh alamat jaringan atau subnet tersebut. Tabel 2.1 memperlihatkan subnet mask yang default untuk kelas A, B dan C[3].

Tabel 2.1 Subnet Mask Default

Kelas Format Subnet Mask Default

A network.node.node.node 255.0.0.0 B network.network.node.node 255.255.0.0 C network.network.network.node 255.255.255.0

2.6 Pengenalan Cisco IOS

Cisco Internetwork Operating System (IOS) adalah kernel (inti) dari router Cisco dan sebagian besar switch. Kernel adalah bagian dasar yang tidak dapat dipisahkan dari sistem operasi yang mengalokasikan sumber daya dan mengatur seperti interface low-level hardware dan keamanan. Hampir semua router Cisco berjalan dengan IOS yang sama.

Cisco IOS diciptakan untuk memberikan layanan network dan memungkinkan aplikasi jaringan. Berikut ini adalah beberapa hal penting yang menjadi tanggung jawab IOS router Cisco antara lain:

1. Membawa protokol jaringan dan fungsinya.

2. Menghubungkan lalu lintas high-speed antarperalatan.

3. Menambahkan keamanan ke controll access dan menghentikan pemakaian jaringan oleh yang tidak berhak.


(36)

4. Menyediakan skalabilitas untuk kemudahan berkembangnya jaringan dan redundancy.

5. Menyediakan reabilitas jaringan untuk koneksi ke sumber daya jaringan (network resource).

2.6.1 Mode Atau Tingkat Akses Dalam Cisco IOS

Cisco IOS terdiri dari beberapa mode atau tingkat akses. Mode atau tingkat aksesnya antara lain:

1. User EXEC Mode

User EXEC mode merupakan mode Cisco IOS yang terluar. Mode ini ditandai dengan tanda:

Router>

Perintah-perintah yang terdapat dalam User EXEC mode sangat terbatas dan user cenderung hanya bisa menggunakan perintah-perintah untuk melakukan verifikasi, itupun tidak seluruhnya bisa dilakukan dari user mode. Untuk keluar dari user mode dapat dilakukan dengan perintah logout, seperti berikut:

Router>logout

2. Priviledge EXEC Mode

Mode priviledge memiliki lebih banyak perintah dibanding user mode. Semua perintah yang terdapat pada user mode dapat dilakukan dari priviledge mode. Priviledge mode dapat dimasuki lewat user mode dengan menggunakan perintah enable seperti berikut:

Router>

Router>enable Router#


(37)

Untuk keluar dari priviledge mode dapat dilakukan dengan perintah disable atau exit seperti berikut:

Router#disable Router>

3. Global Configuration Mode

Perintah-perintah yang terdapat dalam mode ini merupakan perintah konfigurasi umum yang berlaku untuk sebuah router. Mode ini dapat dimasuki dari priviledge mode dengan menggunakan perintah configure terminal seperti berikut:

Router#configure terminal Router(config)#

Untuk kembali ke mode priviledge dapat dilakukan dengan menjalankan perintah exit.

2.6.2 Perintah-perintah Status Router

Status router dapat dilihat dengan menggunakan perintah show. Beberapa perintah show yang biasa digunakan untuk verifikasi antara lain:

1. Show flash, digunakan untuk menampilkan nama file IOS yang terdapat di flash memory.

2. Show version, digunakan untuk menampilkan versi IOS yang sedang digunakan.

3. Show protocols, menampilkan protokol-protokol yang digunakan oleh router.

4. Show running-config, menampilkan isi konfigurasi yang sedang berjalan dan terdapat di RAM.


(38)

5. Show startup-config, menampilkan isi file konfigurasi cadangan yang terdapat di NVRAM. Isi dari startup-config sama dengan isi running-config jika isi running-config tidak mengalami perubahan.

6. Show ip route, menampilkan isi tabel routing.

7. Show interfaces, menampilkan status dari interface yang terdapat di router. 2.7 Routing IP

Routing IP adalah proses memindahkan paket dari satu jaringan ke jaringan lain menggunakan router-router.

2.7.1 Tabel Routing

Fungsi utama router adalah meneruskan paket ke network tujuannya, yakni alamat IP tujuan dari paket tersebut. Untuk melakukannya, maka router perlu mencari informasi routing yang tersimpan dalam tabel routing-nya. Tipe informasi yang ada pada tabel routing antara lain :

1. Direct route yang didapat dari interface yang terpasang.

2. Indirect route yang dapat dicapai melalui sebuah atau beberapa gateway.

3. Default route yang merupakan arah akhir apabila tidak bisa terhubung melalui direct maupun indirect route.

Tabel routing adalah sebuah catatan data dalam RAM untuk menyimpan informasi route tentang remote network dan network yang terhubung langsung (directly connected network). Tabel routing terdiri dari kumpulan network/next hop. Kumpulan tersebut memberitahu router bahwa network tujuan dapat dicapai secara optimal dengan mengirim paket ke router yang spesifik yang merupakan langkah selanjutnya dalam perjalanan ke tujuan akhir. Kumpulan next hop dapat juga menjadi exit interface ke tujuan akhir.


(39)

Kumpulan network/exit interface bisa juga merepresentasikan alamat network tujuan dari paket IP. Kumpulan tersebut terdapat dalam router network yang terhubung secara langsung.

Network yang terhubung langsung adalah network yang terpasang secara langsung ke satu dari interface router. Ketika interface router dikonfigurasi dengan alamat IP dan subnet mask, interface menjadi sebuah host dalam jaringan tersebut. Alamat network dan subnet mask dari interface, bersama dengan nomor dan tipe interface, memasuki tabel routing sebagai network yang terhubung langsung. Ketika router meneruskan paket kepada sebuah host, seperti sebuah web server, maka host tersebut berada pada network yang sama sebagai router network yang terhubung langsung.

2.7.2 Dasar-dasar Routing

Setelah terbentuk internetwork dengan mengkoneksikan WAN dan LAN ke sebuah router, maka perlu dilakukan konfigurasi alamat jaringan logikal seperti alamat IP untuk semua host pada internetwork sehingga mereka dapat berkomunikasi melalui internetwork tersebut.

Istilah routing digunakan untuk proses pengambilan sebuah paket dari sebuah alat dan mengirimkannya melalui jaringan ke alat lain di sebuah jaringan yang berbeda. Router tidak peduli dengan host, router hanya memperhatikan tentang jaringan dan jalur terbaik ke setiap jaringan. Alamat jaringan logikal dari host tujuan digunakan untuk menyampaikan paket ke sebuah jaringan melalui sebuah jaringan yang routed (jaringan yang terhubung ke satu atau beberapa jaringan melalui satu atau beberapa route), kemudian alamat hardware dari host digunakan untuk mengirimkan paket dari router ke host tujuan yang benar.

Router melakukan routing lalu lintas data ke semua jaringan dalam internetwork. Agar bisa dilakukan routing paket, maka sebuah router harus mengetahui hal-hal berikut:


(40)

2. Router-router tetangga, dimana sebuah router bisa mempelajari tentang network remote.

3. Route yang mungkin ke semua network remote. 4. Route terbaik untuk setiap network remote.

5. Bagaimana menjaga dan memverifikasi informasi routing.

Router mempelajari tentang network-network remote dari router-router tetangga atau dari seorang administrator. Router kemudian akan membuat sebuah tabel routing yang menggambarkan bagaimana menemukan network-network remote. Sebuah router hanya dapat mengirimkan paket-paket ke network yang sudah terdaftar pada tabel routing. Jika router menerima sebuah paket untuk sebuah network yang tidak terdaftar pada tabel routing, maka router akan membuangnya. 2.7.3 Proses Routing IP

Proses routing IP tidak berubah terhadap ukuran jaringan yang dimiliki. Sebagai contoh, pada Gambar 2.4 digambarkan langkah-langkah tentang apa yang terjadi jika Host_A ingin berkomunikasi dengan Host_B di sebuah jaringan yang berbeda[3].

Gambar 2.4 Routing IP menggunakan 2 host dan 1 router

Pada gambar di atas, seorang user di Host_A melakukan ping ke alamat IP Host_B dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Internet Control Message Protocol (ICMP) menciptakan sebuah payload (data) permintaan echo (dimana isinya hanya abjad di field data).

2. ICMP menyerahkan payload tersebut ke Internet Protocol (IP), yang lalu menciptakan sebuah paket. Paket ini paling sedikit berisi sebuah alamat asal


(41)

IP, sebuah alamat tujuan IP, dan sebuah field protokol. Semua ini memberitahukan kepada host penerima tentang kepada siapa host penerima harus menyerahkan payload ketika network tujuan telah dicapai. Pada gambar di atas, host menyerahkan payload kepada protokol ICMP.

3. Setelah paket dibuat, IP akan menentukan apakah alamat IP tujuan ada di network lokal atau network remote.

4. Karena IP menentukan bahwa ini adalah permintaan untuk network remote, maka paket perlu dikirimkan ke default gateway agar paket dapat di-route ke network remote. Registry di Windows dibaca untuk mencari default gateway yang telah dikonfigurasi.

5. Default gateway dari host 172.16.10.2 (Host_A) dikonfigurasi ke 172.16.10.1. Untuk dapat mengirimkan paket ini ke default gateway, harus diketahui dulu alamat hardware dari interfce Ethernet 0 dari router (yang dikonfigurasi dengan alamat IP 172.16.10.1). Itu dilakukan agar paket dapat diserahkan ke lapis data, lalu dienkapsulasi menjadi frame, dan dikirimkan ke interface router yang terhubung ke network 172.16.10.0. Host berkomunikasi hanya dengan alamat hardware pada LAN lokal. Agar Host_A dapat berkomunikasi dengan Host_B, maka Host_A harus mengirimkan paket ke alamat MAC (alamat hardware) dari default gateway di network lokal.

6. Setelah itu, cache ARP dicek untuk melihat apakah alamat IP dari default gateway sudah pernah di-resolved (diterjemahkan) ke sebuah alamat hardware. Jika sudah, paket tersebut akan diserahkan ke lapis data untuk dijadikan frame (alamat hardware dari host tujuan juga diserahkan bersama paket tersebut). Jika alamat hardware tidak tersedia di cache ARP dari host, sebuah broadcast ARP akan dikirimkan ke jaringan lokal untuk mencari alamat hardware dari Ethernet 0, dan host akan menyimpan (cache) alamat ini. Router juga akan melakukan cache alamat hardware dari Host_A di cache ARP nya.


(42)

7. Setelah paket dan alamat hardware tujuan diserahkan ke lapis data, maka driver LAN akan digunakan untuk menyediakan akses media melalui jenis LAN yang digunakan (pada contoh ini adalah Ethernet). Sebuah frame dibuat, dienkapsulasi dengan informasi pengendali. Di dalam frame ini alamat hardware dari host asal dan tujuan, dalam kasus ini juga ditambah dengan field Ethernet yang menggambarkan protokol lapis jaringan apa yang menyerahkan paket tersebut ke lapis data. Dalam kasus ini, protokol itu adalah IP. Pada akhir dari frame itu terdapat sebuah field bernama Frame Check Sequence (SFC) yang menjadi tempat penyimpanan dari hasil perhitungan Cyclic Redudancy Check (CRC).

8. Sebuah frame selesai dibuat , maka frame tersebut diserahkan ke lapis fisik untuk ditempatkan di media fisik (pada contoh ini adalah kabel twisted pair) dalam bentuk bit-bit yang dikirim satu per satu.

9. Semua alat di collision domain menerima bit-bit ini dan membuat frame dari bit-bit ini. Mereka masing-masing melakukan CRC dan mengecek jawaban di field FCS. Jika jawabannya tidak cocok, frame akan dibuang. Jika CRC cocok, maka alamat hardware tujuan akan dicek untuk melihat apakah alamat tersebut cocok juga (pada contoh ini, dicek apakah cocok dengan interface Ethernet 0 dari router). Jika alamat hardware cocok, maka field Ether-type dicek untuk mencari protokol yang digunakan di lapis jaringan.

10. Paket ditarik dari frame, dan apa yang tertinggal di frame akan dibuang. Paket lalu akan diserahkan ke protokol yang tercatat di field Ether-type (pada contoh ini adalah IP).

11. IP menerima paket dan mengecek alamat tujuan IP. Karena alamat tujuan dari paket tidak sesuai dengan semua alamat yang dikonfigurasi di router penerima itu sendiri, maka router penerima akan melihat pada alamat IP jaringan tujuan di tabel routing-nya.


(43)

12. Tabel routing harus memiliki sebuah entri di network 172.16.20.0, jika tidak paket akan dibuang dengan segera dan sebuah pesan ICMP akan dikirimkan kembali ke alat pengirim dengan sebuah pesan network tujuan tidak tercapai. 13. Jika router menemukan sebuah entri untuk network tujuan di tabelnya, paket

akan dialihkan ke interface keluar. Pada contoh, interface keluar ini interface Ethernet 1.

14. Router akan melakukan pengalihan paket ke buffer (memori sementara) Ethernet 1.

15. Buffer Ethernet 1 perlu mengetahui alamat hardware dari host tujuan dan pertama kali ia akan mengecek cache (catatan di memori) ARP-nya. Jika alamat hardware dari Host_B sudah ditemukan, maka paket dan alamat hardware tersebut akan diserahkan ke lapis data untuk dibuat menjadi frame. Jika alamat hardware tidak pernah diterjemahkan oleh ARP (sehingga tidak ada di cache ARP), router akan mengirimkan sebuah permintaan (request) ARP keluar dari interface E1 untuk mencari alamat hardware 172.16.20.0. Host_B melakukan respon dengan alamat hardware-nya, dan paket beserta alamat hardware tujuan akan dikirimkan ke lapis data untuk dijadikan frame. 16. Lapis data membuat sebuah frame dengan alamat hardware tujuan dan asal,

field Ether-type, dan field FCS di akhir dari frame. Frame diserahkan ke lapis fisik untuk dikirimkan keluar pada medium fisik dalam bentuk bit yang dikirimkan satu per satu.

17. Host_B menerima frame dan segera melakukan CRC. Jika hasil CRC sesuai dengan apa yang ada di field FCS, maka alamat hardware tujuan akan dicek. Jika alamat host juga cocok, field Ether-type akan dicek untuk menentukan protokol yang akan diserahi paket tersebut di lapis jaringan (pada contoh ini protokol tersebut adalah IP).

18. Di lapis jaringan , IP menerima paket tersebut dan mengecek alamat tujuan IP. Karena pada akhirnya ditemukan alamat yang cocok, field protokol akan


(44)

dicek untuk menemukan kepada protokol apa akan diserahkan payload tersebut.

19. Payload diserahkan ke ICMP, yang mengerti bahwa payload tersebut adalah sebuah permintaan echo. ICMP melakukan respon dengan segera membuang paket tersebut dan membuat sebuah payload baru sebagai jawaban echo tersebut.

20. Sebuah paket kemudian dibuat dengan memasukkan alamat asal dan tujuan, field protokol dan payload. Alat yang dituju sekarang adalah Host_A.

21. IP kemudian akan mengecek untuk melihat apakah alamat IP tujuan adalah sebuah alat di LAN lokal atau di sebuah network remote. Karena alat tujuan ada di sebuah network remote, paket perlu dikirimkan ke default gateway. 22. Alamat IP dari default gateway ditemukan di registry dari host yang

menggunakan Windows, dan cache ARP dicek untuk melihat apakah alamat hardware sudah diterjemahkan dari alamat IP tersebut.

23. Setelah alamat hardware dari default gateway ditemukan, paket dan alamat tujuan diserahkan ke lapis data untuk dijadikan frame.

24. Lapis data membuat frame dari paket tersebut dan memasukkan alamat hardware tujuan dan alamat hardware asal; field Ether-type dengan 0x800 (IP); dan field FCS dengan hasil CRC di dalam header.

25. Frame kemudian diserahkan ke lapis fisik untuk dikirimkan keluar melalui medium jaringan dalam bentuk bit-bit yang dikirim satu per satu.

26. Interface Ethernet 1 di router menerima bit-bit dan membuat sebuah frame dari bit-bit yang diterima tersebut. CRC dijalankan dan field FCS dicek untuk memastikan jawabannya cocok.

27. Setelah CRC ditemukan cocok, alamat hardware tujuan dicek. Karena interface router cocok, paket ditarik dari frame dan field Ether-type dicek


(45)

untuk melihat protokol apa di lapis jaringan yang akan dikirimi paket tersebut.

28. Protokol yang dikirimi paket ditentukan adalah IP, jadi IP mendapatkan paket tersebut. IP melakukan sebuah cek CRC pada header IP dulu dan kemudian alamat IP tujuan.

29. Dalam contoh ini, router tahu bagaimana mencapai network 172.16.10.0 sehingga interface keluar adalah Ethernet 0, maka paket akan dialihkan ke interface Ethernet 0.

30. Router mengecek cache ARP untuk menentukan apakah alamat hardware untuk 172.16.10.2 sudah pernah diterjemahkan.

31. Karena alamat hardware untuk 172.16.10.2 sudah disimpan pada perjalanan awal paket ke Host_B, maka alamat hardware dan paket bisa diserahkan ke lapis data.

32. Lapis data membuat sebuah frame dengan alamat hardware tujuan dan alamat hardware asal, dan kemudian meletakkan IP di field Ether-type. Sebuah CRC dijalankan pada frame dan hasilnya ditempatkan di field FCS. 33. Frame kemudian diserahkan ke lapis fisik untuk dikirimkan keluar pada

network lokal dalam bentuk bit-bit yang dikirimkan satu per satu.

34. Host tujuan menerima frame tersebut, menjalankan sebuah CRC, mengecek alamat hardware tujuan, dan melihat ke dalam field Ether-type untuk mencari kepada siapa akan diserahkan paket tersebut.

35. IP adalah penerima yang dipilih, dan setelah paket diserahkan ke IP di lapis jaringan maka IP akan mengecek field protokol untuk arah selanjutnya. IP menemukan instruksi untuk memberikan payload ke ICMP, dan ICMP menentukan bahwa paket ini adalah sebuah jawaban echo ICMP.

36. ICMP melakukan acknowledge (memberitahukan kepada pengirim bahwa ia telah menerima paket) dengan mengirimkan sebuah tanda seru (!) ke


(46)

interface user. ICMP lalu mencoba lalu mencoba mengirimkan empat buah permintaan echo lagi ke host tujuan.

2.8 Protokol Routing

Protokol routing bertujuan mencari jalan tersingkat untuk mencapai tujuan. Sebuah protokol routing digunakan oleh router untuk secara dinamis menemukan sebuah jaringan di sebuah internetwork dan memastikan bahwa semua router memiliki tabel routing yang sama. Ada beberapa cara untuk mengkonfigurasi tabel routing sehingga paket dapat diteruskan ke network lain. Dengan memahami jenis-jenis routing yang berbeda akan membantu mendapatkan solusi yang terbaik. Jenis-jenis routing tersebut adalah:

1. Routing statis 2. Routing default 3. Routing dinamis 2.8.1 Routing Statis

Routing statis terjadi jika penambahan route-route di tabel routing dari setiap router dilakukan secara manual. Routing statis memiliki keuntungan sebagai berikut:

1. Tidak ada overhead (waktu pemrosesan) pada CPU router, yang berarti dapat membeli router yang lebih murah.

2. Tidak ada bandwidth yang digunakan diantara router, yang berarti mungkin dapat menghemat uang untuk link WAN.

3. Routing statis menambah keamanan karena administrator dapat memilih untuk mengizinkan akses routing ke network tertentu saja.

Routing statis juga mempunyai kerugian-kerugian, yakni:

1. Administrator benar-benar harus memahami internetwork dan bagaimana setiap router dihubungkan untuk dapat mengkonfigurasi router dengan benar.


(47)

2. Jika sebuah network ditambahkan ke internetwork, maka administrator harus menambahkan sebuah route ke semua router secara manual.

3. Routing statis tidak sesuai untuk network-network yang besar karena menjaganya akan menjadi sebuah pekerjaan yang lama.

2.8.2 Routing Default

Routing default digunakan untuk mengirimkan paket-paket ke seluruh network tujuan yang remote yang tidak ada di tabel routing ke router hop berikutnya. Routing default hanya dapat digunakan pada network-network stub, yaitu network yang hanya memiliki satu jalur keluar (exit path) dari network itu.

Untuk mengkonfigurasi sebuah route default dapat digunakan wildcards di alamat network dan lokasi mask dari sebuah route statis. Bahkan sebenarnya sebuah route default dapat dianggap sebagai sebuah route statis yang menggunakan wildcards ketimbang informasi network dan mask.

2.8.3 Routing Dinamis

Protokol routing adalah gabungan dari proses, algoritma, dan pesan yang digunakan untuk pertukaran informasi dan mengisi tabel routing dengan jalur terbaik pilihan protokol routing. Satu dari keuntungan menggunakan protokol routing dinamis adalah bahwa router bertukar informasi routing bahkan ketika terjadi perubahan topologi. Pertukaran ini mengizinkan router secara otomatis mempelajari tentang network baru dan juga menemukan jalur alternatif ketika link ke network yang ada mengalami kegagalan.

Protokol routing dinamis membutuhkan lebih sedikit overhead administrative dibanding routing statis. Tapi bagaimanapun, biaya penggunaan protokol routing dinamis sebagian digunakan untuk operasi protokol termasuk waktu CPU dan bandwidth pada link network.


(48)

Untuk merepresentasikan jarak, routing dinamis menggunakan nilai metrik. Parameter-paramater yang biasa digunakan untuk menghasilkan sebuah nilai metrik, diantaranya adalah:

1. Hop count, berdasarkan pada banyaknya router yang dilewati.

2. Ticks, berdasarkan waktu yang diperlukan dengan satuan waktu ticks.

3. Cost, berdasarkan pada perbandingan sebuah nilai patokan standar dengan bandwidth yang tersedia.

Protokol routing dinamis dapat diklasifikasikan menjadi Interior Gateway Protocol (IGP) dan Exterior Gateway Protocol (EGP). Interior Gateway Protocol (IGP) dapat diklasifikasikan dalam tiga kelas, yakni:

1. Distance vector. Protokol distance-vector menemukan jalur terbaik ke sebuah network remote dengan menilai jarak. Setiap kali sebuah paket melalui sebuah router disebut sebagai sebuah hop. Route dengan hop yang paling sedikit ke network yang dituju, akan menjadi route yang terbaik. Vektor menunjukkan arah ke network remote. Baik RIP dan IGRP adalah protokol routing jenis distance vector. RIP dan IGRP mengirimkan semua tabel routing ke router-router tetangga yang terhubung secara langsung.

2. Link state. Pada protokol link-state atau yang disebut juga protokol shortest-path-first, setiap router akan menciptakan tiga buah tabel terpisah. Satu dari tabel ini mencatat perubahan dari jaringan-jaringan yang terhubung secara langsung, satu tabel lain menentukan topologi dari keseluruhan internetwork, dan tabel yang terakhir digunakan sebagai tabel routing. Router yang link-state mengetahui lebih banyak tentang internetwork dibandingkan semua jenis protokol routing yang distance vector. OSPF adalah sebuah routing protocol IP yang sepenuhnya link-state. Protokol link-state mengirimkan update-update yang berisi status dari link mereka sendiri ke semua router lain di internetwork.


(49)

3. Hybrid. Protokol hybrid menggunakan aspek-aspek dari protokol routing jenis distance-vector dan jenis link-state (sebagai contoh adalah EIGRP). 2.8.4 Administrative Distance (AD)

Administrative Distance (AD) digunakan untuk mengukur apa yang disebut dengan trustworthiness (ke-dapat dipercayaan) dari informasi routing yang diterima oleh sebuah router dari router tetangga. Sebuah administrative distance adalah sebuah bilangan bulat dari 0 sampai 255, dimana 0 adalah yang paling dapat dipercaya dan 255 berarti tidak ada lalu lintas data yang akan melalui router ini.

Jika sebuah router menerima dua update mengenai network remote yang sama, maka hal pertama yang dicek oleh router adalah AD. Jika satu dari route yang di-advertise (diumumkan oleh router lain) memiliki AD yang lebih rendah dari yang lain, maka route dengan AD terendah tersebut akan ditempatkan di tabel routing.

Jika kedua route yang di-advertise memiliki AD yang sama, maka yang disebut metric dari protokol routing (misalnya jumlah hop atau bandwidth dari sambungan ) akan digunakan untuk menemukan jalur terbaik ke network remote. Route yang di-advertised dengan metrik terendah akan ditempatkan di tabel routing. Tetapi jika kedua router memiliki AD dan metrik yang sama, maka protokol routing akan melakukan load-balance (pengimbangan beban) ke network remote (yang berarti router akan mengirimkan paket melalui kedua link yang memiliki AD dan metrik yang sama tersebut).

Administrative distance default yang digunakan oleh sebuah router Cisco untuk memutuskan route mana yang akan ditempuh menuju sebuah network remote diperlihatkan pada Tabel 2.2[3].


(50)

Tabel 2.2 Administrative Distance Default

Sumber Route AD Default

Interface yang terhubung langsung Route statis

EIGRP IGRP OSPF RIP

External EIGRP

Tidak diketahui (unknown)

0 1 90 100 110 120 170

255 (route ini tidak akan pernah digunakan)

Jika sebuah jaringan terhubung secara langsung, router akan selalu menggunakan interface yang terhubung ke jaringan itu. Jika seorang administrator mengkonfigurasi sebuah route statis, router akan lebih mempercayai route statis tersebut dibandingkan route dinamis yang dipelajari dari router lain. Administrative distance dapat diubah dari route statis, tetapi, secara default mereka memiliki AD 1.

Jika terdapat sebuah route statis, route yang diumumkan oleh RIP (RIP-advertised route), dan sebuah route yang diumumkan oleh IGRP (IGRP-(RIP-advertised route), maka secara default, router akan selalu menggunakan route statis kecuali jika mengubah AD dari route statis tersebut.


(51)

BAB III

ROUTING INFORMATION PROTOCOL (RIP)

3.1 Routing Information Protocol (RIP)

Routing protokol yang menggunakan algoritma distance vector, yaitu algoritma Bellman-Ford. Pertama kali dikenalkan pada tahun 1969 dan merupakan algoritma routing yang pertama pada ARPANET. Versi awal dari routing protokol ini dibuat oleh Xerox Parc’s PARC Universal Packet Internetworking dengan nama Gateway Internet Protocol. Kemudian diganti nama menjadi Routing Information Protocol (RIP) yang merupakan bagian Xerox Network Services.

RIP memiliki 3 versi:

1. RIP atau bisa juga disebut RIPv1, dimana menggunakan classful routing, tidak menggunakan subnet dan tidak mendukung Variable Length Subnet Mask (VLSM)

2. RIPv2 hadir sekitar tahun 1994, dengan memperbaiki kemampuan akan Classless Inter-Domain Routing (CIDR).

3. RIPng merupakan protokol RIP untuk IPv6.

Routing Information Protocol (RIP) merupakan protokol routing jenis distance-vector. Algoritma routing distance-vector mengirimkan isi tabel routing yang lengkap ke router-router tetangga, yang kemudian menggabungkan entri-entri di tabel routing yang diterima tersebut dengan tabel routing yang mereka miliki untuk melengkapi tabel routing tersebut. Cara ini disebut routing dengan rumor (informasi yang belum tentu benar), karena sebuah router yang menerima sebuah update dari sebuah router tetangga mempercayai informasi tentang network-network remote tanpa berusaha mencarinya sendiri.

Bila terjadi kasus seperti sebuah network yang memiliki banyak link ke network remote yang sama, maka administrative distance adalah yang dicek pertama


(52)

kali, jika AD sama maka protokol harus menggunakan metrik lain untuk menentukan jalur terbaik untuk digunakan mencapai network remote tersebut.

RIP mengirimkan tabel routing yang lengkap ke semua interface yang aktif setiap 30 detik. RIP hanya menggunakan jumlah hop untuk menentukan cara terbaik ke sebuah network remote, tetapi RIP secara default memiliki sebuah nilai jumlah hop maksimum yang diizinkan yaitu 15[3], yang berarti nilai 16 dianggap tidak

terjangkau. RIP bekerja dengan baik di network-network yang kecil, tetapi RIP tidak efisien pada network-network yang besar dengan link WAN yang lambat atau pada network-network yang memiliki sejumlah besar route terpasang.

Jika RIP menemukan lebih dari satu link ke network remote yang sama dengan jumlah hop yang sama, RIP akan secara otomatis melakukan metode load balancing yang disebut round–robin. RIP dapat melakukan load balancing sampai enam buah link yang mamiliki cost (AD dan metric) yang sama (default-nya adalah 4).

Namun, sebuah masalah dengan jenis metric routing seperti ini akan terjadi ketika dua link ke sebuah network remote memiliki bandwidth yang berbeda tetapi jumlah hop yang sama. Sebagai contoh pada Gambar 3.1, gambar menunjukkan dua link ke network remote 172.16.10.0[3].

Gambar 3.1 Pinhole Congestion

Karena network 172.16.30.0 adalah sebuah link T1 dengan bandwidth 1,544 Mbps dan network 172.16.20.0 adalah sebuah link 56K, maka yang diinginkan adalah router memilih T1 dibandingkan 56K. Tetapi karena jumlah hop adalah satu-satunya metrik yang digunakan pada routing RIP, maka kedua link tersebut akan


(53)

terlihat memiliki cost yang sama. Masalah tak terduga ini disebut dengan pinhole congestion.

Sangat penting untuk dipahami apa yang dilakukan oleh sebuah protokol routing distance-vector ketika ia mulai dijalankan. Pada Gambar 3.1, keempat router memulai hanya dengan tabel routing yang berisi network-network yang terhubung secara langsung saja. Setelah sebuah protokol routing jenis distance-vector dijalankan pada setiap router, tabel routing akan ter-update dengan semua informasi route yang dikumpulkan dari router-router tetangga.

Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2, setiap router memiliki tabel routing yang hanya berisi network yang terhubung secara langsung[3]. Setiap router

mengirimkan tabel routing yang lengkap ke setiap interface yang aktif. Tabel routing dari setiap router mencakup nomor network, interface exit, dan jumlah hop ke network.


(54)

Pada Gambar 3.3[3], tabel routing menjadi lengkap karena mereka mencakup

informasi tentang semua network di internetwork. Tabel routing yang sudah lengkap disebut converged (terkumpul atau sudah lengkap).

Gambar 3.3 Tabel Routing yang Konvergen

Ketika router-router sedang melakukan proses converging (mengumpulkan tabel routing), ada kemungkinan data tidak dilewatkan (karena kesibukan melakukan proses converging tersebut). Inilah sebabnya mengapa waktu convergence yang cepat adalah sebuah keunggulan yang penting. Akan tetapi, hal ini adalah salah satu masalah di RIP, karena RIP memiliki waktu convergence yang lambat.

Tabel routing di setiap router menyimpan informasi tentang nomor network remote, interface ke mana router akan mengirimkan paket-paket untuk mencapai network tersebut , dan jumlah hop atau metric ke network tersebut.

3.1.1 Routing Loop

Protokol routing jenis distance-vector mengikuti semua perubahan pada internetwork dengan melakukan broadcasting update routing yang periodis, dimana broadcast ini diarahkan keluar dari semua interface-nya yang aktif. Broadcast ini mencakup tabel routing yang lengkap. Hal ini dapat bekerja dengan baik tetapi mahal dalam hal proses CPU dan bandwidth link. Dan jika ada kejadian sebuah network


(55)

putus, masalah dapat terjadi. Ditambah lagi, convergence yang lambat dari protokol routing jenis distance-vector dapat berakibat pada tabel routing yang tidak konsisten yang disebut routing loop.

Routing loop dapat terjadi karena semua router tidak ter-update secara serentak atau tidak bersamaan. Berikut adalah sebuah contoh pada Gambar 3.4[3],

katakanlah interface ke network 5 gagal. Semua router mengetahui tentang network 5 dari router E. Router A, pada tabelnya memiliki sebuah jalur ke network 5 melalui router B.

Gambar 3.4 Contoh Routing Loop

Ketika network 5 gagal, router E memberitahu router C. Ini menyebabkan router C menghentikan routing ke network 5 melalui router E. Tetapi router A, B, dan D tidak tahu tentang gagalnya network 5 ini, sehingga router-router ini tetap mengirimkan informasi update keluar. Router C pada akhirnya akan mengirmkan update dari tabel routing-nya keluar dan menyebabkan router B menghentikan routing ke network 5, tetapi router A dan router D masih belum ter-update. Bagi router A dan D, network 5 masih tersedia melalui router B dengan metric 3.

Masalah terjadi ketika router A mengirimkan keluar sebuah pesan yang selalu dikirimkannya setiap 30 detik, yaitu yang kira-kira berbunyi, “Halo, saya masih disini – berikut adalah link-link yang saya ketahui”, dimana mencakup informasi tentang kemampuannya mencapai network 5 melalui router B. Ketika router B dan D menerima berita yang menyenangkan bahwa network 5 dapat dicapai dari router A, maka router-router ini akan mengirimkan informasi ke network lain bahwa network 5 masih tersedia melalui router A. Setiap paket yang ditujukan untuk network 5 akan pergi ke router A, lalu router B, dan karena tabel routing di B


(56)

ter-update dengan informasi bahwa network 5 dapat dicapai melalui router A, maka paket itu akan dikirimkannya kembali ke router A. Inilah yang disebut routing loop.

Ada beberapa mekanisme yang tersedia untuk menghindari routing loop khususnya pada protokol routing jenis distance vector. Mekanisme-mekanisme tersebut adalah:

1. Jumlah Hop Maksimum

Masalah routing loop yang baru saja digambarkan disebut counting to infinity (menghitung sampai tak terhingga) dan disebabkan oleh gosip dan informasi yang salah, yang dikomunikasikan dan disebarkan ke seluruh internetwork. Tanpa suatu jenis campur tangan, jumlah hop akan meningkat seacara terus-menerus setiap kali paket melalui sebuah router.

Satu cara untuk memecahkan masalah ini adalah dengan mendefinisikan sebuah jumlah hop maksimum. RIP mengizinkan sebuah jumlah hop sampai 15, jadi apapun yang memerlukan 16 hop akan dianggap tidak terjangkau (unreachable). Dengan kata lain, setelah sebuah loop yang terdiri dari 15 hop, network 5 akan dianggap down atau mati. Karena itu, jumlah hop maksimum akan mengendalikan berapa lama waktu yang diperlukan bagi sebuah entri tabel routing untuk menjadi tidak valid atau diragukan.

Meskipun ini sebuah solusi yang dapat dikerjakan, cara ini tidak dapat menghilangkan routing loop itu sendiri. Paket masih akan tetap berjalan di dalam loop , tetapi paket tersebut tidak akan berjalan terus tanpa pengecekan, mereka akan berputar-putar sebanyak 16 kali dan kemudian mati.

2. Split Horizon

Solusi lain untuk masalah routing loop adalah yang disebut split horizon. Hal ini mengurangi informasi routing yang salah dan mengurangi overhead (waktu pemrosesan) pada sebuah network yang distance-vector dengan cara menegakkan peraturan bahwa informasi routing tidak dapat dikirim kembali ke arah darimana informasi itu diterima.


(57)

Dengan kata lain, protokol routing membedakan dari interface mana sebuah route network dipelajari, dan segera setelah hal ini ditentukan, protokol routing tidak akan mengumumkan route tersebut kembali ke interface yang sama. Cara ini akan mencegah router A mengirimkan informasi update yang diterimanya dari router B kembali ke router B.

3. Route Poisoning

Cara lain untuk menghindari masalah-masalah yang disebabkan oleh update yang tidak konsisten dan menghentikan loop network adalah dengan apa yang disebut route poisoning atau meracuni route. Sebagai contoh, ketika network 5 mati, router E akan mengawali route poisoning dengan cara mengirimkan pengumuman bahwa network 5 memiliki jumlah hop 16 (tidak terjangkau). Poisoning pada route ke network 5 menjaga router C agar tidak menerima update yang tidak benar tentang route ke network 5. Ketika router C menerima sebuah route poisoning dari router E, router C akan mengirimkan sebuah update yang disebut poison reverse kembali ke router E. Ini memastikan agar semua route di segmen tersebut telah menerima informasi tentang route yang telah ‘diracuni’ itu (poisoned route).

Route poisoning dan split horizon menciptakan sebuah network distance-vector yang lebih tangguh dan dapat diandalkan dibandingkan dengan network yang tidak menggunakannya. Kedua teknik ini sangat baik dalam mencegah loop network.

4. Holddown

Sebuah holddown mencegah pesan update reguler untuk menggunakan kembali sebuah route yang hidup-mati atau terputus-putus (flapping). Biasanya, ini terjadi pada sebuah link serial yang kehilangan konektivitas atau terputus dan kemudian tersambung kembali. Jika tidak ada satu cara untuk menstabilkan link ini, network tidak akan pernah menjadi converge, dan


(58)

interface yang flapping tersebut dapat membuat seluruh internetwork menjadi down.

Holddown mencegah route-route dari perubahan yang terlalu cepat dengan memberitahukan waktu kepada route yang mati untuk hidup lagi atau agar network menjadi cukup stabil sebelum router mengubah route yang gagal tadi menjadi route terbaik berikutnya. Holddown juga memberitahukan router untuk membatasi, selama periode waktu tertentu, perubahan-perubahan yang mungkin mempengaruhi route-route yang baru saja dihapus. Hal ini mencegah agar route yang sudah tidak berfungsi tidak disimpan kembali sebelum waktunya di tabel routing router lain.

Ketika sebuah router menerima sebuah update dari router tetangga yang menunjukkan bahwa sebuah network yang sebelumnya bisa diakses menjadi tidak bekerja dan tidak bisa diakses, maka apa yang disebut holddown timer (pencatat waktu holddown) akan mulai bekerja. Jika sebuah update yang baru, tiba dari sebuah router tetangga dengan sebuah metric yang lebih baik daripada entri network yang asli, maka holddown akan dihapus dan data akan diewatkan. Tetapi jika sebuah update diterima dari router tetangga sebelum holddown timer tersebut habis, dan route itu memiliki metrik yang sama atau yang lebih rendah dari route sebelumnya, maka update itu akan dibiarkan dan holddown timer akan tetap berjalan. Hal ini akan memberikan lebih banyak waktu pada network untuk stabil sebelum mencoba melakukan converge (mengumpulkan tabel routing dari router lain).

Holddown menggunakan triggered updates (update yang dipicu), yang me-reset waktu dari holddown timer untuk memberitahu router tetangga tentang sebuah perubahan di network. Tidak seperti pesan update dari router tetangga, triggered updates menciptakan sebuah perubahan yang telah terdeteksi di internetwork.

Terdapat tiga kejadian dimana triggered updates akan me-reset holddown timer:


(1)

R_Int3(config-router)# version 2

R_Int3(config-router)# network 172.16.0.0 R_Int3(config-router)# no auto-summary R_Int3(config-router)# exit

Pada R5:

router> enable

router# configure terminal router(config)# hostname R_Int4 R_Int4(config)# line console 0

R_Int4(config-line)# password lunar_niji R_Int4(config-line)# login

R_Int4(config-line)# exit R_Int4(config)# line vty 0 4

R_Int4(config-line)# password lunar_niji R_Int4(config-line)# login

R_Int4(config-line)# exit

R_Int4(config)# no ip domain-lookup

R_Int4(config)# banner motd “Authorization acces restricted and employee only”

R_Int4(config)# enable secret lunar_niji R_Int4(config)# interface fa0/0


(2)

R_Int4(config-if)# no shutdown R_Int4(config-if)# exit

R_Int4(config)# interface fa0/1

R_Int4(config)# ip address 172.16.1.14 255.255.255.252 R_Int4(config)# no shutdown

R_Int4(config)# interface s0/0/0

R_Int4(config-if)# ip address 172.16.5.1 255.255.255.252 R_Int4(config-if)# no shutdown

R_Int4(config-if)# clock rate 64000 R_Int4(config-if)# exit

R_Int4(config)# router rip

R_Int4(config-router)# version 2

R_Int4(config-router)# network 172.16.0.0 R_Int4(config-router)# no auto-summary R_Int4(config-router)# exit

Pada R6:

router> enable

router# configure terminal router(config)# hostname R_Int5 R_Int5(config)# line console 0


(3)

R_Int5(config-line)# login R_Int5(config-line)# exit R_Int5(config)# line vty 0 4

R_Int5(config-line)# password lunar_niji R_Int5(config-line)# login

R_Int5(config-line)# exit

R_Int5(config)# no ip domain-lookup

R_Int5(config)# banner motd “Authorization acces restricted and employee only”

R_Int5(config)# enable secret lunar_niji R_Int5(config)# interface fa0/0

R_Int5(config-if)# ip address 172.16.5.9 255.255.255.248 R_Int5(config-if)# no shutdown

R_Int5(config-if)# exit

R_Int5(config)# interface s0/1/0

R_Int5(config-if)# ip address 172.16.5.2 255.255.255.252 R_Int5(config-if)# no shutdown

R_Int5(config-if)# clock rate 64000 R_Int5(config-if)# exit

R_Int5(config)# router rip

R_Int5(config-router)# version 2

R_Int5(config-router)# network 172.16.0.0 R_Int5(config-router)# no auto-summary


(4)

R_Int5(config-router)# exit

Pada R7:

router> enable

router# configure terminal router(config)# hostname R_WTC R_WTC(config)# line console 0

R_WTC(config-line)# password lunar_niji R_WTC(config-line)# login

R_WTC(config-line)# exit R_WTC(config)# line vty 0 4

R_WTC(config-line)# password lunar_niji R_WTC(config-line)# login

R_WTC(config-line)# exit

R_WTC(config)# no ip domain-lookup

R_WTC(config)# banner motd “Authorization acces restricted and employee only”

R_WTC(config)# enable secret lunar_niji R_WTC(config)# interface fa0/0

R_WTC(config-if)# ip address 172.16.6.1 255.255.255.0 R_WTC(config-if)# no shutdown

R_WTC(config-if)# exit


(5)

R_WTC(config-if)# ip address 172.16.7.1 255.255.255.0 R_WTC(config-if)# no shutdown

R_WTC(config-if)# exit

R_WTC(config)# interface s0/1/0

R_WTC(config-if)# ip address 172.16.3.2 255.255.255.252 R_WTC(config-if)# no shutdown

R_WTC(configrate-if)# clock rate 64000 R_WTC(config-if)# exit

R_WTC(config)# router rip

R_WTC(config-router)# version 2

R_WTC(config-router)# network 172.16.0.0 R_WTC(config-router)# no auto-summary R_WTC(config-router)# exit

Pada R8:

router> enable

router# configure terminal

router(config)# hostname R_Cisco R_Cisco(config)# line console 0

R_Cisco(config-line)# password lunar_niji R_Cisco(config-line)# login


(6)

R_Cisco(config)# line vty 0 4

R_Cisco(config-line)# password lunar_niji R_Cisco(config-line)# login

R_Cisco(config-line)# exit

R_Cisco(config)# no ip domain-lookup

R_Cisco(config)# banner motd “Authorization acces restricted and employee only”

R_Cisco(config)# enable secret lunar_niji R_Cisco(config)# interface fa0/0

R_Cisco(config-if)# ip address 172.16.4.17 255.255.255.240 R_Cisco(config-if)# no shutdown

R_Cisco(config-if)# exit

R_Cisco(config)# interface s0/1/0

R_Cisco(config-if)# ip address 172.16.4.2 255.255.255.252 R_Cisco(config-if)# no shutdown

R_Cisco(config-if)# clock rate 64000 R_Cisco(config-if)# exit

R_Cisco(config)# router rip

R_Cisco(config-router)# version 2

R_Cisco(config-router)# network 172.16.0.0 R_Cisco(config-router)# no auto-summary R_Cisco(config-router)# exit


Dokumen yang terkait

Analisis unjuk kerja perbandingan protokol routing Routing Information Protocol (RIP) dan Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP).

0 4 52

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer

0 1 16

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer

0 0 1

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer

0 0 5

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer

1 1 55

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer Chapter III V

0 0 34

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer

0 2 4

Analisis Kinerja Routing Dinamis Pada Topologi Ring Degan Teknik Rip (Routing Information Protocol) Dalam Jaringan Lan (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer

0 0 15

Perbandingan Kinerja Protocol Routing Open Shortest Path First (OSPF) dan Routing Information Protocol (RIP) Menggunakan Simulator Cisco Packet Tracer

0 1 7

Ruang Lingkup RIP (Routing Information Protocol)

0 0 33