b. Keistimewaan Features
Merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.
c. Keandalan Reliability
Berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu.
d. Konformasi Conformance
Berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang
telah ditetapkan
sebelumnya berdasarkan
keinginan pelanggan.
e. Daya Tahan Durability
Merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan dengan adanya daya tahan dari produk itu.
f. Kemampuan Pelayanan Service Ability
Merupakan karakteristik
yang berkaitan
dengan kecepatankesopanan, kompetisi, kemudahan, serta akurasi dalam
perbaikan. g.
Estetika Aesthetics Merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat
subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi, refleksi, dan preferensi atau pilihan individual.
h. Kualitas yang dipersepsikan Perceived Quality
Bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk, seperti meningkatkan harga diri.
Mutu produk pada umumnya diartikan sebagai suatu kemampuan produk dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Maksudnya, produk itu apakah sesuai dengan
apa yang diinginkan atau diharapkan konsumen.
2.7 Pengawasan Mutu
Menurut Prawirosentono 2007:74, secara umum pengawasan mutu dapat digambarkan sebagai suatu kegiatan inspeksi bertahap dari mulai mengamati lalu
mengumpulkan fakta, kemudian melakukan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan. Hal ini perlu dilaksanakan untuk mencapai dan mempertahankan mutu produk yang
telah ditetapkan. Jadi pada hakikatnya pengertian pengawasan mutu adalah usaha mencegah terjadinya penyimpangan atau kerusakan. Bila timbul penyimpangan atau
kerusakan mutu maka akan diambil tindakan koreksi untuk mencegah timbulnya kembali penyimpangan tersebut.
Sitorus 1995:106 menyatakan, “Pengawasan kualitas merupakan fungsi staf yang menangani pencegahan ketidaksempurnaan atau kekurangan dalam produksi
hingga produk dapat dibuat dengan tepat pada operasi pertama dan tidak harus dinyatakan tidak dapat dipakai”. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan
inspeksi dan pengawasan atas material yang masuk untuk menjamin bahwa dapat memenuhi spesifikasi. Perusahaan harus mempunyai perencanaan dan metode
pengawasan untuk menjamin metode-metode yang diterapkan nantinya dapat serasi digunakan dan mesin-mesin serta peralatan bekerja dengan memuaskan. Dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas produk adalah: manusia
man, materials bahan baku, machines mesin, money dana, method metode, dan
management manajemen sebagai salah satu faktor dalam merencanakan, mengarahkan, serta mengendalikan manusia, bahan baku, mesin,
uang, dan metode ke arah penciptaan produk yang sesuai dengan standar kualitas. Pengawasan kualitas atau mutu merupakan tanggung jawab yang dipikul
bersama oleh banyak anggota perusahaan. ini melibatkan para anggota manajemen yang menentukan kebijakan kualitas, para salesmen yang membuat kontrak untuk
menjual produk, para ahli teknik rancangan yang menentukan spesifikasi produk, para pembeli yang membeli bahan baku dengan kualitas tepat, dan para pegawai
produksi yang bertanggung jawab untuk membuat produk sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Hanya dengan kerjasama sepenuhnya antara semua pegawai
inilah yang dapat melaksanakan program pengawasan kualitas yang baik. Secara umum pengendalian atau pengawasan mutu terpadu dalam suatu
perusahaan manufaktur dilakukan secara bertahap sebagai berikut. a.
Pemeriksaan dan pengawasan kualitas bahan mentah bahan baku, bahan baku penolong, dan sebagainya.
b. Pemeriksaan atas produk sebagai hasil proses pembuatan. Hal ini berlaku untuk
barang setengah jadi maupun barang jadi.
c. Pemeriksaan cara pengepakan dan pengiriman bahan ke konsumen.
d. Mesin, tenaga kerja, dan fasilitas lain yang digunakan dalam proses produksi
harus juga diawasi sesuai standar kebutuhan. Berdasarkan penjabaran di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk
mencapai mutu suatu produk perusahaan harus membuat perencanaan, melaksanakan apa yang sudah direncanakan, dan mengawasi secara total. Hal tersebut dapat
mengurangi bahkan menghindarkan perusahaan dari kerugian. Berikut ini gambar keterkaitan antara Kualitas dan Produksi.
Gambar 2.2 Sistem Interaksi Kualitas – Produksi
Keluaran output Mengawasi dan menguji
Memperoleh informasi kualitas
Mengevaluasi informasi kualitas terhadap standar-standar
Apakah proses dalam pengawasan
Memutuskan tindakan korektif
Mengubah operasi atau mengubah standar
Ya
Tidak
Mengubah operasi
Mengubah Standar
Operasi-operasi produksi
Lazimnya, kualitas berkaitan langsung dengan biaya atau harga. Pada umumnya kualitas tinggi dalam rancangan mengakibatkan biaya produksi tinggi, dan
biasanya menghasilkan nilai prestasi yang tinggi pula. Namun perusahaan bagaimanapun caranya pasti menginginkan agar biaya kualitas produk yang nantinya
akan dihasilkan dapat ditekan seminimal mungkin agar dapat mengurangi anggaran yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sehingga dapat menambah keuntungan
perusahaan. Menurut Tjiptono dan Diana 2003:34, biaya kualitas dapat dikelompokkan
menjadi empat golongan, yakni: 1.
Biaya Pencegahan Prevention Cost Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk
yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang berhubungan dengan biaya perancangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan sistem kualitas. Beberapa macam
biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pencegahan, diantaranya: biaya teknik dan perencanaan kualitas, tinjauan produk baru, rancangan proses atau
produk, pengendalian proses, pelatihan, dan audit kualitas. 2.
Biaya DeteksiPenilaian DetectionAppraisal Cost Biaya deteksi adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk
dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas. Tujuan utama fungsi deteksi ini adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan
sepanjang proses perusahaan. Yang termasuk dalam biaya deteksi antara lain: biaya pemeriksaan dan pengujian bahan baku yang dibeli, pemeriksaan dan
pengujian produk, pemeriksaan kualitas produk, dan evaluasi persediaan. 3.
Biaya Kegagalan Internal Internal Failure Cost Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada
ketidaksesuaian dengan persyaratan yang terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut dikirimkan ke pihak luar pelanggan. Pengukuran biaya kegagalan
internal dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum meninggalkan pabrik. Adapun jenis biaya yang termasuk ke dalam biaya kegagalan internal,
antara lain: biaya sisa bahan, pengerjaan ulang, biaya untuk memperoleh material bahan baku, dan
factory contact engineering biaya yang berhubungan dengan waktu yang digunakan dalam mengatasi masalah produksi.
4. Biaya Kegagalan Eksternal External Failure Cost
Biaya ini adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal dalam memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut
dikirimkan kepada para pelanggan. Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan karena dapat menyebabkan reputasi yang buruk, kehilangan
pelanggan, dan penurunan pangsa pasar. Biaya kegagalan eksternal terdiri dari beberapa macam biaya, yaitu: biaya penanganan keluhan selama masa garansi,
biaya penanganan keluhan di luar masa garansi, pelayanan service produk,
product liability jaminan produk, dan biaya penarikan kembali produk.
Kualitas merupakan sesuatu yang dapat diukur. Biaya untuk menghasilkan kualitas juga harus terukur. Total biaya kualitas dapat dikurangi dengan mengawasi
hubungan antara biaya kualitas dan tingkat penyesuaian pada keinginan pelanggan. Berikut ini bagan yang menunjukkan hubungan antara biaya kualitas dan
pengawasan.
Gambar 2.3 Hubungan Biaya Kualitas dengan Pengawasan Sumber: Don Rudi Al Kindi. Pengendalian Mutu,
www.slideshare.netfathra pengendalian- mutu-12985911
, 2012
Gambar di atas menunjukkan: 1.
Jika tingkat penyesuaian tinggi yaitu terbukti dengan tingkat kerusakan yang rendah, maka biaya kerusakan menjadi rendah tetapi biaya pengendalian kualitas
menjadi tinggi. 2.
Jika tingkat penyesuaian rendah yaitu terbukti dengan tingkat kerusakan yang tinggi, maka biaya kerusakan menjadi tinggi dan biaya pengendalian kualitas
menjadi rendah.
2.8 Standart Operating Prosedure SOP