2.5.1 Kelompok Pemberontak Insurgent Group
Kelompok Pemberontak merupakan kelompok yang biasanya muncul dalam sebuah negara yang sistem politiknya tidak bisa mengakomodasi
kepentingan berbagai pihak yang berada didalamnya. Kelompok yang tidak merasa puas ini akhirnya mencari jalan diluar aturan atau hukum yang berlaku
guna mengekspresikan ketidakpuasan dan tuntutan mereka kepada otoritas resmi. Mereka inilah yang biasanya memicu lahirnya konflik internal yang asimetris dan
biasanya berlarut-larut. Dalam Konvensi Jenewa, Pemberontak di definisikan sebagai :
Sekelompok orang yang berasal dari anggota militan dan anggota sukarela dari kesatuan, termasuk mereka yang mengorganisasi
gerakan pembangkan, milik sebuah Partai untuk melakukan konflik yang daerah operasinya bisa didalam atau diluar teritori mereka
Konvensi Jenewa ke III : artikel 3
Sementara itu, Departemen Pertahanan Amerika Serikat mendefinisikan Pemberontak sebagai sebuah gerakan teroganisir yang ditujukan untuk
menggulingkan pemerintah resmi melalui penggunaan subversi dan konflik bersenjata DOD : 2007, www.defense.gov, diakses pada tanggal 15 Juni 2011.
Sedangkan menurut Oxford English Dictionary, Pemberontak didefinisikan sebagai :
Seseorang atau kelompok yang bangkit melawan otortitas resmi, dimana seorang pemberontak rebel itu sendiri bukan dikategorikan
sebagai pihak yang sedang berperang belligerent 1989. Definisi lain dari Pemberontak juga adalah sebuah gerakan yang bermotif
politik dengan tujuan spesifik TS : 2008, www.terrorism-research.com, diakses
pada tanggal 7 Juli 2011.
Ketika aksi pemberontakan biasanya diartikan sebagai gerakan melawan hukum berdasarkan aturan hukum yang berlaku disuatu teritori, maka istilah
tersebut berkonotasi netral. Tetapi, ketika istilah itu digunakan oleh Negara atau otoritas lain dibawah sebuah ancaman, pemberontak itu berkonotasi negatif
karena keberadaannya tidak legal. Sebuah pemberontak belum tentu dikategorikan sebagai pihak-pihak yang sedang berperang belligerent group.
Belligerent group merupakan status politik yang secara resmi diakui oleh
hukum internasional yang sama statusnya dengan negara. Belligeremt Group merupakan terminologi yang diakui dalam hokum Perang Internasional yng
biasanya di tujukan kepada pihak-pihak yng sedang berperang. Pada umumnya, status ini dilekatkan kepada Negara-negara yang sedang terlibat perang. Karena
diatur dalam hukum internsional, maka Belligerent Group memiliki hak kewajiban yang dijamin secara hokum internasional pula, sehingga konflik yang
terjadi bukan merupakan sebuah tindakan melawan hukum, sementara Insurgent Group
sudah pasti merupakan tindakan kriminal karena keberadaannya ilegal dalam hukum positif maupun hukum internasional.
Robert R. Tomes mengidentifikasi empat elemen yang secara tipikal mencakup sebuah pemberontakan :
1. Jaringan yang yang menjaga Kerahasiaan cell-networks that maintain
secrecy 2.
Terorisme yang biasanya menebar rasa tidak aman diantara populasi dan membawa mereka kepada gerakan perlindungan terrorism used to foster
insecurity among the population and drive them to the movement for protection
3. Beraneka segi usaha untuk menarik dukungan dalam masyarakat umum,
sering mealui perongrongan terhadap rezim baru multifaceted attempts to cultivate support in the general population, often by undermining the new
regime 4.
Penyerangan melawan Pemerintah attacks against the government Cordesman : 2007, www.csis.org, diakses pada tanggal 5 Juli 2011.
Berikut adalah tabel Bentuk dan Tipe Pemberontakan :
Sumber : Nyeberg : 2001, www.globalsecurity.org, diakses pada tanggal 17 Juni 2011
Gambar 2.5.1 Bentuk dan Tipe Pemberontakan
Bentuk pemberontakan terbagi dua, yakni yang menggunakan senjata Armed Forces dan yang tidak menggunakan Senjata Non-Armed Forces.
Pemberontak yang menggunakan senjata biasanya mengeksekusi aksi-aksinya dengan dua cara yaitu cara-cara Teroris atau Gerilya.
Cara-cara Teroris adalah serangkaian aksi kekerasan yang dieksekusi dengan tujuan untuk menebar rasa takut di masyarakat umum Gray, 2007 : 256.
Dengan demikian, biasanya kelompok pemberontak yang dikategorikan sebagai Teroris menggunakan aksi-aksinya di pusat-pusat keramaian publik melalui
sebuah aksi peledakkan bom, yang dapat menebar rasa takut khayalak umum. Sementara Gerilya adalah bentuk tak-tik perang irregular yang mengacu
pada konflik dimana sekelompok kecil gerilyawan, namun tidak terbatas pada anggota militan saja tetapi juga sipil bersenjata yng menggunakan tak-tik militer,
seperti penyergapan, sabotase, serangan, elemen kejutan dan mobilitas yang tinggi untuk mengelabui tentara dalam jumlah besar yang pergerakannya kurang atau
untuk menyerang target-target rawan dengan cepat dan menghilang dengan secepat mungkin.
Sedangkan tipe pemberontak non senjata Non-Armed Forces biasanya adalah dengan melakukan sebuah pembangkangan sipil civil Resistance.
Pembangkangan Sipil dapat diartikan sebagai aksi politik yang menggunakan cara-cara non-kekerasan oleh kelompok-kelompok sipil untuk menentang sebuah
kekuasan tertentu, pasukan, kebijakan atau sebuah rezim. Gerakan pemberontakan muncul dalam sebuah momentum dimana mereka
terlibat. Biasanya gerakan ini muncul sebagai penyebab dari sebuah kerusuhan yang sedang terjadi dengan aspirasi baru untuk menuntut sebuah perubahan,
sehingga cara-cara pemberontak di bangun dan diadaptasi sesuai kebutuhan momen saat itu Nyeberg : 2001, www.globalsecurity.org, diakses pada tanggal
17 Juni 2011 . Aksi-aksi yang dilakukan oleh kelompok pemberontakan biasanya
melahirkan konflik vertikal. Selama konflik vertikal ini masih bisa ditangani oleh
pemerintah sebuah Negara, maka konflik tersebut merupakan konflik internal yang lingkupnya nasional atau urusan dalam negeri Negara itu. Kelompok
pemberontak itu juga masih tetap dianggap sebagai pelaku kriminal yang melawan hukum positif Negara tersebut. Namun, ketika konflik vertikal itu telah
meluas hingga keluar batas teritori sebuah Negara dan mengganggu keamanan Negara tetangga, maka konflik internal yang tadinya merupakan urusan dalam
negeri, kini telah memiliki dimensi internasionalnya. Ketidakmampuan pemerintah dalam menangani sebuah gerakan kelompok pemberontakan ini juga
akan berimbas kepada status kelompok pemberontak tersebut. Ketika sebuah kelompok pemberontak telah mampu menguasai sebagian wilayah dalam satu
Negara dan menerapkan aturannya disitu, secara teoritis maka kelompok pemberontak tersebut bisa dikategorikan sebagai Belligerent Group. Sebuah status
yang secara eksklusif dimiliki oleh subjek hukum internasional yang memiliki hak dan kewajiban dibawah hukum internasional pula. Hal ini akan berimbas pada
perlakuan hukum yang diterima kepada kelompok pemberontak tersebut. Sebuah kelompok pemberontak yang sudah dikategorikan sebagai Belligeren Group tidak
lagi berada dibawah hukum positif sebuah Negara yang membuat ia bebas dari segala tuntutan hukum positif Negara dimana ia berada akibat aksi-aksinya.
Karena setiap aksinya dianggap sebagai tindakan pembelaan diri dibawah hukum internasional.
2.5.2 Pihak-pihak yang sedang Berperang Belligerent Group