Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal

(1)

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

PERBANDINGAN KADAR FERITIN SERUM

PADA PREEKLAMPSIA BERAT DAN

KEHAMILAN NORMAL

TESIS

OLEH :

SIMON P. SAING

0B

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP.H. ADAM MALIK – RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN


(2)

ii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM-5

Pembimbing : Dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG

Dr. Sarma N. Lumbanraja, SpOG. K

Penyanggah : Dr. Risman F. Kaban, SpOG

Dr. Aswar Aboet, SpOG

Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG. K

diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai keahlian dalam


(3)

iii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus,

berkat Kasih dan Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi.

Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak

kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar

harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam

menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

PERBANDINGAN KADAR FERITIN SERUM PADA PREEKLAMPSIA

BERAT DAN KEHAMILAN NORMAL ”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,

SpA.K dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof.

dr. Gontar Siregar, SpPD, KGEH, yang telah memberikan kesempatan

kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di

Fakultas Kedokteran USU Medan.


(4)

iv 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

2. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG.K, Ketua Departemen Obstetri dan

Ginekologi FK-USU Medan; dr. M. Rusda, SpOG, Sekretaris Departemen

Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. dr. M. Fauzie Sahil,

SpOG.K, Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

FK-USU Medan; dr. Deri Edianto, SpOG.K, Sekretaris Program Studi

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dan juga Prof.

dr. Djafar Siddik, SpOG.K, selaku Kepala Bagian Obstetri dan Ginekologi

pada saat saya diterima untuk mengikuti pendidikan spesialis di

Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. dr.

Hamonangan Hutapea, SpOG.K; Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung,

SpOG.K; Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG.K; Prof. dr. T.M.

Hanafiah, SpOG.K; Prof. dr. Budi R. Hadibroto, SpOG.K; dan Prof. dr.

Daulat H. Sibuea, SpOG.K; yang telah bersama-sama berkenan

menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di Departemen

Obstetri dan Ginekologi.

3. dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG dan dr. Sarma N Lumbanraja,

SpOG.K selaku pembimbing tesis saya, bersama dr. Risman F Kaban,

SpOG; dr. Aswar Aboet, SpOG ; dan Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG.K,

selaku penyanggah dan nara sumber yang penuh dengan kesabaran

telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing,

memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

4. dr. Herbert Sihite, SpOG, selaku pembimbing Referat Mini Fetomaternal

saya yang berjudul

”Cytomegalovirus Dalam Kehamilan”

; kepada dr.


(5)

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Yostoto B Kaban, SpOG selaku pembimbing Referat Mini Fertilitas

Endokrinologi dan Reproduksi saya yang berjudul

”Nyeri Pelvik”

dan

kepada dr. Deri Edianto, SpOG.K selaku pembimbing Referat Mini

Onkologi saya yang berjudul

”Penatalaksanaan Mual dan Muntah Pada

Pasien Kemoterapi”

.

5. Kepada Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, yang telah meluangkan waktu

dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis

ini.

6. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU

Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik

saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Yang Maha Pengasih

membalas budi baik guru-guru saya tersebut.

7. Sekretaris

Jenderal

Departemen Kesehatan RI, Kepala Kantor Wilayah

Departemen Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, atas ijin yang telah

diberikan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter

Spesialis Obstetri dan Ginekologi di FK-USU Medan.

8. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan

kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama

mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.


(6)

vi 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

9. Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Obstetri dan

Ginekologi RSU Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan

dan sarana kepada saya untuk bekerja selama mengikuti pendidikan di

Departemen Obstetri dan Ginekologi.

10. Direktur RS. PTPN II Tembakau Deli ; dr. Sofian Abdul Ilah, SpOG dan

dr. Nazaruddin Jaffar, SpOG.K ; beserta staf yang telah memberikan

kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja selama bertugas di

rumah sakit tersebut.

11. Direktur RSUD Penyabungan, Mandailing Natal beserta staf, yang telah

memberikan kesempatan kerja dan bantuan moril selama saya bertugas

di rumah sakit tersebut.

12. Ketua Departemen Anastesiologi dan Reanimasi FK USU Medan beserta

staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya

bertugas di departemen tersebut.

13. Ketua Departemen Patologi Anatomi FK-USU beserta staf, atas

kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di

departemen tersebut.

14. Kepada senior-senior saya, dr. Elida P Sidabutar, SpOG; dr. Alex M

Lumbanraja, SpOG; dr. Jeffry N Panjaitan, SpOG; dr. Ginda H. Siregar,

SpOG; dr. Rilie Ritonga, SpOG; dr. Adek N. Dayeng, SpOG; dr. Samson


(7)

vii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Chandra, SpOG; dr. Miranda Diza, SpOG ; dr. Ronny Ajartha, SpOG ; dr.

Wahyudi, SpOG; dr. Aswin Pranata, SpOG; dr. Maria Novita P, spOG; dr.

Rachma B Panjaitan, SpOG ; dr. David Leo Ginting, SpOG ; dr. Nismah

Situmorang, SpOG; dr. Hayu Lestari Haryono, SpOG; dr. Juni Hardi

Tarigan, SpOG; dr. Abdul Hadi dan dr. T. R. Iqbal; terimakasih banyak

atas segala bimbingan, bantuan dan dukungannya yang telah diberikan

selama ini.

15. Kepada dr. Jhon N Tambunan, SpOG; dr. Muara P Lubis, SpOG;

dr. Gotlieb P Sidabutar, SpOG; dr. Tomy, SpOG; dr. Sukhbir Singh;

dr. Mulda F Situmorang; dr. T.M Rizky; dr. Ferry Simatupang; dr. Dessy S

Hasibuan; dr. Yusmardi; dr. Dwi Faradina saya menyampaikan terima

kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan selama ini serta

kebersamaan kita selama pendidikan.

16. Rekan-rekan PPDS yang sangat baik, dr. Hendry A. Saputra; dr. Ulfah W.

Kesumah; dr. Hendri Ginting; dr. Benny J Marpaung ; dr. Andri Putranda

Aswar; dr. Boy R P Siregar; saya menyampaikan terima kasih atas

dukungan dan bantuan yang diberikan selama penelitian saya dan

kebersamaan kita selama masa pendidikan.

17. Tim jaga yang kompak, dr. Nur Aflah; dr. Ilham S. L; dr. M. Yusuf R; dr.

Yuri A; dr. Ulfah W. K; dr. Dani Ariani; terima kasih atas kebersamaan kita

selama ini, kenangan indah ini akan saya ingat selamanya.


(8)

viii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

18. Seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu, terima kasih atas kebersamaan, dorongan semangat dan doa

yang telah diberikan selama ini.

19. Dokter Muda, Bidan, Paramedis, karyawan / karyawati, serta para pasien

di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU / RSUP. H. Adam Malik –

RSUD. Dr. Pirngadi Medan yang daripadanya saya banyak memperoleh

pengetahuan baru, terima kasih atas kerja sama dan saling pengertian

yang diberikan kepada saya sehingga dapat sampai pada akhir program

pendidikan ini.


(9)

ix 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan

kepada kedua Orang Tua saya yang tersayang dan terkasih, Ayahanda

Prof. dr. Bistok Saing, SpA.K

dan Ibunda

Elisabeth br. Panggabean

, yang

telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan

penuh kasih sayang dari sejak kecil hingga kini, memberi contoh yang baik

dalam menjalani hidup serta memberikan motivasi dan semangat kepada

saya selama mengikuti pendidikan ini.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga juga saya

sampaikan kepada Bapak Mertua

Simon Tarigan

dan Ibu Mertua

Rehulina br.

S. Meliala

yang telah banyak membantu, mendoakan dan memberikan

dorongan dan perhatian kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.

Buat istriku yang tercinta dan tersayang,

Siska Monita Tarigan, M.Psi

tiada

kata lain yang bisa saya sampaikan selain rasa terima kasih atas kesabaran,

dorongan, semangat, pengorbanan dan doa sehingga saya dapat

menyelesaikan pendidikan ini.

Buat kedua buah hatiku yang kucintai dan kusayangi; putraku

Stefano Jeremy

Hasiholan Saing

dan putriku yang masih di dalam kandungan istriku tercinta,

yang merupakan inspirasi dan pendorong motivasi serta pemberi semangat

untuk menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada kakakku

dr. S. Klementina Saing, SpA

dan keluarga,

dr. Anna K.

Saing

dan keluarga, dan abangku

dr. Johannes H. Saing, SpA

dan keluarga,


(10)

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

serta adikku

dr. Josua P. Saing

, terima kasih atas bantuan, dorongan

semangat dan doa yang telah diberikan selama ini.

Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya

sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak

langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun

materil, saya ucapkan banyak terima kasih.

Semoga Tuhan Yesus Kristus Maha Pengasih senantiasa melimpahkan kasih

dan berkat-Nya kepada kita semua.

Medan, Februari 2009

dr. Simon P Saing


(11)

xi 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………. i

DAFTAR ISI………. ix

DAFTAR TABEL………. xii

DAFTAR GRAFIK……….. xiii

DAFTAR GAMBAR……… xiv

DAFTAR SINGKATAN……….. xv

ABSTRAK……… xvi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

I.1. Latar Belakang……… 1

I.2. Identifikasi Masalah………... 3

I.3. Hipotesis………... 3

I.4. Tujuan Penelitian……… 3

I.5. Manfaat Penelitian……….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 5

II.1. Preeklampsia……….. 5


(12)

xii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

II.1.2. Klasifikasi………. 5

II.1.3. Etiologi……….. 6

II.1.4. Patofisiologi………... 8

II.2. Feritin……… 10

II.2.1. Fungsi Feritin……….. 11

II.2.2. Metode Pengukuran Feritin………. 13

II.2.3. Feritin pada Kehamilan Normal……….. 14

II.2.4. Feritin pada Kehamilan dengan Preeklampsia….. 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 20

III.1. Rancangan Penelitian………. 20

III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 20

III.3. Populasi dan Sampel Penelitian……….. 20

III.3.1. Populasi Penelitian………... 20

III.3.2. Besar Sampel………. 21

III.3.3. Kriteria Penerimaan……….. 22

III.3.4. Kriteria Penolakan………. 22

III.4. Alur Penelitian……….. 23


(13)

xiii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

III.5.1. Bahan……… 23

III.5.2. Cara Kerja……… 24

III.6. Manajemen dan Analisa Data………... 25

III.7. Batasan Operasional……….. 25

III.8. Etika Penelitian………. 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 27

IV.1. Karakteristik Subjek Penelitian……… 27

IV.2. Hasil Pemeriksaan Feritin Serum……… 28

IV.3. Hasil Pemeriksaan Hemoglobin dan Hematokrit…… 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 37

V.1. Kesimpulan………. 37

V.2. Saran……… 37

DAFTAR PUSTAKA……… 38


(14)

xiv 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Usia, Paritas dan Usia Kehamilan Subjek

Penelitian……….

27

Tabel 2. Nilai Rata – Rata Feritin pada Preeklampsia Berat dan Hamil Normal……….

28

Tabel 3. Nilai Rata – Rata Hemoglobin pada Preeklampsia Berat dan Hamil Normal………..

29

Tabel 4. Nilai Rata – Rata Hematokrit pada Preeklampsia Berat dan Hamil Normal………..

29

Tabel 5. Korelasi Kadar Feritin dengan Hemoglobin dan Hematokrit pada Preeklampsia Berat………..

30

Tabel 6. Korelasi Kadar Feritin dengan Hemoglobin dan Hematokrit pada Hamil Normal……….

32

Tabel 7. Korelasi Kadar Feritin dengan Tekanan Darah pada


(15)

xv 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1a. Hubungan antara Feritin (ng/dl) dan Hemoglobin (gr/dl) pada Preeklampsia Berat…..

31

Grafik 1b. Hubungan antara Feritin (ng/dl) dan Hematokrit (%) pada Preeklampsia Berat………...

32

Grafik 2a. Hubungan antara Feritin (ng/dl) dan Hemoglobin (gr/dl) pada Kehamilan Normal……

33

Grafik 2b. Hubungan antara Feritin (ng/dl) dan Hematokrit (%) pada Kehamilan Normal……….

34

Grafik 3.

Hubungan antara Feritin (ng/dl) dan Tekanan Darah Sistolik (mmHg) pada penderita Preeklampsia Berat……….

35

Grafik 4. Hubungan antara Feritin (ng/dl) dan Tekanan Darah Diastolik (mmHg) pada penderita Preeklampsia Berat………...


(16)

xvi 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Inisiasi katalisa Fe dan Penyebaran Lipid Peroksidasi / Fenton Reaction………

16 Gambar 2. Alur Penelitian………. 23


(17)

xvii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

DAFTAR SINGKATAN

IRP : Iron Regularity Protein

SKRT : Survey Kesehatan Rumah Tangga Fe : Ferrum

VLDL : Very Low Density Lipoprotein TxPA : Toxicity Preventing Activity AA : Arachidonic Acids

PGI2 : Prostacyclin

RIA : Radioimmunoassay

IRMA : Immuno Radiometric Assay ELISA : Enzym Linked Immunosorbent Assay EIA : Enzym Immuno Assay

Hb : Hemoglobin Ht : Hematokrit

LDL : Low Density Lipoprotein BBLR : Berat Badan Lahir Rendah DM : Diabetes Mellitus

TDS : Tekanan Darah Sistolik TDD : Tekanan Darah Diastolik


(18)

xviii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

ABSTRAK

 

 

 

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbedaan kadar feritin serum antara preeklampsia berat dengan kehamilan normal.

Rancangan Peneltian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan rancangan potong silang (cross sectional study) dengan analisa komparatif terhadap dua kelompok preeklampsia berat dan kehamilan normal yang dilakukan di bagian Obstetri RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dimana pasien yang memenuhi kriteria penelitian diperiksa tekanan darah, proteinuria, kadar feritin serum serta hemoglobin dan hematokrit. Data yang diperoleh dicatat distatus penelitian dan dianalisa secara statistik dengan menggunakan perangkat SPSS versi 15.0.

Hasil Penelitian : Pada penelitian ini jumlah sampel adalah 60 pasien, yang dibagi dalam 2 kelompok penelitian yaitu 30 pasien untuk kelompok dengan preeklampsia berat dan 30 pasien untuk kelompok dengan kehamilan normal. Pada karakteristik pasien dalam hal usia, paritas dan usia kehamilan tidak dijumpai perbedaan yang bermakna (p > 0,05). Kadar feritin serum pada preeklampsia berat 187,3 ± 42,8 ng/ml dan pada kehamilan normal 26,28 ± 6,69 ng/ml. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p < 0,05). Korelasi kadar feritin serum dengan hemoglobin dan hematokrit pada preeklampsia berat dijumpai korelasi negatif (p < 0,05) dan korelasi kadar feritin serum dengan hemoglobin dan hematokrit pada kehamilan normal dijumpai korelasi positif (p < 0,05). Serta korelasi feritin serum dengan tekanan darah pada preeklampsia berat dijumpai korelasi positif (p < 0,05).

Kesimpulan : Kadar feritin serum pada preeklampsia berat menunjukkan peningkatan secara bermakna dibandingkan dengan kadar feritin serum pada kehamilan normal.

Kata Kunci: Feritin serum, preeklampsia berat, kehamilan normal, tekanan darah, hemoglobin dan hematokrit.


(19)

xix 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Hipertensi dalam kehamilan masih menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas yang penting di seluruh dunia. Di negara maju, walaupun morbiditas dan mortalitas maternal dapat ditekan, namun kondisi ini masih merupakan ancaman bagi kesejahteraan janin akibat timbulnya pertumbuhan janin yang terhambat, kelahiran prematur, dan kematian perinatal.1

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 di Indonesia menyatakan bahwa preeklampsia merupakan salah satu penyumbang kematian maternal yang utama. Angka kejadian preeklampsia di Indonesia sekitar 3,4-8,5% dari seluruh kehamilan, dan angka kematian maternal yang berhubungan dengan preeklampsia atau eklampsia sebesar 9,8-25% 2. Berdasarkan laporan tahun 2005 di bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung kejadian preeklampsia sebesar 8,1% dan eklampsia sebesar 2,8%. 3 Menurut Girsang E.S tahun 2004 angka kejadian preeklampsia dan eklampsia di RS H. Adam Malik dan RS Dr. Pirngadi Medan adalah 7,01%. Dan kematian maternal pada kasus preeklampsia dan eklampsia 11,81%. Serta kematian perinatal akibat preeklampsia dan eklampsia 10,19%.4

Etiologi dari preeklampsia belum diketahui secara pasti, sehingga banyak teori yang dikemukakan mengenai preeklampsia. Beberapa penyebab yang diduga memegang


(20)

xx 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

peranan penting terjadinya preeklampsia seperti invasi trophoblast abnormal ke dalam pembuluh darah uterus, intoleransi imunologi antara plasenta janin dan jaringan ibu, maladaptasi terhadap perubahan kardiovaskular, defisiensi zat-zat makanan dan abnormalitas genetik. Disfungsi sel endotel dan inflamasi diduga memegang peranan penting dalam mekanisme patofisiologi terjadinya preeklampsia.

5

Ketika jaringan menjadi iskemik, terjadi destruksi sel darah merah pada area yang trombotik, nekrotik, dan hemoragik terutama pada plasenta, terjadi pelepasan hemoglobin atau heme ke dalam sirkulasi, dan sejumlah katabolik dari ion-ion logam transisi akan dihasilkan, khususnya Fe dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan induksi pada sistim feritin. Induksi sistim feritin akan terjadi pula pada keadaan hipoksia jaringan. Aktifitas protein pengatur besi (IRP: Iron Regularity Protein) akan menurun pada keadaan hipoksia, sehingga kadar feritin akan meningkat.6

Beberapa penelitian mengungkapkan terdapat hubungan antara peningkatan kadar feritin dengan kejadian preeklampsia. Rayman dkk 2001 menyatakan hasil nilai median kadar feritin serum berkisar 6 kali lebih tinggi pada pasien dengan preeklampsia dibandingkan dengan subjek kontrol penelitian.6 Sementara itu penelitian yang dilakukan Entmann dkk 1983 menyatakan kadar feritin pasien preeklampsia 91,8 ng/ml dibandingkan dengan kehamilan normal 19,4 ng/ml.7

Beberapa peneliti mendapatkan hubungan antara kejadian preeklampsia, eklampsia, berat badan lahir rendah, dan APGAR skor yang rendah dengan kadar Hb yang melebihi 13,0 gr/dl.8


(21)

xxi 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

I.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Pada preeklampsia saat jaringan menjadi iskemik, terjadi destruksi sel darah merah pada area yang trombotik, nekrotik, dan hemoragik terutama pada plasenta, sehingga terjadi pelepasan hemoglobin atau heme ke dalam sirkulasi, dan sejumlah katabolik dari ion-ion logam transisi akan dihasilkan, khususnya Fe dalam jumlah besar. Keadaan diatas akan mengakibatkan induksi pada sistim feritin. Induksi sistim feritin akan terjadi pula pada keadaan hipoksia jaringan. Aktivitas protein pengatur besi (IRP : Iron Regularity Protein) akan menurun pada keadaan hipoksia, sehingga kadar feritin akan meningkat.6

I.3. HIPOTESIS

Terdapat peningkatan kadar feritin pada penderita preeklampsia berat dibandingkan dengan kehamilan normal.

I.4. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui perbedaan kadar feritin serum antara preeklampsia berat dengan kehamilan normal.

2. Untuk mengetahui hubungan antara kadar feritin serum dengan kadar hemoglobin pada penderita preeklampsia berat dibandingkan kehamilan normal.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kadar feritin serum dengan kadar hematokrit pada penderita preeklampsia berat dibandingkan kehamilan normal.


(22)

xxii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

4. Untuk mengetahui hubungan antara kadar feritin serum dengan tekanan darah sistolik pada penderita preeklampsia berat dibandingkan kehamilan normal.

5. Untuk mengetahui hubungan antara kadar feritin serum dengan tekanan darah diastolik pada penderita preeklampsia berat dibandingkan kehamilan normal.

I.5. MANFAAT PENELITIAN

1. Diharapkan dari penelitian ini dapat diketahui gambaran kadar feritin serum, hemoglobin dan hematokrit pada preklampsia berat dan kehamilan normal. 2. Diharapkan dari penelitian ini dapat digunakan untuk dapat memprediksi

keparahan dari penyakit preeklampsia berat, sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit.

3. Diharapkan dari penelitian ini didapatkan wawasan yang lebih luas mengenai peranan feritin serta hubungannya dengan hemoglobin dan hematokrit dalam preeklampsia berat.

BAB II


(23)

xxiii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

II.1. PREEKLAMPSIA

II.1.1. DEFENISI

Preeklampsia adalah suatu keadaaan dimana dijumpai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg disertai dengan adanya protein uria yang terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu.1,9

Proteinuria yang menyertai gejala preeklampsia didefenisikan sebagai keadaan terdapatnya 300 mg atau lebih protein di dalam urin selama 24 jam atau ≥ 100 mg/dl pada sekurang-kurangnya dua contoh urin yang diambil dengan selang waktu 6 jam.1,10

II.1.2. KLASIFIKASI

Berdasarkan Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia (2005)

11

:

1. Hipertensi Gestasional

Didapatkan desakan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kalinya setelah umur kehamilan 20 minggu, tidak disertai dengan proteinuria dan desakan

darah kembali normal < 12 minggu paska persalinan. 2. Preeklampsia

Ringan


(24)

xxiv 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau dipstik ≥ 1+ Berat

Desakan darah ≥ 160/110 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria > 2 gr/24 jam atau dipstik ≥ 2+ sampai 4+ 3. Eklampsia

Kejang – kejang pada preeklampsia disertai koma. 4. Hipertensi Kronik dengan superimposed preeklampsia

Timbulnya proteinuria ≥ 300 mg/24 jam pada wanita hamil yang sudah mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah kehamilan 20 minggu.

5. Hipertensi Kronik

Ditemukannya desakan darah ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu paska persalinan.

II.1.3. ETIOLOGI

Penyebab pasti preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori yang dikembangkan sejak dahulu hingga sekarang, untuk mengungkapkan misteri preeklampsia sehingga diyakini ada beberapa faktor yang dianggap berkaitan dengan terjadinya preeklampsia. Menurut Decker dan Sibai ada 4 hipotesis sebagai konsep etiologi dan patogenesis preeklampsia 1,12 :


(25)

xxv 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

a. Iskemik plasenta

Pada preeklampsia perubahan arteri spiralis terbatas hanya pada lapisan

desidua dan arteri spiralis yang mengalami perubahan hanya lebih kurang 35-50%. Akibatnya perfusi darah ke plasenta berkurang dan terjadi iskemik plasenta.

b. Maladaptasi imun

Interaksi antara lekosit desidua dan invasi sitotrofoblas penting bagi invasi dan perkembangan trofoblas normal. Maladaptasi imun menyebabkan dangkalnya invasi arteri spiralis oleh sel-sel trofoblas endovaskular dan disfungsi sel endotel yang diperantai oleh peningkatan pelepasan sitokin desidual, enzym proteolitik dan radikal bebas.

c. Genetik printing

Timbulnya preeklampsia-eklampsia disasarkan pada gen resesif tunggal atau gen dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna. Penetrasi mungkin tergantung pada genotip janin.

d. Perbandingan Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan Toxicity Preventing Activity (TxPA)

Sebagai kompensasi kebutuhan energi selama hamil, asam lemak bebas akan dimobilisasi. Pada wanita dengan kadar albumin yang rendah, pengangkutan kelebihan asam lemak bebas dari jaringan lemak ke dalam hepar menurunkan aktifitas antitoksik albumin sampai titik dimana toksisitas VLDL menjadi


(26)

xxvi 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

terekspresikan. Jika kadar VLDL melebihi TxPA maka efek toksik dari VLDL akan muncul dan menyebabkan disfungsi endotel.

II.1.4. PATOFISIOLOGI

Trofoblas yang invasif akan menembus pembuluh-pembuluh darah endometrium, terutama arteri spiralis, dan menggantikan tunika muskularisnya dengan sel-sel trofoblas sehingga pembuluh darah ini akan kehilangan resistensinya dan menyebabkan penurunan resistensi perifer, sehingga memperlancar aliran darah ke tempat implantasi.10

Pada penderita preeklampsia terjadi proses implantasi plasenta abnormal, dimana terjadi invasi inkomplet terhadap arteri spiralis, yang disertai dengan vasokonstriksi arterial pada bagian uteroplasental. Keadaan ini menyebabkan terjadinya hipoksia akibat berkurangnya aliran darah ke tempat implantasi. Keadaan hipoksia akan menyebabkan terjadinya kerusakan endotel yang kemudian akan diikuti oleh pelepasan zat-zat vasoaktif yang akan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi/vasospasme, yang telah disepakati bersama sebagai awal dari penyakit ini.9,10

Granger dan Alexander 2001 13 melaporkan bukti yang mengarah ke preeklampsia

antara lain adalah berkurangnya fungsi endotel vaskuler, betambahnya tahanan vaskuler, vasokonstriksi, meningkatnya aktifitas radikal bebas. Dalam hal terjadinya


(27)

xxvii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

perubahan arus darah di uterus dan khoriodesidua adalah perubahan patofisiologi penting pada preeklampsia.

Prostacyclin merupakan vasodilator kuat dan thromboxane merupakan vasokonstriktor kuat. Keduanya dihasilkan dari arachidonic acids (AA) melalui proses cyclooxygenase. Pada preeklampsia terjadi gangguan keseimbangan keduanya. Terjadinya preeklampsia dimulai sejak implantasi, yang disertai dengan gangguan vaskuler plasenta. Akibatnya terjadi gangguan keseimbangan rasio thromboxan-prostacyclin (TxA2/PGI2), dimana TxA2 meningkat sedangkan PGI2 tidak.14

Chen 1993 15 melaporkan bahwa PGI2 meningkat pada kehamilan normal, dan

menurun pada preeklampsia, sedangkan TxA2 meningkat baik pada kehamilan

normal maupun preeklampsia. Dengan demikian rasio (TxA2/PGI2) meningkat pada

preeklampsia.

Arachidonic Acid (AA) merupakan sumber penting oksigen radikal bebas. Oksigen radikal bebas ini dapat membentuk anion superoksida yang mengganggu keseimbangan TxA2/PGI2 menjadi dominan kearah TxA2. Anion peroksida ini juga

menambah agregasi trombosit, vasokonstriksi serta menyebabkan asam lemak tak jenuh di membran fosfolipid yang mengalami konversi menjadi peroksida lipid. Peroksida lipid ini menyebabkan kerusakan endotel.15

Kehamilan melibatkan perubahan vaskular yang dramatis sehingga mudah terjadi kerusakan endotel melalui beberapa mekanisme. Apabila sel-sel endotel mengalami aktivasi atau terjadi kerusakan, maka sel-sel endotel tersebut tidak hanya kehilangan respon normal tapi menimbulkan aktivitas baru. Bukti dari


(28)

xxviii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

perubahan sel-sel endotel berasal dari gambaran morfologi preeklampsia, yang disebut glomeruloendoteliosis. Lesi ini ditandai dengan pembengkakan sitoplasma kapiler glomerular sel-sel endotel dengan deposit fibrin pada dasar membran dan diantara sitoplasma endotel yang mengalami pembengkakan.1,16,17

II.2. FERITIN

Feritin adalah cadangan besi utama dalam tubuh dan dijumpai terutama di sel retikuloendotelial pada hati, limpa dan sumsum tulang. Sejumlah kecil secara normal dijumpai pada sirkulasi plasma. Pada orang dewasa sehat kadar feritin dalam serum langsung berhubungan dengan cadangan besi dalam tubuh. Konsentrasi rata-rata lebih tinggi pada pria daripada wanita yaitu 12 – 250 µg/l.

Feritin terdiri dari selubung protein yang disebut apoferitin dan intinya mengandung besi dalam bentuk feri hidroksi fosfat (FeOOH)8 (FeO.PO3H2). 18,19

Apoferitin mempunyai berat molekul 450.000 yang terdiri dari 24 rantai polipeptida yang masing-masing mempunyai berat molekul 18500. Apoferitin berbentuk bola, dengan diameter 13 nm, ditengahnya terdapat rongga kosong dengan diameter 6 nm. Rongga ini berhubungan dengan bagian luar melalui 6 buah saluran dimana besi dan molekul-molekul kecil lain dapat keluar masuk. Besi yang masuk akan dideposit di dalam rongga. Dalam keadaan jenuh, apoferitin dapat mengikat 4000-4500 atom besi dalam bentuk kristal hidroksi folat sehingga berat molekulnya menjadi dua kali semula yaitu 900000. tapi umumnya apoferitin tidak terisi jenuh dengan besi sehingga berat molekulnya berbeda-beda. Rata-rata molekul feritin hanya mengandung 3000 atom besi sehingga masih ada tempat cadangan untuk


(29)

xxix 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

pengikatan besi. Feritin mempunyai beberapa bentuk yang dikenal dengan istilah isoferitin. Isoferitin ini bersifat spesifik, masing-masing isoferitin mempunyai berat molekul yang berbeda, sehingga menyebabkan perbedaan kecepatan pada elektroforesis, ukuran dan sifat imunologiknya. Tiap spesies mempunyai isoferitin yang berbeda, dalam satu spesies juga mempunyai isoferitin berlainan yang berasal dari jaringan berbeda. Isoferitin bisa berasal dari jaringan sumsum tulang, hati, limpa, jantung, ginjal dan sel tumor sperti hepatoma, tumor mamae dan pankreas dapat menghasilkan acidic isoferitin. Sumsum tulang mempunyai dua macam isoferitin yaitu anabolik feritin berasal dari sel darah merah, dan katabolik feritin berasal dari retikuloendotelial.18,20,21

II.2.1. Fungsi Feritin

Besi dalam feritin berada dalam keseimbangan dinamik dengan besi plasma. Fungsi utama feritin adalah sebagai penyimpanan besi intrasel terutama dalam limpa, hati dan sumsum tulang. Besi yang berlebihan disimpan dan bila diperlukan dapat dimobilisasi kembali. Dapat diperkirakan bahwa besi feritin dalam retikulosit dipakai untuk sintesa Hb. Feritin juga memegang peranan dalam pengaturan absorpsi besi dari usus. Adanya apoferitin dalam sel mukosa berfungsi untuk mengikat besi yang berlebihan dalam sel mukosa supaya tidak kembali ke plasma, tapi akan hilang bersama sel mukosa tua yang terlepas. Dalam klinik nilai feritin yang rendah menunjukkan keadaan defisiensi besi, sedangkan nilai feritin yang tinggi mungkin ditemukan pada beberapa keadaan seperti infeksi, siderosis, hemokromatosis, talasemia, transfusi berulang, penyakit hati, artritis rematoid dan keganasan. Kadar feritin serum juga dapat dipakai untuk membedakan anemia defisiensi besi dari anemia oleh penyakit menahun. Pada anemia defisiensi besi kadar feritin serum


(30)

xxx 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

rendah, sedangkan pada anemia oleh karena penyakit kronik kadar feritin serum tetap normal.20,21,22

Beberapa peneliti menghubungkan perubahan konsentrasi serum feritin atau konsentrasi isoferitin plasental dengan berbagai komplikasi kehamilan seperti preeklampsia, persalinan preterm, dan berat badan lahir rendah (BBLR).8

Besi dapat menjadi sesuatu yang sangat beracun, sehingga kemampuan untuk menyimpan dan melepaskan besi dalam keadaan terkendali menjadi sangat penting. Dalam keadaan seimbang, kurang lebih 1-2 mg besi perhari dikeluarkan oleh tubuh melalui pengelupasan sel mukosa, deskuamasi, menstruasi dan proses kehilangan darah lainnya. Besi dalam makanan diserap melalui mukosa usus halus, terutama di duodenum sampai pertengahan jejunum, makin ke arah distal usus penyerapan semakin berkurang. Sebagian besar besi tersebut, kurang lebih 70% bergabung membentuk hemoglobin dalam sumsum tulang dan sel darah merah, 25% sebagai cadangan dalam bentuk feritin atau hemosiderin dalam sel parenkim hepar dan sel retikuloendotelial, dan 4% dalam bentuk mioglobin. Tubuh orang dewasa mengandung besi sekitar 55 mg/kgBB atau sekitar 4 gram.23,24

Di dalam tubuh, cadangan besi didapatkan dalam dua bentuk. Bentuk yang pertama adalah feritin yang bersifat mudah larut, tersebar di sel parenkim dan makrofag, terbanyak di hepar. Bentuk kedua adalah hemosiderin yang tidak mudah larut, lebih stabil tetapi berjumlah lebih sedikit dibandingkan feritin. Apabila pemasukan besi dari makanan tidak mencukupi, terjadi mobilisasi besi dari cadangan besi untuk mempertahankan kadar hemoglobin.23


(31)

xxxi 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Secara primer, feritin merupakan protein intraselular, tetapi dalam jumlah terbatas dapat memasuki peredaran darah karena adanya sekresi aktif atau sel yang lisis. Jumlah feritin dalam sirkulasi tersebut mempunyai konsentrasi yang paralel dengan kadar feritin sebagai cadangan dalam tubuh. Oleh karena itu pengukuran terhadap feritin dalam serum dapat menunjukkan kadar besi dalam bentuk cadangan. Dikatakan 1 mikogram perliter feritin dalam serum sebanding dengan 8 mg besi sebagai cadangan. Berbeda dengan Fe serum, feritin serum tidak dipengaruhi oleh variasi diurnal.23,24,25

II.2.2. Metode Pengukuran Feritin

Keadaan normal ferritin serum dijumpai dalam jumlah kecil sehingga penetapan kadarnya membutuhkan metode immunoassay yang kepekaannya dapat mencapai beberapa nanogram per mL (10-9/mL), bahkan sampai saat ini sampai pikogram (10

-12

/mL). Mula-mula digunakan teknik RIA (Radioimmunoassay) dan teknik IRMA (Immuno Radiometric Assay), yaitu teknik pemeriksaan laboratorium berdasarkan atas reaksi antigen antibodi dimana pengukurannya berdasarkan prinsip radiometric (pengukuran aktivitas radioisotope yang dilabelkan).23

Dengan kemajuan yang dicapai dalam bidang enzimologi mulai dikembangkan teknik ELISA (Enzym Linked Immunosorbent Assay) atau disebut juga teknik EIA (Enzym Immuno Assay). Dasar metode ini sebenarnya sama dengan RIA, tetapi di sini label radioisotope diganti dengan enzim, dimana efek multiplikasi dihasilkan oleh kemampuan molekul enzim untuk mangkatalisa beribu-ribu molekul substrat spesifik dalam waktu yang relatif singkat.24


(32)

xxxii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

II.2.3. Feritin pada Kehamilan Normal

Kaneshige (1981), mengemukakan bahwa pada wanita hamil trimester pertama besi

serum dan kadar feritin serum meningkat bermakna dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Sedangkan pada trimester kedua dan ketiga terjadi penurunan besi serum dan feritin yang bermakna, walaupun kadar Hb sedikit mengalami perubahan dan saturasi tranferin meningkat. Kadar feritin serum pada kelompok tidak hamil 63 ng/ml. Pada trimester pertama kadar feritin meningkat sampai 97,4 ng/ml, perbedaan ini sangat bermakna dibandingkan dengan feritin pada yang tidak hamil. Juga terjadi penurunan sampai 22,2 ng/ml pada trimester kedua dan pada trimester ketiga mencapai nilai 14,7 ng/ml.27

Asif N dkk (2006), mengemukakan bahwa kadar feritin pada kehamilan normal

lebih rendah pada trimester kedua dibanding trimester pertama dan meningkat pada trimester ketiga dibanding trimester kedua. Trimester pertama 26,62 ± 26,58 ng/ml

trimester kedua 11,35 ± 9,25 ng/ml dan trimester ketiga 20,42 ± 23,57 ng/ml. Dan

tidak dijumpai korelasi bermakna antara peningkatan kehamilan dan level feritin serum.28

Puolakka dkk (1980), mengemukakan pengukuran kadar feritin pada kehamilan

yang normal, bahwa konsentrasi ferritin serum lebih tinggi selama kehamilan dini dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Pada wanita hamil, konsentrasi ferritin serum maksimal pada umur kehamilan 12-16 minggu, kemudian menurun sesuai perkembangan kehamilan dan mencapai titik terendah pada trimester ketiga.


(33)

xxxiii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Suplement prenatal vitamin dan mineral akan menjaga feritin serum tetap pada konsentrasi yang tinggi.18

Penelitian yang dikemukakan oleh Ichsan (1996) semakin tua umur kehamilan semakin rendah kadar serum ferritin rata-rata, artinya semakin tua umur kehamilan semakin berkurang cadangan besi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Ichsan didapatkan bahwa kadar ferritin rata-rata pada wanita hamil adalah 20,21 ± 19,53 ng/mL. Pada trimester pertama adalah 47,88 ± 52,86 ng/mL, pada trimester kedua adalah 26,81 ± 22,97 ng/mL, sedangkan pada trimester ketiga adalah 13,93 ± 7,95 ng/mL. Dapat disimpulkan kadar ferritin serum pada wanita hamil akan menurun sesuai perkembangan umur kehamilan.29

II.2.4. Feritin pada Kehamilan dengan Preeklampsia

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rayman dkk (2001) pada 40 wanita preeklampsia yang dibandingkan dengan wanita normal didapatkan nilai median dari kadar feritin berkisar 6 kali lipat lebih tinggi pada wanita preeklampsia.6

Penyebab preeklampsia sangat kompleks dan tidak dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi keadaannya dapat dihubungkan dengan faktor plasenta yang kurang baik. Pengaruh dari plasenta yang kurang baik mengakibatkan arteri spiralis lebih kecil ukurannya dari normal selama setengah dari akhir kehamilan dengan preeklampsia. Kejadian tersebut akan menimbulkan lesi obstruktif dari arteri spiralis yang disebut atherosis akut sehingga menyebabkan iskemik plasenta. Ketika jaringan menjadi iskemik, jenis oksigen yang reaktif seperti superoksida dan hidrogen peroksida dihasilkan. Gambaran plasenta pada penderita preeklampsia menunjukkan


(34)

xxxiv 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

gambaran histologis dengan kerusakan hebat pada pembuluh darah pada daerah perlekatan sel decidua di daerah infark, hal ini sesuai dengan kerusakan sel dan pelepasan Fe. Sejumlah katabolik dari ion-ion logam transisi, khususnya Fe, muncul pada keadaan iskemik plasenta tersebut melalui destruksi sel darah merah dari area yang trombotik, nekrotik, dan hemoragik, zat-zat tersebut dapat menghasilkan radikal hidroksil reaktif yang tinggi melalui Fenton chemistry. Radikal ini dapat menginisiasi proses peroksidasi lipid, dimana, jika tidak terkontrol, dapat menyebabkan kerusakan sel endotelial, seperti yang dihipotesakan oleh Hubel et al.31

Gambar 1 Inisiasi katalisa Fe dan Penyebaran Lipid Peroksidasi/Fenton Reaction Permulaan

Reaksi Haber-Weiss yang dikatalisasi oleh Fe Fe(III) + O2 - O2 + Fe(II)

Fe(III) + H2O2 Fe(III) + OH- + OH Fenton reaction

Sumber hydrogen peroksida untuk reaksi Fenton adalah superoksida yang dikatalisasi oleh superoksida dismutase..

2O2 - + 2H+ SOD H2O2 + O2

Selanjutnya

Fe(II) dan Fe (II) tertentu bereaksi dengan lipid hidroperoksida (ROOH) dan hydrogen peroksida untuk memisahkan ikatan O-O. Proses ini menghasilkan RO, suatu radikal alkoxyl, yang dapat juga memisahkan H dari asam lemak tidak jenuh dan hidroperoksida. Radikal peroksil ROO yang dihasilkan tersebut dapat melanjutkan proses peroksidasi lipid.


(35)

xxxv 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Sumber: Rayman et al 6

Hemoglobin dapat membantu proses peroksidasi lipid melalui pengeluaran Fe atau pengeluaran heme dari methemoglobin. Heme yang bebas dapat menghasilkan lipid hidroperoksida dalam partikel low-density lipoprotein (LDL) atau berdifusi ke dalam membran sel endotelial, menyebabkan kerusakan peroksidatif dan sitotoksik. Hemolisis vaskuler yang minimal sudah cukup untuk menghasilkan hemoglobin dalam konsentrasi yang dapat mempengaruhi peroksidasi LDL.34

Proteksi terhadap efek pro-oksidatif yang rusak dalam plasma secara normal dilakukan oleh protein yang mengikat Fe dalam keadaan relatif lambat; haptoglobin mengikat hemoglobin bebas, hemopexin dan albumin, keduanya mengikat heme bebas. Katabolisme heme yang meningkat muncul pada preeklampsia, ditunjukkan dengan peningkatan level bilirubin dan karboksihemoglobin. 35

Pelepasan Fe intrasel secara normal disekuestrasikan dalam feritin, dan feritin serum menggambarkan jumlah protein yang tersimpan.36

Serum feritin merupakan acute-phase reactant, yang diketahui akan meningkat dalam respon dari banyak kondisi inflamasi. Inflamasi kronik juga menekan eritropoesis, rendahnya penggunaan besi / Fe dan akan meningkatkan penyimpanan besi / Fe. Meningkatnya penyimpanan besi ditunjukkan dengan meningkatnya serum level feritin.37


(36)

xxxvi 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Peningkatan serum feritin juga timbul pada banyak kondisi klinis yang dihubungkan dengan tidak digunakannya besi dan kerusaan jaringan seperti anemia hemolitik, kerusakan liver, inflamasi dan proses keganasan yang akan mensupresi eritropoesis untuk mengakumulasi penyimpanan besi. Pada penyakit liver, serum feritin meningkat akibat bocornya feritin dari rusaknya hepatosit pada sirkulasi.38

Dapat dilihat bahwa pada preeklampsia, aktifitas antioksidan menurun drastis. Stress oksidatif (tidak seimbangnya antara oxidant force dan antioksidan) dengan meningkatkan lipid peroxide formation dapat menjadikan endotelial disfungsi pada preeklampsia. Pada kondisi lain seperti meningkatnya saturasi transferin dan menurunnya iron-binding capacity, secara langsung maupun tidak langsung menjadi pemicu proses stress oksidatif dan endotelial disfungsi berikutnya. Dapat dilihat reaksi dari maternal komponen terutama neutrofil dan oksidatif lipid dan faktor dari plasenta akan menjadi pemicu terjadinya stress oksidatif. Terapi antioksidan dapat dapat mengurangi kerusakan sel endotelial pada preeklampsia.39,40

Raman L (1992), mengemukakan bahwa kadar feritin serum pada kelompok

preeklampsia 31,5 U+U 19,65 ng/ml dibandingkan kontrol 13,8 U+U 13,16 ng/ml. 38

Teheripanah R (2004), mengatakan bahwa kadar feritin serum pada kelompok

preeklampsia 123,8 U+U 146 ng/dl dibandingkan kontrol 33,4 U+U 16,2 ng/dl. 41


(37)

xxxvii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

BAB III


(38)

xxxviii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

III.1. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan rancangan potong silang (cross sectional study) dengan analisa komparatif terhadap dua kelompok preeklampsia berat dan kehamilan normal.

III.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan, RSUD. Dr. Pirngadi Medan, dengan waktu penelitian hingga jumlah sampel terpenuhi.

III.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

III.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah pasien wanita yang melakukan kunjungan ke Bagian Obstetri RSUP. H. Adam Malik Medan, RSUD. Dr. Pirngadi Medan dengan kehamilan preeklampsia berat dan kehamilan normal pada usia kehamilan 34-40 minggu.


(39)

xxxix 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

III.3.2. Besar Sampel (N)

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus:

(

Z

(0,5- /2) +

Z

(0,5- )

)

S

g

2

n1 = n2 =

d

Dimana :

- n1 = n2 = : Jumlah sampel kelompok preeklampsia berat

dan kehamilan normal

- Z ( 0,5 – ) : Nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai yang ditentukan untuk = 0,05 maka Z ( 0,5 – ) = 1,96

- Z (0,5 - ) : Nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai yang ditentukan untuk = 0,20 maka Z ( 0,5 – ) = 0,842

- Sg : Standard deviasi gabungan : 26,32 didapat dari Hou37 - d : Presisi ( tingkat ketepatan )

Maka didapat :

(

Z

(0,5- /2) +

Z

(0,5- )

)

S

g

2


(40)

xl 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

d

(1,96 + 0,842) (26,32) 2

14

= 27,75

Besar sampel dibulatkan menjadi 30 ,sehingga total seluruh sampel penelitian adalah 60 kasus .

III.3.3. Kriteria Inklusi

− Hamil tunggal dengan janin hidup.

− Preeklampsia berat dan kehamilan normal

− Usia kehamilan 34 – 40 minggu .

− Nullipara atau Multipara.

− Semua umur

− Bersedia mengikuti penelitian.

III.3.4. Kriteria Eksklusi

- Ada riwayat penyakit hati, ginjal, DM - Kelainan darah.


(41)

xli 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

III.4. Alur Penelitian

Sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk

kriteria eksklusi

Preeklampsia berat 34 – 40 minggu

Kehamilan normal 34 – 40 minggu

Pemeriksaan tekanan darah, proteinuria, kadar feritin serum,

Hb, Ht

Pemeriksaan tekanan darah, proteinuria, kadar feritin serum,

Hb Ht


(42)

xlii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Gambar 2. Alur Penelitian

III.5. BAHAN DAN CARA KERJA

III.5.1. Bahan :

Bahan untuk penelitian adalah darah pasien dari penderita preeklampsia serta darah ibu dengan kehamilan normal yang memenuhi kriteria penerimaan yang datang ke RSUP H.Adam Malik dan RSUD Dr.Pirngadi Medan dan memberikan persetujuan tertulis.

Alat yang digunakan :

a. Tensimeter c. Vacutainer 3 cc b. Stetoskop d. Venoject

III.5.2. Cara Kerja :

Setiap wanita hamil yang masuk opname di RSHAM dan RSPM yang memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk kriteria eksklusi, diberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan. Bila bersedia ikut dalam penelitian, maka kepada mereka dimohon untuk menandatangani formulir persetujuan yang telah disediakan, kemudian pasien dikelola sesuai dengan prosedur dan pengobatan standar yang sudah baku sebagai berikut :

1. Anamnesa yang meliputi nama, umur, alamat, paritas, dan pemeriksaan klinis secara keseluruhan.


(43)

xliii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

2. Pemeriksaan Obstetri.

Pemeriksaan tekanan darah sistolik dan diastolik dilakukan dengan posisi berbaring miring ke kiri. Pengukuran menggunakan alat sphygmomanometer air raksa merek Nova Pressameter dan stetoskop merek Littman. Nilai sistolik adalah angka pada saat terdengar denyut arteri brachialis pertama kali (Korotkoff I) dan saat intensitas denyut arteri brachialis menghilang menunjukkan nilai diastolik (Korotkoff V).

3. Pemeriksaan Proteinuria. 4. Pemeriksaan darah lengkap.

5. Pemeriksaan kadar feritin serum dengan cara mengambil darah dari vena mediana kubiti sebanyak 3 mL mempergunakan tabung khusus bertekanan negatif vacutainer dengan menggunakan jarum sekali pakai yang tersedia pada setiap setnya. Jarum kemudian dilepaskan dari tabungnya dan dibuang sesuai aturan pencegahan infeksi. Setiap sampel darah penelitian yang diambil dicantumkan label kode nama, nomor rekam medik, dan tanggal pengambilan sampel. Darah tersebut dikirim ke Laboratorium Thamrin Medan dengan surat pengantar penelitian.

6. Peneliti akan menanggung seluruh biaya penelitian.

III.6. MANAJEMEN DAN ANALISIS DATA

Hasil penelitian dicatat dalam formulir yang disimpan sebagai berkas data komputer menggunakan perangkat lunak SPSS versi 15.0. Uji yang digunakan pada penelitian ini adalah uji t berpasangan dan uji korelasi Pearson.


(44)

xliv 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

1. Preeklampsia berat adalah kehamilan di atas 20 minggu dengan tekanan darah ≥ 160/110 mm Hg disertai proteinuria, tetapi dalam penelitian ini diambil usia kehamilan ≥ 34 minggu. Usia kehamilan dihitung dari hari pertama haid terakhir dengan menggunakan rumus Naegele.

2. Usia kehamilan trimester ketiga. Wanita hamil dengan usia kehamilan ≥ 34 minggu yang dihitung dari hari pertama haid terakhir.

3. Paritas.

Jumlah anak yang pernah dilahirkan :

- Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan anak viable - Multigravida adalah wanita yang pernah melahirkan 1 orang atau lebih

anak yang viable

4. Tekanan darah.

Tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer air raksa merek Nova Pressameter pada posisi berbaring miring ke kiri dan stetoskop Littman. Nilai sistolik adalah angka pada saat terdengar denyut arteri brachialis pertama kali (Korotkoff I) dan saat intensitas denyut arteri brachialis menghilang menunjukkan nilai diastolik (Korotkoff V).

5. Proteinuria adalah adanya protein dalam urin yang diperiksa secara kwalitatif dengan nilai positif 1 – 4. Urin porsi tengah diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 cc dan dipanaskan sampai mendidih, hasilnya dinilai :

+1 : keruh seperti awan


(45)

xlv 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

+3 : keruh dengan partikel-partikel besar +4 : endapan pekat seluruhnya.

Untuk melihat endapan yang menetap dapat dilakukan dengan pemberian satu tetes asam asetat 2 %.

III.8. ETIKA PENELITIAN

Semua peserta diberi penjelasan mengenai tujuan dan cara yang akan dijalankan pada penelitian ini. Penelitian dijalankan setelah mendapat persetujuan sukarela dari masing-masing peserta dengan menandatangani surat persetujuan ( informed consent ). Setiap peserta berhak mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan. Karena alasan apapun setiap penderita boleh menarik diri dari penelitian .

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN

Tabel 1. Usia, Paritas dan Usia Kehamilan Subjek Penelitian

Preeklampsia berat Hamil normal

Variabel n P

Umur 30 31,07 ± 6,19 28,13 ± 4,60 0,056 Gravida 30 2,53 ± 1,63 1,90 ± 1,03 0,073


(46)

xlvi 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Usia gestasi 30 38,87 ± 1,68 38,27 ± 1,74 0,074

Uji t-berpasangan

Pada tabel karakteristik diatas dapat dilihat bahwa rata-rata umur pada kelompok preeklampsia berat (31,07 ± 6,19) dibandingkan dengan kelompok hamil normal (28,13 ± 4,60), rata-rata gravida kelompok preeklampsia berat (2,53 ± 1,63) dengan kelompok hamil normal (1,90 ± 1,03), serta rata-rata gestasi kelompok preeklampsia berat (38,87 ± 1,68) dengan kelompok hamil normal (38,27 ± 1,74). Dengan menggunakan uji t-berpasangan maka didapat P>0,05. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa karakteristik umur, gravida dan usia gestasi tidak ada perbedaan bermakna pada kelompok preeklampsia berat dan hamil normal (P>0,05), sehingga kedua kelompok ini dapat diperbandingkan.

IV.2. HASIL PEMERIKSAAN FERITIN SERUM

Tabel 2. Nilai Rata – Rata Feritin pada Preeklampsia Berat dan Hamil Normal

Preeklampsia berat Hamil normal


(47)

xlvii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Feritin serum 30 187,3 ± 42,8 26,28 ± 6,69 0,0001

Uji t-berpasangan

Pada tabel diatas dijumpai rerata kadar feritin serum pada kelompok preeklampsia berat (187,3 ± 42,8) lebih tinggi bila dibandingkan dengan hamil normal (26,28 ± 6,69). Dalam hal ini ada perbedaan yang bermakna secara statistik (P <0,05).

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dimana terjadi peningkatan kadar feritin pada kelompok preeklampsia berat dibandingkan kelompok kehamilan normal.

Rayman dkk (2001)6 menyatakan hasil nilai median kadar feritin serum berkisar 6

kali lebih tinggi pada pasien dengan preeklampsia dibandingkan dengan subjek kontrol penelitian.

Entman dkk (1983)7 mengatakan bahwa kadar feritin pada pasien preeklampsia

91,8 ng/ml dibandingkan dengan kehamilan normal 19,4 ng/ml.

Raman L dkk (1992)38 mengemukakan bahwa kadar feritin serum pada kelompok

preeklampsia 31,5 ± 19,65 ng/ml dibandingkan kontrol 13,8 ± 13,16 ng/ml.

Teheripanah R dkk (2004)41 pada penelitiannya mengatakan bahwa kadar feritin

serum pada kelompok preeklampsia 123,8 ± 14,6 ng/ml dibandingkan kontrol 33,4 ± 16,2 ng/dl (P<0,001).


(48)

xlviii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

IV.3. HASIL PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT

Tabel 3. Nilai Rata – Rata Hemoglobin pada Preeklampsia Berat dan Hamil Normal

Preeklampsia berat Hamil normal

Variabel n P

Hemoglobin 30 10,217 ± 1,20 10,63 ± 1,60 0,264

Uji t-berpasangan

Pada tabel diatas dijumpai rerata kadar hemoglobin pada preeklampsia berat (10,217 ± 1,20) dan pada hamil normal (10,63 ± 1,60). Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik dimana P > 0,05.

Tabel 4. Nilai Rata – Rata Hematokrit pada Preeklampsia Berat dan Hamil Normal

Preeklampsia berat Hamil normal

Variabel n P


(49)

xlix 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Uji t-berpasangan

Pada tabel diatas dijumpai rerata kadar hematokrit pada preeklampsia berat (31,12 ± 3,70) dan pada hamil normal (32,61 ± 4,67). Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik dimana P > 0,05.

Tabel 5. Korelasi kadar Feritin dengan Hemoglobin dan Hematokrit pada Preeklampsia Berat

Variabel r P

Feritin – Hemoglobin - 0,447 0,013

Feritin – Hematokrit - 0,519 0,003

Uji KorelasiPearson

Pada tabel diatas ditemukan adanya korelasi antara feritin serum dengan hemoglobin dan hematokrit pada preeklampsia berat.

Dijumpai korelasi negatif antara hemoglobin, hematokrit dengan feritin pada preeklampsia berat (P<0,05). Semakin tinggi kadar feritin semakin rendah nilai hemoglobin dan hematokrit.


(50)

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Entman dkk (1983)7 mengatakan bahwa konsentrasi feritin serum meninggi pada

preeklampsia dan eklampsia akibat dari pelepasan feritin jaringan dan adanya perubahan ferrokinetik.

Raman L dkk (1992)38 mengatakan bahwa konsentrasi feritin serum yang tinggi

tidak selalu ekivalen dengan simpanan besi yang melimpah. Pada studi tersebut dijumpai 35% pasien yang menunjukkan defisiensi besi dan anemia tetapi tertutupi oleh karena preeklampsia dan eklampsia.

Sedangkan pada penelitian Anim-Nyame N dkk (2003)43 mengatakan bahwa kerusakan mikrovaskular bermanifestasi pada preeklampsia berat dimana dari 18 wanita hamil dengan preeklampsia berat, 17 wanita normal dan 17 wanita yang tidak hamil didapat hasil bahwa terjadi peningkatan hematokrit (P= 0,004) pada wanita dengan preeklampsia berat.

Heiman L dkk (1981)44 meneliti 155 wanita hamil normal dan 55 wanita hamil dengan preeklampsia didapat hasil bahwa terjadi peningkatan agregasi eritrosit dan peningkatan hematokrit pada wanita preeklampsia.

Sulistyowati S dkk (2002)45 mengatakan bahwa nilai hematokrit ≥ 40% merupakan faktor prognosis kematian maternal pada preeklampsia / eklampsia.


(51)

li 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Hb : PE

13 12

11 10

9 8

7

F

e

ri

ti

n

:

PE

400

300

200

100

Grafik 1a. Hubungan antara Feritin (ng/dl) dan Hemoglobin (gr/dl) pada Preeklampsia Berat.

Grafik 1b. Hubungan antara Feritin (ng/dl) dan Hematokrit (%) pada Preeklampsia Berat.


(52)

lii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Ht : PE

38 36 34 32 30 28 26 24 22 F e ri ti n : PE 400 300 200 100

Grafik 1a dan 1b memperlihatkan hubungan antara kadar feritin preeklampsia berat dengan hemoglobin dan hematokrit preeklampsia berat. Didapatkan bahwa semakin tinggi kadar feritin semakin rendah nilai hemoglobin dan hematokrit pada preeklampsia berat, sebagaimana digambarkan oleh garis linear yang menurun.

Tabel 6. Korelasi kadar Feritin dengan Hemoglobin dan Hematokrit pada Hamil Normal

Variabel r P


(53)

liii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009 40

30

Feritin – Hemoglobin 0,684 0,0001

Feritin – Hematokrit 0,592 0,001

Uji Korelasi Pearson

Pada tabel diatas ditemukan adanya korelasi antara feritin serum dengan hemoglobin dan hematokrit pada hamil normal.

Dijumpai korelasi positif antara hemoglobin, hematokrit dengan feritin pada hamil normal (P<0,05). Semakin tinggi kadar feritin semakin tinggi nilai hemoglobin dan hematokrit.

 

Kaneshige (1981)27 mengatakan bahwa kadar feritin serum pada trimester I

meningkat, pada trimester III kadar feritin serum menurun dari pada trimester I dan II, begitu juga dengan hemoglobin dan hematokrit karena dengan semakin meningkatnya usia gestasi maka terjadi hemodilusi dan penurunan cadangan besi untuk kebutuhan janin (fetoplasental) yang meningkat.

Grafik 2a. Hubungan antara feritin (ng/dl) dan Hemoglobin (gr/dl) pada Kehamilan Normal.


(54)

liv 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009 USU Repository © 2008

ri

ti

n

:

N

o

rma

l

40

30

20

Grafik 2b. Hubungan antara Feritin (ng/dl) dan Hematokrit (%) pada Kehamilan Normal.


(55)

lv 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Grafik 2a dan 2b memperlihatkan hubungan antara kadar feritin normal dengan hemoglobin dan hematokrit normal. Didapatkan bahwa kadar feritin cenderung makin tinggi dengan bertambah nilai hemoglobin dan hematokrit, sebagaimana digambarkan oleh garis linear yang meninggi.

Tabel 7. Korelasi kadar Feritin dengan Tekanan Darah pada Preeklampsia Berat

Variabel r P

Feritin – TDS 0,552 0,002

Feritin – TDD 0,826 0,0001


(56)

lvi 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009 Tekanan darah sistolik

260 240

220 200

180 160

140

F

e

ri

ti

n

400

300

200

100

Pada tabel diatas ditemukan adanya korelasi antara feritin serum dengan tekanan darah sistolik dan diastolik pada preeklampsia berat.

Dijumpai korelasi positif antara tekanan darah sistolik dan diastolik dengan feritin pada preeklampsia berat. (P<0,05). Semakin tinggi tekanan darah sistolik dan diastolik semakin tinggi kadar feritin.

Grafik 3. Hubungan antara feritin (ng/dl) dan Tekanan Darah Sistolik (mmHg) pada Preeklampsia Berat


(57)

lvii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Tekanan darah diastolik

170 160

150 140

130 120

110 100

F

e

ri

ti

n

400

300

200

100

Grafik 3 memperlihatkan hubungan antara tekanan darah sistolik dengan kadar feritin pada preeklampsia berat. Didapatkan bahwa kadar feritin cenderung makin tinggi dengan bertambah tingginya tekanan darah sistolik, sebagaimana digambarkan oleh garis linear yang meninggi.

Grafik 4. Hubungan antara Feritin (ng/dl) dan Tekanan Darah Diastolik (mmHg) pada penderita Preeklampsia Berat


(58)

lviii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

Grafik 4 memperlihatkan hubungan antara tekanan darah diastolik dengan kadar feritin pada preeklampsia berat. Didapatkan bahwa kadar feritin cenderung makin tinggi dengan bertambah tingginya tekanan darah diastolik, sebagaimana digambarkan oleh garis linear yang meninggi.

Zhong dkk (2001)42 mengatakan bahwa penilaian beratnya penyakit pada

preeklampsia adalah dengan pemeriksaan tekanan darah. Resiko terjadinya kerusakan pembuluh darah ibu, akan meningkat bila tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


(59)

lix 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

1. Kadar feritin serum pada preeklampsia berat menunjukkan peningkatan secara bermakna dibandingkan dengan kadar feritin serum pada kehamilan normal.

2. Terdapat korelasi negatif antara kadar feritin serum dengan hemoglobin dan hematokrit pada preeklampsia berat.

3. Terdapat korelasi positif antara kadar feritin serum dengan hemoglobin dan hematokrit pada kehamilan normal.

4. Terdapat korelasi positif antara kadar feritin serum dengan tekanan darah pada preeklampsia berat.

5. Dengan meningginya kadar feritin serum maka semakin berat keadaan dari preeklampsia.

V.2. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat tingkat keparahan dari preeklampsia berat dengan pemeriksaan kadar feritin serum..


(60)

lx 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC.Gilstrap III LS, Wenstrom KD.In : Williams obstetrics. 22 ed. New York: McGraw Hill; 2005.

2. Wiknjosastro GH, Saifudin AB, Affandi B, Waspodo D. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. dalam : YBPSP-JNPKR : POGI; 2002.

3. Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUP/Perjan RS dr. Hasan Sadikin Bandung. Laporan Tahunan 2005, Bandung; 2006.

4. Girsang E.S. Analisis Tekanan Darah dan Proteinuria sebagai Faktor Prognosis Kematian Maternal dan Perinatal pada Preeklampsia Berat dan Eklampsia : Tesis, Medan, 2004.

5. Ustun Y, Engin-Ustun Y, Kamaci M. Association of Fibrinogen and C - Reactive Protein with Severity of Preeclampsia. European Journal of Obstetric & Gynecology and Reproductive Biology 2005 : 1-5

6. Rayman PM, Barlis J, Evans WR, Redman GWC, King JL. Abnormal Iron Parameters in the Pregnancy Syndrome Preeclampsia. Am J Obstet Gynecol 2002;187:412-8.

7. Entman SS, Richardson LD, Killiam AP. Elevated serum Ferritin in the Altered ferrokinetics of Toxemia of Pregnancy. Am J Obstet Gynecol 1983; 144:418-22.

8. Scholl OT. Iron Status during Pregnancy : setting the stage for mother and infant. Am J Clin Nutr 2005;81:1218-22.


(61)

lxi 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

9. Wagner LK. diagnosis and Management of Preeclampsia. Am Fam Physician 2004; 70: 2317-24.

10. Rachimhadi T, Wibowo B. Preeklampsia dam Eklampsia. Dalam : Winknjosastro H, editor. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1994: 281-300.

11. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan Di Indonesia. Edisi kedua. Kelompok Kerja Penyusunan " Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan Di Indonesia" 2005.

12. Dekker GA, Sibai BM. Etiology and Pathogenesis of Preeclampsia: Current concepts. Am J Obstet Gynecol 1998;179: 1359-79.

13. Granger JP, Alexander BT. Pathophysiology of Hypertension during Preeclampsia lingking Plasental Ischemic with Endothelial Dysfunction Hypertension 2001; 38: 718-22.

14. Merviel P, Carbillon L, Challier JC. Pathophysiology of Preeclamsia: Link with Implantation Disorders. European Journal of Obstetrics & Gynaecology and Reproductive Biology 2004; 115: 134-147.

15. Chen O, et al. Production of Prostacyclin and Tromboxane A2 in Mononuclear Cells from Preeclamtic Women. Am J Obstet Gynecol 1993; 169: 107-111. 16. Warden M. Preeclamsia (Toxemia of Pregnancy). Dept of Emergency

Medicine, Metrowest Physicians,2005.

17. Egerman RS. Hypertensive Disorders During Pregnancy in Obstetrics & Gynecology. In: Principles for Practice. Philadelphia: McGraw Hill, International Edition; 2001; 244-52.


(62)

lxii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

18. Lao T T, Tam K .F, Chan L.Y, Third Trimester Iron Status and Pregnancy Outcome in Non-anemic Women; Pregnancy Unfavourably affected by Maternal Iron Excess. Human Reproduction Vol 15; No.8; 2000; 1843-48. 19. Fairbanks V F, Beutler E. Iron Metabolism. In: Williams WJ (Ed) Hematology,

Fourth Edition, International Edition, Mc Graw-Hill Publishing Company, New York-Toronto, 1991; 329-36.

20. Jacobs A, Worwood M. Ferritin in Serum Clinical and Biochemical Implications. The New England Journal of Medicine, 1975, 292; 18: 951-6. 21. Morrison JC. Anemia Associated with Pregnancy. In: Sciarra JJ (Ed)

Gynecology and Obstetrics, Vol 3, Harper & Row Publisher, Philadelphia, 1983, 16: 1-18.

22. Erslev AJ. Anemia of Chronic Disorders. In: Williams WJ (Ed). Hematology. Fourth Edition, International Edition, Mc Graw Hill Publishing Company, New York - Toronto, 1991: 540-44.

23. Andrews SC, Arosio P, Bottke B, Briat JF, VonDarl M, Harrison PM, et al. Structure, function, and evolution of ferritins. J Inorg Biochem 1992;47:161-74.

24. Harrison PM, Arosio P. The ferritins: molecular properties, iron storage function and cellular regulation. Biochym Biophys Acta 1996;1275:161-203. 25. Levi S, Santambrugio P, Corsi B, Cozzi A, Arosio P. Evidence that residues

exposed on the threefold channels have active roles in the mechanism of ferritin iron incorporation. Biochem J 1996;317:467-73.


(63)

lxiii 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

26. Tsunenobu T, Robert LG, Kelley EJ, Suzanne PC, Carol AH. Serum ferritin: A predictor of early spontaneous preterm delivery. Am J Obstet Gynecol 1996;87:360-5.

27. Kaneshige E. Serum ferritin as an assesment of iron stores and other hematologic parameter during pregnancy. Obstet Gynecol, 1981, 57: 238-71. 28. Asif N, Hassan K, Mahmud S, et al. Comparison of Serum Ferritin Levels in

Three Trimesters of Pregnancy and Their Correlation with Increasing Gravidity, International Journal of Pathology, 2007,5(1): 26-30.

29. Ichsan T.M, Gambaran Feritin Serum sebagai Penilaian Cadangan Besi pada Wanita Hamil dibandingkan dengan Parameter hematologik Lainnya, Tesis, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK USU, Medan,1996.

30. Redman CWG, Sargent IL. Placental debris, oxidative stress and pre-eclampsia. Placenta, 2000;21:597-602.

31. Hubel CA, Robert JM, Taylor RN, Musci TJ, Roger GM, Mc Laughlin MK. Lipid Peroxidation in Preeclampsia: New perspectives on Preeclampsia. Am J Obstet Gynecol 1989; 161: 1025-34.

32. Balla J, Jacob HS, Balla G, Nath K, Eaton JW, Vercelotti GM. Endothelial-cell heme uptake from heme proteins: Induction of sensitization and desensitization to oxidant damage. Proc Natl Acad Sci USA 1993; 90: 9285-9. 33. Halliwell B, Gutteridge JMC. Free Radicals in Biology and Medicine. 3rd ed.

Oxford (UK): Oxford University Press; 1999: 131,297-8.

34. Balla J, Vercelotti GM, Muller EU, Eaton J, Jacob HS. Exposure of endothelial cells to free heme potentiaties damage mediated by granulocytes and toxic oxygen species. Lab Invest 1991; 64: 648-55.


(64)

lxiv 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

35. Hubel CA, Kozlov AV, Kagan EV, Evans RW, Davidge ST, McLaughin MK,et al. Decreased Transferrin and Increased Tranferrin Saturation in sera of women with Preeclampsia: implication for oxidative stress. Am J Obstet Gynecol 1996; 175: 692-700.

36. Worwood M. Measurement of Iron status. In: British Nutrition Foundation. Iron: Nutritional and Physiological Significance. London: Chapman and Hall; 1995: 23-32.

37. Jinrong H, Suzanne P, Cliver BA, Tsunenobu T, Kelly EJ, Robert G. Maternal serum ferritin and fetal growth. Obstet Gynecol 2000;95(3):447-52.

38. Raman L, Pawashe AB et all. Hiperferritinemia in Pregnancy Induced Hypertension and Eclampsia. National institute of Nutrition, Indian Council of Medical Research. J Postgrad Med 1992; 38(2): 65-68.

39. School OT, Leskiw M, et al. Oxidative stress, Diet, and The Etiology of Preeclampsia. Am J Clin Nutr 2005; 81:1390-6.

40. Hubel CA. Oxidative Stress in The Pathogenesis of Preeclampsia.Society for Experimental Biology and Medicine 1999; 222.

41. Taheripanah R, Farkush PB. Relation between Serum Feritin and Iron Parameters with Preeclampsia. Journal of Family and Reproductive Health 2007; 1(2).

42. Zhong XY, Laivuori H, Livingston JC, Ylikorkala O, Sibai BM, Holzgreve W, et al. Elevation of both maternal and fetal extracelular circulating deoxyribonucleic acid concenterations in the plasma of pregnant women with preeclampsia. Am J Obstet Gynecol. 2001 ; 184:414-9.


(65)

lxv 

Simon P. Saing : Perbandingan Kadar Feritin Serum Pada Preeklampsia Berat Dan Kehamilan Normal, 2009

43. Anim-Nyame N, Gamble J, Sooranna S.R, Jhonson M.R, Sullivan M.H, Steer P.J. Evidence of Impaired Microvascular Function in Preeclampsia : A non-invasive study. Departement of Maternal and Fetal Medicine, Imperial College School of Medicine at Chealsea and Westminster Hospital London; Clinical Science ISSN 2003 : 104:405-12

44. Heilmann L, Siekmann U, et al. Hemoconcentration and Preeclampsia. Arch Gynecology. 1981 : 231: 7-21.

45. Sulistyowaty S, Mose JC. Hematokrit sebagai faktor prognosis kematian maternal pada preeklampsia/eklampsia. MOGI 2002;26-2:92 - 6


(66)

lxvi 


(1)

9. Wagner LK. diagnosis and Management of Preeclampsia. Am Fam Physician 2004; 70: 2317-24.

10. Rachimhadi T, Wibowo B. Preeklampsia dam Eklampsia. Dalam : Winknjosastro H, editor. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1994: 281-300.

11. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan Di Indonesia. Edisi kedua. Kelompok Kerja Penyusunan " Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan Di Indonesia" 2005.

12. Dekker GA, Sibai BM. Etiology and Pathogenesis of Preeclampsia: Current

concepts. Am J Obstet Gynecol 1998;179: 1359-79.

13. Granger JP, Alexander BT. Pathophysiology of Hypertension during

Preeclampsia lingking Plasental Ischemic with Endothelial Dysfunction Hypertension 2001; 38: 718-22.

14. Merviel P, Carbillon L, Challier JC. Pathophysiology of Preeclamsia: Link with

Implantation Disorders. European Journal of Obstetrics & Gynaecology and Reproductive Biology 2004; 115: 134-147.

15. Chen O, et al. Production of Prostacyclin and Tromboxane A2 in Mononuclear

Cells from Preeclamtic Women. Am J Obstet Gynecol 1993; 169: 107-111.

16. Warden M. Preeclamsia (Toxemia of Pregnancy). Dept of Emergency

Medicine, Metrowest Physicians,2005.

17. Egerman RS. Hypertensive Disorders During Pregnancy in Obstetrics &

Gynecology. In: Principles for Practice. Philadelphia: McGraw Hill, International Edition; 2001; 244-52.


(2)

18. Lao T T, Tam K .F, Chan L.Y, Third Trimester Iron Status and Pregnancy Outcome in Non-anemic Women; Pregnancy Unfavourably affected by Maternal Iron Excess. Human Reproduction Vol 15; No.8; 2000; 1843-48.

19. Fairbanks V F, Beutler E. Iron Metabolism. In: Williams WJ (Ed) Hematology,

Fourth Edition, International Edition, Mc Graw-Hill Publishing Company, New York-Toronto, 1991; 329-36.

20. Jacobs A, Worwood M. Ferritin in Serum Clinical and Biochemical

Implications. The New England Journal of Medicine, 1975, 292; 18: 951-6.

21. Morrison JC. Anemia Associated with Pregnancy. In: Sciarra JJ (Ed)

Gynecology and Obstetrics, Vol 3, Harper & Row Publisher, Philadelphia, 1983, 16: 1-18.

22. Erslev AJ. Anemia of Chronic Disorders. In: Williams WJ (Ed). Hematology.

Fourth Edition, International Edition, Mc Graw Hill Publishing Company, New York - Toronto, 1991: 540-44.

23. Andrews SC, Arosio P, Bottke B, Briat JF, VonDarl M, Harrison PM, et al.

Structure, function, and evolution of ferritins. J Inorg Biochem 1992;47:161-74.

24. Harrison PM, Arosio P. The ferritins: molecular properties, iron storage

function and cellular regulation. Biochym Biophys Acta 1996;1275:161-203.

25. Levi S, Santambrugio P, Corsi B, Cozzi A, Arosio P. Evidence that residues

exposed on the threefold channels have active roles in the mechanism of ferritin iron incorporation. Biochem J 1996;317:467-73.


(3)

26. Tsunenobu T, Robert LG, Kelley EJ, Suzanne PC, Carol AH. Serum ferritin: A predictor of early spontaneous preterm delivery. Am J Obstet Gynecol 1996;87:360-5.

27. Kaneshige E. Serum ferritin as an assesment of iron stores and other

hematologic parameter during pregnancy. Obstet Gynecol, 1981, 57: 238-71.

28. Asif N, Hassan K, Mahmud S, et al. Comparison of Serum Ferritin Levels in

Three Trimesters of Pregnancy and Their Correlation with Increasing Gravidity, International Journal of Pathology, 2007,5(1): 26-30.

29. Ichsan T.M, Gambaran Feritin Serum sebagai Penilaian Cadangan Besi pada

Wanita Hamil dibandingkan dengan Parameter hematologik Lainnya, Tesis, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK USU, Medan,1996.

30. Redman CWG, Sargent IL. Placental debris, oxidative stress and

pre-eclampsia. Placenta, 2000;21:597-602.

31. Hubel CA, Robert JM, Taylor RN, Musci TJ, Roger GM, Mc Laughlin MK.

Lipid Peroxidation in Preeclampsia: New perspectives on Preeclampsia. Am J Obstet Gynecol 1989; 161: 1025-34.

32. Balla J, Jacob HS, Balla G, Nath K, Eaton JW, Vercelotti GM. Endothelial-cell

heme uptake from heme proteins: Induction of sensitization and desensitization to oxidant damage. Proc Natl Acad Sci USA 1993; 90: 9285-9.

33. Halliwell B, Gutteridge JMC. Free Radicals in Biology and Medicine. 3rd ed.

Oxford (UK): Oxford University Press; 1999: 131,297-8.

34. Balla J, Vercelotti GM, Muller EU, Eaton J, Jacob HS. Exposure of endothelial


(4)

35. Hubel CA, Kozlov AV, Kagan EV, Evans RW, Davidge ST, McLaughin MK,et al. Decreased Transferrin and Increased Tranferrin Saturation in sera of women with Preeclampsia: implication for oxidative stress. Am J Obstet Gynecol 1996; 175: 692-700.

36. Worwood M. Measurement of Iron status. In: British Nutrition Foundation.

Iron: Nutritional and Physiological Significance. London: Chapman and Hall; 1995: 23-32.

37. Jinrong H, Suzanne P, Cliver BA, Tsunenobu T, Kelly EJ, Robert G. Maternal

serum ferritin and fetal growth. Obstet Gynecol 2000;95(3):447-52.

38. Raman L, Pawashe AB et all. Hiperferritinemia in Pregnancy Induced

Hypertension and Eclampsia. National institute of Nutrition, Indian Council of Medical Research. J Postgrad Med 1992; 38(2): 65-68.

39. School OT, Leskiw M, et al. Oxidative stress, Diet, and The Etiology of

Preeclampsia. Am J Clin Nutr 2005; 81:1390-6.

40. Hubel CA. Oxidative Stress in The Pathogenesis of Preeclampsia.Society for

Experimental Biology and Medicine 1999; 222.

41. Taheripanah R, Farkush PB. Relation between Serum Feritin and Iron

Parameters with Preeclampsia. Journal of Family and Reproductive Health 2007; 1(2).

42. Zhong XY, Laivuori H, Livingston JC, Ylikorkala O, Sibai BM, Holzgreve W, et

al. Elevation of both maternal and fetal extracelular circulating deoxyribonucleic acid concenterations in the plasma of pregnant women with preeclampsia. Am J Obstet Gynecol. 2001 ; 184:414-9.


(5)

43. Anim-Nyame N, Gamble J, Sooranna S.R, Jhonson M.R, Sullivan M.H, Steer P.J. Evidence of Impaired Microvascular Function in Preeclampsia : A non-invasive study. Departement of Maternal and Fetal Medicine, Imperial College School of Medicine at Chealsea and Westminster Hospital London; Clinical Science ISSN 2003 : 104:405-12

44. Heilmann L, Siekmann U, et al. Hemoconcentration and Preeclampsia.

Arch Gynecology. 1981 : 231: 7-21.

45. Sulistyowaty S, Mose JC. Hematokrit sebagai faktor prognosis kematian maternal pada preeklampsia/eklampsia. MOGI 2002;26-2:92 - 6


(6)