Kajian Penerapan International Style pada Bangunan Ruko (Studi Kasus : Citra Land Bagya City)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Brunner T. Dkk, 2013, Kajian Penerapan Arsitektur Modern pada bangunan

Roger‟s Salon, Clinic, Spa and Wellness Center Bandung, Reka Raksa,

Vol : 1, No : 2

D.K Ching, Francis. (2008), Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan. Erlangga .Jakarta

Henry-Russell Hitchcock, Philip Johnson, (1997), TheInternational Style, W.w. Norton dan Company, ISBN 0-393-31518-5

Ikhwanuddin, (2005), Menggali Pemikiran Posmodernisme Dalam Architecture,

Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Kamurahan S.R, 2014, Studi Persepsi Masyarakat Terhadap Estetika Desain Fasade Bangunan Dengan Pendekatan Teori Subyektif, Media Matrasain, Vol 11, No. 2

Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda karya Mukhtar dan Widodo, Erna (2000), Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif,

Penerbit Avyrouz, Yogyakarta

Ratnatami, 2005, Aspek Bentuk Arsitektur Bangunan Pasa Makna Fungsi Bangunan Dan Ekspresi Arsitektur Kawasan Koridor, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

Riskiani N.J., (2013). Analisis „Fave Hotel Adi Sucipto‟sebagai Bangunan ber-Arsitektur Modern. Jurusan ber-Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret


(2)

Santoso I, Wulandanu B.G, 2011, Studi Pengamatan Tipologi Bangunan pada Kawasan Kauman Kota Malang, Local Wisdom, Volume: III, Nomor: 2, Halaman: 10 – 26.

Sumalyo, Yulianto. 2005. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan abad XX. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

http://de-arch.blogspot.com/2008/10/konsep-pemikiran-arsitektur-modern.html http://www.omasae.com/2012/10/prinsip-perancangan-proporsi.html


(3)

BAB III METODOLOGI

3.1. Jenis Penelitian

Metoda yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dengan cara mengumpulkan data-data primer yang mencakup didalamnya berupa studi literatur dan observasi lapangan yang kemudian dari data-data tersebut diperoleh data-data mengenai landasan teoritis dan informasi mengenai data-data dari bangunan ruko (rumah toko) Citra Land Bagya City. Selanjutnya data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Yang mana secara garis besar metode yang dipakai untuk mendapatkan data dan informasi selengkapnya mengenai kondisi fisik dan non fisik.

Pada tahap awal dilakukan dengan mendeskripsikan latar belakang penelitian untuk pengungkapan fakta dilapangan kemudian dirumuskan masalah yang terjadi untuk menjadi tujuan penelitian. Tahap observasi lapangan dilakukan dalam hal mendapatkan kategorisasi bangunan ruko modern yang menjadi obyek studi pada kawasan tersebut. Selanjutnya dilakukan kajian dengan menggunakan metode kualitatif. Moleong (2000) mengemukakan bahwa dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.

3.2. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini yang akan dilakukan adalah meneliti Karakteristik Arsitektur Modern Dan Nilai Estetika Formal Pada Bangunan Ruko Citra Land


(4)

Bagya City di jalan Ismail Harun, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Indoneesia.

Variable Sub Variabel Metode Penelitian

Volume

Contoh bangunan arsitektur modern karya arsitek dunia Ludwig Mies Van De Rohe,

Walter Gropius dan

Tampilan Ruko Bangunan Ruko

Survey Visual Keteraturan

Penghindaran Penggunaan Ornamen

Tabel 3.1. Variabel Penelitian

Proses analisis ini dilakukan berdasarkan keterangan dari variabel dan sub variabel penelitian yang sudah ditentukan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Menganalisa karakteristik arsitektur modern dan nilai estetika pada bangunan ruko yang berada di Citra Land Bagya City yang telah di tentukan di awal penelitian. Dengan menggunakan proses pengumpulan data bangunan ruko di Bagya City yang diterapkan dengan observasi terlibat.


(5)

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala yang diselidiki (Narbuko dan Achmad dalam Ratnatami, 2005)

Menurut Nasution dalam Ratnatami (2005) prosedur pengumpulan data yang didasarkan pada prosedur kualitatif dengan pengumpulan data secara obyektif, peneliti menjadi instrument yang utama dalam penelitian, artinya observasi dan data-data yang ada, baik data literature maupun dari responden terpilih akan diolah oleh peneliti. Dimana control obyektifitas penelitian dilakukan melalui teknik observasi.

3.4. Kawasan Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di jalan Ismail Harun, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.bersebrangan dengan jalan Tol Belmera seperti terlihat pada gambar 3.1. dan bangunan ruko Bagya city dapat ditempuh ± 10 menit dari kampus Unimed dan IAIN Sumatera Utara.

Gambar 3.1. Peta Indonesia Sumber : google map


(6)

Gambar 3.2. Peta Kawasan Penelitian Sumber : google map

Gambar 3.3. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Sumber : (Survey Lapangan, 2015)

3.5. Metode Analisis Data

 Menurut Badgan dan Biklen dalam Ratnatami (2005) analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sisitematis traskip interview, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang di temukan di lapangan. Kesemua itu dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman dan membantu untuk


(7)

mempresentasikan temuan penelitian. Secara substansial, ini menunjukan bahwa didalam analisis data terkandung muatan pengumpulan dan interpretasi data.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis data adalah (Mukhtar dan Erna Widodo, 2000 : 129)

1. membuat catatan dan komentar data mentah. 2. membuat memo dan rangkuman data.


(8)

BAB IV

DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN

4.1. Kawasan Penelitian

Studi kasus yang diteliti dalam penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki perkembangan pembangunan arsitektur modern. Berdasarkan kreteria pemilihan kawasan penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka bentuk arsitektur modern yang akan diteliti adalah kawasan bangunan ruko Citra Land Bagya City yang berada di jalan Ismail Harun, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia seperti pada gambar (4.2. Lokasi Bangunan ruko Citra Land Bagy City) dan berseberangan dengan jalan Tol Belmera dan bangunan ruko Bagya city dapat ditempuh ± 10 menit dari kampus Unimed dan IAIN Sumatera Utara.

Gambar 4.1. Peta Indonesia Sumber : Google Map


(9)

Gambar 4.2. Peta Lokasi Bangunan Ruko Citra Land Bagya City Sumber : Google Map


(10)

4.2. Tampilan Bangunan Ruko Citra Land Bagya City

Gambar 4.3. Kawasan Bangunan Ruko Citra Land Bagya City Sumber : (survey Lapangan, 2015)

Pada kompleks bangunan ruko Citra Land Bagya City terdapat beberapa macam type ruko, beberapa bangunan ruko memiliki tampilan dan bentukan yang berbeda-beda. Bangunan ruko Citra Land Bagya City dibagi menjadi 3 type, yaitu type A, type B, type C. Bangunan ruko type A seperti yang terlihat pada gambar 4.3. memiliki gaya tersendiri pada tampilannya, tidak memiliki banyak warna pada tampilan dan bangunan ruko type ini memiliki bentukan yang sedikit

Bangunan ruko (Rumah Toko) Citra Land Bagya City type C, bangunan ruko type C ini

lebih banyak jumlah unitnya dari type ruko yang lainnya,

Bangunan ruko (Rumah Toko) Citra Land Bagya City type A, bangunan ini

tepat berada pada bagian depan site, menghadap jalan. Ruko type A ini lebih

sedikit jumlah unitnya dari pada type yang lainnya

Bangunan ruko (Rumah Toko) Citra Land Bagya City type B, bangunan ini berada di bagian tengah site yang saling


(11)

berbeda, dengan penambahan kanopi pada atas bangunan memberikan nilai estetika.

Gambar 4.4. Gambar Denah Dan Tampak Ruko Bagya City Type A Sumber : (Data Pribadi, 2015)

Gambar 4.5. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Type A Sumber : (Survey Lapangan, 2015)


(12)

Sedangkan pada bangunan type B seperti yang terlihat pada gambar 4.6. pada bangunan ruko ini terlihat penggunaan bahan maeterial pada tampilannya, pada bagian atas fasade juga diberikan penambahan atap dan memberikan perbedaan warna pada tampilan sehingga memberikan ciri khas sendiri pada bangunan ruko Citra Land Bagya City.

Gambar 4.6. Gambar Denah dan Tampak Ruko Bagya City Type B Sumber : (Data Pribadi, 2015)

Gambar 4.7. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Type B Sumber : (Survey Lapangan, 2015)


(13)

Pada bangunan type C seperti yang terlihat pada gambar 4.8. bangunan ruko ini hanya memberikan perbedaan pada tampilan yang menggunakan berbagai macam warna agar memberikan irama dan keindahan pada fasade bangunan.

Sehingga dapat disimpulkan dari ketiga type bangunan ruko Citra Land Bagya City menggunakan material yang sama, hanya perbedaan warna dan bentukan pada fasadenya.

Gambar 4.8. Gambar Dan Denah Ruko Bagya City Type C Sumber : (Data Pribadi, 2015)

Gambar 4.9. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Type C Sumber : (Survey Lapangan, 2015)


(14)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisa Prinsip Internasional Style

International Style gaya arsitektur yang mulai mengalami perkembangan di Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 1920 dan 30-an, istilah International Style pertama kali digunakan pada tahun 1932. Dengan munculnya prinsip-prinsip International Style (Arsitektur Sebagai Volume, Keteraturan, Penghindaran Penggunaan Ornamen) yang menjadi acuan para arsitek pada pendesainan karyanya.

Arsitek Walter Gropius Dan Ludwig Mies Van De Rohe yang melakukan perjuangan untuk mengembangkan gaya lama ke gaya baru, karya-karya mereka didasari dengan adanya prinsip-prinsip International Style.

5.1.1 Analisa Berdasarkan Karya Arsitek Walter Gropius

Walter Gropius merupakan seorang arsitek berkebangsaan Jerman, dia merupakan pendiri sekolah Bauhaus bersama Ludwig Mies Van De Rohe dan Le Corbusier. Melalui dengan mendirikan sekolah, pada prinsipnya ia menekankan untuk memberikan keindahan dan kualitas pada setiap benda yang dirancang.


(15)

5.1.1.1 Analisa Bersdasarkan Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Walter Gropius

Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain arsitektur sebagai volume dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Walter Gropius untuk melihat pengaruh prinsip International Style.

Walter Gropius Karya Arsitek Walter Gropius Prinsip International Style Volume

Prinsip pertama pada bangunan fagus factory pada bagian dinding lebih dominan

menggunakan dinding kaca, menampilkan karakter kontruksi guna untuk menekankan fungsi sehingga volume bangunan terlihat dari luar ke dalam bangunan. Pada bagian atap

bangunan Fagus Factory menggunakan atap datar. Bangunan Village College tersebut pada bagian dinding juga lebih dominan

menggunakan dinding kaca untuk menampilkan karakter kontruksi untuk menekankan fungsi dan menggunakan atap datar sehingga terlihat seperti kotak.

Bangunan Gropius House tersebut pada bagian dinding juga lebih dominan

menggunakan dinding kaca untuk menampilkan karakter kontruksi untuk


(16)

menekankan fungsi dan menggunakan atap datar, pada penggunaan warna bangunan tersebut menggunakan warna putih.

Prinsip pertama pada bangunan Bauhaus pada bagian dinding lebih dominan menggunakan dinding kaca,

menampilkan karakter kontruksi guna untuk menekankan fungsi sehingga volume bangunan tersebut terihat dari luar ke dalam bangunan.

Pada bagian atap bangunan Fagus Factory menggunakan atap datar. Bangunan Michael Reese Hospital pada tampilan dinding bangunan terlihat lebih banyak menampilkan bukaan jendela sehingga pada bagian dinding menampilkan karakter kontruksi untuk

menekankan fungsi dan pada bagian atap

bangunan Michael Reese Hospital menggunakan atap datar.

Prinsip pertama pada bangunan Harvard Graduate Center pada bagian dinding lebih dominan menggunakan dinding kaca,

menampilkan karakter kontruksi guna untuk menekankan fungsi sehingga volume bangunan terihat dari


(17)

luar ke dalam bangunan. Pada bagian atap

bangunan Harvard Graduate Center

menggunakan atap datar.

KESIMPULAN Dari kesemua bangunan diatas ditemukan kesimpulan yang

mendasari terbentuknya volume yaitu dengan adanya lantai, dinding dan atap. Dari analisa diatas bangunan Walter Gropius tersebut pada bagian dinding lebih dominan menggunakan dinding kaca untuk menampilkan karakter kontruksi yang ada pada bangunan sehingga volume dapat terlihat dari luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap kesemua bangunan menggunakan atap datar sehingga terlihat seperti kotak atau persegi panjang menekan.

Table 5.1 Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Walter Gropius

5.1.1.2 Analisa Bersdasarkan Keteraturan Pada Karya Arsitek Walter Gropius

Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain keteraturan dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Walter Gropius untuk melihat pengaruh prinsip International Style.

Denah Bangunan Karya Arsitek Walter Gropius

Prinsip International Style

Keteraturan

Pada prinsip kedua ini keteraturan pada pengunaan jendela terlihat sangat teratur pada tampilan bangunan tersebut dan perletakan kolom juga

menggunakan modul sehingga jarak antar kolom menjadi sama, dan bangunan tersebut menggunakan atap datar, penerapan skema

simetris pada bangunan Fagus Factory tidak terlihat pada


(18)

juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut.

Keteraturan pada bangunan Village Coleege pengunaan jendelanya juga terlihat teratur pada tampilan bangunan, pada denah perletakan jarak kolom juga tampak teratur, dan menggunakan atap datar, pada bentukan denah tidak terlihat penerapan skema simetris pada bangunan Village College.

Pada prinsip kedua ini keteraturan pada bangunan Gropius House pengunaan jendela juga terlihat teratur pada tampilan bangunannya, perletakan dan jarak kolom terlihat pada denah

menggunakan modul sehingga kolom terlihat teratur, dan juga

menggunakan atap datar, penerapan skema

simetris pada bangunan Gropius House tidak terlihat pada

tampilannya dan dapat juga dilihat dari bentuk denah bangunan tersebut.


(19)

Keteraturan pada bangunan Bauhaus pengunaan jendela terlihat sangat teratur pada tampilan bangunan tersebut dan penggunaan kolom juga terlihat pada denah menggunakan modul sehingga jarak antar kolom terlihat sama, dan menggunakan atap datar, penerapan skema simetris pada bangunan Bauhaus juga tidak terlihat pada tampilannya dan dapat juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut.

Keteraturan pada

bangunan Michael Reese Hospital pengunaan jendela terlihat sangat teratur pada tampilan bangunan, penerapan skema simetris dan juga penggunaan atap datar pada bangunan Michael Reese Hospital terlihat jelas pada tampilannya, dapat juga dilihat dari bentuk denah bangunan tersebut. Perletakan jarak antar kolom juga terlihat teratur karena menggunakan modul. Keteraturan pada bangunan Harvard Graduate Center pengunaan jendela terlihat sangat teratur pada tampilan bangunan dan juga menggunakan atap datar, perletakan jarak antar kolom juga terlihat teratur pada denah karena

menggunakan modul. Penerapan skema


(20)

simetris pada bangunan Harvard Graduate Center tidak terlihat pada tampilannya dan dapat juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut.

KESIMPULAN Keteraturan pada bangunan Walter Gropius dapat dilihat dari

penggunaan kolom yang menggunakan modul, terlihat juga pada penggunaan jendela pada tampilan bangunan dan kesemua bangunan menggunakan atap datar. Skema simteris dinyatakan dalam susunan ruang, dari kesemua bangunan Walter Gropius lebih banyak tidak menggunakan skema simetris pada tampilannya. Table 5.2 Keteraturan Pada Karya Arsitek Walter Gropius

5.1.1.3 Analisa Bersdasarkan Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Karya Arsitek Walter Gropius

Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain penghindaran penggunaan ornament dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Walter Gropius untuk melihat pengaruh prinsip International Style.

Tampilan Bangunan Karya Arsitek Walter Gropius

Prinsip International Style

Penghindaran Penggunaan

Ornamen

Pada prinsip ketiga yaitu penghindaran

penggunaan ornament, pada bangunan Fagus Factory terlihat jelas pada tampilan bangunannya tidak menggunakan ornament hanya menampilkan dinding kaca pada keseluruhan dindingnya.


(21)

Penghindaran

penggunaan ornament pada bangunan Village College terlihat jelas pada tampilan bangunannya tidak menggunakan ornament hanya menampilkan dinding kaca pada keseluruhan dindingnya karena penggunaan ornament dianggap suatu kejahatan dalam desain. Penghindaran

penggunaan ornament pada bangunan Gropius House terlihat jelas juga pada tampilan

bangunannya tidak menggunakan ornament hanya menampilkan dinding kaca pada keseluruhan dindingnya karena penggunaan ornament dianggap suatu kejahatan dalam desain. Penghindaran

penggunaan ornament pada bangunan Bauhaus terlihat jelas juga pada tampilan bangunannya tidak menggunakan ornament hanya menampilkan dinding kaca pada keseluruhan dindingnya.

Penghindaran

penggunaan ornament pada bangunan Michael Reese Hospital terlihat jelas juga pada tampilan bangunannya tidak menggunakan ornament hanya menampilkan dinding kaca pada keseluruhan dindingnya dan menampilkan skema simetris.


(22)

Penghindaran

penggunaan ornament pada bangunan Harvard Graduate Center terlihat jelas pada tampilan bangunannya tidak menggunakan ornament hanya menampilkan dinding kaca pada keseluruhan dindingnya

KESIMPULAN Dari kesemua bangunan Walter Gropius penggunaan ornament

pada tampilan bangunan tidak terlihat karena dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International Style.

Table 5.3 Pengindaran Penggunaan Ornamen Pada Karya Arsitek Walter Gropius

5.1.2 Analisa Berdasarkan Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe

Ludwig Mies Van De Rohe merupakan seorang arsitek berkebangsaan Jerman, Ludwig Mies Van De Rohe bersama Walter Gropius dan Le Corbusier dikenal luas sebagai para printis arsitektur modern. Ia menjadi warga Negara Amerika pada tahun 1944 dan 30 tahun menjadi seorang seorang arsitek Amerika yang lebih menampilkan struktural. Mies berupaya menetapkan gaya arsitektur baru yang mampu mewakili zaman modern.

5.1.2.1 Analisa Bersdasarkan Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe

Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain Arsitektur sebagai volume dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Ludwig Mies Van De Rohe untuk melihat pengaruh prinsip International Style.


(23)

Ludwig Mies Van De Rohe

Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe

Prinsip International Style

Volume

Prinsip pertama pada bangunan Farnsworth House pada bagian dinding lebih dominan menggunakan dinding kaca, menampilkan karakter kontruksi guna untuk menekankan fungsi sehingga volume bangunan terihat dari luar ke dalam bangunan. Pada bagian atap

bangunan Fagus Factory menggunakan atap datar. Bangunan Barcelona Paviliun pada bagian dinding juga lebih dominan menggunakan dinding kaca untuk menampilkan karakter kontruksi guna untuk menekankan fungsi sehingga volume bangunan terihat dari luar ke dalam bangunan. Pada bagian atap

bangunan Fagus Factory juga menggunakan atap datar.

Bangunan Tugendhat House pada bagian dinding juga lebih banyak menggunakan dinding kaca pada tampilannya untuk menampilkan karakter kontruksi guna untuk menekankan fungsi sehingga keadaan dalam bangunan bangunan terihat dari luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap bangunan Tugendhat House juga menggunakan atap datar.


(24)

Bangunan Crown Hall keseluruhan dindingnya menggunakan kaca yang berbidang besar untuk menampilkan karakter kontruksi guna untuk menekankan fungsi sehingga keadaan dalam bangunan bangunan terihat dari luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap bangunan Crown Hall juga

menggunakan atap datar. Bangunan Seagram Building keseluruhan dindingnya

menggunakan kaca untuk menampilkan karakter kontruksi guna untuk menekankan fungsi sehingga keadaan dalam bangunan

bangunan terihat dari luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap bangunan Seagram Building juga

menggunakan atap datar.

Bangunan Lake Shore Drive keseluruhan dindingnya juga menggunakan kaca untuk menampilkan karakter kontruksi guna untuk menekankan fungsi sehingga keadaan dalam bangunan

bangunan terihat dari luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap bangunan Seagram Building juga


(25)

KESIMPULAN Dari kesemua bangunan Ludwig Mies Van De Rohe diatas ditemukan kesimpulan yang mendasari terbentuknya volume yaitu dengan adanya lantai, dinding dan atap. Dari analisa diatas bangunan Ludwig Mies Van De Rohe tersebut pada bagian dindingnya juga lebih dominan menggunakan dinding kaca untuk menampilkan karakter kontruksi yang ada pada bangunan sehingga volume dapat terlihat dari luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap kesemua bangunan menggunakan atap datar sehingga terlihat seperti kotak atau persegi panjang menekan.

Table 5.4 Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe

5.1.2.2 Analisa Berdasarkan Keteraturan Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe

Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain keteraturan dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Ludwig Mies Van De Rohe untuk melihat pengaruh prinsip International Style.

Denah Bangunan Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe

Prinsip International Style

Keteraturan

Pada prinsip kedua ini keteraturan dapat dilihat pada bangunan

Farnsworth House dari penggunaan jendela dan juga keteraturan dalam perletakan kolom yang menggunakan modul dan juga menggunakan atap datar, penerapan skema simetris ataupun susunan ruang pada bangunan Farnsworth House tidak terlihat pada tampilan dan juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut.


(26)

Keteraturan pada bangunan Barcelona Pavilion dapat dilihat dari penggunaan jendela, pada perletakan kolom dan juga pada

penggunaan atap datar, penerapan skema

simetris ataupun susunan ruang pada bangunan Barcelona Pavilion tidak terlihat pada tampilan dan juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut.

Pada bangunan Tugendhat House penerapan skema

simetris ataupun susunan ruang pada bangunan tersebut tidak terlihat pada denah, keteraturan hanya terihat pada penggunaan kolom yang menggunakan modul dan penggunaan atap datar.

Keteraturan pada bangunan Crown Hall dapat dilihat dari penggunaan jendela, susunan ruang, dan juga perletakan kolom yang terlihat teratur dan penggunaan atap datar, penerapan skema

simetris ataupun susunan ruang pada bangunan Crown Hall terlihat teratur pada tampilan dan juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut.


(27)

Keteraturan pada bangunan Seagram Building dapat dilihat dari penggunaan jendela dan perletakan kolom terlihat teratur karena menggunakan modul dan menggunakan atap datar, penerapan skema simetris pada bangunan Seagram Building terlihat teratur pada tampilannya dan juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut sehingga bangunan tersebut terlihat panjang menekan.


(28)

Keteraturan penggunaan jendela, penerapan skema simetris, perletakan kolom yang menggunakan modul dan menggunakan atap datar pada bangunan Lake Shore Drive terlihat teratur pada tampilan dan juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut sehingga bangunan tersebut terlihat panjang menekan.

KESIMPULAN Keteraturan pada bangunan Ludwig Mies Van De Rohe dapat

dilihat dari penggunaan kolom yang menggunakan modul dan terlihat juga pada penggunaan jendela pada tampilan bangunan dan kesemua bangunan menggunakan atap datar. Skema simteris dinyatakan dalam susunan ruang, dari kesemua bangunan Walter Gropius lebih banyak tidak menggunakan skema simetris pada tampilannya.

Table 5.5 Keteraturan Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe

5.1.2.3 Analisa Bersdasarkan Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe

Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain Penghindaran Penggunaan Ornamen dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Ludwig Mies Van De Rohe untuk melihat pengaruh prinsip International Style.


(29)

Tampilan Bangunan Karya

Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe Prinsip International Style Penghindaran Penggunaan Ornamen

Pada prinsip ketiga yaitu penghindaran

penggunaan ornament, pada bangunan

Farnsworth House terlihat jelas pada tampilan bangunannya tidak menggunakan ornament hanya menampilkan sebagian dari dinding kaca pada dindingnya dan memperlihatkan tiang-tiang kolom pada bangunan.

Penghindaran

penggunaan ornament pada bangunan Barcelona Pavilion terlihat jelas pada tampilan bangunannya tidak menggunakan ornament hanya menampilkan sebagian dari dinding kaca pada dindingnya.

Penghindaran

penggunaan ornament pada bangunan Tugendhat House terlihat jelas pada tampilan bangunannya tidak menggunakan ornament hanya menampilkan dari dinding kaca dan penggunaan warna.


(30)

Penghindaran

penggunaan ornament pada bangunan Crown Hall terlihat jelas pada tampilan bangunannya tidak menggunakan ornament hanya menampilkan dari dinding kaca dan kerangka kontruksi bangunan.

Pada bangunan Seagram Building kesemua dinding bangunan terlihat menggunakan kaca sehingga

penggunaan ornament sangat dihindari pada bangunan ini.

Pada bangunan Lake Shore Drive kesemua dinding bangunan terlihat menggunakan kaca juga sehingga penggunaan ornament sangat dihindari pada bangunan tersebut.

KESIMPULAN Dari kesemua bangunan Ludwig Mies Van De Rohe hasil analisa

penggunaan ornament pada tampilan bangunan tidak terlihat karena dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International Style. Pada tampilan bangunan Ludwig Mies Van De Rohe lebih dominan menggunakan kaca.

Table 5.6 Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe


(31)

5.1.3 Hasil Analisa Prinsip International Style Pada Bangunan Karya Arsitek Walter Gropius Dan Ludwig Mies Van De Rohe

Berdasarkan dari analisa diatas dapat disimpulkan dari hasil kedua arsitek international style pada bangunan modern hasil karya Walter Gropius terlihat tidak jauh berbeda dengan bentuk desain bangunan modern karya arsitek Mies Van De Rohe yang memiliki bentuk dan penggunaan material yang sama.

1. Volume

Terbentuknya volume didasari dengan adanya lantai, dinding, dan atap. Dari hasil analisa bangunan Walter Gropius Ludwig Mies Van De Rohe pada bagian dinding lebih dominan menggunakan dinding kaca untuk menampilkan karakter kontruksi yang ada pada bangunan sehingga volume dapat terlihat dari luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap kesemua bangunan menggunakan atap datar sehingga terlihat seperti kotak atau persegi panjang menekan.

2. Keteraturan

Keteraturan pada bangunan Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe telihat dari penggunaan kolom yang menggunakan modul, juga terlihat pada penggunaan jendela pada tampilan bangunan dan kesemua bangunan menggunakan atap datar, pada susunan ruang lebih banyak tidak menggunakan skema simetris terlihat pada denahnya.


(32)

3. Penghindaran penggunaan Ornamen

Dari kesemua bangunan Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe hasil analisa penggunaan ornament pada tampilan bangunan tidak terlihat karena dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International Style. Pada tampilan bangunan mereka lebih dominan menggunakan kaca dan permainan warna.

5.2. Analisa Bangunan Ruko Citra Land Bagya City Dengan Prinsip International Style

Dari ketiga prinsip International Style antara lain Arsitektur Sebagai Volume, Keteraturan, Penghindaran Penggunan Ornamen telah ditemukan hasil kesimpulan kemudian diterapkan pada bangunan ruko Citra Land Bagya City. Pada komplek bangunan ruko Citra Land Bagya City terdapat beberapa type bangunan ruko, beberapa bangunan ruko tersebut memiliki tampilan dan bentukan yang berbeda-beda. Bangunan ruko Citra Land Bagya City dibagi menjadi 3 type, yaitu type A, type B, dan type C.

5.2.1 Arsitektur Sebagai Volume Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City Type A, Type B, Type C

Dari temuan analisa arsitektur sebagai volume pada prinsip International Style karya arsitek Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe kemudian diterapkan pada bangunan Citra Land Bagya City.


(33)

Prinsip Internatio

nal Style

Bangunan A Bangunan B Bangunan C

Volume Prinsip pertama pada bangunan ruko type A bagian dinding lebih dominan menggunakan dinding kaca,

menampilkan karakter kontruksi untuk dan menekan kan fungsi sehingga volume bangunan terihat dari luar ke dalam bangunan.

Pada bagian atap

bangunan ruko type A

menggunankan atap

datar.

Pada bangunan ruko type B bagian dinding lebih dominan

menggunakan dinding kaca, menampilkan karakter kontruksi untuk dan menekankan fungsi sehingga volume bangunan terihat dari luar ke dalam bangunan.

Pada bagian atap

bangunan ruko type B

menggunankan atap

datar.

Pada bangunan ruko type C bagian dinding lebih dominan menggunakan dinding kaca, menampilkan karakter kontruksi untuk dan menekankan fungsi sehingga volume bangunan terihat dari luar ke dalam bangunan.

Pada bagian atap

bangunan ruko type C

menggunankan atap

datar.

Kesimpulan Dari analisa diatas pada bangunan ruko type A, type B dan type C tersebut tidak jauh berbeda, menggunakan kaca berbidang lebar sehiggga pada bagian dinding bangunan lebih dominan menggunakan kaca untuk menampilkan kontruksi dan pada bagian dalam bangunan dapat terlihat dari luar ke dalam. Pada bagian atap bangunan ruko type A, type B, dan type C juga terlihat sama pada menggunkan atap datar.

Table 5.7 Arsitektur Sebagai Volume Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City

5.2.2 Keteraturan Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City Type A, Type B, Type C

Dari temuan analisa keteraturan pada prinsip International Style karya arsitek Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe kemudian diterapkan pada bangunan Citra Land Bagya City.


(34)

Prinsip Internationa

l Style

Bangunan A Bangunan B Bangunan C

Keteraturan Pada prinsip kedua ini keteraturan pada pengunaan jendela terlihat sangat teratur pada tampilan

bangunan ruko type A, terlihat perletakan kolom pada denah sangat teratur karena mengunakan modul dan menggunakan atap datar, penerapan skema simetris pada bangunan ruko type A terlihat pada

tampilannya dan dapat juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut.

Keteraturan pada pengunaan jendela terlihat sangat teratur pada tampilan

bangunan ruko type B dan juga penggunaan kolom yang terlihat teratur pada denah dan menggunakan atap datar, penerapan skema simetris pada bangunan ruko type B terlihat pada tampilannya dan dapat juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut. Pada tampilan bangunan ruko type B ini lebih menambahkan penggunaan material baja.

Keteraturan pada pengunaan jendela terlihat sangat teratur pada tampilan

bangunan ruko type C dan juga pada

perletakan kolom menggunakan modul dan menggunakan atap datar, penerapan skema simetris pada bangunan ruko type C terlihat pada

tampilannya dan dapat juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut.

Kesimpulan Keteraturan pada bangunan ruko type A, type B, dan type C terlihat pada

perletakan kolom yang menggunakan modul, dan juga pada penggunaan jendela yang teratur pada tampilannya dan menggunakan atap datar, penggunaan skema simetris terlihat pada tampilan susunan ruangnya. Table 5.8 Keteraturan Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City


(35)

5.2.3 Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City Type A, Type B, Type C

Dari temuan analisa penghindaran penggunaan ornamen pada prinsip International Style karya arsitek Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe kemudian diterapkan pada bangunan Citra Land Bagya City.

Prinsip Internationa

l Style

Bangunan A Bangunan B Bangunan C

Penghindara n penggunaan

ornamen

Pada prinsip ketiga yaitu penghindaran penggunaan ornament, pada bangunan ruko type A terlihat jelas pada tampilan bangunan tersebut tidak menggunakan ornament hanya menampilkan jendela kaca yang berbidang lebar.

Penghindaran

penggunaan ornament pada bangunan ruko type B terlihat jelas pada tampilan

bangunan tersebut tidak menggunakan ornament hanya menampilkan jendela kaca yang berbidang lebar dan penambahan material baja ringan pada tampilannya.

Penghindaran

penggunaan ornament pada bangunan ruko type C terlihat jelas pada tampilan bangunan tersebut tidak menggunakan ornament hanya menampilkan jendela kaca yang berbidang lebar dan lebih bermain dengan penggunaan warna.

Kesimpulan Dari analisa diatas semua bangunan ruko type A, type B dan type C

penggunaan ornament pada tampilan bangunan ruko tidak terlihat karena dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International Style. Pada tampilan bangunan ruko tersebut lebih dominan menggunakan kaca, penambahan material dan penggunaan warna.

Table 5.9 Penghindaran Penggunan Ornamen Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City


(36)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Citra Land Bagya City merupakan bangunan ruko yang terletak di jalan Ismail Harun, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Berdasarkan dari analisa diatas dapat disimpulkan bangunan ruko Citra Land Bagya City semua bangunan menerapkan prinsip-prinsip International Style yang ada pada bangunan karya arsitek Walter Gropius dan Mies Van De Rohe yaitu bangunan tersebut memiliki gaya arsitektur modern.

Pengaruh prinsip-prinsip International Style pada bangunan ruko Citra Land Bagya City yaitu :

 Penerapan prinsip arsitektur sebagai volume pada bangunan ruko Citra Land Bagya City type A, type B dan type C tersebut tidak jauh berbeda, menggunakan kaca berbidang lebar sehiggga pada bagian dinding bangunan lebih dominan menggunakan kaca untuk menampilkan kontruksi dan pada bagian dalam bangunan dapat terlihat dari luar ke dalam.

 Keteraturan pada bangunan ruko type A, type B, dan type C dapat dilihat dalam susunan ruang, bentukan dari denah bangunan, pada perletakan kolom yang teratur karena menggunakan modul, penggunaan jendela yang berbidang lebar, dan juga menggunakan atap datar.


(37)

 Pada prinsip ketiga, semua bangunan ruko type A, type B dan type C penggunaan ornament pada tampilan bangunan ruko tidak terlihat karena dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International Style. Pada tampilan bangunan ruko tersebut lebih dominan menggunakan kaca, penambahan material dan penggunaan warna.

6.2. Saran

Dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa saran antara lain :

 Harapan penulis melalui penelitian ini diharapkan bangunan ruko Citra Land Bagya City dapat menjadi acuan terhadap penerapan pembangunan tata ruang kota Medan yang berkelanjutan.‟

 Sebagai pengetahuan seorang arsitek agar merancang tidak hanya mengutamakan pada bentuk dan fungsi, akan tetapi menerapkan prinsip-prinsip nilai estetika pada tampilan bangunan.


(38)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Ruko 2.1.1. Defenisi Ruko

Mengenai pengertian ruko (rumah toko), salah satu jenis bangunan yang berasal dari kata rumah dan toko, rumah yang berarti tempat berpenghuni dan toko berarti ruang untuk kegiatan usaha, jadi ruko dapat dikatakan sebagai sebuah bangunan yang menggabungkan fungsi hunian dan kerja dalam satu tempat. Ruko memang merupakan solusi yang cukup baik untuk mengatasi kebutuhan akan rumah tinggal sekaligus juga mengembangkan usaha dari rumah. Menurut Wicaksono (dalam Kurniawan, 2015), rumah toko atau biasa sering disebut juga dengan Ruko adalah sebutan bangunan-bangunan di Indonesia yang pada umumnya dibuat bertingkat antara dua hingga lima lantai. Lantai bawahnya digunakan sebagai tempat usaha atau kantor, sedangkan lantai atasnya dimanfaatkan sebagai tempat tinggal.

Istilah ruko diperkirakan dari bahasa Hokkian nom chu yang berarti “rumah” dan “toko”. Etnis Hokkian mendominasi populasi Cina perantauan di kota-kota asia tengggara sehingga kebiasaan menetap dan berusaha di ruko sering dikaitkan dengan budaya mereka (kompas, 2004). Dalam bahasa melayu digunakan istilah kedai yang berarti sembarangan ruangan tempat barang dagangan ditumpuk tanpa aturan jelas, tempat dimana sang pemilik atau penjaga ruko melewati harinya sebelum etalase atau meja panjang diperkirakan oleh Lombard dalam (Kurniawan, 2015).


(39)

Di kota Medan bangunan ruko sudah menjadi pemandangan sehari-hari dan banyak orang yang melakukan akftivitas berbisnis dan dagang di rumah toko tersebut. Menurut Wicaksono (dalam Kurniawan, 2015) ruko telah dikenal diberbagai dunia sejak zaman dulu. Di Yunani, terdapat pasar-pasar tradisional tempat melakukan transaksi perdagangan yang juga digunakan sebagai tempat tinggal dan letaknya berdekatan dengan pelabuhan karena Yunani merupakan Negara kepulauan demikian juga di Timur Tengah, telah dikenal bangunan yang berfungsi ganda, sebagai hunian dan tempat usaha. Namun hunian di Timur tengah terkesan lebih privat dan memisahkan aktivitas laki-laki dan perempuan.

2.1.2. Sejarah Rumah Toko

Fenomena ruko menjadi sebuah subjek penelitian dalam kerangka proses pencarian jati diri budaya arsitektur lokal maupun regional (di era globalisasi). Ruko memiliki ruang-ruang yang relative tipikal, yang dapat secarah mudah dimanfaatkan untuk bermacam fungsi. Dalam budaya bermukim di Indonesia, pada awalnya kita mengenal “toko” sebagai sebuah konsep tradisional yang berbeda dengan konsep toko yang ditawarkan oleh konsep pertokoan modern.

Ruko-ruko abad ke-19, dalam kehidupan perkotaan masa itu, membentuk aktivitas di jalan dan menciptakan pusat-pusat keramaian yang secara khas hanya dapat dijumpai di pecinan. Gaya hidup semacam inilah yang telah menghidupi pusat-pusat keramaian kota-kota di Indonesia selama ratusan tahun hingga keberadaannya kini terancam oleh pusat-pusat perbelanjaan dan perumahanperumahan modern yang menggunakan kapital besar. Tanpa langsung disadari, hilangnya toko-toko ini mengakibatkan matinya lorong-lorong kota dan


(40)

terciptanya jalan-jalan yang sepi karena pindahnya keramaian ke bangunan-bangunan mal yang monolit, ketimbang hingar bingarnya toko-toko dan kaki-lima yang beragam. Ini merupakan pertanda matinya sebuah warisan budaya kota dan juga identitas kita.

Pada umumnya masyarakat Tionghoa dikenal sebagai kaum pedagang, begitu juga dengan masyarakat Tionghoa yang berada di Indonesia. Masyarakat Tionghoa di Indonesia menjalin hubungan yang baik dengan bangsa eropa, oleh karena itu mereka dipercaya untuk memegang kendali perdagangan. Pada masa kolonial, masyarakat Tionghoa diberi wilayah permukimam yang terpisah dari penguasa dan masyarakat pribumi. Saat itu masyarakat Tionghoa harus menyesuaikan diri dengan regulasi tata kota, bentrokan antara aturan tata kota dengan konsep rumah yang dibawa oleh masyarakat Tionghoa yang berasal dari Cina Selatan membentuk konsep rumah baru yang telah beradaptasi. Hunian bentuk baru lah yang disebut sebagai ruko yang merupakan gabungan dari rumah dan toko (Kurniawan, 2015).

2.1.3. Perkembangan Rumah Toko di Kota Medan

Ruko sebagai sebuah sosok arsitektur di Indonesia memiliki sejarah panjang dan berperan penting dalam memberi bentuk dan warna terhadap perkembangan kota-kota di Indonesia. Akan tetapi, belakangan ini tipologi ruko dibangun dengan citra yang “asal” dan “semrawut”. Ruko juga dianggap sebagai salah satu penyebab rusaknya arsitetur kota-kota di Indonesia. Di kota Medan, kemunculan ruko timbul akibat perkembangan di bidang perdagangan di awal abad ke-20, khususnya dia area pecinan. Ruko pada pecinan ini didesain dengan


(41)

system grid dan terlihat mirip dengan ruko-ruko di wilayah kolonial Inggris di Asia Tenggara. Ciri-cirinya antara lain, ukiran di atas pintu,dan berbagai jenis jendela di lantai dua. Fasade lantai duanya menjorok ke arah jalan dan memberikan perlindungan bagi pejalan kaki di selasar bawahnya yang juga berfungsi sebagai elemen penyatu ruko satu dengan yang lainnya. Gaya arsitektur pada ruko-ruko ini merupakan gaya hybrid yang berbentuk melalui kontak penduduk lokal dengan penjajah.

Dampak tersebut mengakibatkan pada perubahan dan penambahan dengan menghilangkan keaslian dari bangunan indis. Kalau kita amati proses dan peraturan pelestarian yang ada di kota ini tidak berjalan dengan baik, hari demi hari perubahan terjadi di mana-mana, tanpa dapat dikendalikan lagi. Ditambah lagi dengan menjamurnya pembangunan “ruko” yang semakin meluas, dari barat ke timur dan dari utara ke selatan bejajar “ruko-ruko”, sehingga akan menenggelamkan arsitektur indis yang terdapat di kota Medan agar dipertahankan untuk dilestarikan. Karena semakin lama akan semakin terdesak oleh penggusuran dan akhirnya sampai pada penghancuran bangunan untuk dijadikan bangunan baru. Bila hal ini pemerintah kota tidak melakukan tindakan untuk mengantisipasinya, maka dalam dua atau tiga tahun ke depan kota Medan akan berubah menjadi kota“ruko” dengan gaya arsitektur eklektis (tempel sana tempel sini). Sebuah kepalsuan dalam gaya arsitektur ini diketahui sangat radikal, di sini fungsi menjadi sangat dominan yang akhirnya merosot ke dalam istilah “membangunan sebuah diagram” yang sudah sangat umum terlihat pada bangunan-bangunan “ruko” yang terdapat di kota-kota Indonesia.


(42)

Pesatnya pembangunan rumah toko (ruko) sering mendapat perhatian karena dianggap menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya. Banyak pihak berpendapat bahwa ramainya pembangunan ruko saat ini dapat merusak keindahan tata kota. Selain itu dengan adanya bangunan ruko di pinggir jalan dapat meningkatkan kepadatan lalu lintas, menimbulkan kemacetan dan peningkatan kebisingan jalan.

Gambar 2.1. Ruko Kesawan 1920

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kesawan,_Medan

2.2. Tinjauan Arsitektur Modern 2.2.1. Defenisi Arsitektur Modern

Arsitektur modern adalah sebuah perkembangan arsitektur dimana ruang menjadi objek utama untuk diolah. Jika pada masa sebelumnya arsitektur lebih memikirkan bagaimana cara mengolah fasad, ornamen, dan aspek-aspek lain yang sifatnya kualitas fisik, maka pada masa arsitektur modern kualitas non- fisik lah yang lebih dipentingkan (krier, 1982). Fokus dalam arsitektur modern adalah bagaimana memunculkan sebuah gagasan ruang, kemudian mengolah dan mengelaborasinya sedemikian rupa, hingga akhirnya diartikulasikan dalam penyusunan elemen-elemen ruang secara nyata.


(43)

Di masa sekarang banyak rumah toko yang dibangun dengan gaya arsitektur modern dengan penyesuain terhadap bahan bangunan dengan teknologi terkini, perkembangan budaya dan wawasan serta gaya hidup penghuninya. Pada abad ke-20 arsitektur telah dipengaruhi oleh mesin secara total dan dikatakan juga arsitektur sebagi pemuja mesin, pada abad ke-19 secara perlahan telah muncul material-material yang seperti besi, baja, tuang yang sangat mempengaruhi pengerjaan arsitektur modern. Eksterior rumah dengan gaya arsitektur modern didominasi dengan jendela yang berukuran lebar dan atau tinggi, list plang beton memanjang dan kanopi yang menjorok ke depan. Dengan kolom yang simple atau bahkan tanpa kolom. Bentuk masa rumah modern di dekorasi dengan ornament garis vertical, horizontal, dan diagonal yang sederhana pada dinding eksterior yang luas interior rumah toko modern ditata dengan ornament yang sederhana, plafond bertingkat dan void di ruang-ruang publik yang memberikan kesan luas. Ruang pada rumah dengan gaya arsitektur modern umunya transparan, menerus, ruang-ruang saling terhubung dengan ruang-ruang perantara dibatasi oleh dekorasi interior yang tidak masiv.

Gambar 2.2. Ruko Modern Minimalis

Sumber : http://tipsproperti.com/wp-content/uploads/2013/11/Desain-Arsitek-Ruko-Dealer-Mobil-Modern-Minimalis.jpg


(44)

2.2.2. Sejarah Arsitektur Modern

Sepanjang sejarah manusia, arsitektur hanya mengalami satu kali perubahan yang mendasar, yaitu di saat hadirnya arsitektur modern. Sumalyo (2005) mengatakan arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, yang berkaitan dengan berbagai segi kehidupan antara lain : seni, teknik, tata ruang, geografi, sejarah. Sejarah perkembangan arsitektur mencakup dimensi ruang dan waktu yang sukar ditentukan batasnya.

Diketahui bahwa arsitektur berkembang dari masa ke masa dalam kurun waktu sejak manusia hingga sekarang. Arsitektur modern merupakan perkembangan dari klasik barat, berubah secara revolusioner sejalan dengan revolusi industry mulai awal abad 19 dengan terjadinya perubahan besaran-besaran dalam pola hidup dan pola pikir (sumalyo, 2005). Terdapat 3 periode perkembangan arsitektur :

 Tahun 1800an

Sampai dengan masa Neo-klasik abad ke-19, Arsitektur dianggap sebagai pengetahuan kesenian, yaitu seni bangunan. Artinya arsitektur dianggap sebagai suatu „olah rasa‟ yang dibuat berdasarkan perasaan sebagai sumber idenya dan tidak ada rumusnya (Sumalyo, 2005). Pada tahun 1750-an di Perancis, muncul orang-orang yang berambisi untuk menghasilkan arsitektur dengan menggunakan akal dan idenya sebagai sumber idenya, bukan seni dengan perasaan. Bagi mereka ini, arsitektur adalah olah pikir, bukan olah seni. Bagi dunia arsitektur, apa yang dilakukan oleh orang-orang Perancis ini adalah sebuah perubahan. Dengan


(45)

demikian, dapat dikatakan bahwa arsitektur Modern berupa ide, gagasan, pikiran atau pengetahuan dasar tentang arsitektur sudah hadir pada abad ke-18. Dan kemudian, pikiran-pikiran tersebut baru mendapat kesempatan untuk direalisasikan pada pertengahan abad-19 karena faktor-faktor yang sangat mendorong percepatan dari Arsitektur Modern tersebut adalah :

 Di pertengahan abad 19 itu secara resmi pendidikan Arsitektur telah terbagi menjadi dua yaitu arsitektur sebagai kesenian dan arsitektur sebagai ilmu teknik sipil.

 Munculnya industri bahan bangunan, yang mampu menghasilkan keseragaman ukuran dan kecepatan membangun.

Gambar 2.3. Bangunan La Majolikahaus

Sumber :

http://4.bp.blogspot.com/-59Lq8L25QkA/Ten0FGyJ- aI/AAAAAAAACsI/hZATqZGxEac/s1600/most-beautiful-building-4th-Majolica-House-Wina-Austria.jpg


(46)

 Periode 1890 – 1930

Pada masa ini arsitektur modern mengalami puncaknya di Prancis, Jerman, Belanda, Rusian, dan Inggris mulai mengikutinya. Sumalyo (2005) menjelaskan mulai tahun 1890-an sampai dengan 1930-an, terjadi semacam resolusi industri kedua dalam bentuk rasionalisme dan penggunaan mesin secara besar-besaran, sejumlah pertentangan dalam dunia arsitektur yang ditunjukkan melalui munculnya berbagai eksperimen seperti : arsitektur sebagai art vs arsitektur sebagai science, arsitektur sebagai form vs arsitektur sebagai space, arsitektur sebagai craft vs arsitektur sebagai assembly, dan arsitektur sebagai karya manual vs arsitektur sebagai karya machinal.

Gambar 2.4. Bangunan Maison Caillot Sumber :


(47)

 Periode 1950-1960an

Dalam sejarah arsitektur, berakhirnya Perang Dunia II membawa perjalanan arsitektur dapat dibaca dari dua sisi yang saling berlawanan (Sumalyo, 2005) yakni:

-Tahun 50-an dikatakan sebagai puncak Arsitektur Modern :

a. Segenap filosofi dan prinsip arsitektur sebagai ilmu telah dapat diformulasikan dengan sempurna dari ide sampai dengan realisasinya. b. Karya-karya arsitektur mampu dan sangat sempurna untuk

mengekspresikan space / ruang.

c. Terjadi produksi massal bahan bangunan oleh pabrik. Hal ini dapat mempercepat proses pembangunan. Namun, bahan bangunan dapat menembus batas budaya dan geografis, sehingga arsitektur menjadi Internasional dan bangunan-bangunan di dunia menjadi seragam. Dengan kata lain, arsitektur menjadi sangat demokratis.


(48)

Gambar 2.5. Bangunan Seagram Sumber :

http://4.bp.blogspot.com/---lez6fXPxg/T4eshVchPyI/AAAAAAAAC48/EZmbaZAVc1Q/s1600/seagram.gif -Tahun 50-an dikatakan sebagai kegagalan Arsitektur Modern :

a. Karena arsitektur telah kehilangan identitas/ciri individual perancangnya. Tahun-tahun itu, nama yang dikenal orange adalah nama biro-biro Arsitektur, bukan arsiteknya.

b. Enggan maraknya produksi massal, pabrik-pabrik dapat menghasilkan bahan-bahan bangunan yang sejenis atau mirip, tapi dengan kualitas berbeda.

c. Karena penekanan perancangan pada ruang, maka desain menjadi polos, simpel, bidang-bidang kaca lebar.

d. Keseragaman bentuk yang geometris menyebabkan pemandangan yang tidak menyatu dengan lingkungan.


(49)

2.2.4 Ciri-ciri Arsitektur Modern

Sejak tahun 1920 selain sangat signifikan dalam gaya bangunan arsitektur modern, juga telah menetapkan reputasi para arsiteknya. Asal dan karakteritik arsitektur modern sampai saat ini masih diperdebatkan di kalangan arsitek. Beberapa sejarawan melihat perkembangan arsitektur modern sebagai perihal sosial yang erat kaitannya terhadap pembaharuan dan keringanan.

Hal ini menambah pengetahuan makna bahwa gaya modern adalah sebuah penemuan baru dalam bidang Revolusi Industri. Berikut adalah karakteristik dari bangunan bergaya arsitektur modern menurut krier (1982) dalam Brunner T. Dkk (2013) :

 Bentuk mengikuti fungsi, sehingga bentuk menjadi monotone karena tidak diolah. Satu gaya Internasional atau tanpa gaya (seragam), merupakan suatu arsitektur yang dapat menembus budaya dan geografis.

 Penggunaan material dan bahan pada bangunan arsitektur modern tidak terlepas dari unsur fungsional, dimana bahan dan material yang digunakan harus mendukung fungsi bangunan secara keseluruhan. Jenis bahan/material yang digunakan diekspos secara polos, ditampilkan apa adanya. Terutama bahan yang digunakan adalah beton, baja dan kaca. Misal :

1) Beton untuk menampilkan kesan berat, massif, dingin 2) Baja untuk kesan kokoh, kuat, industrialis


(50)

 Ekspresi terhadap sruktur sebagai elemen arsitektur yang memberikan bentuk kepada tampak bangunan, sehingga menciptakan ruang pada kulit bangunan. Hal ini lebih dikenal dengan istilah Skin and Bone. Skin and bone merupakan salah satu ide desain dari langgam arsitektur modern yang mengedepankan kepolosan dan kesederhanaan dalam olah bentuk bangunan dengan cara menonjolkan struktur bangunan.  Anti ornamen, menganggap ornamen yang ada pada bangunan tidak

memiliki fungsi baik secara struktur maupun non struktur, sehingga ornamen dihilangkan dan dianggap suatu kejahatan dalam desain. Nihilism, penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi polos, simple, bidang-bidang kaca lebar. Tidak ada apa-apanya kecuali geometri dan bahan aslinya. Penekanan Elemen vertikal dan horizontal masih berhubungan dengan penggunaan ornamen yang dianggap sebagai suatu kejahatan, maka bangunan-bangunan dengan langgam arsitektur modern menggunakan penekanan elemen vertikal dan horizontal pada bangunannya sebagai pengganti ornamen, guna menambah estetika dan keindahan bangunan. Menyederhanakan bangunan sehingga format detail menjadi tidak perlu. Semakin sederhana merupakan suatu nilai tambah terhadap arsitektur tersebut. Bangunan arsitektur modern menganut paham form follow function dimana bentuk yang dihasilkan mengikuti fungsi dari bangunan. Tidak memiliki suatu ciri individu dari seorang arsitek, sehingga tidak dapat dibedakan antara arsitek yang satu dengan yang lainnya.


(51)

2.3. Tinjauan International Style 2.3.1. Asal-usul International Style

Gaya internasional adalah suatu gaya arsitek yang sedang trend pada tahun 1920 dan 1930. istilah yang pada umumnya mengacu pada arsitek dan bangunan dari dekade pandangan perkembangan gaya modern, sebelum Perang dunia II. Istilah ini diambil dari suatu buku Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson (1997) yang mana mereka berdua dikenal sebagai penggolong arsitektur modern. Dasar desain dari gaya internasional ini didasari pada prinsip arsitektur modern.

Gambar 2.6. PerumahanWeissenhof Stuttgart, Jerman (1927) Sumber : http://rurucoret.blogspot.co.id/2008/12/architecture-modern.html

Gambar 2.7. Perumahan Weissenhof Stuttgart, Jerman (1930) Sumber : http://rurucoret.blogspot.co.id/2008/12/architecture-modern.html


(52)

Pada abad pertengahan ke-18 ada upaya untuk mencapai pengendalian dalam arsitektur di masa lalu, kemudian Pada abad ke-19 gaya arsitektur yang mulai berkembang dengan menggunakan produk-produk industri seperti logam dan beton bertulang. Arsitektur modern yang diketahui sejak dulu sebuah pelajaran seni yang meniru gaya besar pada masa lalu yang merupakan masalah membangun dengan gaya yang dominan. Di Eropa pada sekitar tahun 1900 sejumlah arsitek di seluruh bumi mulai mengembangkan solusi arsitektur untuk mengintegrasikan sesuatu yang dapat dijadikan teladan tradisional dengan menuntut kehidupan sosial yang baru dan berbagai kemungkinan teknologi.

2.3.2. Tokoh Arsitek International Style

Dari beberapa arsitek yang melakukan perjuangan untuk mengembangkan gaya lama ke gaya baru. Tokoh arsitek yang mendukung adalah :

No Nama Foto Biografi

1 Alvar Alto Hugo Alvar Henrik Aalto (lahir

di Kuortane, Finlandia, 3 Februari 1898 –

meninggal di Helsinki, Finlandia, 11 Mei 1976 pada umur 78 tahun) adalah arsitek dan

desainer Finlandia yang dijuluki sebagai

"Bapak Modernisme" di negara-negara

Nordik. Karyanya

meliputi arsitektur, furnitur, tekstil dan barang pecah belah. Karier awal Aalto berjalan pada masa industrialisasi Finlandia, sehingga banyak kliennya yang merupakan industralis salah satunya adalah keluarga Ahlström-Gullichsen.

2 Welton Becket

Becket lahir di Seattle, Washington dan lulus dari University of Washington program Arsitektur pada tahun 1927 dengan gelar Bachelor of Architecture (B.Arch.). Dia menetap di Los Angeles pada tahun 1933 dan membentuk kemitraan dengan nya University of Washington sekelas Walter Wurdeman dan Angelean arsitek Charles F. Plummer.


(53)

Komisi besar pertama mereka adalah Auditorium Pan-Pasifik pada tahun 1935,

yang memenangkan mereka pekerjaan

perumahan dari James Cagney, Robert Montgomery, dan selebriti film lainnya. Plummer meninggal pada tahun 1939.

3 Le Corbusier Le Corbusier atau yang bernama asli

Charles-Edouard Jeanneret merupakan seorang arsitek asal Swiss yang menekuni aliran desain International Style bersama dengan Ludwig Mies van der Rohe, Walter Gropius dan Theo van Doesburg. Selain itu, ia juga dikenal sebagai seorang perencana tata kota, seniman, penulis dan perancang perabot. Ia juga

terkenal atas kontribusinya dalam

penyebarluasan international style. Le

Corbusier merupakan seorang yang ahli dalam teori-teori desain modern. Ia juga berkontribusi dalam menghasilkan kehidupan yang lebih baik di lingkungan yang padat penduduknya. Karya bangunan-bangunannya tersebar di daerah Eropa, India, Rusia dan Amerika.

4 Walter

Gropius

Walter Gropius (lahir 18 Mei 1883 –

meninggal 5 Juli 1969 pada umur 86 tahun) merupakan seorang arsitek berkebangsaan

Jerman. Dia merupakan pendiri

Sekolah Bauhaus bersama dengan Ludwig Mies van der Rohe dan Le Corbusier . Walter Gropius adalah anak ketiga dari Walter Adolph Gropius dan Manon Auguste Pauline Scharnweber. Gropius menikah dengan Alma Mahler (1879-1964), janda dari Gustav

Mahler. Dengan bantuan dari

arsitek Inggris, Maxwell Fry, dia

meninggalkan Nazi Jerman pada

tahun 1934 dengan melakukan kunjungan sementara ke Inggris. Dilahirkan di Berlin.

Gropius wafat di Cambridge,

Massachusetts pada tahun 1969. Walter

Gropius belajar arsitektur antara 1903 dan 1907 di Universitas Teknik di Munich dan Berlin. Ia bergabung dengan kantor Peter Behrens pada tahun 1908. Dia menerima posisi di Jerman General Electric Company (AEG) dan akan bertanggung jawab untuk

membantu dalam semua pertimbangan

estetika perusahaan termasuk produk, iklan dan bangunan. Ketika itu ia bekerja di bawah di AEG bahwa ia akan diperkenalkan kepada


(54)

Ludwig Mies van der Rohe, Dietrich Marcks dan Le Corbousier. Pada tahun 1910 Gropius

meniggalkan perusahaan dan mulai

mendirikan praktek di Berlin selama tiga tahun bersama karyawannya Adolf Meyer.

5 Philip

Johnson

Philip Cortelyou Johnson atau lebih dikenal dengan nama Philip Johnson adalah salah satu arsitek dari Amerika yang sangat berpengaruh dalam dunia Arsitektur. Dengan kacamatanya yang tebal, berbingkai bundar, Philip Johnson adalah tokoh yang paling dikenal di dunia arsitektur Amerika selama beberapa dekade. Philip Johnson (8 Juli 1906 - 25 Januari 2005) lahir di Cleveland, Ohio. Pada awalnya, Philip Johnson bukanlah seorang arsitek, dia bekerja sebagai kritikus, penulis, sejarawan dan seorang direktur museum. Dia meraih gelar A.B. dalam sejarah arsitektur dari Universitas Harvard yang tertarik pada Sejarah dan Filsafat, terutama pada karya Pra-Sokrates.

6 Louis Kahn Salah satu arsitek yang paling berpengaruh

pada abad pertengahan ke-20, Louis Kahn (1901-1974) menyadari bangunan relatif sedikit, namun menahan diri formal dan ekspresi emosional-nya Jonas Salk Institute, Kimbell Art Museum dan Kompleks Modal di Dhaka dianggap sebagai sebuah kemajuan yang terinspirasi dari International Style.

7 Ludwig Mies

van der Rohe

Ludwig Mies van der Rohe (27 Maret 1886 –

17 Agustus 1969) adalah

seorang arsitek berkebangsaan Jerman, Ia

umumnya dipanggil Mies, sesuai nama

belakangnya. Ludwig Mies van der Rohe, bersama Walter Gropius dan Le Corbusier, dikenal luas sebagai para perintis arsitektur

Modern. Ia memulai karya dengan

membangun Riehl House di Potsdam. Pada tahun 1944, ia menjadi warga negara Amerika, menyelesaikan pesangon nya dari asalnya, Jerman. Tiga puluh tahun sebagai seorang arsitek Amerika mencerminkan lebih struktural, pendekatan murni untuk mencapai tujuannya dari arsitektur baru untuk abad

ke-20. Mies, seperti rekan-rekannya

pasca Perang Dunia I, berupaya menetapkan gaya arsitektur baru yang mampu mewakili zaman modern seperti yang dilakukan arsitektur Klasik dan Gothik pada zamannya


(55)

arsitektur abad ke-20 yang berpengaruh dengan kejelasan dan kesederhanaan yang

ekstrem. Bangunan-bangunan karyanya

memanfaatkan material modern seperti baja industri dan kaca pelat untuk menentukan ruang interior. Ia berupaya menciptakan arsitektur dengan sedikit kerangka struktur yang diseimbangkan dengan kebebasan ruang terbuka yang mengalir bebas. Ia menyebut bangunan-bangunannya arsitektur "kulit dan tulang". Mies mengambil pendekatan rasional

yang dapat memandu proses kreatif

perancangan arsitektur. Ia sering dikaitkan dengan aforisme "lebih sedikit lebih baik" dan "Tuhan sangat terperinci".

8 Richard

Neutra

Pekerjaan seumur hidup dari arsitek Amerika kelahiran Austria Richard Joseph Neutra

(1892-1970) merupakan upaya untuk

menggabungkan presisi teknis dari

International Style dengan unsur-unsur lain yang lebih organik untuk tradisi arsitektur Amerika. Richard Neutra lahir di Wina pada tanggal 8 April 1892. Dia dilatih di Technische Hochschule, menerima diploma pada tahun 1917. Walaupun ia sangat dipengaruhi oleh bangunan dan tulisan-tulisan dari arsitek Wina kontemporer, Adolf Loos, salah satu pelopor dari gerakan modern di Eropa. Loos diperkenalkan Neutra inovasi terjadi dalam arsitektur Amerika, khususnya percobaan dari Louis Sullivan dan sekolah Chicago. Bunga Neutra dalam arsitektur Amerika tumbuh ketika ia menjadi akrab dengan karya Frank Lloyd Wright.

9 Oscar

Niemeyer

Arsitek Oscar Niemeyer lahir pada tanggal 15 Desember 1907 di Rio de Janeiro, Brasil. Niemeyer mendarat proyek besar pertamanya pada tahun 1941, perencanaan bangunan

untuk Pampulha Kompleks Arsitektur.

Desain nya yang terkenal karena bentuk yang mengalir bebas mereka. Proyek-proyek lain termasuk bekerja di gedung PBB dan merancang Museum Seni Kontemporer di Niteroi dan bangunan utama di ibu kota Brasilia. Niemeyer meninggal di Rio de Janeiro pada tanggal 5 Desember 2012, pada usia 104.


(56)

10 Frits Peutz Peutz lahir di sebuah keluarga Katolik di Uithuizen di Groningen, sebuah provinsi sebagian besar Protestan di utara Belanda. Pada tahun 1910 ia dikirim ke sekolah asrama Rolduc di Kerkrade di provinsi Katolik Limburg untuk pendidikan yang lebih tinggi. Pada tahun 1914 ia lulus di HBS, jenis lama sekolah tinggi Belanda. Setelah itu ia belajar teknik sipil di Delft. Pada tahun 1916 ia mengubah arsitektur. Pada tahun 1920, saat masih tidak lulus, ia kembali ke Limburg untuk mengendap sebagai arsitek independen di kota Heerlen, di mana industri

pertambangan batubara booming

memberinya banyak tugas. Peutz memainkan peran utama dalam mengubah Heerlen dalam, kota modern yang benar. Pada tahun 1925 ia menerima gelar dalam arsitektur. Sekitar 1.926 anak pertamanya, Victor Peutz lahir, yang menjadi audiolog dan acoustician. Peutz dan istrinya Isabelle Tissen memiliki tiga belas anak bersama-sama. Salah satunya mengikuti jejak ayahnya untuk mendapatkan gelar di bidang teknik sipil dan menjadi seorang arsitek.

11 Gerrit

Rietveld

Rietveld lahir di Utrecht pada tahun 1888 sebagai anak tukang kayu. Dia meninggalkan sekolah pada 11 untuk magang kepada ayahnya dan terdaftar di sekolah malam sebelum bekerja sebagai juru gambar untuk CJ Begeer, perhiasan di Utrecht, dari 1906 ke 1911. Pada saat ia membuka bengkel mebel sendiri pada tahun 1917, Rietveld telah belajar sendiri menggambar, melukis dan model keputusan. Dia kemudian mendirikan bisnis sebagai pembuat lemari. Rietveld dirancang nya Merah dan Blue Chair yang terkenal pada tahun 1917. Berharap bahwa banyak dari furnitur nya akhirnya akan diproduksi secara massal daripada buatan

tangan, Rietveld ditujukan untuk

kesederhanaan dalam konstruksi. Pada tahun 1918, ia mulai pabrik mebel sendiri, dan mengubah warna kursi setelah menjadi dipengaruhi oleh gerakan 'De Stijl', di mana ia menjadi anggota pada tahun 1919, tahun yang sama di mana ia menjadi seorang arsitek. Kontak yang dia buat di De Stijl memberinya kesempatan untuk menunjukkan di luar negeri juga. Pada tahun 1923, Walter


(57)

Gropius diundang Rietveld untuk pameran di

Bauhaus. Ia merancang bangunan

pertamanya, Rietveld Schröder House pada tahun 1924, dalam kerjasama erat dengan pemilik Truus Schröder-Schrader. Dibangun di Utrecht pada Prins Hendriklaan 50, rumah memiliki lantai dasar konvensional, tetapi radikal di lantai atas, kurang dinding tetap melainkan mengandalkan dinding geser untuk membuat dan mengubah ruang hidup. Table 2.1. Tokoh Arsitek International Style

2.3.3. Konsep Internatinal Style

Arsitektur modern telah menemukan beberapa konsepsi yang jelas dari dirinya sendiri sebagai suatu disiplin dan gambar peran baru dalam masyarakat. Prinsip-prinsip desain baru yang international style dijagokan dapat ditemukan menjadi 3 prinsip, Larson (1993) mengatakan dalam buku menggali pemikiran posmodernisme dalam arsitektur (2005) dalam pameran MoMA (Museum of Modern Architecture) pada tahun 1932, Hitchcock dan Jhonson menyatakan prinsip-prinsip gaya aarsitektur modern, yaitu volume dari pada massa, regularitas dari pada simetri aksial dengan geometri dan standarisasi, komposisi aksial tidak diperlukan lagi, dan melarang penggunaan ornament. Prinsip-prinsip ini menjadi tanda bagi produksi International style. Mereka tidak hanya formula proporsi yang membedakan gaya-gaya yang ada pada masa itu, konsepsi arsitektur yaitu penekeanan pada volume datang untuk menggantikan massa dalam desain bangunan, keteraturan dan tidak simetri aksial yang berfungsi sebagai sarana utama dalam mendesain bangunan, dan yang terakhir tidak sewenang-wenang dalam menerapkan dekorasi yang menandai bahwa hasil dari produksi ini merupakan gaya internasional.


(58)

Gaya Internasional yang khas pada umumnya terdiri dari beberapa yaitu : Bentuknya segi-empat atau penyiku, berbentuk kubus sederhana "segiempat panjang yang menekan", jendela yang berjalan di atas garis horisontal dan membentuk suatu garis beraturan, Semua bagian muka bangunan penjuru bersudut 90 derajat dan bertingkat. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson, 1997) mengatakan dalam buku International Style bahwa gaya internasional telah menjadi jelas dan didefinisikan hanya secara bertahap sebagai tor inovasi yang berbeda di seluruh dunia yang telah berhasil dilakukan percobaan secara paralel. Berikut beberapa prinsip-prinsip yang ada pada Internasional Style yaitu:

1. Volume

Arsitektur sebagai volume metode kontemporer yang menyediakan kerangka mendukung, dengan menggunakan kontruksi batu tradisional pada bagian dinding masih sering digunakan dalam kombinasi dengan kontruksi kerangka. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson mengatakan dalam buku International Style, 1997) arsitek yang membangun dalam gaya internasional berusaha untuk menampilkan karakter sejati kontruksi dan menekan jelas ketentuannya untuk fungsi sehingga seperti detail akan bertentangan dengan efek utama permukaan volume dan juga pada atap datar normal yang memberikan makna estetika penting.

Dalam arsitektur modern jendela merupakan elemen penting yang memiliki fitur yang paling mencolok dari desain eksterior modern, sehingga dalam pendesainannya masalah estetika yang sangat penting. Jika dilihat dari arsitektur masa lalu bahan material terbaik untuk dinding yaitu batu, granit, dan


(59)

kelereng, dan semen juga menjadi bahan material pada permukaan volume dari bangunan modern merupakan sebagai tanda dari gaya kontemporer, yang memiliki estetika membentuk dan terus-menerus bahkan menutupi pada permukaan dinding. Pada permukaan volume dalam menggunakan kayu tampak terlihat mengagumkan akan tetapi bahan ini tidak tahan lama seperti batu atau batu bata.

2. Keteraturan

Mengenai keteraturan dalam prinsip ini pola dari jendela merupakan komposisi dari arsitektur kontemporer dan membuktikan estetika itu ada pada bangunan kontemporer, karena dalam prinsip kedua ini gaya kontemporer dalam arsitektur harus dilakukan dengan keteraturan. Dalam desain arsitektur modern juga mengungkapkan karakteristik struktur dan kesamaan oleh penekanan estetika yang beraturan. Sama hal nya seperti prinsip estetika pada permukaan volume telah dapat dilihat arsitektur tidak lagi memiliki dukungan yang solid pada dinding, bahwa keteraturan tergantung pada khas kerangka yang mendasari kontruksi modern.

Skema simetris dari desain sebenarnya lebih estetis serta teknis karena sebagian besar bangunan kontemporer lebih langsung dinyatakan dalam bentuk simetris yang akan menjadikan kuat ditandai dengan penekanan pada sumbu nyata baik dari pusatnya. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson mengatakan dalam buku International Style, 1997) bahwa tanda arsitek modern yang baik adalah keteraturan desainnya mendekati simetri bilateral, baik bilateral maupun aksial biasanya tanda baru dikonversi ke gaya kontemporer. Fungsional juga


(60)

sering tampak mengikuti persis prinsip dari keteraturan seperti displin estetika formal dan juga proporsi menurut teori merupakan batu ujian estetika desain modern dalam aplikasi dari prinsip keteraturan arsitek modern yang berbeda dari yang lain.

3. Penghindaran Penggunaan Dekorasi

Pada prinsip ketiga ini penghindaran terapan penggunaan ornamen horizontal biasa membedakan gaya arsitek dari masa lalu dan dari abad terakhir, hal ini berperan untuk mempertahankan bangunan yang ada sejak 1800-an seharusnya tidak dihiasi dengan ornament dikarenakan kegagalan atau banyak ketidakmampuan menciptakan ornament yang tidak valid dalam mengadaptasi gaya lama dengan kontruksi yang baru. Bahkan sejak abad pertengahan abad ke-18 penggunaan ornament terus menurun dan dianggap suatu kejahatan yang positif dari desain. Beberapa kritikus bahkan akan menjelaskan semua ornament pada arsitektur masa lalu sebagai kelanjutan detail warisan yang awalnya memiliki arsitek struktural. Huruf juga dianggap sebagai pendekatan ornament yang digunakan arsitek gaya internasional.

Kontemporer merupakan gaya saat menetapkan standar tinggi tetapi tidak untuk dekorasi. Pada abad ke-19 telah ada yang sangat luar biasa dalam penggunaan warna dan pada hari awal gaya kontemporer menggunakan semen putih, ketika warna menghadapi perkembangan dalam penggunaan bahan-bahan alami, warna logam alami dan menggunakan warna cerah memiliki nilai dalam menarik dengan gaya baru. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson dalam buku International Style, 1997) mengatakan struktur, fungsi dan keteraturan


(61)

memberikan sedikit alasan dalam penggunaan warna mungkin lebih baik dihindari meskipun kadang-kadang menjadi kesuksesan terkemuka. Pohon dan tanaman rambat menjadi dekorasi lebih lanjut untuk mendatang arsitek modern, dengan memanfaatkan lingkungan alam sekitar yang menjadi permasalahan utama gaya internasional.

2.3.4. Bangunan Karya Arsitek International Style

Berikut adalah beberapa contoh bangunan karya arsitek terkemuka menurut International Style “Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe” :

Nama Arsitek Gambar Keterangan

Mies van de Rohe

(fungsional)

Gambar 2.8.Farnsworth house, Fox River, Illinois, 1950

Sumber :

http://cv-yufakaryamandiri.blogspot.com/2012/10/konsep-bentuk-dan-

Gambar 2.9. Barcelona Pavilion

http://ichef.bbci.co.uk/wwfeatures/624_351/images/li ve/p0/1h/cf/p01hcfhx.jpg

-Ruang haruslah

sederhana dan apa

adanya, karena

dari situlah estitika berasal. Fleksibel

adalah nilai

tambah tersendiri bagi sebuah ruang

yang dapat

memberi kesan

dinamis dan

adaptif. Secara

struktural ruang

harus terpisah

antara kolom dan dindingnya (skins & bones).

-Bentuk bersifat

kubisme dan futuristic


(62)

Gambar 2.10. Barcelona Pavilion Sumber :

http://www.architravel.com/architravel_wp/wp

-content/uploads/2013/05/Barcelona-Pavilion_4-630x268.jpg

Gambar 2.11. Tugendhat House Sumber :

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/ 24/Villa_Tugendhat-20070429.jpeg

Gambar 2.12. Tugendhat House Sumber : http://www.ronenbekerman.com/wp-content/uploads/2011/09/01_xoio_tugendhat_uebere

ck.jpg

Gambar 2.13. Crown Hall Sumber :

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/ 89/Crown_Hall_2.jpg


(63)

Gambar 2.14. Seagram Building Sumber :

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/ 01/Seagrambuilding.jpg

Gambar 2.15. Lake Shore Drive Sumber : http://www.e-architect.co.uk/wp-

content/uploads/2010/03/lake-shore-drive-towers-1.jpg Walter Gropius

(tradisional)

Gambar 2.16.Fagus Factory, Alfeld-an-der-Line Sumber :

http://cv-yufakaryamandiri.blogspot.com/2012/10/konsep-bentuk-dan-

-Awal pembentukan

ruang adalah

dimulai dari

suasananya, baru

setelah itu beralih

pada fungsi.

Keindahan

ditemukan dari

produk industri

dan bukan dari

alam.


(64)

Gambar 2.17. Village College Sumber :

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/ 36/Maxwell_Fry_Gropius_Impington_Village_Colle

ge_front_2006.jpg

Gambar 2.18. Gropius House Sumber :

http://www.bc.edu/bc_org/avp/cas/fnart/fa267/gropiu s/gropius1.jpg

Gambar 2.19. Bauhaus Sumber :

http://c1038.r38.cf3.rackcdn.com/group1/building25 72/media/media_60759.jpg

bangunan, sesuai

dengan pola

perletakan ruang

yang urut

berdasarkan

sequence proses

kegiatan penghuninya.


(65)

Gambar 2.20. Michael reese hospital Sumber :

http://farm2.static.flickr.com/1189/5162103634_6f43 cc5eeb.jpg

Gambar 2.21. Hardvard graduate center Sumber :

https://farm4.staticflickr.com/3646/3477475296_199 2585f92.jpg


(66)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan arsitektur diberbagai belahan dunia semakin hari semakin maju, salah satunya di Indonesia. Arsitektur di Indonesia semakin berkembang, salah satu dampak dari globalisasi adalah terjadinya perkembangan kota. Berkembanganya kota-kota di Indonesia ini telah memicu peningkatan kegiatan pembangunan kota dalam bentuk-bentuk pembangunan baru yang berskala besar, sehingga dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, kegiatan perkonomian di Kota Medan termasuk sangat pesat, pesatnya perekonomian dapat ditunjukan dengan banyaknya lahan yang dimanfaatkan sebagai ladang bisnis dengan membangun pusat perbelanjaan dan pertokoan. Meningkatnya aktivitas perdagangan yang ditandai dengan semakin banyaknya ruko (rumah toko), akan berdampak pada peningkatan mobilisasi penduduk. Dengan seiring perkembangan zaman, perkembangan gaya-gaya arsitektur pada ruko (Rumah Toko) sekarang ini berlangsung secara berkelanjutan pada desain bangunannya. Bangunan ruko (rumah toko) di kota Medan sekarang ini terlihat bentuk bangunannya yang cantik dan tetap memiliki nilai membuat peneliti tertarik untuk menganalisis bangunan ruko modern.

Arsitektur modern mulai mengalami peningkatan dikarenakan segenap filosofi dan prinsip arsitektur sebagai ilmu telah dapat diformulasikan dengan sempurna dari ide sampai dengan realisasinya bangunan kotak dan geometris


(67)

murni dan mampu menyempurnakan ekpresi space/ruang. Pada priode ini penyatuan antara karakter bangunan dengan fungsi, perencanaan tidak hanya mempertimbangkan bagian dalamnya saja tetapi juga hubungan dengan keadaan lingkungan dimana bangunan tersebut berada.

Arsitektur modern adalah hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup yang diterapkan pada bangunan dengan beberapa prinsip-prinsip pada International Style. Totalitas daya, upaya dan karya dalam bidang arsitektur yg dihasilkan dari alam pemikiran modern yang dicirikan sikap mental yang selalu menyisipkan hal-hal baru, progresip , hebat dan kontemporer sebagai pengganti dari tradisi dan segala bentuk pranatanya. Arsitektur dimaksudkan untuk mendorong tujuan-tujuan sosial jangka panjang dan menekankan sosial. Dalam retropeksi bahwa antara tahun 1920 dan 1930 gaya International memainkan peran formatif dalam evolusi semua aspek arsitektur modern, Arsitektur modern diketahui telah berkembang lebih kurang setengah abad, berawal kira – kira tahun 1800an hingga 1960. Pertumbuhan dan perluasan International Style ke seluruh penjuru dunia sekarang sejarah kuno, pada akhirnya gaya internasional telah universal disesuaikan dan diganti dengan yang baru, akan tetapi tindakan ini dianggap sebagai penghianat gerakan modern. Arsitektur modern tidak bermula dengan revolusi yang tiba-tiba membuang yang pra modern dan menggantinya dengan geometris sebagai satu-satunya rupa arsitektur, tetapi secara setahap demi setahap menghapuskan ornament-ornamen dan dekorasi yang digantikan oleh geometri.


(68)

1.2. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, maka ditemukan perumusan masalah. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah pengaruh International Sytle dengan bangunan ruko (rumah toko) di Citra Land Bagya City ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari peneltian ini adalah :

1. Mengetahui gaya arsitektur pada bangunan ruko (Rumah Toko) di Citra Land Bagya City.

2. Mengetahui pengaruh prinsip International Style pada bangunan ruko (rumah toko) Citra Land Bagya City

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat melalui peneltian ini antara lain :

a. Bagi Arsitek, diharapkan dapat sebagai acuan bagi pendisainan tata ruang kota.

b. Bagi akademis, menjadi salah satu bahan literature terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dunia arsitektur dan perencanaan kota mengenai arsitektur modern.

c. Bagi masyarakat, dapat digunakan sebagai media informasi dan menjadi bahan masukan kepada masyarakat mengenai gaya arsitektur modern.


(69)

1.5. Batasan Penelitian

Dengan melihat prinsip International Style arsitektur modern, penelitian ini meneliti berdasarkan bangunan karya arsitek International Style. Adapun tokoh-tokoh arsitek International Style yaitu Alvar Alto, Welton Becket, Le Corbusier, Walter Gropius, Philip Johnson, Louis Kahn, Ludwig Mies van der Rohe, Richard Neutra, Oscar Niemeyer, Frits Peutz, Gerrit Rietveld, dari beberapa arsitek tersebut disini peneliti hanya melihat dari bangunan karya arsitek Ludwig Mies Van De Rohe dan Walter Gropius, kemudian dianalisa dengan melihat pengaruh dari bangunan karya arsitek berdasarkan prinsip-prinsip International Style tersebut lalu diterapkan dengan bangunan ruko Bagya City.

1.6. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah proses berpikir peneliti dari awal hingga masalah peneliti tersebut dipecahkan dan pada akhirnya diperoleh penemuan dari penelitian tersebut. Proses berpikir tersebut dapat digambarkan dalam sebuah diagram. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(1)

ABSTRACT

The development of architecture in all over the world becomes wide day by day, one of them is in Indonesia. Modern architecture is the result of the new thought about life view that applied in a building with some principles of the International Style. Modern architecture has developed around half of century, started from 1800s until 1960s. In retrospecsion between 1920s and 1930s international style became trendy style, wold architect in every of their works applied the International Style principle. Citra Land building also applied International Style principle such as architecture as a volume, regularity, avoid of using ornaments. Building wall, uses glass as a dominant material, regularity at the roof, composition of window and column because of using grid, and no use of ornament. At present many buildings (ruko) applied modern architecture characteristic, because they consider façade beauty and following of the function. This research uses qualitative method with collecting data through field observation. The results of this research shows that Citra Land Bagya City building is a modern architecture building which applied International Style. Keywords: international style, modern architecture, home store


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.5. Batasan Penelitian ... 3

1.6. Kerangka Berfikir... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Tinjauan Ruko ... 5

2.2. Tinjauan Arsitektur Modern ... 13

2.3. Tinjauan International Style ... 20

2.4. Kerangka Teori... 22

BAB III METODOLOGI ... 23

3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Variabel Penelitian ... 23

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4. Kawasan Penelitian ... 25


(3)

BAB IV DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN ... 28

4.1. Kawasan Penelitian ... 28

4.2. Tampilan Bangunan Ruko Citra Land Bagya City ... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1. Analisa Prinsip International Style ... 35

5.2. Analisa Bangunan Ruko Citra Land Bagya City dengan Prinsip Internional Style ... 47

5.3. Analisa Berdasarkan Contoh Bangunan Arsitetkur Modern ... 51

BAB VI KESIMPULAN ... 57

6.1. Kesimpulan ... 57

6.2. Saran ... 57


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tokoh Arsitek International Style ... 13 Tabel 2.2. Contoh Bangunan Arsitektur Modern ... 13 Table 3.1. Variabel Penelitian ... 24 Tabel 5.1. Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Walter Gropius ... 13 Tabel 5.2. Keteraturan Pada Karya Arsitek Walter Gropius ... 13 Tabel 5.3. Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Karya Arsitek Walter Gropius ... 13 Tabel 5.4. Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe ... 13 Tabel 5.5. Keteraturan Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe ... 13 Tabel 5.6. Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe ... 13 Tabel 5.7. Arsitektur Sebagai Volume Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City ... 13 Tabel 5.8. Keteraturan Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City ... 13 Tabel 5.9. Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City ... 13


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kerangka Berfikir ... 5

Gambar 2.1. Ruko Kesawan 1920 ... 10

Gambar 2.2. Ruko Modern Minimalis ... 11

Gambar 2.3. Bangunan La Majolikahaus ... 13

Gambar 2.4. Bangunan Maison Caillot ... 14

Gambar 2.5. Bangunan Seagram ... 16

Gambar 2.6. Perumahan Weissenhof Stuttgart, Jerman (1927) ... 19

Gambar 2.7. Perumahan Weissenhof Stuttgart, Jerman (1930) ... 19

Gambar 2.8. Famsworrth House, Fox River, Illinois ... 29

Gambar 2.9. Barcelona Pavilion ... 29

Gambar 2.10. Barcelona Pavilion ... 30

Gambar 2.11. Tugendhat House ... 30

Gambar 2.12. Tugendhat House ... 30

Gambar 2.13. Crown Hall ... 30

Gambar 2.14. Seagram Building ... 31

Gambar 2.15. Lake Shore Drive ... 31

Gambar 2.16. Fagus Factory, Alfeld-an-der-Liene ... 31

Gambar 2.17. Village College ... 32

Gambar 2.18. Gropius House ... 32


(6)

Gambar 2.20. Michael Reese Hospital ... 33

Gambar 2.21. Harvard Graduate Center ... 33

Gambar 3.1. Peta Indonesia ... 36

Gambar 3.2. Peta Kawasan Penelitian ... 37

Gambar 3.3. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City... 37

Gambar 4.1. Peta Indonesia ... 39

Gambar 4.2. Peta Lokasi Bangunan Ruko Citra Land Bagya City ... 40

Gambar 4.3. Kawasan Bangunan Ruko Citra Land Bagya City ... 41

Gambar 4.4. Gambar Denah Dan Tampak Ruko Bagya City Type A ... 42

Gambar 4.5. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Type A ... 42

Gambar 4.6. Gambar Denah Dan Tampak Ruko Bagya City Type B ... 43

Gambar 4.7. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Type B ... 43

Gambar 4.8. Gambar Denah Dan Tampak Ruko Bagya City Type C ... 44