tidak sedikit penduduk keturunan Arab dan Cina yang menjadi penduduk tetap Kecamatan Pasar Kliwon. Kondisi itulah yang mempengaruhi munculnya variasi
bahasa yang dipergunakan leh penduduk di Kecamatan Pasar Kliwon. Secara tidak langsung keberadaan beberapa etnis yang tinggal dalam satu wilayah
mempengaruhi pemakaian bahasa masyarakat sekitarnya.
H. Verbal Repertoire
Verbal repertoire adalah seluruh kesiapan, kemampuan, dan keterlibatan seseorang untuk berkomunikasi lewat bahasa dengan berbagai pihak dalam
berbagai topik pembicaraan Alwasilah, 1993: 39. Chaer dalam buku Sosiolinguistik Perkenalan Awal menjelaskan bahwa verbal repertoire adalah
semua bahasa beserta ragam-ragamnya yang dimiliki atau dikuasai seorang penutur 1995: 46. Selanjutnya, suwito menjelaskan bahwa “verbal repertoire
adalah kemampuan yang sejajar dengan kemampuan komunikatif” 1991: 23. Verbal repertoire merupakan kemampuan bahasa yang dimiliki penutur beserta
ketrampilan mengungkapkan sesuai dengan fungsi, situasi, dan konteksnya.
I. Masyarakat Tutur
Suatu kelompok orang atau suatu masyarakat mempunyai verbal repertoire yang relatif sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama
terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakan di dalam masyarakat itu, maka dapat dikatakan bahwa kelompok orang itu atau masyarakat itu adalah
sebuah masyarakat tutur speech community Chaer, 1995: 46-47. Selanjutnya
Fishman dalam Chaer juga menyebutkan bahwa “masyarakat tutur adalah suatu masyarakat yang anggota-anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu variasi
bahasa beserta norma- norma yang sesuai dengan penggunaannya” 1995: 47.
Selain itu, ada juga berbagai pendapat mengenai speech community atau masyarakat tutur tersebut. Coder dalam Alwasilah menyebutkan bahwa “speech
community adalah sekelompok orang yang satu sama lain bisa saling mengerti sewaktu mereka berbicara” 1993: 37. Suwito menyimpulkan bahwa masyarakat
tutur bukan sekedar kelompok orang-orang yang mempergunakan bentuk bahasa yang sama, tetapi kelompok orang-orang yang mempunyai norma-norma yang
sama dalam memakai bentuk-bentuk bahasa 1991: 27.
J. Campur Kode
1. Pengertian Campur Kode
Berbicara mengenai campur kode, tentulah tidak akan bisa kita lepaskan dengan istilah lain, yaitu alih kode. Kedua istilah ini sangat popular dalam disiplin
ilmu sosiolinguistik. Kesamaan yang ada antara keduanya adalah digunakannya dua bahasa atau lebih, atau dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat
tutur Chaer dan Leonie Agustina, 1995: 151. Suatu keadaan berbahasa bilamana seseorang mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu
tindakan bahasa speech act atau discourse tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa yang menuntut percampuran disebut sebagai campur kode Nababan,
1993: 32.
Thelander mengatakan bahwa “campur kode terjadi bila dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa atau frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan
frasa campuran hybrid clause, hybrid phrase, dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri atau dengan kata lain
mendu kung satu fungsi” dalam Chaer dan Leonie Agustina, 1995: 152. Menurut
Suwito, “campur kode codemixing adalah aspek saling ketergantungan bahasa language dependency dalam masyarakat
multilingual” 1997: 88. Dalam Kamus Linguistik
dijelaskan bahwa “campur kode adalah penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam
bahasa” 1993: 33. Jadi, campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain
secara konsisten.
2. Ciri-ciri Campur Kode
Suwito 1997: 88 menjelaskan bahwa campur kode mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Adanya aspek saling ketergantungan yang ditandai oleh adanya hubungan
timbal balik antarperanan dan fungsi kebahasaan. Peranan maksudnya siapa yang menggunakan bahasa itu, sedangkan fungsi kebahasaan berarti
apa yang hendak dicapai oleh penutur dengan tuturannya. b.
Unsur-unsur bahasa atau variasi-variasinya yang menyisip di dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai fungsi sendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu
dengan bahasa yang disisipinya dan secara keseluruhan mendukung satu
fungsi. Unsur-unsur tersebut dibedakan menjadi dua golongan, yaitu yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasi-variasinya inner code-
mixing atau campur kode ke dalam dan yang bersumber dari bahasa asing outer code-mixing atau campur kode keluar.
c. Wujud dari komponen tutur tidak pernah sampai berwujud kalimat,
melainkan hanya berwujud kata, frasa, idiom, baster, perulangan kata, dan klausa.
d. Pemakaian bentuk campur kode tertentu kadang-kadang bermaksud untuk
menunjukkan status sosial dan identitas pribadinya di dalam masyarakat.
3. Macam-Macam Wujud Campur Kode
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlihat di dalamnya, Suwito 1997: 92 berpendapat bahwa campur kode dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, antara lain: a.
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, b.
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa, c.
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster, d.
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata, e.
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom, f.
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa. Jika ditinjau dari segi sifatnya, peristiwa campur kode dapat dibagi
menjadi dua: a.
Campur kode intern atau ke dalam
Campur kode ini terjadi apabila seorang penutur menyisipkan unsur-unsur bahasa daerahnya ke dalam bahasa nasional, unsur-unsur
dialeknya ke dalam bahasa daerahnya atau unsur-unsur ragam dan gayanya ke dalam dialeknya.
b. Campur kode ekstern atau ke luar
Campur kode yang terjadi apabila seorang penutur menyisipkan unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa nasional Suwito, 1997: 91.
Peristiwa campur kode yang diahas dalam penelitian ini lebih cenderung pada campur kode keluar. Peristiwa campur kode yang dibahasa dalam peneitian
bahasa slang dapikan di Kecamatan Pasar Kliwon ini adalah campur kode ekstern. Pembahasan campur kode ini lebih menitikberatkan pada penyisipan unsur-unsur-
unsur-unsur asing ke dalam bahasa slang dapikan ini. Jadi pebahasannya lebih terfokus pada campur kode ekstern.
K. Tindak Tutur