PP No. 9 Tahun 1975 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri- isteri dan anak-anak mereka. Persetujuan yang dimaksud pada ayat 1 huruf a pada pasal ini tidak diperlukan bagi seorang suami apabila isteri isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari isterinya selama sekurang-kurangnya 2 dua tahun atau karena sebab lainnya yang perln dari hakim pengadilan Agama. ‘ Pada pasal 4 dan pasal 5 di atas adalah persyaratan tentang poligami, tapi kita harus mengetahui bahwa pasal 4 adalah persyaratan alternatif artinya salah satu harus ada untuk dapat mengajukan permohonan poligami. Sedangkan pasal 5 adalah persyaratan komulatif dimana seluruhnya harus dapat dipenuhi suami yang akan melakukan poligami.

2. PP No. 9 Tahun 1975 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang

Perkawinan Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai prosedur pengajuan permohonan untuk beristeri lebih dari seorang, yang diatur dalam Bab VIII tentang beristeri lebih dari seorang pasal 40 sampai dengan pasal 44. pasal 40 PP ini menyebutkan: “Apabila seorang suami bermaksud untuk beristeri lebih dari seorang maka ia wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada pengadilan. “ Dengan adanya izin dari pengadilan maka poligami tidak bisa dilakukan secara liar hal ini membuktikan peran pengadilan begitu besar terhadap praktik poligami di Indonesia. Dengan adanya peran dari pengadilan diharapkan bisa mengatur praktik poligami secara benar. Berbeda dengan hukum keluarga Indonesia, dalam fikih klasik tidak diatur tentang izin dari pengadilan, poligami dapat dilakukan tanpa izin dari pengadilan. Setelah pengadilan menerima permohonan dari seorang yang akan beristeri lebih dari seorang selanjutnya pengadilan memeriksa, seperti yang disebutkan dalam pasal 41 a. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan seorang suami kawin lagi ialah: - Bahwa isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri. - Bahwa isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. - Bahwa isteri tidak dapat melahirkan keturunan. Alasan ini sama seperti dalam undang-undang perkawinan dan KHI. b. Ada atau tidaknya perjanjian dari istri, baik perjanjian lisan maupun tertulis, apabila perjanjian itu merupakan perjanjian lisan maka perjanjian itu harus disebutkan didepan sidang pengadilan. c. Ada atau tidaknya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak, dengan memperhatikan: i. Surat mengenai penghasilan suami yang ditanda tangani oleh bendahara tempat bekerja; atau ii Surat keterangan pajak penghasilan; atau ii Surat keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan; d. Ada atau tidak adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka dengan pernyataan atau janji dari suami yang dibuat dalam bentuk yang ditetapkan untuk itu. Pasal 42 menjelaskan tentang jangka waktu pemeriksaan yaitu selambat-lambatnya 30 hari setelah diterimanya permohonan tersebut. 44 Selain menjelaskan tentang prosedur permohonan untuk beristeri lebih dari seorang dalam PP ini juga diatur tentang ketentuan pidana bagi yang melanggar pasal - pasal tersebut di atas.Pasal 45 menyebutkan: Barang siapa yang melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 3, 10 atau 40 peraturan pemerintah ini dihukum dengan hukuman denda sitinggi tingginya Rp 7500,- Tujuh ribu lima ratus rupiah Jumlah hukuman denda itu tentu harus dilihat dari nilainya bukan dari jumlahnya dimana Undang-Undang ini dibuat pada tahun 1974. 44 Pasal 42 ayat 2 PP No. 9 tahun 1975: Pemeriksaan pengadilan untuk itu dilakukan oleh hakim selambat-lambatnya 30 hari setelah diterimanya surat permohonan beserta lampiran- lampirannya.

3. Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan