c b HASIL DAN PEMBAHASAN

32 Pada gambar 4.3 didapatkan bahwa persentase kenaikan jumlah spermatozoa pada peneliti, Akondi et al. 2010 yang menggunakan rutin dan naringin, serta Zahedi et al. 2010 secara berturut turut adalah 60,3 , 34,5 dan 32,1 , serta 53,3 . Adanya perbedaan persentase kenaikan jumlah spermatozoa ini dapat dipengaruhi dari faktor terapi yang berbeda baik dosis, cara pemberian, maupun lama pemberian. Dari studi – studi penelitian yang telah dijelaskan menunjukkan bahwa pemberian antioksidan dapat menurunkan kerusakan DNA spermatozoa sehingga dapat meningkatkan fungsi spermatozoa. 5 Dan pada penelitian ini, vitamin C sebagai antioksidan efektif dalam meningkatkan kuantitas spermatozoa. Efek vitamin C dalam meningkatkan kuantitas maupun kualitas spermatozoa telah banyak dibuktikan oleh studi-studi penelitian pada hewan coba setelah diinduksi oleh bahan yang dapat menurunkan kuantitas dan kualitas spermatozoa. Studi penelitian yang dilakukan oleh Shittu et al. 2013 pada tikus wistar yang diinduksi artesunat dan diberikan vitamin C 100 mgkgbb oral selama 5 hari dapat meningkatkan jumlah dan motilitas spermatozoa secara signifikan p0.05. Selain itu, studi penelitian yang dilakukan oleh Sharma 2013 pada mencit albino swiss yang diinduksi lead acetate dan diberikan pengobatan vitamin C sebesar 2 mgkgbb secara oral selama 45 hari menunjukkan peningkatan jumlah spermatozoa secara signifikan p0.01. Studi penelitian yang dilakukan Shittu et al 2013 dan Sharma 2013 sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti bahwa vitamin C dapat meningkatkan kuantitas spermatozoa. Selain itu, studi penelitian yang dilakukan oleh Emadi et al. 2012 pada tikus wistar yang dibuat unilateral cryptochirdism pada testis kiri dan diberikan vitamin C sebesar 50 mgkgbb, i.p, selama 60 hari menunjukkan hasil yang tidak signifikan p0.05 pada jumlah maupun motilitas spermatozoa dibandingkan kelompok cryptochirdism. Hal ini tidak sejalan dengan peneliti yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah spermatozoa yang signifikan p0.05 pada mencit K3 dibanding K2. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh faktor etiologi yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah spermatozoa. Kita ketahui bahwa cryptochirdism merupakan kondisi dimana testis tidak turun ke skrotum sehingga menyebabkan kerusakan sel germinal dan mengganggu proses 33 spermatogenesis karena suhu yang tidak sesuai untuk fungsi testis. Selain itu peningkatan suhu pada testis memperparah penurunan kuantitas dan kualitas spermatozoa akibat terjadinya stres oksidatif yang merusak DNA spermatozoa dan juga terjadi apoptosis sel spermatozoa. 49 Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, etiologi yang menyebabkan penurunan jumlah spermatozoa hanya disebabkan stres oksidatif akibat induksi gentamisin. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Emadi et al. 2012 yang membuat unilateral cryptochirdism pada testis kiri tikus menyebabkan kuantitas spermatozoa pada testis kanan juga mengalami penurunan yang signifikan. Setelah pemberian vitamin C selama 60 hari, pada testis kanan menunjukkan adanya peningkatan kuantitas spermatozoa secara signifikan p0.05 dibandingkan kelompok cryptochirdism. Hal ini sejalan dengan peneliti, bahwa vitamin C memberikan efek yang baik dalam membantu meningkatkan jumlah spermatozoa dengan menurunkan jumlah radikal bebas, peroksidasi lipid membran spermatozoa, dan kerusakan DNA spermatozoa. 34 Vitamin C memiliki efek proteksi dalam menjaga integritas membran serta mencegah kerusakan sel germinal pada proses spermatogenesis. 5 Pada penelitian ini, peneliti menggunakan hewan coba mencit jantan dewasa Mus musculus L.. Mencit Mus musculus L. merupakan hewan pengerat yang banyak digunakan sebagai model hewan dalam penelitian eksperimental disebabkan pemeliharaan yang mudah dan tidak mahal, secara genetik memiliki kesamaan dengan manusia, serta tingkat kesuburan yang tinggi. Mencit strain DDY merupakan inbred strain dari strain ddY Deutschland, Denken, Yonken. Mencit ini menunjukkan pertumbuhan dan sistem reproduksi yang baik. 50,51 Dalam melakukan penilaian fungsi spermatozoa dapat dinilai kuantitas maupun kualitas spermatozoa. Namun, dalam penelitian ini peneliti menilai kuantitas spermatozoa saja. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan faktor instrumen dan keterbatasan waktu peneliti dalam melakukan penelitian.