Tujuan Manfaat Obat Pompa Injektor

keracunan apabila dosis terlalu besar dan tidak adanya efek yang terjadi diakibatkan kurangnya dosis dalam sediaan tersebut Sartono, 1996. Untuk pengawasan obat-obatan dalam hal pemenuhan standar perolehan efek terapi yang diharapkan maka perlu dilakukan pengujian penetapan kadar suatu zat aktif obat yang merupakan persyaratan memenuhi syarat atau tidakkah suatu obat tersebut. Karena itulah diperlukan regulasi yang tetap untuk mempertahankan kesesuaian kadar zat aktif obat tersebut. Menyadari akan tersebut, bahwa kadar yang tidak memenuhi persyaratan dapat membahayakan konsumen, maka penulis tertarik mengambil judul tugas akhir “Penetapan Kadar Dextromethorphan HBr dalam sirup Dextromethorphan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT”. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan. Analisis penetapan kadar Dextromethorphan HBr dalam sediaan sirup Dextromethorphan dapat dilakukan dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, karena analisis dengan KCKT cepat, daya pisah baik, peka, penyiapan sampel mudah, dan dapat dihubungkan dengan detektor yang sesuai.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penetapan kadar Dextromethorphan HBr dalam sediaan sirup Dextromethorphan adalah untuk mengetahui apakah kadar Dextromethorphan HBr yang terdapat dalam sirup Dextromethorphan memenuhi persyaratan yang dipersyaratkan Farmakope Indonesia Edisi IV.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penetapan kadar Dextromethorphan HBr dalam sediaan sirup Dextromethorphan adalah agar dapat mengetahui bahwa sediaan sirup tersebut yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan yang dipersyaratkan Farmakope Indonesia Edisi IV sehingga aman untuk dikonsumsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan lainnya Joenoes, 2001. Obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat bersifat sebagai obat jika tepat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Akan tetapi apabila digunakan penyalahgunaan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan maka dapat menimbulkan keracunan, sebaliknya apabila dosis yang diberikan lebih kecil maka tidak akan memperoleh efek penyembuhan Anief, 2000.

2.2 Sirup

Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa bahan penambahan bahan pewangi, dan zat obat. Sirup merupakan alat yang menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya tidak enak, sirup efektif dalam pemberian obat untuk anak-anak, karena rasanya yang enak biasanya menghilangkan keengganan pada anak-anak untuk meminum obat Ansel, 1989. Beberapa sirup bukan obat yang sebelumnya resmi dimaksudkan sebagai pembawa yang memberikan rasa enak pada obat yang ditambahkan kemudian, baik dalam peracikan resep secara mendadak atau dalam pembuatan formula standar untuk sirup obat, yaitu sirup yang mengandung bahan terapeutik atau bahan obat. Sirup obat dalam perdagangan dibuat dari bahan-bahan awal yaitu dengan menggabungkan masing-masing komponen tunggal dari sirup seperti sukrosa, air murni, bahan pemberi rasa, bahan pewarna, bahan terapeutik dan bahan-bahan lain yang diperlukan dan diinginkan Anief, 1994. Jenis obat yang diberikan dalam bentuk sirup-sirup obat yang sering ditemukan adalah antitusif dan antihistamin. Ini tidak berarti bahwa jenis obat- obat lainnya tidak ada yang diformula menjadi sirup, tentu saja banyak macam zat-zat obat dapat ditemukan dalam bentuk sirup dalam compendia resmi dan diantara produk-produk dagang yang banyak. Sirup Sirupi adalah merupakan larutan jernih berasa manis yang dapat ditambahkan Gliserol, Sorbitol, Polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit dengan maksud untuk meningkatnya kelarutan obat dan menghalangi pembentukan hablur sukrosa. Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66, kecuali dinyatakan lain. Larutan gula yang encer, merupakan medium pertumbuhan bagi jamur, ragi, dan bakteri Anief,1994. Ada tiga macam sirup yaitu: 1. Sirup simpleks mengandung 65 gula dalam larutan nipagin 0,25 bv. 2. Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan untuk pengobatan. 3. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa tidak enak dan bau obat yang tidak enak Anief, 1986. Sirup paling sering dibuat dengan salah satu cara dari keempat cara umum, tergantung pada sifat fisika dan kimia bahan-bahan. Dinyatakan secara luas, cara- cara ini adalah: 1. Larutan dari bahan-bahan dengan bantuan panas. 2. Larutan dari bahan-bahan dengan pengadukan tanpa penggunaan panas. 3. Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberi rasa. 4. Dengan perkolasi dari sumber-sumber bahan obat atau sukrosa.

2.2.1 Komponen dari Sirup

Sebagian besar sirup mengandung komponen-komponen berikut disamping air murni dan semua zat-zat obat yang ada: 1. Gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula yang digunakan untuk memberi rasa manis dan kental 2. Pengawet antimikroba 3. Pemberi Rasa 4. Pewarna

2.2.1.1 Sirup dengan Dasar Sukrosa dan Bukan Sukrosa

Sukrosa adalah gula yang paling sering digunakan dalam sirup-sirup walaupun dalam keadaan khusus dapat diganti seluruhnya atau sebagian dengan gula-gula lain seperti dekstrosa atau bukan gula seperti sorbitol, gliserin dll. Kebanyakan sirup mengandung sebagian besar sukrosa, biasanya 60 sampai 80, tidak hanya disebabkan karena rasa manis dan kekentalan yang diinginkan dari larutan seperti itu, tapi karena sifat stabilitasnya.

2.2.1.2 Pengawet antimikroba

Jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga sirup terhadap pertumbuhan Mikroba berbeda-beda sesuai dengan banyaknya air yang tersedia untuk pertumbuhan, sifat, aktivitas sebagai pengawet. Diantara pengawet- pengawet yang umum digunakan sebagai pengawet sirup dengan konsentrasi lazim yang efektif adalah asam benzoate 0,1-0,2, natrium benzoate 0,1-0,2 dan berbagai campuran metal, propil dan butyl parabentotal ± 0,1.

2.2.1.3 Pemberi Rasa

Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan- bahan yang berasal dari alam seperti minyak menguap contoh: minyak jeruk, vanili, dan lain-lain, untuk pembuatan sirup yang sedap rasanya. Karena sirup adalah sediaan air, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan air yang cukup. Akan tetapi, kadang sejumlah kecil alkohol ditambahkan ke sirup untuk menjamin kelangsungan kelarutan dari pemberi rasa yang sukar larut dalam air.

2.2.1.4 Pewarna

Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan zat pewarna yang berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan misalnya hijau untuk rasa permen, coklat untuk rasa coklat dan sebagainya. Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup, dan warnanya stabil pada kisaran pH dan dibawah cahaya yang intensif.

2.3 Batuk

2.3.1 Pengertian dan Fisiologi Batuk

Batuk adalah suatu refleks fisiologi pada keadaan sehat maupun sakit dan dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab. Refleks batuk lazimnya diakibatkan oleh rangsangan dari selaput lendir saluran pernafasan, yang terletak dibeberapa bagian dari tenggorokan. Batuk merupakan suatu mekanisme fisiologi yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari dahak, zat-zat perangsang asing, dan unsur infeksi. Dengan demikian, batuk merupakan suatu mekanisme perlindungan Halim,1996.

2.3.2 Penyebab Batuk

Refleks batuk dapat timbul akibat radang infeksi saluran pernafasan, alergiasma, sebab-sebab mekanis asap rokok, debu, tumor paru-paru, perubahan suhu yang mendadak, dan rangsangan kimiawi gas, bau. Penyebab utama batuk adalah infeksi virus misalnya influenza, selesma, dan radang pada cabang serta hulu tenggorokan. Penyebab lain dari batuk antara lain peradangan pada paru-paru, tumor dan juga akibat dari suatu efek samping obat Tan dan Kirana, 1987.

2.3.3 Jenis-Jenis Batuk

1. Batuk produktif Merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat-zat asing kuman, debu dan sebagainya dan dahak dari batang tenggorokan. Maka, jenis batuk ini tidak boleh ditekan. 2. Batuk Non Produktif Bersifat kering tanpa adanya dahak, misalnya pada batuk rejan atau memang pengeluarannya memang tidak mungkin. Batuk jenis ini tidak ada manfaatnya, maka haruslah dihentikan Tan dan Kirana, 1987.

2.3.4 Pengobatan Batuk

Terapi batuk hendaknya dimulai dengan mencari penyebab batuk dan mengobati penyebabnya. Misal pemberian antibiotik terhadap infeksi bakterial dari saluran pernafasan kemudian dilakukan pertimbangan apakah perlu dilakukan terapi guna menghilangkan atau mengurangi gejala batuk.

2.4 Dextromethorphan

Dextromethorphan d-3-metoksi-N-metilmorfinan adalah derivate dari morfinan sintetik yang bekerja sentral dengan meningkatkan ambang rangsang reflek batuk sama dengan kodein. Potensi antitusifnya lebih kurang sama dengan kodein. Berbeda dengan kodein dan 1-metorfan, dextromethorphan tidak memiliki efek analgesic, efek sedatif, efek pada saluran cerna dan tidak mendatangkan adiksi atau ketergantungan. Dextromethorphan efektif untuk mengontrol batuk eksperiman maupun batuk patologik akut maupun kronis. Dextromethorphan juga memiliki efek pengurangan sekret dan efek antiinflamasi ringan. Mekanisme kerjanya berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak. Pada penyalahgunaan dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SSP Munaf, 1994.

2.4.1 Struktur Dextromethorphan HBr

Gambar I : Struktur Dextromethorphan HBr Nama Kimia :3-Metoksi-17-Metil- 9α, 13α, 14α,-Morfinan Hidrobromida Rumus Empiris : C 18 H 25 NO.HBr.H 2 O Berat Molekul : 370,33 Pemerian : Hablur hampir putih atau serbuk hablur, bau lemah. Melebur pada suhu lebih kurang 126º disertai penguraian. Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan kloroform, tidak larut dalam eter Ditjen POM, 1995.

2.4.2 Efek Farmakologis

Dextromethorphan HBr mempunyai efek antidepresan penekan batuk yakni bekerja langsung pada pusat batuk di otak untuk menekan refleks batuk Harkness, 1989.

2.4.3 Metabolisme

Absorpsi peroral cepat, kadar puncak plasma dicapai pada waktu 30-60 menit setelah pemberian. Metabolisme terutama terjadi di hepar, dan metabolitnya diekskresikan melalui ginjal.

2.4.4 Efek Samping

Efek samping yang ditimbulkan ringan dan terbatas pada rasa mengantuk, termenung, pusing, nyeri kepala, dan gangguan pada lambung-usus.

2.4.5 Dosis

Dextromethorphan tersedia dalam bentuk tablet, sirup berisi 10-20 mgml. Dosis dewasa 10-20 mg setiap 4-6 jam, maksimum 120 mghari. Meninggikan dosis tidak akan membantu kuatnya efek yang diberikan, tetapi dapat memperpanjang kerjanya sampai 10-12 jam, dan ini dapat dimanfaatkan untuk mengontrol batuk malam hari. Dosis anak 1 mgkg BBhari dalam dosis terbagi 3- 4 kali sehari Munaf, 1994.

2.5 Penetapan Kadar Dextromethorphan HBr dalam Sediaan Sirup

Dextromethorphan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT Salah cara penetapan kadar Dextromethorphan HBr dalam sediaan sirup Dextromethorphan adalah dengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi KCKT. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi merupakan jenis yang khusus dari kromatografi kolom. Berbeda dengan kromatografi gas, metode ini menggunakan cairan dengan tekanan tinggi sebagai fase mobil fase gerak sebagai pengganti gas. Metode ini dapat dibedakan dari kromatografi kolom klasik oleh empat sifat yang khas yaitu : 1. Menggunakan kolom pendek untuk mempersingkat waktu. 2. Menggunakan kolom sempit dengan diameter antara 1 sampai 3 mm, untuk memungkinkan pemisahan dalam jumlah mikro. 3. Ukuran partikel bahan sorpsi terletak dibawah 50 µm, hingga akan tercapai suatu bilangan dasar teoritik yang tinggi. 4. Pelarut elusi dialirkan kedalam kolom dengan tekanan untuk mengkompensasikan tekanan arus di dalam kolom Roth, 1998. KCKT paling banyak digunakan untuk menetapkan kadar senyawa- senyawa tertentu seperti asam amino, asam-asam nukleat, protein dalam cairan fisiologis, menentukan kadar senyawa –senyawa aktif obat, produk hasil sampingan proses sintesis. KCKT merupakan teknik pemisahan dimana zat terlarut terpisah oleh perbedaan elusi, dikarenakan zat terlarut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan diatur oleh distribusi larutan dalam fase diam dan fase gerak. Penggunaan kromatografi cair dapat secara sukses memecahkan suatu masalah dengan membutuhkan proses penggabungan tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel Rohman, 2007. Adapun instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri dari: 1. Wadah fase gerak dan sistem fase gerak 2. Alat untuk memasukkan sampel 3. Kolom 4. Detektor 5. Wadah penampung buangan fase gerak 6. Suatu komputer atau integrator atau perekam KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif.

2.5.1 Instrumentasi KCKT a. Wadah Fase Gerak dan Fase Gerak

Wadah fase gerak harus bersih dan lembam. Wadah ini biasanya dapt menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-partikel kecil. Selain itu, adanya gas dalam fase gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik komposisi fase gerak tetap selama elusi atau dengan cara bergradien yakni komposisi fase gerak berubah- ubah selama elusi Rohman, 2009.

b. Pompa

Pompa yang cocok untuk KCKT mempunyai beberapa kriteria sebagaimana syarat wadah fase gerak yakni harus tahan terhadap fase gerak, biasanya terbuat dari gelas, baja tahan karat, teflon dan batu nilam. Pompa juga harus mampu menghasilkan tekanan sampai 5000-6000 psi pada kecepatan alir sampai 3 mlmenit, sedangkan jika untuk skala preparatif perlu kecepatan alir sampai 20 mlmenit, dengan menghantarkan aliran pelarut yang tetap dan terulangkan kedalam kolom Rohman, 2009; Gritter, 1991; Mulja, 1995.

c. Injektor

Sampel-sampel cair atau larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik atau injektor yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel. Ada tiga macam sistem injektor pada KCKT yaitu : 1. Injektor dengan memakai diafragma septum 2. Injektor tanpa septum 3. Injektor dengan pipa dosis Rohman, 2009; Rohman, 2007.

d. Kolom