Kepercayaan Masyarakat MAGEK Mata Pencaharian Masyarakat MAGEK

Letak Nagari Padang Magek relatif jauh dari pantai, berada dalam garis 00 55 LU sampai 02 35 LU dan pada garis 99 10 BT sampai 100 55 BT. Nagari Padang Magek dengan luas wilayah lebih kurang 5148 ha berbatasan dengan beberapa nagari: di sebelah utara berbatasan dengan Nagari Tabek, di sebelah selatan dengan Nagari Balimbiang, disebelah timur dengan Nagari Rambatan, dan di sebelah barat dengan Nagari Galo Gadang Tigo Koto. Letaknya lebih kurang 2 km dari ibu kota Kecamatan Rambatan lebih kurang 9 kilometer dari arah utara Batu Sangkar atau lebih kurang 4 kilometer dari arah barat Limo Kaum.

2.2 Kepercayaan Masyarakat MAGEK

Setiap suku bangsa atau kelompok masyakat memiliki kepercayaan. Kepercayaan tersebut berupa kepercayaan atau kerohanian yang timbul secara spontan bersama atau di dalam suku bangsa Minangkabau yang lazim disebut dengan kepercayaan nenek moyang. Agama yang dibawa atau dipengaruhi oleh kerohanian bangsa lain atau meniru dari bangsa lain, yaitu agama Islam. Masyarakat Minangkabau terkenal dengan agamanya, masyarakat yang dapat dikatakan sebagai orang Minangkabau adalah masyarakat yang beragama Islam. Meskipun masyarakat Minangkabau hingga sekarang dikenal sebagai penganut agama Islam yang taat, namun masih juga terdapat orang yang percaya kepada hantu-hantu dan kekuatan-kekuatan gaib. Pengaruh animisme dan dinamisme dalam kehidupan masyarakat masih tampak jelas. Nagari Padang Magek yang merupakan bagian dari Minangkabau. Perkembangan berbagai bentuk kepercayaan di daerah ini ditandai dengan masih adanya unsur-unsur kepercayaan animisme, misalnya mempercayai adanya roh-roh halus, tempat-tempat keramat batu magek yang dapat berpindah sendiri, batu sarai tidak boleh dilewati antara pukul 11.00-12.00 siang, kalau melewatinya akan mendengar derapan kaki kuda, bunyi gelepar ikan dalam air, dan suara seperti orang bercerita, kebiasaan-kebiasaan membakar Universitas Sumatera Utara kemenyan pada peristiwa tertentu, pergi kedukun untuk meminta petunjuk dan meminta kesembuhan bermacam-macam penyakit, sebagaimana aktifitas perdukunan tersebut masih terus dilakukan hingga sekarang terutama di Nagari Padang Magek, yang ditangani langsung oleh Tarmizi bekas kulipah kesembilan dan putranya, Erda Walis kulipah sekarang. Aktifitas ini merupakan peninggalan kebudayaan agama Budha yang dianggap bersejarah bagi masyarakat Nagari Padang Magek khususnya dan Minangkabau pada umumnya.

2.3 Mata Pencaharian Masyarakat MAGEK

Nagari Padang Magek yang berada di daerah kabupaten Tanah Datar berhawa sejuk, hampir diseluruh kabupaten Tanah Datar hujan turun dengan teratur setiap tahun, hal ini berdampak positif bagi usaha pertanian didaerah ini. Masyarakat Padang Magek sebagian besar hidup sebagai petani 90,di samping itu ada juga sebagian pengerajin kerajinan rumah tangga 0,85, pedangang 0,85,pegawai negerikaryawan 3,78, tukang 2,14, pensiunan ABRI 0,56, dan buruh 1,41. Usaha pertanian di Nagari Padang Magek terdiri dari persawahan dan ladang. Hasil pertanian cukup memberikan kontribusi terhadap daerah lain. Mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah bertani. Kondisi geografis daerah Padang Magek banyak dialiri sungai-sungai kecil. seperti sungai Sawah Dalam, sungai Lubuak Tangguak, sungai Lubuak Dantuang, dan sungai Lubuak Burai. Dikarenakan seperti itu, masyarakat Padang Magek sering menangkap ikan atau belut, dengan lukah bubu sebagai tambahan mata pencarian. Nagari Padang Magek terdiri dari dataran tinggi yang berbukit-bukit dan dataran rendah. Bagian perbukitan dijadikan masyarakat sebagai tempat tinggal, sedangkan lereng perbukitan dijadikan lahan perkebunan yang lazim disebut dengan ladang. Dataran rendah atau lembah yang terdapat diantara perbukitan juga dijadikan lahan persawahan. Sebagian besar daerah ini memiliki tanah yang subur, baik untuk dijadikan lahan persawahan dan ditanami sayur-sayuran. Membajak dengan menggunakan tenaga Universitas Sumatera Utara kerbau merupakan suatu cara untuk pengolahan lahan dalam menunjang pekerjaan petani. Disamping itu, kerbau dapat digunakan sebagai penunjang ekonomi karena dapat diperjual-belikan.

2.4 Budaya dan Seni Pada Masyarakat MAGEK