27
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999: 2 yaitu:
1. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak
boleh mengganggu atam menghambat kegiatan utama, misalnya untuk guru, tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan atau proses belajar.
2. Metode dan teknik yang digunakan tidak boleh terlalu menuntut baik dari
segi kemampuan maupun waktunya. 3.
Metode yang digunakan harus terencana cermat sehingga tindakan dapat dirimuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan.
4. Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar-benar nyata, menarik,
mampu ditangani dan berbeda dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan. Peneliti harus merasa terpanggil untuk
meningkatkan diri.
5. Peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta
rambu-rambu pelaksanaan yang berlaku umum. 6.
Kegiatan penelitian tindakan pada dasarnya harus merupakan gerakan yang berkelanjutan
on going
, karena
skope
peningkatan dan pengembangan memang menjadi tantangan sepanjang waktu.
Penelitian ini bersifat kolaboratif, dalam artian peneliti berkerjasama dengan guru BK untuk menggunakan model
Experiential Learning
dalam memberikan tindakan untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir
siswa.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Jurusan Tata Busana di SMK Muhammadiyah Gamping yang berjumlah 17siswi. Pengambilan subjek pada
penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling
. Siswa tersebut dipilih siswa yang memiliki permasalahan dalam perencanan karir berdasarkan studi
pendahuluan di SMK Muhammadiyah Gamping oleh peneliti dan Guru BK. Kriteria subjek adalah siswa yang merasa kesulitan dalam perencanaan karir.
28
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah Kemampuan perencanaan karir dan “Model
Experiential Learning
”. Kemampuan perencanaan karir siswa dapat diartikan sebagaikemampuan seseorang dalam mengenali diri dan lingkungan,
menjelajahi dan mengumpulkan informasi tentang pendidikan dan peluang karir, mengevaluasi dan menentukan tujuan karir yang realistis serta
mengimplementasikan tujuan tersebut ke dalam rencana tindaakan nyata. Aspek perencanaan karir dapat dibagi menjadi empat, antara lain: 1.
Self- assesment
Assesment diri
2.
Knowledge of
academic-career option
Pengetahuan pilihan akademik-karir 3.
In-dept evaluation and goal setting
Evaluasi mendalam dan penentuan tujuan dan 4.
Career plan implementation
Implementasi perencanaan karir. Lisa Knapp-Lee dalam T.L. Leong, 2008 : 1494
Pengumpulan data variabel tersebut menggunakan skala kemampuan perencanaan karir. Siswa diberikan peryataan dengan pilihan jawaban Sangat
Setuju SS, Setuju S, Tidak Setuju TS, Sangat Tidak Setuju STS. Hasil dari jawaban siswa akan menunjukkan kemampuan perencanaan karir siswa.
Semakin tinggi skor, maka akan semakin tinggi kemampuan perencanaan karir siswa. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah nilai maka hal itu menunjukkan
semakin rendahnya kemampuan perencanaan karir siswa. Sedangkan Model
Experiential Learning
didefinisikan sebagai suatu proses belajar yang mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan
ketrampilan melalui pengalamannya secara langsung. Siswa diajak untuk
29
membangun pengetahuan melalui sebuah pengalaman kongkrit yang selanjutnya mereka diajak membangun sebuah konsep. Hasil dari konsep
tersebut diaplikasikan ke dalam situasi baru sehingga siswa mendapatkan pengalaman dan ketrampilan yang diharapkan. Proses dari model pembelajaran
ini terdiri dari 4 siklus yaitu :
Concrete Experience, Reflective Observation, Abstract Conceptualisation, Active Experimentation.
Pengumpulan data
pada variabel
inimenggunakan Observasi.
Penggunaan metode pengumpulan data diatas untuk mengetahuibagaimana proses pelaksanaan pemberian tindakan dan sejauh mana peningkatan atau
efektifitas tindakan.
D. Tempat dan Waktu Penelitian