Latar Belakang Peran Organisasi Pangan Dan Pertanian Dunia Terhadap Ketahanan Pangan Di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hubungan internasional adalah hubungan antarbangsa dalam segala aspeknya yang dilakukan oleh suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional negara tersebut. Hubungan internasional ini mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Ekonomi dan lingkungan hidup merupakan salah satu isu-isu Hubungan internasional yang mendapat perhatian lebih oleh para aktor Hubungan Internasional. Dewasa ini isu internasional semakin kompleks dan beragam, termasuk masalah food security ketahanan pangan yang masih terus berlanjut saat ini. Masalah krisis pangan telah menjadi isu yang marak dan mencemaskan banyak rakyat dunia. Persatuan Bangsa-bangsa PBB telah membentuk organisasi khusus mengenai masalah pangan, yakni Organisasi Pangan dan Pertanian FAO. Organisasi Pangan dan Pertanian FAO merupakan badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bermarkas di Roma, Italia. Tujuan organisasi ini untuk menaikkan tingkat nutrisi dan taraf hidup, meningkatkan produksi, proses, pemasaran dan penyaluran produk pangan dan pertanian, juga mempromosikan pembangunan di pedesaan dan melenyapkan kelaparan. 1 Organisasi pangan dan Pertanian FAO memiliki program kerja yang menangani masalah teknis pertanian dan juga memberikan bantuan-bantuan teknis untuk mengurangi masalah pangan di dunia. Krisis pangan adalah suatu proses 1 http:www.wikipedia.com, diakses pada tanggal 01 Junia 2014, ppukul 11.30 Universitas Sumatera Utara terjadinya penurunan asupan pangan serta gizi pada masyarakat 2 . Krisis pangan hampir sama dengan kelaparan, karena kelaparan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan energi karena adanya masalah daya beli ataupun ketersediaan pangan 3 Penanganan krisis pangan merupakan agenda FAO yang mana bertujuan untuk mengurangi masyarakat yang masih kekurangan pangan paling tidak sebanyak 50 dari jumlah sekarang ini. Banyak hal yang menyebabkan krisis pangan terjadi antara lain adalah pertambahan penduduk yang semakin banyak, kerusakan lingkungan dimana-mana, konversi lahan dan penurunan kualitas lahan pertanian, tingginya bahan bakar fosil, pemanasan global dan perubahan iklim, kebijakan lembaga keuangan internasional dan negara maju, serta regulasi . Food security ketahanan pangan dikatakan akan tercapai atau sukses apabila kedua masalah tersebut telah terselesaikan, karena ketahanan pangan dilihat sebagai ketersdeiaan pangan, akses pangan, dan juga pemanfaatan pangan. Food security ketahanan pangan mencakup 3 aspek penting yang dapat digunakan sebagai indikator yaitu Ketersediaan yang berarti bahwa pangan tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk baik jumlah, mutu serta keamanan. Distribusi yaitu pasokan pangan menjangkau seluruh wilayah dengan harga stabil dan terjangkau oleh rumah tangga. Dan konsumsi yaitu setiap rumah tangga mampu mengakses pangan yang cukup dan mengelola konsumsi sesuai dengan kaidah gizi dan kesehatan serta preferensinya. 2 Mukti Aji. 2009. Krisis Global Dan Dunia Pertanian Indonesia, diakses pada tanggal 20 Juni 2014, 14:50. 3 Uji Penerapan Instrumen Pemantauan Kelaparan Tahun 2004 http:pamekasan.bpjs- jatim.go.id, diakses pada 20 Juni 2014, 15:42. Universitas Sumatera Utara kebijakan pemerintah yang terkait dengan pertanian turut menjadi penyebab krisis pangan terjadi nantinya. Akibat atas krisis dan kelangkaan pangan dunia juga semakin diperparah dengan tindakan beberapa negara produsen pangan utamanya padi yang membatasi bahkan menghentikan permintaan impor dari negara lain. Sampai dengan akhir Maret 2008, sebagaimana dilaporkan FAO, telah terjadi krisis pangan yang sangat serius di 36 negara dan 21 negara diataranya merupakan negara di benua Afrika yang merasakan dampak paling serius bahkan menyebabkan terjadinya kelaparan kronis dan beberapa kasus kematian. Indonesia merupakan salah satu negara yang keadaan pangannya mulai mengalami krisis pangan. Namun, menilik bahwa indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bekerja sebagai petani sangatlah tidak mungkin bila indonesia mengalami krisis pangan. Krisis pangan lebih merupakan dampak dari kebijakan pemerintah mengenai hasil pangan. Ada pun beberapa faktor penyebab terjadinya krisis pangan, sebagai berikut: 4 1. Penduduk dunia yang kian bertambah Ketika penduduk semakin bertambah maka konsumsi dunia yang semakin tinggi. Tingginya permintaan ini disebabkan salah satunya oleh semakin bertambahnya penduduk di tiap-tiap negara setiap tahunnya. Laster Brown, kepala lembaga kebijakan bumi di Washington DC, mengemukakan bahwa keterbatasan pangan dapat menyebabkan runtuhnya peradaban dunia. Menurut Brown, manusia mempertahankan kehidupannya dengan mengikis tanah dan menghabiskan persediaan air tanah lebih cepat dari pemulihannya 4 .http:agil-asshofie.blogspot.com201204krisis-pangan-dunia.html, diakses pada tanggal 10 januari 2015, 13.27. Universitas Sumatera Utara kembali. Laporan kompas menjelaskan bahwa populasi manusia di dunia mengalami peningkatan sebesar 1,2 setiap tahunnya sehingga kenaikan konsumsi pangan harus bisa mengimbangi pertambahan penduduk demi kelangsungan hidup dimasa depan. 2. Cuaca Ekstrem Perubahan cuaca cukup ektrem yang terjadi di beberapa negara termasuk salah satu faktor yang memberikan dampak negatif bagi produksi pangan. Beberapa wilayah bahkan tidak hanya mengalami gagal panen, tetapi juga turut merusak lahan produksi sehingga kecukupan pangan bisa terganggu dalam waktu yang cukup lama. Hal ini tampak jelas di beberapa negara, baik negara maju, berkembang maupun miskin. Pada bulan November 2007 terjadi topan Sidr menewaskan ribuan orang di Bangladesh dan menyapu lahan-lahan padi di negara itu. Lebih lanjut, berita dari media Epochtime menyebutkan bahwa pada tahun 2010 banyak wilayah penghasil pangan dunia diterpa berbagai bencana alam dan musibah yang menyebabkan produksi bahan pangan merosot drastis. 3. Pembatasan Ekspor Kenaikan harga pangan dunia juga dipicu oleh perlindungan persediaan pangan dalam negeri masing-masing negara sehinggamenurunkan kuantitas jumlah ekspor bahan makanan di pasaran internasional. Direktur organisasi perdagangan dunia WTO, Pascal Lamy, di Jenewa pada 22 January 2011, Swiss, mengemukakan bahwa pembatasan ekspor saat ini menjadi penyebab utama melonjaknya harga pagan dunia. Kebijakan tersebut mengkhawatirkan karena tidak hanya akan mengganggu harga pangan di Universitas Sumatera Utara pasaran, tetapi juga ancaman bagi negara-negara yang amat bergantung kepada pasokan impor untuk memenuhi kecukupan pangan mereka. Lamy mengungkapkan pembatasan ekspor telah memainkan peran utama dalam krisis pangan. 4. Trend Energi Alternatif Biofuel Salah satu faktor penyebab krisis pangan dunia adalah kebijakan energi alternatif biofuel yang banyak dikembangkan di negara-negara industri maju. Jagung dan kelapa sawit misalnya, kedua pangan itu sebelumnya untuk konsumsi masyarakat dunia, tetapi saat ini banyak dijual untuk biofuel yang permintaannya cukup tinggi. Keterkaitan biofuel dengan kenaikan harga pangan memang sangat erat. Hal ini terjadi karena beberapa komoditi pangan kini dipergunakan sebagai bahan baku biofuel. Jika harga beli jagung dan kedelai untuk kebutuhan biofuel lebih tinggi dibanding harga beli untuk kebutuhan konsumsi, maka pelaku pasar memiliki kecenderungan untuk menjual hasil panen jagung dan kedelai mereka ke produsen biofuel. Seperti yang terjadi di Cina, pengalihan produksi jagung untuk biofuel menyebabkan kelangkaan pakan ternak di negara itu. Berdasarkan data statistik terbaru dari FAO, ada 925 juta jiwa kelaparan di dunia, dan 98 nya berada di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Tiga perempat darinya tinggal dipedesaan, pendapatan pokok masih tergantung pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan. Urbanisasi besar-besaran membuat ledakan jumlah penduduk di kota-kota besar, masalah kemiskinan, pengangguran menjadi polemik yang biasa di masyarakat perkotaan. Pada data FAO pada tahun Universitas Sumatera Utara 2006-2008, Indonesia memiliki total populasi lebih dari 224,7 juta jiwa, dengan presentase kelaparan 13 yaitu sekitar 29,7 juta jiwa masih mengalami kelaparan. 5 Data statistik FAO untuk neraca pangan Food Balance Sheet terutama beras digunakan untuk menggambarkan kondisi kesetimbangan ketersediaan dan konsumsi beras nasional. Laju pertumbuhan ketersediaan beras sebelum krisis sebesar 2,76 per tahun terutama didukung oleh pertumbuhan produksi yang cepat pula 2,46 per tahun namun laju pertumbuhan produksi setelah krisis yang semakin lambat mengakibatkan pula lambatnya laju pertumbuhan ketersediaan beras nasional. Walaupun demikian, jika ditinjau ketersediaan selama sepuluh tahun terakhir ternyata dukungan pertumbuhan produksi semakin kecil terhadap laju pertumbuhan ketersediaan beras nasional seperti ditunjukkan oleh laju pertumbuhan tingkat produksi yang lebih lambat dari laju pertumbuhan kertersediaan beras. Diperhitungkan tingkat konsumsi beras untuk pangan food mencapai 121,6 kg per kapita. Tingkat konsumsi untuk pangan tersebut pada dasarnya telah dapat dipenuhi dari produksi domestik yang mencapai 107,5 dari kebutuhan pangan nasional. Namun demikian impor beras masih dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nasional yaitu dengan jumlah rata-rata per tahun mencapai sekitar 1.043.140 ton atau sekitar 4,7 dari pasokan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa kesetimbangan neraca perberasan nasional masih ditopang oleh impor walaupun dengan tingkatpersentase pemenuhan pasokan domestik yang cenderung menurun selama empat dekade terakhir. 5 . https:kuliahnyok.wordpress.com20121008peran-fao-terhadap-program-ketahanan- pangan-di-indonesia, diakses pada tanggal 10 Januari 2015 13.40. Universitas Sumatera Utara

1.2. Perumusan Masalah