BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam interaksi kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan sarana untuk menyampaikan sesuatu yang diinginkan dengan manusia yang lain. Sarana
yang diperlukan adalah bahasa. Kridalaksana menyatakan bahwa “bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh masyarakat untuk
berhubungan dan bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri” 1993: 21. Dengan demikian, bahasa merupakan suatu alat yang sangat penting dalam
komunikasi antarmanusia dalam kehidupan sosial. Berbicara mengenai bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa digunakan
oleh anggota masyarakat penuturnya untuk menjalin hubungan dengan anggota masyarakat lain yang mempunyai kesamaan bahasa. Hubungan atau komunikasi
itu dapat dilakukan secara perseorangan atau kelompok. Lebih lanjut, komunikasi itu juga memungkinkan seseorang bekerja sama dengan orang lain, membentuk
kelompok, atau bahkan membentuk suatu masyarakat untuk mencapai kepentingan bersama.
Dalam komunikasi antarindividu, kekomunikatifan seseorang bisa kita lihat, sehingga seorang individu perlu mempunyai kemampuan komunikatif
communicative competence . Halliday berpendapat bahwa “kemampuan
komunikatif adalah kemampuan bertutur atau kemampuan untuk menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi dan situasi serta norma-norma penggunaan bahasa
1
dengan konteks penggunaan bahasa dengan konteks situasi dan konteks sosialnya” dalam Chaer, 1995: 45.
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan remaja dan anak muda, terkadang kita mendengar suatu percakapan yang tidak kita ketahui maksud
serta arti dari pertuturan yang mereka gunakan, akan tetapi diucapkan dengan begitu kentalnya dalam suatu percakapan, bahkan seolah-olah bahasa yang
mereka gunakan adalah bahasa yang sudah biasa digunakan. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa yang lazim disebut bahasa slang atau kebanyakan orang
menyebut sebagai bahasa prokem. Bahasa slang adalah suatu bahasa rahasia yang dimiliki oleh golongan masyarakat tertentu yang tidak dipunyai oleh kelompok
lain. Berkaitan dengan bahasa tersebut, Chaer berpendapat bahwa “slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Artinya, variasi ini digunakan oleh
kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui oleh kalangan di luar
kelompok itu” 1995: 87-88. Dalam aplikasinya, saat ini bahasa slang dapat kita temukan dalam
perslangan kaum remaja dan anak muda. Kaum remaja merupakan kaum yang paling kreatif dan kebanyakan mudah jenuh dengan kemapanan. Hal tersebut juga
berdampak pada penggunaan bahasa sehari-hari. Mereka selalu menginginkan adanya penyegaran berbahasa dan kebanyakan menginginkan suasana yang intim
dan akrab dalam berbicara dengan sesamanya. Bahasa tersebut mereka anggap sebagai suatu sarana untuk mengintimkan pembicaraan dan sekaligus merupakan
alat komunikasi yang paling efektif bagi mereka yang juga menjadi ciri khas bagi kelompoknya. Mereka menciptakan struktur bahasa tersendiri yang berbeda
dengan struktur bahasa yang telah ada. Dengan ragam bahasa semacam itu pembicaraan terasa lebih lancar, lebih akrab dan tidak berjarak sesuai dengan
situasinya yang informal. Bahasa slang tersebut diungkapkan secara spontan dan tidak banyak terikat oleh norma-norma gramatikal. Ragam bahasa demikian tidak
begitu sistematis, banyak diselingi dengan bahasa daerah dan dialek setempat. Dalam kehidupan sehari-hari seperti saat ini, keberadaan bahasa slang
ternyata tidak hanya menjadi milik kaum muda saja, akan tetapi mulai meluas ke kalangan lain. Bahasa ini merupakan bahasa yang merupakan identifikasi dari
suatu kelompok. Keberadaan bahasa ini ternyata sangat menarik untuk diteliti, sehingga kita dapat mengetahui dari kelompok mana orang yang menggunakan
bahasa slang yang berada di dekat kita. Penggunaan bahasa slang saat ini sudah merambah ke beberapa daerah di
Indonesia. Salah satu di antaranya adalah penggunaan bahasa slang yang dilakukan komunitas masyarakat di Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Pada era
80-an bahasa slang dapikan ini sering digunakan oleh para preman-preman atau para gali dalam bahasa Jawa di wilayah Solo, khususnya Sangkrah, Semanggi,
Gandekan, dan
sebagian wilayah
Kecamatan Pasar
Kliwon. Pada
perkembangannya bahasa slang dapikan bukan lagi menjadi milik preman saja, namun banyak digunakan oleh kalangan muda-mudi di Kecamatan Pasar Kliwon.
Keunikan dari penggunaan bahasa slang dapikan di Kecamatan Pasar Kliwon ini yaitu menggunakan dasar pijakan pada aksara Jawa yang dibalik.
Bahasa slang dapikan ini hampir sama dengan bahasa slang model Yogyakarta, hanya saja pasangan balikannya berbeda. Dalam bahasa slang model Yogyakarta
ha berganti suara dengan pa sedangkan bahasa slang di Kecamatan pasar Kliwon ha berganti suara dengan nga. Perbedaan yang mendasar dari kedua bahasa slang
ini adalah perbedaan karakteristik penggunaan bahasa slang. Perbedaan karakteristik tersebut dapat dilihat dalam rumusan berikut.
Rumusan bahasa slang model Yogyakarta: HA
NA CA
RA KA
DA TA
SA WA
LA PA
DHA JA
YA NYA
MA GA
BA THA
NGA
Ha Pa Na Dha
Ca Ja Ra Ya
Ka Nya Da Ma
Ta Ga Sa Ba
Wa Tha La Nga
Rumusan bahasa slang model Kecamatan Pasar Kliwon:
HA NA
CA RA
KA DA
TA SA
WA LA
PA DHA
JA YA
NYA MA
GA BA
THA NGA
Ha Nga Na Tha
Ca Ba Ra Ga
Ka Ma Da Nya
Ta Ya Sa Ja
Wa Dha La Pa
Perbedaan yang lainnya adalah huruf konsonan yang paling belakang pada bahasa slang model Yogyakarta mengalami perubahan bunyi seperti suku
kata di depannya, berbeda dengan bahasa slang model Kecamatan Pasar kliwon pada huruf konsonan yang paling belakang tidak mengalami perubahan bunyi.
Salah satu dari sekian banyak percakapan yang menggunakan bahasa slang dapikan
di Kecamatan Pasar Kliwon dapat dicontohkan sebagai berikut: “Wik, calakmu théng wi?
” yang dalam bahasa Jawa berarti “Dhik, bapakmu neng ndhi?” Tidak dapat dipungkiri, kehadiran bahasa slang menimbulkan perbedaan
pendapat dalam masyarakat, terutama praktisi bahasa dan orang yang tertarik dalam disiplin ilmu linguistik. Di satu pihak menganggap kehadiran dan
keberadaan bahasa tersebut akan merusak kaidah tata bahasa, terutama bahasa Jawa, dan di pihak lain kehadiran serta keberadaan bahasa slang merupakan
perbendaharaan bahasa lisan dalam masyarakat. Keunikan penggunaan bahasa slang dapikan yang digunakan oleh sebuah
komunitas di Kecamatan Pasar Kliwon ini menarik untuk dikaji, terutama dari segi karakteristik, fungsi dan peristiwa kebahasaan yang menyertai dalam
pertuturan terutama yang menyangkut campur kode. Oleh karena itulah penelitian ini diberi judul Penggunaan Bahasa Slang Dapikan di Kecamatan Pasar Kliwon
Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik.
B. Pembatasan Masalah