44
BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Kecamatan Medan Labuhan merupakan kecamatan di kota Medan dengan luas wilayah 40,68 km
2
atau sekitar 13.83 dari luas keseluruhan kota Medan, dengan ketinggian 4 meter di atas permukaan laut.
37
Gambar 4.1. Peta kecamatan di kota Medan
37
Universitas Sumatera Utara
45
Secara geografis, kecamatan Medan Labuhan berbatasan langsung dengan: - sebelah utara
: kecamatan Medan Belawan - sebelah selatan
: kecamatan Medan Deli - sebelah barat
: kecamatan Medan Marelan - sebelah timur
: kabupaten Deli Serdang Kecamatan Medan Labuhan terdiri dari 6 kelurahan yaitu kelurahan Pekan
Labuhan, kelurahan Sei Mati, kelurahan Besar, kelurahan Martubung, kelurahan Nelayan Indah dan kelurahan Tangkahan.
37
Sebagaian besar penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang sedangkan suku asli Suku Melayu Deli 40 saja. Mata
pencaharian penduduk adalah pegawai negeri, pegawai swasta, petani, nelayan dan pedagang.
37
Universitas Sumatera Utara
46
4.2. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 065002 dan 065003 Kecamatan Medan Labuhan yang terletak 16 km ke arah barat dari pusat
kota Medan pada bulan Januari 2014.
Gambar 4.2. Alur penelitian Setelah dilakukan penyuluhan singkat mengenai kecacingan, seluruh
siswa mendapat pot dan kuisioner yang akan diisi oleh orangtua. Dari 643 anak di kedua sekolah, ada 486 anak yang mengembalikan formulir orangtua
Anak yang dibagi kuisioner pot N=643
486 anak mengembalikan kuisioner dan feses
Eksklusi: -14 kuisioner tidak
lengkap -4 umur 6 tahun
468 anak memenuhi kriteria eksklusi dan
Telur cacing positif Telur cacing negatif 296
Wawancara, observasi,pengukuran
Pemeriksaan feses
Nilai faktor risiko: usia, suku, jenis kelamin, pendidikan orangtua, kondisi jamban,
air bersih, kebiasaan mencuci tangan, menggigit kuku dan
Universitas Sumatera Utara
47
yang telah diisi dan pot berisi feses. Dari 486 anak, 14 anak diekslusikan karena kuisioner yang diisi orangtua tidak lengkap dan 4 anak berusia
dibawah 6 tahun. Tabel 4.1. Karakteristik subjek
Karakteristik Total n= 468
Jenis kelamin Laki-laki,n 213 45.5
Perempuan,n 255 54.5 Usia,
meanSD 9.30 1.8 Suku
Melayu,n 117 25.0 Batak,n 213 45.5
Jawa,n 93 19.9 Suku lainnya,n
45 9.6 Status nutrisi
normal, n 267 57.1
gizi kurang, n 201 42.9
Pendidikan ayah Rendah,n 294 62.8
Tinggi,n 174 37.2 Pendidikan ibu
Rendah,n 288 61.5 Tinggi,n
180 38.5 Tabel 4.1 menggambarkan karakteristik subjek. Subjek 468 anak dengan
jumlah anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Rerata usia adalah 9.30 tahun yang didominasi suku Batak 45.5. Anak dengan tingkat
Universitas Sumatera Utara
48
pendidikan ayah yang rendah lebih banyak dibandingkan yang tinggi, begitu juga dengan pendidikan ibu subjek 62.8 vs 37.2, 61.5 vs 38.5.
Infeksi cacing didapati pada 172 anak 36.7, infeksi terbanyak adalah infeksi gabungan
A.lumbricoides dan T.trichuris diikuti dengan infeksi tunggal
T. trichiura dan A. lumbricoides 41.3, 40.1 dan 18.6. Tidak ada satupun infeksi cacing tambang yang didapati pada pemeriksaan feses
subjek.
Gambar 4.3. Distribusi infeksi cacing berdasarkan suku Gambar 4.3 merupakan gambar distribusi jenis cacing yang didapati pada
subjek berdasarkan suku. Prevalensi infeksi cacing paling tinggi pada suku Suku
Pr evalen
si infeksi
STH
Universitas Sumatera Utara
49
Batak, diikuti oleh suku Melayu, Jawa dan suku lainnya 45.5, 25, 19.9 dan 9.6.
Tabel 4.2. Hubungan suku dengan pola hidup
Melayu n=117
Batak n=213
Jawa n=93
Suku lain n=45
p
Jamban 0.235
Tidak baik,n 53 45.3
56 26.3
42 45.2 18
40.0 Baik,n 64
54.7 157
73.7 51
54.8 27
60.0 Air bersih
0.088 Tidak baik,n
57 48.7 139
65.3 62
66.7 23 51.1
Baik,n 60 51.3
74 34.7
31 33.3
22 48.9
Kebiasaan cuci tangan 0.942
Tidak baik,n 59 50.4
123 57.7
45 48.4 23
51.1 Baik,n 58
49.6 90
42.3 48
51.6 22
48.9 Kebiasaan menggigit kuku
0.845 Ya, n
45 38.5 67
31.5 29
31.2 14 31.1
Tidak, n 72 61.5
146 68.5
64 68.8 31
68.9 Perawatan kuku
0.385 Buruk,n 43
36.8 100
46.9 45
48.4 23
51.1 Baik,n
74 63.2 113 53.1 48
51.6 22 48.9
Tabel 4.2 menggambarkan hubungan suku dan pola hidup yang diuji dengan uji alternatif Chi-square yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Persentase kondisi
jamban, pemakaian air bersih, kebiasaan cuci tangan dan perawatan kuku
Universitas Sumatera Utara
50
hampir sama pada keempat suku. Dari tabel ini, tidak ada hubungan yang signifikan antara suku dengan pola hidup sehat.
Tabel 4.3. Analisis bivariat hubungan faktor risiko dengan infeksi STH
Karakteristik Positif
Negatif n=296
p OR IK 95
n=172
Jenis kelamin Laki-laki,n 75
35.2 138
64.8 0.527 0.88 0.60-1.29
Perempuan,n 97 38.0
158 62.0
Usia 10
tahun,n 104 45.4 125
54.6 0.001 2.09 1.42-3.06 = 10 tahun,n
68 28.5 171
71.5 Kelas
1-3,n 95 44.4
119 55.6 0.002 1.83
1.25-2.68 4-6,n 77
30.3 177
69.7 Suku
Melayu,n 41 35.0
76 65.0 0.557 1.23
0.60-2.50 Batak,n
79 37.1 134
62.9 0.714 1.13 0.58-2.18 Jawa,n
34 36.6 59
63.4 0.696 1.15 0.55-2.40 Suku lain,n
18 40.0 27
60.0 Pendidikan ayah
Rendah,n 110 37.4
184 62.6 0.699 1.08
0.73-1.59 Tinggi,n 62
35.6 112
64.4 Pendidikan ibu
Rendah,n 110 38.2
178 61.8 0.413 1.17
0.79-1.73 Tinggi,n 62
34.4 118
65.6 Jamban
Tidak baik,n 109 64.5
60 35.5 0.001 6.80
4.47-10.35 Baik,n 63
21.1 236
78.9 Air bersih
Tidak baik, n 145 51.6
136 48.4 0.001 6.31
3.94-10.11 Baik,n 27
14.4 160
85.6 Kebiasaan cuci tangan
Tidak baik,n 160 64.0
90 36.0 0.001 30.51 16.14-57.69
Baik,n 12 5.5
206 94.5
Kebiasaan menggigit kuku
Universitas Sumatera Utara
51
Ya, n 95 61.3
60 38.7 0.001
4.85 3.21-7.33 Tidak, n
77 24.6 236
75.4 Perawatan kuku
Tidak baik,n 106 50.2
105 49.8 0.001
2.92 1.98-4.31
Baik,n 66 25.7
191 63.2
Tabel 4.3 menunjukkan analisis bivariat masing-masing faktor risiko dengan infeksi STH pada subjek dengan menggunakan uji Chi-square dan regresi
logistik. Hasil data menunjukkan variabel faktor risiko yang bermakna dengan nilai P 0.05 adalah usia dibawah 10 tahun OR 2.09, anak dari kelas yang
lebih rendah OR 1.83, jamban tidak memenuhi syarat OR 6.80, air yang tidak bersih OR 6.31, kebiasaan cuci tangan yang tidak baik OR 30.51,
kebiasaan menggigit kuku OR 4.85 dan perawatan kuku yang buruk OR 2.92.
Tabel 4.4. Analisis multivariat faktor risiko dengan infeksi STH
Faktor risiko koefisien
P OR IK95
Umur 6-9 tahun 0.813
0.131 2.25 0.78-6.50
Kelas I-III -0.925
0.097 0.39 0.13-1.18
Jamban tidak baik 1.613
0.000 5.01 2.75-9.14
Air yang tidak bersih 1.696
0.000 5.45 2.80-10.59
Kebiasaan cuci tangan tidak baik 3.178
0.000 24.00 11.45-50.33 Kebiasaan menggigit kuku
1.882 0.000
6.56 3.41-12.61 Perawatan kuku yang buruk
0.832 0.006
2.29 1.27-4.14
Tabel 4.4 menggambarkan analisis multivariat faktor-faktor risiko dengan STH. Variabel yang dimasukkan dalam analisis multivariat adalah variabel
Universitas Sumatera Utara
52
dengan nilai P 0.25 untuk dapat mengetahui variabel mana yang paling besar pengaruhnya. Variabel tersebut adalah umur 6-9 tahun, kelas I-III,
jamban dan air yang tidak baik, kebiasaan cuci tangan yang tidak baik, kebiasaan menggigit kuku dan perawatan kuku yang buruk. Analisis
multivariat dilakukan dengan uji regresi logistik dengan metode Enter.
Dari tabel 4.4 ini diketahui bahwa variabel faktor risiko untuk infeksi STH yang paling berpengaruh dengan nilai P 0.05 adalah kondisi jamban
yang tidak baik, air yang tidak baik, kebiasaan cuci tangan yang tidak baik, kebaiasaan menggigit kuku dan perawatan kuku yang buruk. Jamban yang
tidak baik OR 5.01 berisiko 5.01 kali dibandingkan jamban yang baik untuk terinfeksi STH. Air yang tidak bersih OR 5.45 berisiko 5.45 kali terinfeksi
STH dibandingkan air bersih. Kebiasaan cuci tangan yang tidak baik OR 24.00 berisiko 24.00 kali dibandingkan anak yang mencuci tangannya
dengan benar untuk terinfeksi STH. Kebiasaan menggigit kuku OR 6.56 berisiko 6.56 kali terinfeksi STH. Perawatan kuku yang buruk OR 2.29
berisiko 2.29 kali dibandingkan perawatan yang baik untuk terinfeksi STH.
Universitas Sumatera Utara
53
BAB 5. PEMBAHASAN