Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Landasan Teori

desa mandiri. Namun dibalik hal tersebut sangat penting untuk diketahui seberapa besar efektifitas program tersebut terhadap masyarakat yang mengikuti program- program yang diberikan pemerintah. Dan hal tersebut merupakan alasan mengapa penulis tertarik untuk meneliti dampak program Demapan terhadap pendapatan masyarakat di Kelurahan Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana mekanisme penentuan penerima program Demapan di daerah penelitian? 2. Bagaimana perkembangan program Demapan di daerah penelitian? 3. Bagaimana dampak program Demapan terhadap tingkat pendapatan masyarakat di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui mekanisme penentuan penerimaan program Demapan di daerah penelitian. 2. Mengetahui perkembangan program Demapan di daerah penelitian. 3. Mengetahui dampak program Demapan pada tingkat pendapatan masyarakat di daerah penelitian. Universitas Sumatera Utara

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam upaya menentukan program kedepan yang lebih tepat. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan substansi penelitian ini. 3. Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal BIMAS. Tujuan dibentuknya program tersebut adalah untuk meningkatkan produksi, meningkatkan penggunaan teknologi baru dalam usahatani dan peningkatan produksi pangan secara nasional. Dalam perjalanannya, program BIMAS dan kelembagaan kredit petani mengalami banyak perubahan dan modifikasi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebijakan Hasan, 1979 dalam Lubis 2005. Pada Tahun 1985, kredit BIMAS dihentikan dan diganti dengan Kredit Usaha Tani KUT sebagai penyempurnaan dari sistem kredit massal BIMAS, dimana pola penyaluran yang digunakan pada saat itu adalah melalui KUD. Sejalan dengan perkembangannya, ternyata pola yang demikian banyak menemui kesulitan, utamanya dalam penyaluran kredit. Selanjutnya perkembangan bentuk program bantuan penguatan modal dari pemerintah lainnya adalah kredit ketahanan pangan KKP. Program KKP diperkenalkan oleh pemerintah pada Oktober 2000 sebagai pengganti KUT. Program KKP merupakan bentuk fasilitasi modal untuk usahatani tanaman pangan padi dan palawija, tebu, peternakan, perikanan dan pengadaan pangan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan pendapatan petani Lubis, 2005 Universitas Sumatera Utara Tahun 2002, pemerintah melalui Departemen Pertanian mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam berusaha berupa program fasilitasi Bantuan Langsung Masyarakat BLM. Program BLM ini diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat yang mencakup bantuan modal untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi produktif, bantuan sarana dan prasarana dasar yang mendukung kegiatan sosial ekonomi, bantuan pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung penguatan kegiatan sosial ekonomi, bantuan penguatan kelembagaan untuk mendukung pengembangan proses hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi secara berkelanjutan melalui penguatan kelompok masyarakat dan unit pengelola keuangan, dan bantuan pengembangan sistem pelaporan untuk mendukung pelestarian hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi produktif Sumodiningrat, 1990 dalam Kasmadi, 2005. Kata kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang artinya percaya, maka dalam arti luas kredit diartikan kepercayaan. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah percaya kepada si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan yang mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu. Menurut Undang-Undang Perbankan No.7 Tahun 1992 tentang pokok- pokok perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Kredit sangat dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi mempunyai tiga komponen penting, yaitu Universitas Sumatera Utara pertumbuhan, perubahan struktur ekonomi dan pengurangan jumlah kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh adanya peningkatan produksi output. Peningkatan produksi hanya dapat dicapai dengan cara menambah jumlah input atau dengan cara menerapkan teknologi baru. Penambahan input maupun penggunaan teknologi baru akan selalu diikuti dengan penambahan modal. Dengan kata lain, pelaksanaan pembangunan berarti pula peningkatan penggunaan modal. Modal yang digunakan bersumber dari modal sendiri atau dari modal pinjaman kredit. Namun, mengingat modal sendiri umumnya relatif sedikit, maka kebutuhan akan kredit yang tersedia tepat waktu sangat diperlukan. Berdasarkan kepentingannya jenis kredit dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kredit produksi dan kredit konsumsi. Kredit produksi diberikan kepada peminjam untuk membiayai kegiatan usahanya yang bersifat produktif. Sedangkan kredit konsumsi diberikan kepada peminjam yang kekurangan dana membiayai konsumsi keluarga. Menurut Suyatno 2006, dalam transaksi kredit terdapat unsur-unsur kredit, yaitu: 1. Kepercayaan Merupakan keyakinan dari pihak pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang. Kepercayaan ini timbul karena sebelumnya pihak pemberi kredit telah melakukan penyelidikan dan analisa terhadap kemampuan dan Universitas Sumatera Utara kemauan calon nasabah dalam membayar kembali kredit yang akan disalurkan. 2. Suatu masa yang akan memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterimanya kembali pada masa yang akan datang. 3. Degree of Risk Suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterimanya pada masa yang akan datang. Semakin lama jangka panjang waktu kredit yang diberikan semakin tinggi resiko yang dihadapinya, karena dalam waktu tersebut terdapat juga unsur ketidakpastian yang tidak diperhitungkan. Keadaan inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Oleh karena itu, dalam pemberian kredit timbul adanya jaminan. 4. Prestasi atau Objek Kredit Pemberian kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat diberikan dalam bentuk barang dan jasa, namun dapat dinilai dengan bentuk uang. Dalam prakteknya transaksi kredit pada umumnya adalah menyangkut uang. Universitas Sumatera Utara Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan, maka kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pun berubah untuk lebih baik. Tahun 2006, pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mencanangkan program baru yang diberi nama Program Desa Mandiri Pangan.

2.1.1 Program Desa Mandiri Pangan

Kegiatan Demapan merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin di desa rawan pangan, dengan karakteristik: kualitas sumberdaya masyarakat rendah, sumber daya modal terbatas, akses teknologi rendah, dan infrastruktur perdesaan terbatas. Komponen kegiatan Demapan meliputi: 1 pemberdayaan masyarakat; 2 penguatan kelembagaan; 3 pengembangan Sistem Ketahanan Pangan; dan 4 integrasi program sub sektor dan lintas sektor dalam menjalin dukungan pengembangan sarana prasarana perdesaan. Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui: 1 pelatihan; 2 pendampingan; dan 3 peningkatan akses untuk pengembangan kerjasama partisipasi inklusif, kapasitas individu, kapasitas kelembagaan masyarakat, sosial dan ekonomi, serta ketahanan pangan. Sasaran pemberdayaan ditujukan untuk mengembangkan kelembagaan aparat, kelembagaan masyarakat, dan kelembagaan pelayanan di perdesaan. Sehingga diharapkan terjadi perubahan dinamika masyarakat dalam perencanaan dan berkelompok untuk menanggulangi kerawanan pangan di desanya, serta penumbuhan kelembagaan di desa yang dikelola oleh masyarakat untuk penguatan modal dan sosial. Melalui fasilitasi pemerintah, kelembagaan dibangun untuk mampu mengoptimalkan input: sumber daya alam, sumber daya manusia, dana, teknologi, dan kearifan lokal untuk menggerakan sistem ketahanan pangan, melalui: 1 Universitas Sumatera Utara subsistem ketersediaan pangan dalam peningkatan produksi dan cadangan pangan masyarakat; 2 subsistem distribusi yang menjamin kemudahan akses fisik, peningkatan daya beli, serta menjamin stabilisasi pasokan; dan 3 subsistem konsumsi untuk peningkatan kualitas pangan dan pengembangan diversifikasi pangan. Sehingga diharapkan LKD sudah berfungsi sebagai layanan modal; posyandu bersama kader gizi dan PKK sudah aktif; sistem ketahanan pangan dalam aspek ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan sudah bekerja; serta koordinasi program lintas subsektor dan sektor sudah dirintis untuk rencana pembangunan sarana prasarana perdesaan yang mendukung ketahanan pangan. Upaya peningkatan ketahanan pangan masyarakat melalui berbagai fasilitasi tersebut, memerlukan dukungan koordinasi dan integrasi subsektor dan lintas sektor, yang diimplementasikan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin dan pembangunan sarana prasarana perdesaan. Bekerjanya mekanisme tersebut, diharapkan dapat mencapai output yang diinginkan, antara lain: 1 terbentuknya kelompok-kelompok afinitas; 2 terbentuknya LKD; dan 3 tersalurnya dana Bansos untuk usaha produktif. Sehingga diharapkan terdapat kemajuan sumber pendapatan, peningkatan daya beli, gerakan tabungan masyarakat, peningkatan ketahanan pangan rumah tangga, peningakatan pola pikir masyarakat, serta peningkatan keterampilan dan pengetahuan masyarakat.

1. Ruang lingkup

Kegiatan Demapan dilaksanakan dalam empat tahap: persiapan, penumbuhan, pengembangan, dan kemandirian. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat miskin, penguatan kelembagaan Universitas Sumatera Utara masyarakat dan pemerintah desa, pengembangan sistem ketahanan pangan, dan peningkatan koordinasi lintas 2 subsektor dan sektor untuk mendukung pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana perdesaan. 2. Tujuan Program Desa Mandiri Pangan memiliki tujuan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat miskin pedesaan dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki atau dikuasainya secara optimal, dalam mencapai kemandirian pangan rumah tangga dan 3. Sasaran Sasaran kegiatan Demapan adalah Rumah tangga miskin di desa rawan pangan untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan masyarakat. 4. Indikator keberhasilan Mengingat sasaran akhir kegiatan Demapan untuk mewujudkan kemandirian pangan masyarakat miskin di desa rawan pangan, maka indikator keberhasilannya berada pada perwujudan kemandirian pangan tingkat desa dan masyarakat sebagai berikut: 1. Output a. Terbentuknya kelompok-kelompok afinitas; b. Terbentuknya Lembaga Keuangan Desa LKD; c. Tersalurnya dana Bansos untuk usaha produktif; 2. Outcome a. Terbentuknya kelompok usaha produktif; b. Berperannya lembaga permodalan; c. Meningkatnya usaha produktif; Universitas Sumatera Utara 3. Benefit Meningkatnya pendapatan, daya beli, dan akses pangan masyarakat 4. Impact Terwujudnya ketahanan pangan dan gizi masyarakat 5. Kegiatan Umum Desa Mandiri Pangan Berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam Kegiatan Demapan, dirancang selama empat tahun dalam empat tahap, meliputi tahap: persiapan, penumbuhan,pengembangan, dan kemandirian. Kegiatan yang dilakukan adalah: seleksi lokasi desa dan penyusunan data dasar desa, sosialisasi kegiatan, penumbuhan kelembagaan, pendampingan, pelatihan, pencairan dan pemanfaatan dana Bansos, serta monitoring, evaluasi dan pelaporan. 6. Kegiatan Demapan per Tahapan Kegiatan Demapan dilakukan selama empat tahap, dengan rincian seperti pada Gambar 1. Universitas Sumatera Utara Gambar 1 . Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Demapan TAHAPAN KEGIATAN Persiapan Seleksi Lokasi Sasaran, Penetapan Pendamping, Penetapan Koordinator Pendamping, Penyusunan Data Dasar Desa, Penetapan kelompok, Penetapan TPD, penumbuhan LKD, Sosialisasi Kegiatan, Pendampingan, Penyusunan RPWD, Pelatihan, Penyaluran Bansos. • Pemberdayaan masyarakat melalui: pelatihan, peningkatan aksessibilitas masyarakat, dan penguatan kelembagaan; • Pengembangan sistem ketahanan pangan untuk pembangunan sarana cadangan pangan, dan penguatan dasa wisma dalam penganekaragaman konsumsi. • Koordinasi lintas sektor untuk dukungan sarana dan prasarana perdesaan. • Pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan keterampilan dan akses permodalan; • Pengembangan sistem ketahanan pangan dengan penumbuhan cadangan pangan dan pemanfaatan sumberdaya pangan. • Dukungan lintas sektor untuk dukungan pembangunan sarana dan prasarana perdesaan. • Pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan layanan dan jaringan usaha • Pengembangan sistem ketahanan pangan untuk pengembangan diversifikasi produksi, pengembangan akses pangan, pengembangan jaringan pemasaran, dan penganekaragaman konsumsi; • Pemanfaatan, pemeliharaan sarana dan prasarana perdesaan. Penumbuhan Pengembangan Kemandirian Universitas Sumatera Utara

2.2 Landasan Teori

Sejak pemerintahan dijaman orde baru telah meluncurkan kredit program yang diawali dengan kredit Bimas guna mendukung ketersediaan modal petani. Dari waktu ke waktu model program kredit pertanian ini telah mengalami perubahan, baik yang terkait dengan prosedur penyaluran, besaran dan bentuk kredit, bunga kredit maupun tenggang waktu pengembalian. Pemerintah juga memberikan bantuan modal dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat BLM atau dana bergulir, maupun subsidi bunga. Bantuan yang selama ini sudah berjalan adalah; 1 Bentuk Bantuan Langsung Masyarakat BLM; 2 Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat BPLM; 3 Kredit Ketahanan Pangan KKP; 4 Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan DPM-LUEP; 5 Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggota KKPA. Dari program pemerintah tersebut telah dikaji dalam penelitian terdahulu yang telah diteliti oleh oleh masing-masing yaitu; 1 Kasmadi 2005; 2 Filtra 2007; 3 Lubis2005; 4 Sume 2008; 5 Perdana 2007. Dalam penelitian terdahulu terdapat beberapa alat analisis yang digunakan dalam mengukur keberhasilan program bantuan permodalan petani yaitu ; 1 uji t; 2 uji regresi logistik; 3 analisis pendapatan usaha tani. Untuk uji t terdapat pada penelitian kasmadi 2005 yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan dampak BLM terhadap kemandirian petani ternak di kelompok tani ternak Desa Tambun Jaya dan Tambun Raya Kecamatan Barasang. Uji t yang digunakan berfungsi untuk melihat apakah apakah ada perbedaan pendapatan setelah adanya pemeberian bantuan modal tersebut. Dari hasil uji t menunjukkan bahwa BLM Universitas Sumatera Utara yang diberikan kepada kelompok tani sangat bermanfaat dan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani. Untuk uji regresi logistik terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Filtra 2007. Uji regresi logistik yang digunakan berfungsi untuk melihat apakah ada pengaruh dari pinjaman kredit pemerintah terhadap pertambahan pendapatan petani. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa program BPLM di Kabupaten Agam di nilai berhasil sehingga layak uuntuk dilanjutkan. Kemudian untuk alat analisis pendapatan usahatani terdapat pada penelitian Lubis 2005, Sume 2008, Perdana 2007. Analisis pendapatan usahatani ini dipakai peneliti untuk melihat bahwa dengan adanya bantuan permodalan berupa kredit yang diberikan kepada petani akan mengakibatkan petambahan pendapatan, kemudahan dalam mendapatkan saprodi, pasar dan yang lainnya. Dengan terbantunya petani dalam pengadaan saprodi dan pemasaran maka mengakibatkan pertambahan pendapatan yang baik dari sebelum adanya program bantuan tersebut. Menurut Didik 2010 pengertian dampak secara umum adalah segala sesuatu yang ditimbulkan akibat adanya ‘sesuatu’. Dampak itu sendiri juga bisa berarti konsekuensi sebelum dan sesudah adanya ‘sesuatu’. Dampak dapat mengakibatkan sesuatu hal yang positif dan yang negatife dari adanya ‘sesuatu’ tersebut. Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2004, kata “income diartikan sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan, penghasilan income meliputi baik pendapatan revenue maupun keuntungan gain”. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas usaha yang dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa fees, Universitas Sumatera Utara bunga, dividen, royalti dan sewa.” Definisi tersebut memberikan pengertian yang berbeda dimana income memberikan pengertian pendapatan yang lebih luas, income meliputi pendapatan yang berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan maupun yang berasal dari luar operasi normalnya. Sedangkan revenue merupakan penghasil dari penjualan produk, barang dagangan, jasa dan perolehan dari setiap transaksi yang terjadi. Pengertian pendapatan dikemukakan oleh Dyckman 2002 bahwa pendapatan adalah “arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban atau kombinasi dari keduanya selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung”. Pendapatan dapat dihitung dengan rumus : I = TR – TC Keterangan : I = IncomePendapatan TR = Total penerimaan yang akan diperoleh seorang produsen apabila memproduksi sejumlah unit barang tertentu. TC = Biaya total yang merupakan jumlah dari biaya tetap dengan biaya variabel Anonimus, 2010. Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Pemikiran