5.2.5. Suku Bangsa.
Tabel 5.5. Distribusi sampel berdasarkan suku bangsa.
Suku Bangsa Jumlah [N] Persentase
[]
Jawa 223 57,62
Banjar 13 3,36
Melayu 92 23,77
Batak 22 5,69
Lainnya 37 9,56
Total 387 100
Berdasarkan tabel 5.5. diatas tampak bahwa suku Jawa merupakan suku yang terbanyak yang mengalami kebutaan pada 10 Kecamatan yang mewakili Kabupaten Langkat.
5.3. DATA KEBUTAAN AKIBAT KELAINAN REFRAKSI
Karakteristik peserta penelitian kebutaan akibat kelainan refraksi di kabupaten Langkat. Dari penduduk yang diperiksa yaitu sebanyak 1180 orang, dengan sampel
kebutaan 387 orang didapatkan penderita yang buta akibat kelainan refraksi sebanyak 55 orang.
Universitas Sumatera Utara
5.3.1. Karakteristik peserta penelitian
5.3.1.1. Usia. Tabel 5.6. Sebaran kebutaan refraksi berdasarkan usia.
Umur [Tahun] Jumlah [N] Persentase
[] 6 – 10
2 3,64
11 – 15 4
7,27 16 – 20
7 12,73
21 – 25 3
5,45 26 – 30
5 9,09
31 – 35 5
9,09 36 – 40
2 3,64
41 – 45 7
12,73 46 – 50
9 16,36
51 – 55 4
7,27 56 – 60
3 5,45
61 – 65 2
3,64 66 – 70
2 3,64
71 – 75 -
- 76 – 80
- -
80 - -
Total 55 100
Pada table diatas tampak 2 orang menderita kebutaan refraksi pada umur 6 – 10 dengan persentase 3,64, pada usia 11-15 tahun dengan jumlah 4 orang, 7,27. Usia 16-20 tahun
sebanyak 7 orang, 12,72. Usia 21-25 tahun sebanyak 3 orang, 5,45. Usia 26-30 tahun terdapat 5 orang, 9,1. Usia 31-35 tahun sebanyak 5 orang, 9,1. Usia 36-40 tahun
sebanyak 2 orang, 3,6. Usia 41-45 tahun sebanyak 7 orang, 12,7. Usia 46-50 tahun sebanyak 9 orang, 16,36. Usia 51-55 tahun sebanyak 4 orang, 7,27. Usia 56-60 tahun
sebanyak 3 orang, 5,45. Usia 61-65 tahun sebanyak 2 orang, 3,6. Usia 66-70 tahun sebanyak 2 orang, 3,6.
Universitas Sumatera Utara
5.3.1.2. Jenis Kelamin Tabel 5.7. Sebaran kebutaan refraksi berdasarkan jenis kelamin.
Jenis Kelamin Jumlah [N] Persentase
[]
Perempuan 29 52,73
Laki-laki 26 47,27
Total 55 100
Dari table diatas tampak bahwa jenis kelamin pada kebutaan refraksi 29 orang perempuan dan 26 orang laki – laki.
5.3.1.3. Tingkat Pendidikan. Tabel 5.8. Sebaran kebutaan refraksi berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Tingkat Pendidikan Jumlah [N] Persentase
[]
Tidak Sekolah 2
3,64 SD [Sederajat]
33 60
SMP [Sederajat] 8
14,54 SMU [Sederajat]
12 21,80
Akademi PT -
- Total 55
100
Pada table diatas tampak penderita kebutaan akibat kelainan refraksi berpendidikan rendah, dengan 60 di SD [Sederajat] dan 14,54 di SMP [Sederajat], 21,8 di SMU
[Sederajat], sedangkan 3,6 tidak sekolah. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan untuk mendapatkan kesehatan yang layak, antara lain mendapatkan
penglihatan yang sempurna.
Universitas Sumatera Utara
5.3.1.4. Pekerjaan. Tabel 5.9. Sebaran kebutaan refraksi berdasarkan pekerjaan.
Pekerjaan Jumlah [N] Persentase
[]
Buruh Karyawan 7
12,7 Petani 18
32,72 Pegawai 1
1,81 IRT 19
34,54 Pelajar 9
16,36 Lainnya 1
1,81 Total 55
100
Pada tabel diatas tampak 18 orang petani 32,72 yang menderita kebutaan akibat refraksi, 19orang 34,54 ibu rumah tangga, 9 orang 16,36 pelajar, 7 orang 12,7
buruh, 1 orang 1,81 pegawai, dan 1 orang 1,81 lainnya. 5.3.1.5. Riwayat keluarga.
Tabel 5.10. Sebaran kebutaan refraksi berdasarkan adanya riwayat keluarga yang memakai kacamata.
Riwayat keluarga berkacamata
Jumlah [N] Persentase []
Ya 10 18,18
Tidak 44 80
Tidak tau 1
1,81 Total 55
100
Pada table diatas tampak sebagian besar tidak ada riwayat keluarga yang memakai kacamata.
Universitas Sumatera Utara
5.3.1.6. Riwayat tempat berobat [wawancara]. Tabel 5.11. Sebaran kebutaan refraksi berdasarkan riwayat tempat berobat [wawancara].
Riwayat tempat berobat Jumlah [N] Persentase
[]
Puskesmas 2 3,64
RS Pemerintah 33
60,00 RS Swasta
2 3,64
Tradisional 3 5,45
Optikal 11 20,00
Tidak melakukan pengobatan 4
7,27 Total 55
100
Pada tabel tampak riwayat masyarakat Kabupaten Langkat menggunakan sarana kesehatan terbanyak di Puskesmas yakni 3,63, di Rumah Sakit Pemerintah 60 , di Rumah Sakit
Swasta 3,63, di optikal 20, secara Tradisional 5,45, dan Tidak melakukan pengobatan 7,27.
Universitas Sumatera Utara
5.3.1.7.
Umur dan Jenis kelamin. Tabel 5.12. Sebaran kebutaan akibat kelainan refraksi menurut umur dan jenis kelamin.
Laki-laki Perempuan Satu Mata
Dua Mata Satu Mata
Dua Mata Total
Umur [Tahun]
N [] N [] N [] N [] N [] 5 – 10
- -
- -
- -
2 3,64 2 3,64 11 – 15
- -
3 5,45 - - 1 1,82 4 7,27
16 – 20 -
- 3
5,45 2
3,64 2
3,64 7
12,73 21 – 25
- -
- -
1 1,82
2 3,64
3 5,45
26 – 30 2
3,64 1
1,82 1
1,82 1
1,82 5
9,09 31 – 35
1 1,82
1 1,82
3 5,45
- -
5 9,09
36 – 40 1
1,82 -
- 1
1,82 -
- 2
3,64 41 – 45
1 1,82
2 3,64
3 5,45
1 1,82
7 12,73
46 – 50 4
7,27 1
1,82 2
3,64 2
3,64 9
16,36 51 – 55
2 3,64
1 1,82
1 1,82
- -
4 7,27
56 – 60 1
1,82 1
1,82 1
1,82 -
- 3
5,45 61 – 65
- -
2 3,64
- -
- -
2 3,64
66 – 70 -
- 1
1,82 1
1,82 -
- 2
3,64 71 – 75
- -
- -
- -
- -
- -
76 – 80 -
- -
- -
- -
- -
- 80
- - - - - - - - - - Total
12 21,82 16 29,09 16 29,09 11 20
55 100
Pada tabel diatas tampak kebutaan refraksi pada kedua mata terbanyak didapat pada umur antara 16 hingga 20 tahun dan pada satu mata pada umur antara 46 hingga 50 tahun.
Dengan distribusi jenis kelamin terbanyak yang didapat pada wanita dengan kisaran umur 46 hingga 50 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13. Sebaran jenis kelainan refraksi yang menyebabkan kebutaan.
Kebutaan Kelainan Refraksi
Satu Mata Persentase
[] Dua Mata
Persentase []
Jumlah [N] Persentase
[] Miopia
19 34,55 21 38,18 40 72,73 Hipermetropia 8 14,55 7 12,73 15 27,27
Astigmatisma - - - - - -
Afakia - - - - - -
Pada table diatas tampak distribusi jenis kelainan refraksi yang menyebabkan kebutaan, dimana penyebab yang terbanyak adalah miopia.
5.3.2. Hasil Pemeriksaan Mata Lanjutan.
Tabel 5.14. Sebaran kebutaan akibat kelainan refraksi berdasarkan penyebab dan hasil koreksi. Visus Sebelum
Koreksi Hasil Koreksi
Visus Sesudah Koreksi
OD OS OD OS OD OS Diagnosa
260 260 S-9,00 S-9,00 518 518
Miopia 260 260
S-11,00 S-12,00
550 550 Miopia
260 260 S-7,25 S-7,25 525 525
Miopia 260 260 S-9,00
S-9,25 525 525 Miopia
260 260 S-9,75 S-9,75
510F 510 Miopia
260 260 S-7,25 S-7,25 525 525
Miopia 260 260 S-7,50
S-7,50 525 525 Miopia
260 260 S-10.00
S-10.50 525 525
Miopia 260 260 S-7,25
S-7,50 525 525 Miopia
260 260 S-8,25 S-8,50
518F 518F
Miopia 260 260 S-8,00
S-8,50 525 525 Miopia
260 - S-7,00 - 533 - Miopia
260 - S-8,00 - 550 - Miopia
260 - S-10,.00
- 518F - Miopia
260 - S-9,00 - 512F - Miopia
Universitas Sumatera Utara
260 - S-8,.50
- 518 - Miopia
260 - S-7,00 - 533 - Miopia
260 - S-8,00 - 510F - Miopia
260 - S-7,50 - 525 - Miopia
260 - S-8,50 - 512F - Miopia
260 - S-9,00 - 518F - Miopia
260 - S-7,00 - 525 - Miopia
260 - S-7,50 - 525 - Miopia
260 - S-7,50 - 533 - Miopia
- 260 - S-6,75 - 550 Miopia
- 260 - S-11,00 - 512F Miopia
- 260 - S-9,25 - 518F Miopia
- 260 - S-8,00 - 525 Miopia
- 260 - S-7,50 - 525 Miopia
- 260 - S-8,25 - 525 Miopia
160 160 S-6,25 S-6,25 460 460
Miopia 160 260 S-8,50
S-7,00 460 550 Miopia
160 260 S-8,25 S-8,25 533 533
Miopia 160 260 S-8,25
S-8,00 550 550 Miopia
160 260 S-7,00 S-8,00 550 525
Miopia 260 160 S-8,25
S-10,00 525 533
Miopia 260 160 S-8,50
S-8,50 533 550 Miopia
260 160 S-8,00 S-9,00
518F 525 Miopia
260 160 S-7,50 S-7,50
518F 533 Miopia
260 260 S-6,75 S-6,75 550 550
Miopia 260 260
S+8,75 S+8,75
516F 516 Hipermetropia 260 260
S+7,25 S+7,25
525 525 Hipermetropia 260 260
S+8,00 S+8,00
510F 510 Hipermetropia 160 260
S+8,00 S+8,00
533 533 Hipermetropia 160 260
S+9,00 S+8,25
533 518F Hipermetropia 160 260
S+8,50 S+8,50
518 516 Hipermetropia 160 260
S+7,00 S+7,50
550 550F Hipermetropia
Universitas Sumatera Utara
260 - S+8,00
- 525 - Hipermetropia 260 -
S+7,50 - 516F - Hipermetropia
260 - S+7,50
- 525 - Hipermetropia 260 -
S+7,00 - 518 - Hipermetropia
- 260 - S+8,50
- 516 Hipermetropia 160 -
S+7,00 - 550 - Hipermetropia
160 - S+8,00
- 525 - Hipermetropia - 160 -
S+8,25 - 550 Hipermetropia
Dari tabel diatas tampak bahwa penyebab kebutaan refraksi yang terbanyak adalah miopia, dan hasil koreksi dengan lensa sferis negatif, yang besarnya bervariasi antara –6.25 D
sampai –
12.00 D, dan keseluruhan responden tidak dapat dikoreksi penuh.
Tabel 5.15. Estimasi Kebutaan Akibat Kelainan Refraksi di Kabupaten Langkat.
KABUPATEN LANGKAT ESTIMASI PADA CI 95
Batas bawah, Batas atas Prevalensi Kebutaan Refraksi
2829.500 x 100 = 0,09 0,06 ; 0,13
Prevalensi Kebutaan 12329.500 x 100 = 0,42
0,35 ; 0,50
Universitas Sumatera Utara
5.4. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN