Hubungan Pemilu Dengan Demokrasi

33 Adapun fungsi-fungsi adanya pemilihan umum menurut rose dan mossawir antara lain : 1. Menentukan pemerintahan secara langsung maupun tidak langsung. 2. Sebagai wahana umpan balik antara pemilik suara dan pemerintah. 3. Barometer dukungan rakyat terhadap penguasa. 4. Sarana rekrutmen politik. 5. Alat untuk mempertajam kepekaan pemerintah terhadap tuntutan rakyat. 39

1.6.4.2 Hubungan Pemilu Dengan Demokrasi

Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk pemerintahan yang demokratis. Hutington menyatakan bahwa sebuah negara bisa disebut demokratis jika didalamnya terdapat mekanisme pemilihan umum yang dilaksanakan secara berkala atau periodik untuk melakukan sirkulasi elite. Pemilu dapat dikatakan sebagai alat demokrasi karena pemilu dapat menciptakan pemerintah yang representatif secara jujur, adil, bebas, dan kompetitif. Pemilu harus dilakukan secara bebas dan jujur, sementara penyelenggaraan pelaksanaan pemilu juga harus fair, efektif, dan berjalan secara tertib dan aman. Dengan demikian apabila itu dapat diwujudkan, maka pemilu sebagai perwujudan kedaulatan rakyat dapat dilakukan secara kredibel. Kredibilitas pemilu secara universal ditandai dengan Undang-undang pemilu yang mengatur hal-hal utama dalam penyelenggaraan pemilu, seperti siapa yang berhak memilih, siapa yang berhak dipilih, apa peran partai politik, bagaimana pendanaan pemilu, aturan kampanye pemilu, dan cara pemungutan suara, serta penyelesaian sengketa pemilu. 40 39 Ibit, Diakses pada tanggal 20130611 pada pukul 08.43 Wib. 40 http:mindcommonline.compemilu-dan-demokrasi-versi-sby-668;10052013. diakses pada pukul 22.00 Wib Universitas Sumatera Utara 34 Setelah pemilu dapat benar-benar dilaksanakan secara efektif, efesien, tertib, dan lancar. Ini merupakan tidak terlepasnya keikutsertaan, serta partisipasi rakyat dalam pemilu. Disamping itu hal yang terpenting dalam pemilu untuk menciptakan sebuah demokrasi yaitu Rule of law sebuah Undang-undang dan aturan hukum yang jelas atau bersih. Sebuah Undang-undang pemilu bisa diselenggarakan dengan berkualitas sesuai dengan kaidah rule of law dengan memenuhi nilai-nilai demokrasi maka dalam pelaksanaan pemilu akan tercipta demokratis sebagai suatu sistem pemerintahan yang memenuhi syarat pokok, kompetisi yang sungguh–sungguh dan meluas diantara individu-individu dan kelompok- kelompok organisasi untuk memperebutkan jabatan–jabatan pemerintahan yang memiliki kekuasaan efektif, pada jangka waktu yang regular. 41 Komisi Pemilihan Umum disingkat KPU adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia. Ketua KPU saat ini adalah Husni Kamil Manik. Secara ringkas mungkin, KPU yang ada sekarang merupakan KPU keempat yang dibentuk setelah Pemilu demokratis sejak reformasi 1945. KPU pertama 1999-2001 dibentuk dengan Keppres No 16 Tahun 1999 yang berisikan 53 orang anggota yang berasal dari unsur pemerintah dan Partai Politik dan dilantik oleh Presiden BJ Habibie. KPU kedua 2001-2007 dibentuk dengan Keppres No 10 Tahun 2001 yang berisikan 11 orang anggota yang berasal dari unsur akademis dan LSM dan dilantik oleh Presiden Abdurrahman Wahid Gus Dur pada tanggal 11 April 2001. KPU ketiga 2007-2012 dibentuk berdasarkan Keppres No 101P2007 yang berisikan 7 orang anggota yang berasal dari anggota KPU Provinsi, akademisi, peneliti dan birokrat dilantik tanggal 23 Oktober 2007 minus Syamsulbahri yang urung dilantik Presiden karena masalah hukum. Untuk menghadapi pelaksanaan Pemilihan Umum 2009, image KPU harus diubah sehingga KPU dapat berfungsi secara efektif dan mampu memfasilitasi pelaksanaan Pemilu yang jujur dan adil. Terlaksananya Pemilu yang jujur dan adil 41 http:mindcommonline.compemilu-dan-demokrasi-versi-sby-668. Diakses pada tanggal 24 Februari 2013. Pukul 16.45 Universitas Sumatera Utara 35 tersebut merupakan faktor penting bagi terpilihnya wakil rakyat yang lebih berkualitas, dan mampu menyuarakan aspirasi rakyat. Sebagai anggota KPU, integritas moral sebagai pelaksana pemilu sangat penting, selain menjadi motor penggerak KPU juga membuat KPU lebih kredibel di mata masyarakat karena didukung oleh personal yang jujur dan adil. Tepat 3 tiga tahun setelah berakhirnya penyelenggaraan Pemilu 2004, muncul pemikiran di kalangan pemerintah dan DPR untuk meningkatkan kualitas pemilihan umum, salah satunya kualitas penyelenggara Pemilu. Sebagai penyelenggara pemilu, KPU dituntut independen dan non-partisan. Untuk itu atas usul insiatif DPR-RI menyusun dan bersama pemerintah mensyahkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu. Sebelumnya keberadaan penyelenggara Pemilu terdapat dalam Pasal 22-E Undang-undang Dasar Tahun 1945 dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu diatur mengenai penyelenggara Pemilihan Umum yang dilaksanakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum KPU yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Sifat nasional mencerminkan bahwa wilayah kerja dan tanggung jawab KPU sebagai penyelenggara Pemilihan Umum mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sifat tetap menunjukkan KPU sebagai lembaga yang menjalankan tugas secara berkesinambungan meskipun dibatasi oleh masa jabatan tertentu. Sifat mandiri menegaskan KPU dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum bebas dari pengaruh pihak manapun. Perubahan penting dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu, meliputi pengaturan mengenai lembaga penyelenggara Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Universitas Sumatera Utara 36 Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden; serta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang sebelumnya diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan kemudian disempurnakan dalam 1 satu undang-undang secara lebih komprehensif. Dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu diatur mengenai KPU, KPU Provinsi, dan KPU KabupatenKota sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum yang permanen dan Bawaslu sebagai lembaga pengawas Pemilu. KPU dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta dalam hal penyelenggaraan seluruh tahapan pemilihan umum dan tugas lainnya. KPU memberikan laporan Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu juga mengatur kedudukan panitia pemilihan yang meliputi PPK, PPS, KPPS dan PPLN serta KPPSLN yang merupakan penyelenggara Pemilihan Umum yang bersifat ad hoc. Panitia tersebut mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan semua tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum dalam rangka mengawal terwujudnya Pemilihan Umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Dalam rangka mewujudkan KPU dan Bawaslu yang memiliki integritas dan kredibilitas sebagai Penyelenggara Pemilu, disusun dan ditetapkan Kode Etik Penyelenggara Pemilu. Agar Kode Etik Penyelenggara Pemilu dapat diterapkan dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum, dibentuk Dewan Kehormatan KPU, KPU Provinsi, dan Bawaslu. Di dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD, jumlah anggota KPU adalah 11 orang. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu, jumlah anggota KPU berkurang menjadi 7 orang. Pengurangan jumlah anggota KPU dari Universitas Sumatera Utara 37 11 orang menjadi 7 orang tidak mengubah secara mendasar pembagian tugas, fungsi, wewenang dan kewajiban KPU dalam merencanakan dan melaksanakan tahap-tahap, jadwal dan mekanisme Pemilu DPR, DPD, DPRD, Pemilu PresidenWakil Presiden dan Pemilu Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah. Menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu, komposisi keanggotaan KPU harus memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30 tiga puluh persen. Masa keanggotaan KPU 5 lima tahun terhitung sejak pengucapan sumpahjanji. Penyelenggara Pemilu berpedoman kepada asas : mandiri; jujur; adil; kepastian hukum; tertib penyelenggara Pemilu; kepentingan umum; keterbukaan; proporsionalitas; profesionalitas; akuntabilitas; efisiensi dan efektivitas. Cara pemilihan calon anggota KPU-menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu-adalah Presiden membentuk Panitia Tim Seleksi calon anggota KPU tanggal 25 Mei 2007 yang terdiri dari lima orang yang membantu Presiden menetapkan calon anggota KPU yang kemudian diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mengikuti fit and proper test. Sesuai dengan bunyi Pasal 13 ayat 3 Undang-undang N0 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu, Tim Seleksi Calon Anggota KPU pada tanggal 9 Juli 2007 telah menerima 545 orang pendaftar yang berminat menjadi calon anggota KPU. Dari 545 orang pendaftar, 270 orang lolos seleksi administratif untuk mengikuti tes tertulis. Dari 270 orang calon yang lolos tes administratif, 45 orang bakal calon anggota KPU lolos tes tertulis dan rekam jejak yang diumumkan tanggal 31 Juli 2007. 42 Sedangkan untuk penyelenggara di Aceh sendiri sudah ada pergantian dari KPU menjadi Komisi Independen Pemilihan KIP yang bertanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan pelaksanaan pemilu maupun pilkada di setiap 42 http:id.wikipedia.orgwikiKomisi_Pemilihan_Umum.diakses pada tanggal 11062013 pada pukul 10.00 Wib. Universitas Sumatera Utara 38 kabupaten yang ada di Aceh, KIP hanya berada di Aceh, berbeda dengan di daerah lain dimana pemilihan diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD. Keberadaan KIP diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 tentang Pemerintahan Aceh, sedangkan teknis pelaksanaannya dirinci dalam Qanun Nomor 2, 3, dan 7 Tahun 2006. KIP beranggotakan 5 orang, dibentuk oleh oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh, diseleksi oleh tim independen yang bersifat ad hoc dan menjabat selama lima tahun. Anggota KIP telah dilantik oleh Pejabat Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 3 Maret 2005. Susunan anggota KIP saat ini adalah : Abdul Salam Poroh Ketua, Ilham Syahputra wakil ketua KIP, Nurjani Abdullah, Roby Syah Putra, Akmal Abza Ketua Divisi Sosialisasi dan Yarwin Adi Dharma. Pada masing-masing kabupatenkota, terdapat pula Komisi Independen Pemilihan Kabupaten dan Komisi Independen Pemilihan Kota, yang beranggotakan 5 orang. 43 43 Dalam penyelenggaraaan pilkada dimungkinkan terjadi suatu pelanggaran pilkada. pelanggaran pilkada ini berbentuk konflik antara pasangan calon dengan penyelenggara pilkada KPUD. Untuk memberikan kepastian hukum kepada pihak yang bersengketa, undang-undang memberikan kewenangan kepada Mahkamah Agung dalam menyelesaikan sengketa hasil pilkada seperti yang diamanatkan dalam pasal 106 undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, bahwa mahkamah agung berwewenang memutuskan sengketa hasil pilkada yang bersifat final dan mengikat. Berdasarkan ketentuan ini mahkamah agung mengadili keberatan terhadap hasil pilkada langsung yang di ajukan oleh pasangan calon kepada mahkamah agung dalam waktu paling lambat 3 tiga hari setelah penetapan hasil pilkada langsung tersebut. http:id.wikipedia.orgwiki3_Maret.diakses pada tanggal 11062013 pukul 10.20 Wib. Universitas Sumatera Utara 39 Keberatan ini hanya berkenaan dengan hasil perhitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon. Pengajuan keberatan terhadap mahkamah agung disampaikan kepada pengadilan tinggi untuk pilkada provensi dan pengadilan negeri untuk pilkada kabupatenkota. Mahkamah agung memutus sengketa hasil perhitungan suara paling lambat 14 empat belas hari sejak diterimanya permohonan keberatan oleh pengadilan negripengadilan tinggimahkamah agung. 44 Penanganan sengketa pilkada ini diperlukan kesiapan dari lembaga peradilan dan mahkamah agung untuk menyiapakan peangakat pendukung untuk untuk mempelancar pengamana sengketa hasil pilkada, mengigat waktu yang terbatas. Meskipun secara yuridis normatif kwewngan mahkamah agung dan kewenangan mahkamah kontitusi sedah jelas sebagaimana diatur dalam ketuentuan peraturan perundang-undangan, tetapi konteks atau sudut pandang lainnya hail ini masih perlu di pertahankan pemberian kewenangan mahkamah agung untuk memutuskan sengketa pilkada sangat kontroversial bila disandingkan dengan undang-undang nomor 24 tahun 2003 tentang mahkamah kontitusi. Hal ini Menurut peraturan mahkamah agung no 2 tahun 2005 tentang tata cara pengajuan upaya hukum keberatan terhadap penetapan hasil pemilihan kepada daerah dan wakil daerah,keberatan adalah upaya hukum bagi pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang tidak menyetujui penetapan hassil perhitungan suara tahap akhir pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dari KPUD.dalam surat edaran MA. Nomor 9 tahun 2005 tentang petunjuk teknis. Nomor 2 tahun 2005 ditetapkan bahwa tenggang waktu pemeriksaan oleh mahkamah agung dan pengadilan tinggi menurut pasal 4 ayat 7. Ditentuka “setelah permohonan diterima dan diregister mahkamah agung atau pengadilan tinggi secepatnya memeriksa keberatan dimaksud dan memutuskannya dalam waktu paling lambat 14 empat belas hari“. 44 Surat edaran MA. Nomor 8 tahun 2005 tentang petunjuk teknis tentang sengketa mengenai pemilihan umum kepala daerah . Universitas Sumatera Utara 40 tidak terlepas dari pembedaan, penetapan dan pengertian pemilu lokal pilkada dan pemilu nasional pemilu legeslatif dan pemilu pilpres. Berhubungan kewenangan mahkamah agung MA untuk menyelesaikan persoalan-persoalan dalam pilkada berkaitan dengan kasus yang ditanda-tangani oleh MA patut menjadi pemikiran untuk meletakan kewenangan MA sebagai eksekutor dalam kasus-kasus pilkada. demensi politik yang avapkali mewarnai kasus-kasus pilkada menjadi pertimbangan peletakan kewenangan MA.mengenai kasus pilkada demi menjamin dan menjaga kedudukan MA sebagai lembaga peradilan dan hukum lembaga peradilan politik yang lebih banyak melekat pada MK namun, faktor jarang dan banaknya perkara yang kemungkinan besar terjadi pada pilkada langsung ini yang tersebar diseluruh provinsi dan kabupaten serta kota merupakan pertimbangan penting lainya untuk memberi kewenangan kepada MA mengenai sengketa pilkada tersebut. 1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Jenis dan sifat penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode ini di sebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian bersifat seni kurang terpola, dan disebut sebagai metode interpretative karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.

1. 7. 2. Sumber Data

Dalam penelitian ini respoden penelitian ditentukan secara purpossive sampling untuk mendapatkan keterangan dan informasi terkait Pilkada Kab. Gayo Lues Khususnya mengenai Kinerja KIP dalam pilkada 2012, yakni sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 41 1. Ketua KIP Kabupaten Gayo Luespejabat yang ditunjuk. 2. Komisioner atau Divisi KIP Kabupaten Gayo Lues. 3. Dua Komisioner Kecamatan dan Tempat Perhitungan Suara TPS. 4. Ketua Panwaslu Kabupaten Gayo Lues pejabat yang ditunjuk. Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian kasus yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam, sehingga sumber data dapat disebutkan sebagai berikut : 1. Data primer, yaitu data utama yang didapat dari responden penelitian sebagai pemberi informasi tentang objek penelitian. 2. Data skunder, yaitu data yang di dapatkan dari berbagai buku, artikel bahkan dari internet yang memungkinkan dapat memberikan informasi mengenai penelitian.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data