III −42
LKjIP Kabupaten Klaten Tahun 2016
2. Program Pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan; dan 3. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau RTH.
Permasalahan :
a. Banyaknya rumah tidak layak huni, danmerata di setiap kecamatan. b. Belum optimalnya pemanfaatan lahan dengan pola pembangunan vertikal
terutama pada kawasan-kawasan permukiman yang padat. c. Belum optimalnya upaya pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan
kualitas lingkungan permukiman. d. Belum memadainya sarana dan prasarana pendukung permukiman air
bersih, sanitasi dan utilitas umum. e. Masih adanya kawasan kumuh perkotaan.
Solusi :
a. Percepatan penanganan pembangunan rumah tidak layak huni; b. Mengoptimalkan upaya pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan
kualitas lingkungan permukiman. c. Pemenuhan sarana dan prasarana pendukung permukiman air bersih,
sanitasi dan utilitas umum layak melalui pelaksanaan Program Kotaku; dan
d. Percepatan penanganan kawasan kumuh perkotaan dengan mengerakkan
partisipasi masyarakat lewat CSR.
11. Sasaran Terwujudnya Pengurangan Kerentanan Resiko Bencana;
Berdasarkan Undang-UndangNomor32 Tahun2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup mengamanatkan
perlunyapengaturanyangsistematis,menyeluruh, dan
partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam
pembangunan suatu
wilayah danatau
kebijakan,rencana,danatauprogramPasal1 butir 10 UU PPLH. Sehingga potensi dampak danatau resiko lingkungan yang mungkin
ditimbulkanolehsuatukebijakan,rencana, danatau
program, sebelum
pengambilan keputusan dilakukan, dapat diantisipasi. Dampak danatau resiko lingkungan yang mungkin timbul oleh suatu kebijakan, rencana,
danatau program,
oleh Undang-Undang
Nomor 32
Tahun 2009
dikategorisisasikan, antara lain sebagai potensi: meningkatkan resiko
III −43
LKjIP Kabupaten Klaten Tahun 2016
perubahan iklim, meningkatan kerusakan, kemerosotan atau kepunahan, keanekaragaman hayati, banjir, longsor, kekeringan danatau kebakaran hutan
danlahan,menurunkanmutudankelimpahan sumber daya alam, mendorong perubahanpenggunaandanataualihfungsi kawasan hutan terutama pada
daerah yang kondisinya tergolong kritis, meningkatkan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat,
danatau meningkatakan resikoterhadapkesehatandankeselamatan manusia. Berbagai hal tersebut di atas, perlu ada upaya pengurangan kerentanan
resiko bencana dengan cara menggerakkan partisipasi masyarakat. Salah satu bentuk upaya tersebut perlunya penguatan masyarakat dengan menciptakan
desa tangguh bencana dengan berbagai instrumen yang diperlukan.
Adapun capaian sasaran Terwujudnya Pengurangan Kerentanan Resiko Bencana sebagaimana Tabel 3.21
Tabel 3.21
Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Kinerja Terwujudnya Pengurangan Kerentanan Resiko Bencana
No Indikator Kinerja Utama
Capaian Tahun
2015 Kondisi Tahun 2016
Target Akhir
RPJMD Capaian sd
Tahun 2016
Thd Target Akhir RPJMD
Target Realisasi
1 Jumlah desa tangguh
bencana desa 15
Pada tahun 2016 upaya untuk mewujudkan desa tangguh bencana
belum ditargetkan, sementara ini baru diupayakan dengan rintisan “desa paseduluran
” dan Kabupaten Tangguh Bencana, dan baru tahun 2017
ditargetkan adanya Desa Tangguh Bencana. Serta untuk mendukung pencapaian sasaran Terwujudnya Pengurangan Kerentanan Resiko Bencanadi
Kabupaten Klaten. Pada tahun 2016, program yang dilaksanakan untuk sasaran Terwujudnya Pengurangan Kerentanan Resiko Bencanaterdiri dari 4
empat program, diantaranya: 1. Program Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
2. Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana; 3. Program Peningkatan Pengelolaan logistik; dan
4. Program Penanganan Darurat Bencana.
Permasalahan :
1. Masih rendahnya perencanaan berbasis migasi bencana; dan 2. Sulitnya persyaratan dan dukungan pembiayaan desa tangguh bencana.
III −44
LKjIP Kabupaten Klaten Tahun 2016 Solusi :
1. Mendorong dan penguatan kelembagaan perencanaan berbasis mitigasi bencana secara terpadu;
2. Peningkatan dan pemihakan kebijakan desa tangguh bencana secara massif.
12. Sasaran Terwujudnya Tertib Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang;