Latar Belakang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Wanita Terhadap Osteoporosis Di Desa Arapayung Dusun II Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai 2010

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidup sehat dan tetap aktif pada masa menopause adalah dambaan setiap wanita. Pada wanita menopause merupakan tahap baru dalam proses penuaan dan dihadapkan dengan peningkatan risiko dari beberapa penyakit salah satunya yaitu osteoporosis. Hardjana, 2000, hlm 374 Menopause pada wanita terjadi pada usia sekitar 50 tahun. Kekurangan estrogen akibat haid berhenti akan meningkatkan kemungkinan terkena osteoporosis. Kebanyakan wanita akan kehilangan 25 persen dari kepadatan tulangnya pada lima tahun pertama setelah haid berhenti. Kurangnya informasi yang diterima oleh wanita menopause menyebabkan mereka tidak menyadari kalau osteoporosis yang merupakan pembunuh tersembunyi karena penyakit ini hampir tidak menimbulkan gejala yang jelas. Tandra, 2009, hlm 39 Faktor risiko yang menyebabkan osteoporosis yaitu, jenis kelamin, ras, genetik, usia, kurang gerak badan, postur tubuh, berat badan, menopause, pemakaian hormon steroid,riwayat patah tulang diabetes mellitus, penyakit tiroid, kanker, pola makan, merokok, alkohol, stress, polusi bahan kimia.Tandra, 2009, hlm 37 Menurut WHO, osteoporosis menduduki peringkat kedua, di bawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data internasional Osteoporosis Foundation, lebih dari 30 wanita diseluruh dunia Universitas Sumatera Utara mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan mendekati 40, sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13.Yasir, ¶ 2, http:www.ump.org.com, diperoleh tanggal 28 Oktober 2009 Indonesia yang memiliki sekitar 237 juta penduduk akan memiliki 71 juta penduduk berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2050. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan mesin DXA, diperkirahkan sekitar sebanyak 28,8 persen laki-laki dan 32,3 persen sudah osteoporosis. Dari laporan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia, sebanyak 41,8 persen laki-laki dan 90 persen perempuan sudah memiliki gejala osteoporosis, sedangkan 28,8 persen laki-laki dan 32,3 persen perempuan sudah menderita osteoporosis. Nyoman, ¶ 3, http:www.mediaindo.co.id, diperoleh 7 November 2009 Menurut hasil analisa data yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes pada 14 provinsi menunjukkan bahwa masalah Osteoporosis di Indonesia telah mencapai pada tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7. Itulah sebabnya kecenderungan Osteoporosis di Indonesia 6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negeri Belanda. Lima provinsi dengan risiko Osteoporosis lebih tinggi adalah Sumatera Selatan 27,7, Jawa Tengah 24,02, DI Yogyakarta 23,5, Sumatera Utara 22,82, Jawa Timur 21,42 dan Kalimantan Timur 10,5. Penelitian lain di kota Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Medan tahun 2002 juga makin menunjukkan bahwa Osteoporosis di Indonesia sudah seharusnya diwaspadai. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Wanita Terhadap Universitas Sumatera Utara Osteoporosis di Desa Arapayung Dusun II Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

B. Pertanyaan Penelitian