kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi. Kenudian dipengaruhi oleh emosi dan gaya hidup Asmadi, 2008. Dan yang sangat berpengaruh yaitu status
kesehatan yang mana pada orang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar O
2
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tatapi pada kondisi sakit tertentu proses oksigenasi tersebut dapat terhambat sehingga mengganggu
pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh Mubarak Chahyati, 2008. Gangguan fungsi pernapasan salah satunya yaitu perubahan pola napas. Salah
satu masalah keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu gangguan pada pola nafas. Tidak efektifnya pola nafas ini merupakan suatu kondisi dimana pola
napas yaitu inspirasi dan ekspirasi menunjukkan tidak normal Asmadi , 2008. Pola napas mengacu pada frekuensi, volume, irama dan usaha pernapasan. Pola
napas yang normal aupnea ditandai dengan pernapasan yang tenang, berirama dan tanpa usaha.pada pola nafas tidak efektif maka akan terjadi peningkatan pada
frekuensi, volume,irama, dan adanya usaha pernapasan. Perubaha pola napas yang umum adalah takipnea, bradipnea, hiverventilasi, napas kussmaul, hivoventilasi,
dispnea dan ortthopnea Mubarak Chayatin, 2008.
I. Pengkajian
Pengkajian keperawatan untuk status oksigenasi meliputi riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik.
a. Riwayat keperawatan
Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian tentang. -
Masalah pada pernapasan dulu dan sekarang -
Riwayat penyakit atau masalah pernapasan nyeri, paparan lingkungan atau geografi, batuk, bunyi napas mengi, faktor resiko penyakit paru,
frekuensi infeksi pernapasan, masalah penyakit paru masa lalu dan penggunaan obat.
- Adanya batuk dan pengangan
- Kebiasaan merokok
- Masalah pada fungsi sistem kardiovaskuler, kelemahan atau dispnue.
Universitas Sumatera Utara
- Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi riwayat
hipertensi, penyakit jantung, penyakit kronis, dan penyakit metabolik, merokok, diet tinggi lemak, obesitas, peningkatan kolestrol.
- Riwayat penggunaan medikasi
- Stressor yang dialami
- Status atau kondisi kesehatan.
b. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi pada saat inspeksi yang diamati tingkat kesadaran klien,
penampilan umum, postur tubuh, kondisi kulit, dan membaran mukosa, dada kontur rongga interkosta ; diameter anteroposterior
AP; struktur thoraks, pergerakan dinding dada, pola nafas frekuensi dan kedalaman pernapasan, durasi inspirasi dan ekspirasi,
ekspansi dada secra umum adanya sianosis , adanya deformitas dan jaringan parut pada dada, dll Mubarak Chayatin, 2008.
- Palpasi, tujuan pemeriksaan palpasi rongga dada meliputi untuk
melihat adanya kelainan pada dinding thoraks. Kelaianan mungkin yang didapatkan pada pemeriksaan ini antara lain nyeri tekan dan
adanya emfisema subkutis Muttaqin, 2009. Palpasi dilakukan dengan cara meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar diatas dada
pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan menyebutkan “tujuh-tujuh” secra
berulang.normalnya fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat. Palpasi juga dilakukan untuk mengkaji temperatur kulit,
abnormalitas kelenjar dan massa, sirkulasi perifer, denyut nadi Mubarak Chayatin, 2008.
- Perkusi. Secara umum perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran
dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara didalam paru. Perkusi dilakukan dengan cara
menekankan jari temgah non-dominam pemeriksa mendatar diatas dada pasien. Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan
menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk sebelahnya. Normalnya dada akan menghasilkan bunyi resonan atau gaung
Universitas Sumatera Utara
perkusi. Pada penyakit tertentu misal pnemonie thoraks dan emfisema adanya udara pada dada dan paru-paru akan menimbulkan
bunyi hipersonan atau bunyi drum Mubarak Chayatin, 2008. -
Auskultasi. Auskultasi sangat berguna dalam mengkaji aliran udara
melalui pohon bronkial dan dalam megevaluasi adanya cairan obstruksi dalam struktur paru. Untuk menentukan kondisi paru-paru,
pemeriksa mengauskultasi bunyi napas normal, bunyi napas tambahan, dan bunyi suara arif muttaqin, 2009. Auskultasi dapat
dilakukan langsung atau dengan menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi dan
kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Auskultasi
dilakukan untuk mendengarkan bunyi napas vesikuler, bronkhial, bronkovesikuler, rales, ronchi, whizing serta untuk mengetahui adanya
bunyi napas serta lokasi dan waktu terjadinya Mubarak Chahyati,2008.
c. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi, dan oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik
antara lain. -
Penilaian ventilasi dan oksigenasi ; uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
- Tes struktur sistem pernapasan : sinar-x dada, bronkoskopi, scan paru.
- Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit, torakentesis Mubarak Chahyati,2008
Universitas Sumatera Utara
II. Analisa Data