Status Hak Waris Anak Luar Kawin yang Diakui dalam BW

menjadi wali sementara. BHP tersebutlah yang mengajukan permohonan pengangkatan wali itu kepada pengadilan negeri. Disamping itu juga terdapat jenis wali yang lain : 1 Perwalian yang diperintahkan kepada badan hukum Perwalian oleh badan hukum diatur dalam Pasal 365 BW yang memberikan ketentuan tentang suatu lembaga yang dalam prakteknya disebut perwalian kelembagaan, yaitu kepada perkumpulan-perkumpulan, yayasan-yayasan atau badan sosial yang telah berstatus sebagai badan hukum de gestichten voogdij. 2 Wali sementara Wali sementara di Indonesia ditugaskan ke BHP seperti yang diatur Pasal 359 BW. Wali sementara ini berfungsi sebelum wali definitif ditentukan atau diangkat pengadilan negeri, atau sebelum wali yang diangkat itu mulai melaksanakan kewajibannya sebagai wali.

B. Status Hak Waris Anak Luar Kawin yang Diakui dalam BW

Kepada anak-anak sumbang dan anak-anak zinah, Undang-undang tidak memberikan hak mewaris, tetapi Undang-undang memberikan kepada mereka hak menuntut pemberian nafkah seperlunya terhadap boedel Pasal 867 ayat 2 yang besarnya tidak tertentu, tergantung dari besarnya kemampuan bapak atau ibunya dan keadaan para ahli waris sah. Haknya bukan hak waris, tetapi dapat dibandingkan dengan hak kreditur. Keadaan ahli waris yang sah, apakah mereka mampu atau Universitas Sumatera Utara miskin, turut menentukan besarnya hak allimentasi anak-anak zinah atau sumbang. Disini nampak benar pembuat Undang-undang mendahulukan kepentingan keluarga yang sah. Yang dikemukakan adalah tuntutan anak zinah dan sumbang terhadap boedel. Jadi, sesudah bapak atau ibu yang membenihkannya meninggal dunia. Tetapi, kalau pada waktu hidupnya si bapak atau ibu yang membenihkannya anak-anak tersebut telah menikmati jaminan nafkah dari padanya, maka anak-anak tersebut tak mempunyai hak tuntut lagi terhadap warisan bapak atau ibu yang membenihkannya. 176 Anak luar kawin hanya mempunyai hak waris sepanjang laki-laki atau perempuan yang membenihkannya mengakuinya. Jika belum diakui, maka tidak ada hubungan perdata yang berarti tidak ada pertalian keluarga, maka tidak ada pula hubungan pewarisan antara mereka. Menurut Klassen dan Eggens : “Hak anak luar kawin terhadap warisan orang tua yang mengakuinya pada asasnya adalah sama dengan anak sah.” 177 Meskipun anak luar kawin mempunyai hak waris terhadap orang tuanya, hak warisannya itu sangat inferior sifatnya dibandingkan dengan hak waris anak-anak sah karena : a. Ia tidak mempunyai hak waris tersendiri, dalam arti kata terhadap warisan orang tuanya itu ia tidak mungkin mewaris sendirian sepanjang orang tuanya masih 176 J. Satrio, Op Cit, hal. 173. 177 Klassen dan Eggens, Huwelijksgoederen en erfrecht, Handleiding bij de studie en practijk, Tjeenk Willink, Zwolle, 1956, hal. 178 dalam J. Satrio, Loc Cit. Universitas Sumatera Utara mempunyai keluarga sedarah dalam batas derajat yang boleh mewaris yaitu enam derajat. Ia selalu membonceng pada salah satu kelas ahli waris sah yang empat. Anak luar kawin tersebut hanya mempunyai hak waris tersendiri jika orang tuanya tidak mempunyai keluarga yang termasuk dalam keempat kelas ahli waris sah. b. Porsi atau bahagian yang diterimanya adalah lebih kecil dari porsi yang akan diterimanya sekiranya ia anak sah. 178 Terhadap hak waris anak luar kawin yang diakui ini terbagi atas 2 jenis hak, yaitu hak waris aktif dan hak waris pasif a. Hak waris aktif Dalam hal ini anak luar kawin bertindak sebagai ahli waris. Asas hukum waris menurut BW disusun dalam empat kelompok yang disebut dengan nama golongan ahli waris, terdiri dari golongan I sampai dengan golongan IV diukur menurut jauh dekatnya hubungan darah dengan pewaris, dimana golongan yang lebih dekat menutup golongan yang lebih jauh. Anak luar kawin yang diakui tidak termasuk dalam salah satu golongan tersebut, tetapi merupakan kelompok tersendiri. Perlu diingat bahwa hubungan hukum antara anak luar kawin dengan ayahibu yang mengakuinya sangat terbatas, artinya tidak sampai meliputi hubungan hukum dengan anggota keluarga yang lain. Bagi anggota keluarga yang lain si anak luar kawin adalah orang lain karenanya ia tidak mempunyai hak waris atas warisan keluarga sedarah ayahibu yang mengakui Pasal 872 BW. Terhadap asas ini ada 178 M.U. Sembiring, Op Cit, hal. 46. Universitas Sumatera Utara pengecualiannya, yaitu dalam hal anggota keluarga sedarah sah dari ayahibu yang mengakuinya, meninggal tanpa meninggalkan sanak saudara dalam derajat yang masih memberikan hak kepada mereka untuk mewaris dan juga tidak meninggalkan suamiisteri maka anak luar kawin mendahului Negara, berhak untuk menarik seluruh warisan mereka Pasal 873 BW. 179 Besarnya porsi anak luar kawin yang diakui diatur pada Pasal 863 BW, sebagai berikut : Jika yang meninggal meninggalkan keturunan yang sah atau seorang suami isteri, maka anak-anak luar kawin mewaris sepertiga dari bagian yang mereka sedianya harus mendapatnya andai kata mereka anak-anak yang sah;jika si meninggal tak meninggalkan keturunan maupun suami atau isteri, akan tetapi meninggalkan keluarga sedarah, dalam garis keatas ataupun saudara laki-laki dan perempuan atau keturunan mereka, maka mereka mewaris setengah dari warisan; dan jika hanya ada sanak saudara dalam derajat yang lebih jauh, tiga perempat. Jika para waris yang sah dengan si meninggal bertalian keluarga dalam lain- lain perderajatan, maka si yang terdekat derajatnya dalam garis yang satu, pun terhadap mereka dalam garis yang lain, menentukan besarnya bagian yang harus diberikan kepada anak luar kawin. 1 Anak-anak luar kawin mewaris dengan golongan I Bila pewaris meninggal dengan meninggalkan keturunan yang sah danatau suami, maka anak luar kawin yang diakuinya mewaris 13 bagian, dari yang mereka sedianya harus mendapat seandainya mereka adalah anak sah Pasal 863 BW bagian pertama. 180 179 J. Satrio, Op Cit, hal. 155. 180 Ibid, hal. 157. Universitas Sumatera Utara Contoh : P A x b c d Ahli waris P adalah : A = isteri janda b, c, d = 3 orang anak sah x = seorang anak luar kawin yang diakui secara sah oleh pewaris Pembahagiannya : Untuk menghitung haknya x, diperhatikan dulu siapa teman sewarisannya, sesudah itu diandaikan dia anak sah, baru kemudian dihitung hak bagiannya sebagai anak luar kawin. Disini x mewaris bersama-sama dengan golongan I, dalam hal demikian berlakulah ketentuan Pasal 863 BW bagian pertama. Andaikan x anak sah, maka haknya adalah 15 bagian, namun sebagai anak luar kawin ia menerima 13 x 15. Sisanya 1415 adalah untuk A, b, c, dan d. 2 Anak luar kawin mewaris bersama-sama ahli waris golongan II dan golongan III Kalimat selanjutnya menyatakan jika si meninggal tak meninggalkan keturunan maupun suami atau isteri, akan tetapi meninggalkan keluarga sedarah, dalam garis keatas ataupun saudara laki-laki dan perempuan atau keturunan mereka, maka mereka mewaris ½ dari warisan. Keturunan dan suamiisteri termasuk dalam Universitas Sumatera Utara golongan I, sedangkan keluarga sedarah dalam garis lurus keatas, bisa golongan II ayah dan atau ibu, bisa golongan III keluarga sedarah dalam garis lurus keatas lebih lanjut dan saudara atau keturunan saudara adalah ahli waris golongan II. 181 Contoh : A B P c d x Ahli waris P : A dan B = ayah dan ibu golongan II c dan d = saudara-saudara golongan II x anak luar kawin yang diakui oleh P dan berhak mewaris. Pembahagiannya : x mewaris bersama-sama ahli waris golongan II, maka kepada x diberi dulu ½ warisan. Sisanya yang ½ untuk A, B, c dan d. 3 Anak luar kawin mewaris dengan ahli waris golongan IV Kalimat terakhir Pasal 863 ayat 1 BW yaitu “dan jika hanya ada sanak saudara dalam derajat yang lebih jauh tiga perempat’. Maksud kata-kata sanak saudara dalam derajat yang lebih jauh adalah ahli waris golongan IV. Dalam hal anak 181 Ibid, hal. 159. Universitas Sumatera Utara luar kawin mewaris dengan ahli waris golongan IV maka besarnya hak bagian mereka adalah 34. 182 Contoh : A B P c d e x P meninggalkan ahli waris : c, d, dan e = keturunan daripada pamannya, yang termasuk dalam golongan IV x = anak luar kawin yang berhak mewaris Pembahagiannya : Kepada x diberikan terlebih dahulu ¾ warisan. Sisanya ¼ untuk c, d, dan e masing- masing 13 x ¾ = 112 warisan. 4 Anak luar kawin mewaris dengan ahli waris yang bertalian keluarga dalam lain- lain penderajatan Pasal 863 ayat 2 BW menyebutkan kemungkinan adanya anak luar kawin yang mewaris bersama-sama dengan anggota keluarga yang bertalian darah dalam lain perderajatan. Yaitu maksudnya dalam golongan-golongan yang berlainan. 182 Ibid, hal. 162. Universitas Sumatera Utara Kemungkinan hal ini terjadi adalah dalam hal terjadinya kloving, karena dalam hal terjadinya kloving maka masing-masing bagian warisan diperlukan seakan-akan suatu warisan yang berdiri sendiri sesudah ahli waris golongan ke II tidak ada. Jadi dalam hal anak luar kawin mewaris bersama-sama dengan golongan III dan IV, maka atas sisa warisan setelah diberikan kepada anak luar kawin, dilakukan kloving pemecahan yang ½ untuk keluarga sedarah dalam garis ibu dan yang ½ lainnya untuk keluarga sedarah dalam garis ayah. 183 Dalam garis ayah yang mungkin mewaris adalah keluarga sedarah dalam garis lurus keatas, sedangkan dalam garis ibu ada kemungkinan bahwa dalam garis lurus ke atas tidak ada ahli waris lagi, maka karena dianggap sebagai warisan yang seakan- akan berdiri sendiri, bagian warisan tersebut tidak jatuh ke keluarga dalam garis yang lain garis ayah, tetapi diwaris oleh keluarga sedarah dalam garis menyimpang dalam garis ibu, yaitu mereka-mereka yang termasuk dalam ahli waris golongan IV. Dengan demikian anak luar kawin dalam kasus demikian mewaris bersama dengan anggota keluarga sedarah pewaris yang berada dalam golongan yang berlainan. Dalam hal ini anak luar kawin menerima ½. 184 183 Ibid, hal. 163. 184 Ibid. Universitas Sumatera Utara Contoh : g3 h3 c d e f A B B P S j4 k4 Ahli waris P : S = seorang anak luar kawin yang berhak mewaris c = keluarga sedarah dalam garis ayah j4, k4 = keluarga sedarah dalam garis ibu Pembahagiannya : Para ahli waris golongan I dan II tidak ada. Jadi sesudah kepada anak luar kawin diberikan hak bagiannya, maka sisa warisan dipecah menjadi 2, kloving ½ dari sisa….sudah dipotong bagian anak luar kawin untuk ahli waris dalam garis ayah yaitu c, sedangkan ½ dari sisa yang lain untuk keluarga dalam garis ibu, yaitu k4 dan j4. c adalah ahli waris golongan III sedangkan k4 dan j4 adalah ahli waris golongan IV. Universitas Sumatera Utara 5 Anak luar kawin sebagai satu-satunya ahli waris Ada kemungkinan terjadi pewaris tidak meninggalkan ahli waris lain selain anak luar kawin. Dalam hal demikian anak luar kawin, yang diakui oleh pewaris secara sah mewaris seluruh warisan vide Pasal 865 BW. 185 6 Anak luar kawin dan penggantian tempat Dalam menghitung hak bagian anak luar kawin atas warisan, BW memperbolehkan adanya penggantian tempat bagi keturunan anak luar kawin. Seandainya seorang anak luar kawin, yang sedianya berhak untuk mewaris, meninggal lebih dahulu daripada pewaris dengan meninggalkan keturunan yang sah, maka sekalian keturunan anak luar kawin berhak menggantikan tempat orang, yang sedianya akan mewaris seandainya ia masih ada. Yang perlu diingat dalam hal ini adalah bahwa keturunan anak luar kawin, adalah hanya keturunan sahnya. Anaknya luar kawin dari anak luar kawin sekalipun diakui sah oleh orang tuanya, tidak mempunyai hak untuk menggantikan tempat, karena prinsipnya pengakuan hanya menimbulkan hubungan hukum antara orang yang mengakui dan anak yang diakui saja. 186 185 Ibid, hal. 166. 186 Ibid. Universitas Sumatera Utara Contoh : P A x y b c Xa Xb P meninggalkan ahli waris : y anak luar kawin yang berhak mewaris, Xa dan Xb anak-anak sah dari anak luar kawin yang berhak mewaris. x mati lebih dulu dari P A = isteri b, c = anak-anak sah karena x mati lebih dahulu, mak Xa dan Xb mengganti x. 7 Pengakuan anak luar kawin sepanjang perkawinan Diatur dalam Pasal 285 BW, yang berbunyi : “Pengakuan yang dilakukan sepanjang perkawinan oleh suami atau isteri atas kebahagiaan anak luar kawin, yang sebelum kawin, olehnya diperbuahkan dengan orang lain daripada isteri atau suaminya, tak akan membawa kerugian baik bagi isteri atau suami itu maupun bagi anak yang dilahirkan dari perkawinan mereka.” Universitas Sumatera Utara Dapat disimpulkan bahwa laki-laki atau perempuan yang membenihkan anak tersebut dapat mengakui anak luar kawin, walaupun ia terikat dalam suatu perkawinan, tetapi si anak itu sendiri harus dibuahi ketika ayah dan si ibu tidak dalam status menikah. Dalam hal anak luar kawin diakui sepanjang perkawinan, maka pengakuan tersebut tidak boleh merugikan suami atau isteri, dengan siapa ia terikat perkawinan tersebut serta anak-anak yang lahir dari perkawinan tersebut. 187 Contoh : YY P A x b c d Bagaimana x bisa merugikan mereka ? Dalam hal P meninggal dunia dan meninggalkan warisan, hadirnya x akan merugikan isteri dan anak-anak P tersebut. Untuk tidak merugikan, maka x tidak diberikan hak waris. Jadi, dalam kasus diatas, warisan dibagi tanpa memandang kehadiran x, warisan dibagi seakan-akan x tidak ada. Dengan demikian A, b, c, dan d masing-masing menerima ¼ warisan. 188 187 Ibid, hal. 168. 188 Ibid, hal. 169. Universitas Sumatera Utara Contoh : b c YY P A x P mempunyai anak luar kawin dengan YY. P kemudian menikah dengan A, tetapi A mati lebih dahulu dari P, dengan A tidak dilahirkan anak-anak. Sepanjang perkawinan P dengan A mengakui x. Pada waktu P meninggal, ahli waris yang ada adalah b dan c. Disini tidak ada masalah merugikan isteri A dan anak-anak, karenanya x boleh mendapat keuntungan dari pengakuan P, jadi ia akan mewaris bersama-sama dengan b dan c orang tua pewaris. x menerima ½ warisan. Sisanya setengah warisan untuk b dan c, masing-masing ¼ bagian. 189 b. Hak waris pasif Dalam hal ini anak luar kawin berkedudukan sebagai pewaris. Hal ini diatur dalam Pasal 870, Pasal 871, dan Pasal 873 ayat 2 dan 3 BW. Pasal 870 BW menentukan bahwa : “Warisan seorang anak luar kawin yang meninggal dunia dengan tak meninggalkan keturunan maupun suami atau isteri adalah untuk bapak atau ibunya yang telah mengakuinya, atau untuk mereka berdua masing-masing setengahnya jika keduanya telah mengakuinya.” 189 Ibid, hal. 170. Universitas Sumatera Utara Dalam hal anak luar kawin meninggal dunia, maka anak luar kawin dianggap sebagai pewaris biasa, sama dengan pewaris lain. Dalam hal ini berlaku Buku II Bab XII angka 1 tentang Keberlakuan Umum dan Bagian II Tentang Pewarisan Keluarga Sedarah. Dalam hal ini, juga berlaku penggantian tempat dalam hal keturunan seorang anak luar kawin meninggal terlebih dahulu dari si pewaris anak luar kawin. 190 Penggantian tempat bagi anak luar kawin yang diakui dalam garis lurus kebawah berlangsung terus tanpa batas. Hal ini berpatokan pada Pasal 842 BW. Dengan demikian bagan penggantian anak luar kawin yang diakui tersebut adalah sebagai berikut : A X Y M N X1 X2 A = isteri M,N = anak sah X,Y = anak yang diakui X anak yang diakui meninggal 190 Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah, Op Cit, hal. 100. Universitas Sumatera Utara maka X1 dan X2 menggantikan X Pewaris adalah anak luar kawin yang diakui, bapakayahnya yaitu A, sedangkan ibunya M. Ahli waris yang berhak mewaris berdasarkan bagan tersebut diatas adalah sebagai berikut : M A P Ahli waris adalah A dan M Dalam hal ahli waris golongan I tidak ada, maka berlaku ketentuan Pasal 870 BW yang isinya menyimpang dari ketentuan Pasal 854, 855, 856, dan 857 BW. Dalam hal golongan I tidak ada, maka yang berlaku mewaris ialah ayah atau ibunya yang mengakui. Orang tua pewaris yang mengakui, berbagi sama besar masing- masing ½ bagian. 191 Kalau hanya ayah atau ibunya yang mengakui, maka seluruh warisan adalah untuk ayah dan ibu yang mengakuinya. Dalam hal anak luar kawin meninggal dunia terlebih dahulu tanpa meninggalkan keturunan dan suami atau isteri, sedangkan kedua orang tuanya telah meninggal dunia terlebih dahulu, maka berlaku ketentuan Pasal 871 BW, yang berbunyi : Jika seorang anak luar kawin meninggal dunia dengan tak meninggalkan keturunan, maupun suami atau isteri, sedangkan kedua orang tuanya telah meninggal lebih dahulu, maka barang-barang yang dulu diwariskan dari orang 191 Ibid, hal. 102. Universitas Sumatera Utara tua itu, jika masih ada dalam ujudnya, akan pulang kembali pada keturunan yang sah dari bapak atau ibunya, hal yang demikian itu berlaku juga terhadap hak-hak si meninggal untuk menuntut kembali sesuatu, jika ini telah dijualnya dan uang belum dibayar. Adapun barang-barang lainnya akan diwaris oleh saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, atau para keturunan mereka yang sah. Dengan demikian dalam hal anak luar kawin sebagai pewaris mempunyai barang yang dulu diperoleh dari orang tuanya, maka ayah atau ibu yang mengakui berhak menuntut barang tersebut dikembalikan kepada mereka. Dalam hal anak luar kawin sebagai pewaris tidak meninggalkan golongan I, tidak meninggalkan ibu, bapak, saudara, maupun keturunan mereka, maka warisannya dengan mengesampingkan Negara menjadi hak sekalian keluarga terdekat dari ayah atau ibu yang mengakuinya. 192 Kalau kedua orang tua mengakui dia, maka warisan dibagi 2 kloving, ½ untuk saudara terdekat garis ayah, ½ untuk keluarga terdekat garis ibu Pasal 873 ayat 2 jo. Pasal 873 ayat 3 BW. Kalau tidak ada anggota keluarga yang mempunyai hak waris, maka warisan jatuh kepada Negara Pasal 873 ayat 2 BW. 192 Ibid, hal. 103. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PERBANDINGAN STATUS HAK WARIS ANAK LUAR KAWIN ANTARA