Analisis Plot Data Awal

3.2 Analisis Plot Data Awal

Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk menganalisis data time series adalah membuat plot data terhadap waktu dan melakukan interpretasinsecara visual. Dengan membuat plot data mentah, yaitu data yang akan diolah dan dianalisis, dapat dideteksi apakah pola data mengandung unsur trend, siklik, musiman atau tidak mengandung pola tertentu. Gambar 3.1 Plot Suhu Udara Kota Medan Tahun 2008 - 2012 Universitas Sumatera Utara Dari plot data diatas dapat kita lihat bahwa data tersebut jelas tidak stasioner, karena pada data awal yaitu plot data menunjukkan pertumbuhan atau penurunan pada data. Fluktuasi data semakin naik dan menurun dengan meningkatnya waktu, jadi dapat diketahui bahwa datanya tidak stasioner. Gambar 3.2 Autokorelasi Suhu Udara Kota Medan Tahun 2008 - 2012 Tabel 3.2 Nilai-Nilai Autokorelasi Suhu Udara Kota Medan Tahun 2008 - 2012 Lag Autocorrelation Lag Autocorrelation 1 0,566 9 0,109 2 0,344 10 0,211 3 0,127 11 0,321 4 0,009 12 0,354 5 -0,116 13 0,288 6 -0,172 14 0,167 7 -0,153 15 0,055 8 0,024 16 -0,086 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.3 Autokorelasi Parsial Suhu Udara Kota Medan Tahun 2008 – 2012 Tabel 3.3 Nilai - Nilai Autokorelasi Parsial Suhu Udara Kota Medan Tahun 2008 - 2012 Lag Autocorrelation Lag Autocorrelation 1 0,565 9 0,047 2 0,036 10 0,097 3 -0,118 11 0,178 4 -0,043 12 0,081 5 -0,115 13 0,002 6 -0,062 14 -0,022 7 0,016 15 0,004 8 0,211 16 -0,114 Plot data di atas memperlihatkan deret data yang tidak stasioner, jadi sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap pembuatan model deret berkala, kita perlu menghilangkan ketidakstasioneran data awal. Untuk mengatasi hal ini data mentah Universitas Sumatera Utara yang kita peroleh harus diubah dalam bentuk pembedaan pertama. Jadi untuk mendapatkan ketidakstasioneran dapat diubah deret angka baru yang terdiri dari pembedaan angka antara periode yang berturut – turut, maka perlu diadakan pembedaan pertama dengan persamaan : � = � − �−1 2 = 2 − 2 −1 = 26,9 – 26,4 = 0,5 Tabel 3.4 Nilai – Nilai Pembedaan Pertama No. Wt No. Wt No. Wt No. Wt 1 16 0,6 31 -0,5 46 1,7 2 0,5 17 0,3 32 -0,5 47 -2,3 3 0,9 18 -0,4 33 -0,2 48 -0,3 4 -0,3 19 -0,1 34 -0,1 49 0,2 5 0,1 20 0,1 35 -0,1 50 0,8 6 -0,6 21 -0,4 36 0,1 51 -0,3 7 0,2 22 0,1 37 52 0,4 8 -0,2 23 -0,2 38 1,3 53 0,5 9 -0,1 24 -0,4 39 -0,2 54 10 -0,3 25 -0,1 40 0,6 55 0,1 11 -0,2 26 0,8 41 0,2 56 -1 12 -0,2 27 -0,1 42 -0,9 57 0,3 13 0,7 28 0,9 43 -0,4 58 -0,3 14 -0,1 29 -0,1 44 59 -0,2 15 -0,2 30 0,6 45 -0,2 60 -0,2 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.4 Plot Suhu Udara Dengan Menggunakan Pembedaan Pertama Gambar 3.5 Autokorelasi Suhu Udara Menggunakan Pembedaan Pertama Universitas Sumatera Utara Tabel 3.5 Nilai – Nilai Autokorelasi Suhu Udara Dengan Pembedaan Pertama Lag Autocorrelation Lag Autocorrelation 1 -0,232 9 -0,044 2 0,038 10 -0,008 3 -0,122 11 0,061 4 0,004 12 0,143 5 -0,082 13 0,072 6 -0,085 14 0,038 7 -0,2 15 0,017 8 0,095 16 0,011 Gambar 3.6 Autokorelasi Parsial Suhu Udara Menggunakan Pembedaan Pertama Universitas Sumatera Utara Tabel 3.6 Nilai – Nilai Autokorelasi Parsial Suhu Udara Dengan Pembedaan Pertama Lag Autocorrelation Lag Autocorrelation 1 -0,232 9 -0,133 2 -0,017 10 -0,193 3 -0,124 11 -0,093 4 -0,056 12 0,028 5 -0,102 13 0,027 6 -0,156 14 0,023 7 -0,301 15 0,091 8 -0,091 16 0,085 Dari plot korelasi di atas terlihat bahwa ada satu koefisien korelasi diri berbeda nyata dari nol sehingga diduga ordo dari proses MA adalah 1 q = 1. Dari plot fungsi korelasi diri parsial, ditentukan ordo dari proses regresi diri. Dari plot tersebut dilihat bahwa ada satu koefisien korelasinya berbeda nyata dari nol, sehingga diduga bahwa ordo dari AR adalah 1 p = 1. Ssesuai dengan keterangan diatas model sementara data yang dibedakan adalah ARIMA 1,1,1. Plot data diatas masih memperlihatkan deret data yang tidak stasioner, maka perlu diadakan pembedaan kedua dengan persamaan : � = � − �−1 2 = 2 − 2 −1 = 0,9 – 0,5 = 0,4 Universitas Sumatera Utara Tabel 3.7 Nilai – Nilai Pembedaan Kedua No. Wt No. Wt No. Wt No. Wt 1 16 0,8 31 -1,1 46 1,9 2 17 -0,3 32 47 -4 3 0,4 18 -0,7 33 0,3 48 2 4 -1,2 19 0,3 34 0,1 49 0,5 5 0,4 20 0,2 35 50 0,6 6 -0,7 21 -0,5 36 0,2 51 -1,1 7 0,8 22 0,5 37 -0,1 52 0,7 8 -0,4 23 -0,3 38 1,3 53 0,1 9 0,1 24 -0,2 39 -1,5 54 -0,5 10 -0,2 25 0,3 40 0,8 55 0,1 11 0,1 26 0,9 41 -0,4 56 -1,1 12 27 -0,9 42 -1,1 57 1,3 13 0,9 28 1 43 0,5 58 -0,6 14 -0,8 29 -1 44 0,4 59 0,1 15 -0,1 30 0,7 45 -0,2 60 Gambar 3.7 Plot Suhu Udara Dengan Menggunakan Pembedaan Kedua Universitas Sumatera Utara Gambar 3.8 Autokorelasi Suhu Udara Menggunakan Pembedaan Kedua Tabel 3.8 Nilai – Nilai Autokorelasi Suhu Udara Dengan Pembedaan Kedua Lag Autocorrelation Lag Autocorrelation 1 -0,618 9 -0,075 2 0,188 10 -0,009 3 -0,119 11 -0,017 4 0,088 12 0,068 5 -0,037 13 -0,023 6 0,049 14 0,004 7 -0,166 15 -0,011 8 0,179 16 0,043 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.9 Autokorelasi Parsial Suhu Udara Menggunakan Pembedaan Kedua Tabel 3.9 Nilai - Nilai Autokorelasi Parsial Suhu Udara Dengan Pembedaan Kedua Lag Autocorrelation Lag Autocorrelation 1 -0,618 9 -0,078 2 -0,313 10 -0,153 3 -0,287 11 -0,207 4 -0,182 12 -0,121 5 -0,117 13 -0,065 6 -0,011 14 -0,074 7 -0,236 15 -0,018 8 -0,148 16 0,078 Universitas Sumatera Utara Dari plot korelasi di atas terlihat bahwa ada satu koefisien korelasi diri berbeda nyata dari nol sehingga diduga ordo dari proses MA adalah 1 Q = 1. Dari plot fungsi korelasi diri parsial, ditentukan ordo dari proses regresi diri. Dari plot tersebut dilihat bahwa ada satu koefisien korelasinya berbeda nyata dari nol, sehingga diduga bahwa ordo dari AR adalah 1 P = 1. Ssesuai dengan keterangan diatas model sementara data yang dibedakan adalah ARIMA 1,1,1. Pendugaan parameter-parameter model ARIMA dari Box-Jenkins untuk model ARIMA 1,1,1 adalah : Parameter Taksiran Standart Error Nilai - t φ 0,5897 0,1265 4,66 θ 0,9917 0,0639 15,52

3.3 Pengecekan Model