Pengertian Kualitas Pelayanan Publik Ukuran Kualitas Pelayanan Publik

pelayanan perijinan dan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan perijinan. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang diharapkan oleh masyarakat, misalnya kebutuhan akan pelayanan perijinan.

2.4.3 Pengertian Kualitas Pelayanan Publik

Pelayanan yang di berikan kepada masyarakat harus sesuai dengan kemampuan dalam memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan tersebut. Pelayanan yang di berikan kepada masyarakat harus sesuai dengan keinginan atau aspirasi masyararakat dan sesuai dengan harapan dan kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat. Parasuraman, mengatakan ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu pelayanan yang diharapkan Expected Service dan pelayanan yang dirasakan Perseived Service. Kualitas pelayanan yang diterima atau dirasakan melebihi dengan apa yang diharapkan, maka kualitas pelayanan yang dipersepsikan sebagai kualitas yang baik dan memuaskan Parasuraman, 1985 : 48- 50. Baik dan buruknya suatu kualitas pelayanan tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. Kualitas pelayanan yang diterima oleh masyarakat dapat dilakukan dengan membandingkan cara – cara dari pelayanan yang diterima dan yang diharapkan oleh masyarakat. Pengertian berbeda mengenai kualitas pelayanan menurut pendapat Supranto , yaitu : “Kualitas pelayanan merupakan sifat dari penampilan produk atau kinerja yang merupakan bagian utama dari strategi organisasi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar pemerintah ataupun sebagai strategi untuk terus berkembang” Supranto, 2001 : 228. Berdasarkan penjelasan diatas, kualitas pelayanan adalah suatu pelayanan atau perlakuan terhadap orang lain yang pelayanannya sesuai dengan standar nilai yang baku. Aparatur BPPT Provinsi Jawa Barat sebagai pelaksana atau penggerak roda pemerintahan, yang memiliki tujuan utama dari dibentuknya pemerintahan tersebut adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban dimana masyarakat dapat menjalani kehidupan dengan adil dan makmur tanpa membeda-bedakan status atau golongan, sehingga akan tercipta pelayanan yang adil yang di rasakan oleh penerima pelayanan.

2.4.4 Ukuran Kualitas Pelayanan Publik

Secara teoritis, tujuan pelayanan publik menurut Lijan Poltak Sinambela dalam bukunya Reformasi Pelayanan Publik pada dasarnya tujuan pelayanan publik adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari : 1. Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. 2. Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas. 4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. 5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial. 6. Keseimbangan hak dan kewajiban yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik. Sinambela, 2008 : 6 Transparansi atau keterbukaan sangat penting dilakukan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama hal-hal yang menyangkut mengenai informasi pelayanan perijinan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat. Informasi pelayanan perijinan yang disajikan harus dapat dipertanggunggung-jawabkan baik kepada publik atau instansi pemerintahan terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Prinsip dalam pelayanan harus mengacu pada efektif dan efisiensi dalam memberikan informasi pelayanan kepada masyarakat. Partisipasi masyarakat juga sangat penting untuk mendorong penyelenggaraan pelayanan publik misalnya dengan memberikan kritik dan saran pada instansi pemerintahan terkait. Aparatur diharapkan tidak membeda-bedakan status sosial masyarakat dalam memberikan pelayanan baik kaya maupun miskin aparatur harus memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, sehingga dapat tercipta pelayanan yang adil yang dapat dirasakan oleh penerima pelayanan. Perlunya keseimbangan hak dan kewajiban bagi pemberi dan penerima pelayanan artinya aparatur dan masyarakat harus mengetahui hak dan kewajibannya sebagai pemberi maupun pengguna jasa pelayanan.

BAB III OBYEK PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat

3.1.1 Sejarah Provinsi Jawa Barat

Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925 ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan Provinsi itu sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah Provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah “Soendalanden” Tatar Soenda atau “Pasoendan”, sebagai istilah geografi untuk menyebut Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.

3.1.2 Geografi Provinsi Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Banten dan DKI Jakarta di barat. Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di bagian tengah merupakan pegunungan, yaitu bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik