Konsep Infertilitas TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Infertilitas

2.1.1 Pengertian Infertilitas Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dan melahirkan anak setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan Bobak dkk, 2004. Defenisi lain terkait infertilitas seperti yang penulis kutip dari Kasdu 2002 adalah bagi mereka yang berhubungan intim secara teratur, tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan telah menikah selama satu tahun, tetapi istri tidak pernah hamil. Infertilitas didefenisikan juga sebagai kondisi dimana istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan Sarwono, 1999. Ketidakmampuan dari pasangan dari suami istri untuk menghasilkan seorang anak yang hidup sebagai kegagalan dari mengandung atau kegagalan untuk mengandung bayi yang dapat hidup Olds dkk, 1988. Defenisi kontemporer tidak mempertimbangkan batasan waktu. Defenisi ini mengandung arti suatu ketidakmampuan untuk hamil atau mengandung anak sampai anak tersebut lahir hidup pada saat pasangan memutuskan untuk memperoleh anak Bobak, 2004. Jika wanita belum pernah hamil atau jika pria belum pernah membuat seorang wanita hamil disebut dengan infertilitas primer. Sedangkan jika wanita pernah mengandung sekurang-kurangnya satu kali, tetapi tidak pernah berhasil hamil lagi atau tidak pernah berhasil mempertahankan kandungannya adalah infertilitas sekunder . 5 2.1.2 Faktor Penyebab Infertilitas Penyebab infertilitas haruslah ditinjau dari kedua belah pihak karena pasangan sebagai suatu unit biologis. Jadi sangatlah tidak bijaksana jika suatu kondisi infertilitas langsung menyalahkan istri sebagai pihak yang mandul. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan kepada keduanya, baik istri maupun suami. Pria dan wanita masing-masing menyumbang 40 sebagai penyebab infertilitas. Penyebab karena keduanya sebanyak 10. Sisanya tidak diketahui penyebabnya atau unexplained faktor Kasdu, 2002. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesuburan pada wanita, mulai dari anatomi organ reproduksi seperti mulut rahim, rahim, saluran telur, dan indung telur sampai penyakit dan gangguan hormonal Kasdu, 2002. Mengacu laporan WHO, kasus infertilitas terjadi terhadap satu diantara sepuluh pasangan suami istri yang tersebar diseluruh negara-negara di dunia. Penelitian yang dilakukan di Inggris menyebutkan penyebab infertilitas adalah multifaktorial dengan penyebab kombinasi. Beberapa penyebab antara lain; Unexplain infertility 28, problematik faktor sperma 21, kegagalan ovulasi sel telur 18, kerusakan faktor saluran tuba fallopi 14, penyakit endometriosis 6, problematik faktor hubungan seksual 5, pengaruh cairan mukus servik 3 dan 2 karena problematik dari pihak suami Suara Merdeka, 2005. Lebih lanjut, faktor wanita seperti yang penulis kutip dari Anthony’s Site 2006 menyebutkan antara lain anti bodi pada istri terlalu kuat sehingga sperma suami yang masuk ke dalam tubuh istrinya dianggap sebagai virus yang menyerang, maka tubuh istri menolak dan mencegah sperma tersebut sebelum mencapai sel telur. Sexual intercourse pada saat istri sedang dalam keadaan tidak 6 subur. Adanya penyakit seperti TORCH, endometriosis dan penyumbatan saluran telur karena pertumbuhan sel aktif atau sejenis tumor. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, masih ada faktor lain diluar organ yang mempengaruhi kesuburan. Faktor tersebut antara lain usia, berat badan, gaya hidup dan lingkungan. Usia berpengaruh terhadap masa reproduksi, artinya selama masih mengalami haid yang teratur kemungkinan ia masih bisa hamil. Penelitian menunjukkkan potensi wanita untuk hamil menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis pada usia di atas 38 tahun Kasdu,2002. Hal ini juga berlaku pada pria meskipun pria tetap dapat menghasilkan sel sperma sampai usia 50 tahun. Hasil penelitian mengungkapkan hanya sepertiga pria berumur di atas 40 tahun yang mampu menghamili istrinya dalam waktu 6 bulan dibanding dengan pria yang berumur dibawah 25 tahun. Selain itu, usia yang semakin tua juga mempengaruhi kualitas sel sperma. Gaya hidup yang dimaksud adalah pola makan dan kebiasaan sehari-hari. Merokok, minum alkohol dan obat-obatan juga akan mempengaruhi jumlah sperma dan pada wanita akan mengalami kesulitan hamil Kasdu,2002. 2.1.3 Dampak Infertilitas Kondisi Infertilitas adalah masalah rumit yang dapat memicu berbagai masalah mental. Infertilitas atau ketidaksuburan dapat menjadi masalah emosional yang tidak terselesaikan Radar Sulteng, 2003. Belum lagi apabila pasangan memutuskan menjalani berbagai terapi atau program pengobatan. Harapan yang tinggi untuk mempunyai anak ditambah lagi dengan disiplin yang 7 tinggi terhadap program pemeriksaan dan pengobatan. Memang reaksi menghadapi suatu masalah sangat tergantung pada pribadi masing-masing orang. Mungkin ada orang yang mengalami masalah yang sama, tetapi dapat menghadapi dengan rileks. Sebaliknya, ada yang memberikan reaksi yang negatif sehingga menyebabkan stress. Stress yang dialami secara berkelanjutan akan menimbulkan depresi Kasdu, 2002. Gejala depresi ini berupa perasaan sedih dan tertekan, mudah marah jika melihat orang lain gembira atau tidak suka mendengarkan musik. Penderita tidak mampu mengerjakan pekerjaan sederhana, terganggu selera makannya, sukar tidur, kadang kala tiba-tiba menangis tanpa diketahui sebabnya. Ada juga yang menjadi suka makan untuk mendapatkan perasaan tenang. Pada keadaan ini mereka sering kali mengasihi diri sendiri, mereka menghendaki orang lain yang menyesuaikan dengan dirinya. Depresi yang berat atau kronis akan membuat orang tersebut sering merasa gelisah selama berminggu-minggu, bahkan bisa sampai berbulan-bulan. Dalam keadaan ini orang tersebut tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Depresi seperti ini akan melumpuhkan penderitanya sehingga tidak dapat bangkit dari tempat tidur, tidak bisa keluar rumah dan perasaan tidak berdaya Kasdu, 2002. Selain hal tersebut dampak psikologis yang dialami menyangkut kondisi internal, hubungan interpersonal dan seksual suami-istri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zamralita, dkk 2004 mengungkapkan bahwa infertilitas yang dialami oleh seorang isteri akan menimbulkan dampak psikologis yang cukup berat. Dampak psikologis yang dialami yaitu munculnya perasaan frustasi, depresi, isolasi, marah dan rasa bersalah perasaan tidak sempurna dan kurang 8 berarti. Selain itu, infertilitas berdampak buruk terhadap hubungan suami isteri. Mereka menjadi jauh satu sama lainnya, hubungan menjadi kurang harmonisan kehidupan seks antara suami tidak lagi hangat dan mesra. Dampak dari kondisi infertilitas juga dialami oleh suami berupa perasaan sedih, tidak berguna, rendah diri dan merasa bersalah pada pasangannya Wirawan dan Setiadi, 2003. Perasaan yang dirasakan oleh pasangan bukan hanya karena kondisi infertilitas saja,akan tetapi pemeriksaan, pengobatan dan penanganan yang terus menerus membuat wanita merasa kehilangan kepercayaan diri dan perasaan serba tidak enak Kasdu, 2002. 2.1.4 Penanganan dan Pengobatan Penanganan pasangan infertilitas sangat beragam, tergantung sumber gangguannya. Untuk itu penting untuk mengetahui penyebabnya, yang dilakukan dengan berbagai pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan lalu diupayakan penanganan sesuai dengan jenis gangguan. Penanganan dapat berupa pemberian obat-obatan untuk mengatasi gangguan kesuburan dengan cara memicu pertumbuhan sel telur, mengatasi endometriosis, pengobatan hormon pria untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sperma. Sekarang juga dikenal adanya teknologi reproduksi yang dibantu seperti Inseminasi Intra Uterine IIU, GIFT Gamet Intra Fallopian Tube, ZIFT Zygote Intra Fallopian Transfer, Fertilisasi In Vitro FIV dan lain sebagainya Kasdu, 2002 Selain faktor fisik, dalam penanganan ini, juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor psikis yang berasal dari pasangan diantaranya, saling mengerti dan memahami perlunya upaya keterlibatan pasangan, mengerti konsep dasar tentang 9 masalah kesuburan sehingga tercipta saling pengertian. Ketersediaan waktu, dana, serta mengambil resiko terhadap kegagalan.

2.2 Konsep Mekanisme Koping