Penatalaksanaan Cemento Ossifying Fibroma Mandibula Dengan Enukleasi Dan Pemasangan Bridging Plate

(1)

PENATALAKSANAAN

CEMENTO OSSIFYING FIBROMA

MANDIBULA DENGAN ENUKLEASI DAN

PEMASANGAN BRIDGING PLATE

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

YOGI OLHARI NIM : 070600038

DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2011

Yogi Olhari

Penatalaksanaan Cemento Ossifying Fibroma Mandibula dengan Enukleasi dan Pemasangan Bridging Plate.

ix + 33 halaman

Cemento ossifying fibroma merupakan suatu neoplasma fibro osseus benigna yang tumbuh lambat mengenai tulang, bersifat asimtomatik dan sering ditemukan pada dekade kedua dan ketiga dari kehidupan, biasanya terjadi pada penderita usia muda. Kebanyakan lesi ini berlokasi di mandibula di bandingkan maksila dan biasanya wanita lebih dominan daripada pria.

Berdasarkan gambaran histopatologisnya cemento ossifying fibroma dikarakteristik sebagai lesi yang memiliki batas jelas dan berkapsul. Kapsul ini terdiri dari jaringan fibrous yang sangat seluler dengan trabekula yang menyebar pada lamelar tulang.

Beberpa lesi yang dapat menjadi dignosa banding dari cemento ossifying fibroma adalah fibrous dysplasia, juvenile (aggressive) ossifying fibroma, focal cemento osses dysplasia, peripheral giant cell granuloma, calcifying epithelial odontogenik tumor .


(3)

Perawatan cemento ossifying fibroma dapat dilakukan secara ekstirpasi, enukleasi, dan reseksi tergantung besar lesi. Cemento ossifying fibroma mempunyai massa berkapsul sehingga mudah dipisahkan dari tulang normal sekitarnya. Enukleasi harus dilakukan dengan cermat berdasarkan pemeriksaan klinis, biopsi dan radiografis sebagai pemeriksaan penunjang sehingga diagnosa yang tepat dapat ditegakkan dan memperkecil timbulnya keadaan patologis di kemudian hari.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan Di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 9 Februari 2011

Pembimbing : Tanda Tangan

Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM ... NIP: 1949 10116 197903 100 1


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 9 Februari 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Abdullah, drg

ANGGOTA : 1. Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM 2. Indra Basar Siregar, drg.,M.Kes


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Eddy A. Ketaren, drg., SpBM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi USU.

3. Dosen pembimbing akademik, Irmansyah. Drg.,Ph.D yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sejak awal semester kuliah di FKG USU.

4. Seluruh staf pengajar FKG USU khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial yang telah memberikan ilmu dan bimbingan di Bidang Kedokteran Gigi, semoga Allah SWT memberikan pahala yang tidak terputus.

5. Teristimewa kepada ibunda tercinta, Darnawati dan ayahanda Khairunnas, ST yang telah memberikan kasih sayang, didikan, do’a dan dukungan baik moril maupun materil dan hanya Allah SWT saja yang dapat membalasnya.

6. Sahabat-sahabat penulis, abang Eko Surtyanto, abang Andryas, abang Anwar, abang Amir, Abang Franky, Abang Aizat, Abang Wansu, Yusuf, Ridwan, Defi,


(7)

v

Fauzan, Rudi, Razak, Zakwan,Rezi, Mike, Kak Wilna, Lia, Lini, Desi, Ruri, Febri, Yulia seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan seluruhnya, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 4 Januari 2011 Penulis,

( YOGI OLHARI) NIM : 070600038


(8)

vi DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 CEMENTO OSSIFYING FIBROMA ... 3

2.1 Definisi ... 3

2.2 Etiologi ... 4

2.3 Patofisiologi... 4

BAB 3 DIAGNOSA CEMENTO OSSIFYING FIBROMA ... 7

3.1 Pemeriksaan Klinis ... 7

3.2 Pemeriksaan Radiografis ... 11

3.3 Pemeriksaan Histopatologis ... 15

3.4 Diagnosa Banding ... 18

BAB 4 PERAWATAN CEMENTO OSSIFYING FIBROMA ... 20

4.1 Enukleasi ... 20

4.2 Reseksi ... 21

BAB 5 PENATALAKSANAAN CEMENTO OSSIFYING FIBROMA MANDIBULA DENGAN ENUKLEASI DAN PEMASANGAN BRIDGING PLATE ... 23

5.1 Persiapan Pra Bedah ... 23

5.2 Tindakan Bedah ... 26

5.3 Perawatan Pasca Bedah ... 28


(9)

vii

BAB 6 KESIMPULAN ... 29 DAFTAR PUSTAKA ... 31


(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Gambaran ekstra oral berupa pembengkakan yang besar pada regio

bukal kiri mandibula dan menyebabkan wajah asimetris ... 9 Gambar 2 Gambaran klinis intraoral cemento ossifying fibroma pembengkakan

pada kiri mandibula yang meluas ke mukosa bukal kiri ... 10 Gambar 3 Gambaran radiolusen awal cemento ossifying fibroma pada daerah

edentulus prosesus alveolaris ... 11 Gambar 4 Gambaran radiografi menunjukkan area campuran radipak dan

radiolusen yang berbatas jelas pada regio 46 sampai 48 dan tampak batas inferior mandibula yang masih utuh ... 12 Gambar 5 CT scan foto menunjukkan lesi juga ekspansi kearah

bukal dan lingual ... 13 Gambar 6 Gambaran panoramik yang menunjukkan lesi tidak beraturan,

lesi menunjukkan batas jelas yang menunjukkan area dengan bintik-bintik radiolusen ... 14 Gambar 7 Gambaran mikroskopis menunjukkan adanya batas perifer dan

kapsul pada cemento ossifying fibroma ... 15 Gambar 8 Sel yang mengandung banyak osteoblast pada permukaannya


(11)

ix

Gambar 9 A. Stroma dari proliferasi fibroblast dengan kelompok materi sementum. B. Proliferasi sel yang berbentuk spindel dengan

berbagai bentuk dari trabekula tulang, menunjukkan osteoblastik

yang melingkar pada sekeliling trabekula. ... 17

Gambar 10 Gambaran histologi terlihat pembentukan material keras sementum

yang dikelilingi proliferasi sel-sel fibrous immature yang padat (hight celularity) ... 18

Gambar 11 Reseksi segmental mandibula ... 21 Gambar 12 Beberapa tipe reseksi mandibula. A. Reseksi marginal atau

segemental mandibula dimana tidak mengganggu kontinuitas mandibula. B dan C. Reseksi mandibula parsial ... 22 Gambar 14 a. jaringan tumor yang telah terangkat. b. Pemeriksaan ruang bekas

tumor dan pastikan tumor sudah terangkat semua ... 27 Gambar 15 Pemasangan bridging plate untuk menjaga kontinuitas tulang ... 28


(12)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Distribusi kasus-kasus cemento ossifying fibroma menurut lokasi ... 5 Tabel 2 Distribusi kasus-kasus cemento ossifying fibroma mandibula


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2011

Yogi Olhari

Penatalaksanaan Cemento Ossifying Fibroma Mandibula dengan Enukleasi dan Pemasangan Bridging Plate.

ix + 33 halaman

Cemento ossifying fibroma merupakan suatu neoplasma fibro osseus benigna yang tumbuh lambat mengenai tulang, bersifat asimtomatik dan sering ditemukan pada dekade kedua dan ketiga dari kehidupan, biasanya terjadi pada penderita usia muda. Kebanyakan lesi ini berlokasi di mandibula di bandingkan maksila dan biasanya wanita lebih dominan daripada pria.

Berdasarkan gambaran histopatologisnya cemento ossifying fibroma dikarakteristik sebagai lesi yang memiliki batas jelas dan berkapsul. Kapsul ini terdiri dari jaringan fibrous yang sangat seluler dengan trabekula yang menyebar pada lamelar tulang.

Beberpa lesi yang dapat menjadi dignosa banding dari cemento ossifying fibroma adalah fibrous dysplasia, juvenile (aggressive) ossifying fibroma, focal cemento osses dysplasia, peripheral giant cell granuloma, calcifying epithelial odontogenik tumor .


(14)

Perawatan cemento ossifying fibroma dapat dilakukan secara ekstirpasi, enukleasi, dan reseksi tergantung besar lesi. Cemento ossifying fibroma mempunyai massa berkapsul sehingga mudah dipisahkan dari tulang normal sekitarnya. Enukleasi harus dilakukan dengan cermat berdasarkan pemeriksaan klinis, biopsi dan radiografis sebagai pemeriksaan penunjang sehingga diagnosa yang tepat dapat ditegakkan dan memperkecil timbulnya keadaan patologis di kemudian hari.


(15)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

Tumor merupakan suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal, tidak terkendali, dan tidak berguna bagi tubuh. Pada garis besarnya tumor dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu: tumor ganas dan tumor jinak. Tumor ganas mempunyai pertumbuhan yang cepat dan infiltratif kedalam jaringan induknya, dapat mengikuti pembuluh limfe atau pembuluh darah, dan bersifat metastase yaitu dapat tumbuh ditempat lain yang jauh dari tempat induknya, contoh dari tumor ini antara lain: osteosarkoma, fibrosarkoma, khondrosarkoma, limphosarkoma, liposarkoma. Tumor jinak mempunyai ciri-ciri pertumbuhan yang lambat, pada tumor ini dijumpai adanya kapsul, tumbuh secara ekspansif dan tidak bermetastase, contoh dari tumor ini: osteoma, miksoma, ameloblastoma, cemento ossifying fibroma.1,2

Cemento ossifying fibroma pada tulang rahang pertama kali dilaporkan pada tahun 1865 di Inggris. Secara umum terdiri dari jaringan fibrous yang memiliki campuran dari trabekula tulang dan sementum. Para ahli menyatakan bahwa cemento ossifying fibroma adalah suatu proses neoplastik yang jarang ditemukan dan berasal dari elemen-elemen yang terdapat didalam jaringan periodontal. Sebagai reaksi terhadap berbagai rangsangan yang terjadi pada sel jaringan periodontal, maka jaringan periodontal akan memproduksi lesi yang terdiri dari sementum, tulang lamelar, jaringan fibrous atau kombinasi ketiganya.3

Secara klinis cemento ossifying fibroma tanpa disertai rasa sakit, pertumbuhannya lambat pada rahang, dan biasanya terjadi pada dekade kedua dan


(16)

2 keempat. Jenis tumor ini banyak dijumpai pada wanita dibandingkan dengan pria. Sebagian besar cemento ossifying fibroma terdapat pada regio premolar-molar dan tampak lebih agresif pada penderita usia muda.4,5

Secara klinis, radiografis, dan gambaran histopatologis tidak sulit untuk menegakkan diagnosa cemento ossifying fibroma, tetapi pembesaran tumor ini dapat menunjukkan variasi dalam bentuk neoplastiknya. Oleh karena itu sangat penting untuk memperkirakan bentuk tumor ketika akan direncanakan suatu tindakan bedah yang tujuannya untuk mengeliminasi tumor secara menyeluruh dan mencegah kembalinya tumor, dan pada waktu yang sama tindakan ini dapat mengembalikan estetis dan gangguan fungsional pada pasien.5

Penatalaksanaan cemento ossifying fibroma tergantung hasil pemeriksaan klinis, histopatologis, dan radiografis dari aktifitas kerusakan tulang. Cemento ossifying fibroma dapat dirawat dengan bedah enukleasi atau kuretase karena lesi ini mempunyai massa berkapsul sehingga dapat dipisahkan dengan mudah dari tulang normal sekitarnya. Bahkan meskipun cemento ossifying fibroma mencapai ukuran besar, dapat dipisahkan dari jaringan sekitarnya sehingga dapat diambil secara keseluruhan. Rekonstruksi pasca enukleasi dapat dengan pemasangan kawat (kirschner wire), bridging plate atau dengan autoplantasi dari tulang iga atau tulang pinggul.1,3,5,10

Skripsi ini akan membahas tentang pengertian, etiologi, gambaran histopatologis, gambaran klinis, dan gambaran radiografis cemento ossifying fibroma pada mandibula serta perawatan yang dilakukan.


(17)

3 BAB 2

CEMENTO OSSIFYING FIBROMA

2.1 Definisi

Cemento ossifying fibroma adalah salah satu bentuk neoplasma fibro-osseus benigna yang terdiri dari sel tulang yang abnormal dan sementum dalam jaringan ikat fibrous. Selama perkembangannya cemento ossifying fibroma menunjukkan tiga tahap yang berbeda. Pada tahap awal osteolytic stage, tumor ini hanya terdiri dari jaringan seluler dan tidak terdapat materi kalsifikasi. Gambaran ini menunjukkan sementum yang immature dan tampak gambaran radiolusen. Pada tahap kedua disebut cementoblastic stage, pada tahap ini sementum terdapat pada massa fibrous, terkalsifikasi dan menunjukkan gambaran radiopak. Pada tahap akhir, mature inactive stage semua massa terkalsifikasi dan berkapsul.8,14

Cemento ossifying fibroma sering menunjukkan variasi dalam gambaran klinis, radiografis, dan histopatologis. Sebagian besar lesi ini tumbuh lambat dan tidak teridentifikasi oleh pasien hingga menimbulkan bengkak pada wajah, sementara itu pada beberapa kasus cemento ossifying fibroma bisa tumbuh dengan cepat dan menimbulkan gejala. Perawatan bedah yang inadekuat bisa menyebabkan rekurensi, oleh karena itu diagnosis dan rencana perawatan yang tepat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang baik.5


(18)

4 2.2 Etiologi

Faktor etiologi dari cemento ossifying fibroma belum jelas, namun beberapa ahli mengemukakan bahwa kemungkinan berhubungan dengan trauma, iritasi lokal yang kronis, infeksi, dan faktor herediter. Menurut penelitian, cemento ossifying fibroma ini diperkirakan berasal dari jaringan ikat periodontal, berupa lapisan jaringan ikat fibrous yang mengelilingi akar gigi. Jaringan ikat fibrous ini akan memproduksi lesi yang terdiri dari tulang dan sementum.3,10

2.3 Patofisiologi

Cemento ossifying fibroma ini bisa timbul dari setiap bagian tulang wajah dan tengkorak, dimana lebih dari 70% kasus-kasus melaporkan bahwa cemento ossifying fibroma timbul pada regio kepala dan leher terutama pada mandibula dan maksila. Lesi ini biasanya lebih banyak ditemukan di daerah mandibula daripada maksila. Urutan prevalensi lokasi cemento ossifying fibroma adalah posterior mandibula (61%), anterior mandibula (17%), posterior maksila (15%), dan anterior maksila (7%) (tabel 1).4,6


(19)

5

Tabel 1. Distribusi kasus-kasus cemento ossifying fibroma menurut lokasi (Mcdonald-Jankowski DS, Dentomaxillofacial radiology 1998; 27: 303)

Maksila: Maksila Mandibula Mandibula Anterior Posterior Anterior Posterior

Hamner dkk

(COF)

10:29 3 7 8 21 (OF) 10:26 6 4 4 22 Regezi dkk 1:9 1 0 0 9 Eversole dkk 7:57 4 3 11 46 Scuiba dan youni 4:14 1 3 3 11 Su dkk 22:53 3 19 12 41 Mcdonald-Jankowski 3:17 1 2 7 10 Total 57:205 19(7%) 38(15%) 45(17%) 160(61% ) COF=Cemento ossifying fibroma; OF= Ossifying fibroma

Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa cemento ossifying fibroma juga dapat ditemukan pada tulang nasal, orbital, sinus ethmoid, sinus sphenoid, sinus maksilaris, oksipital, tulang temporal, dan nasofaring. Pada tahun 1999, Kaufman dkk mendapatkan kasus cemento ossifying fibroma yang berada pada aurikular telinga kanan.10,11

Hipotesis Barner menyatakan bahwa etiopatogenesis dari cemento ossifying fibroma pada tulang mungkin disebabkan oleh iritasi (seperti pencabutan gigi) dimana dapat mengaktifkan produksi jaringan baru dari sisa membran periodontal. Trauma seperti pencabutan gigi dapat menyebabkan sisa jaringan periodontal melekat pada dinding alveolus yang bisa bertindak sebagai asal mula dari perkembangan cemento ossifying fibroma.9,10

Cakir dan Karadayi juga menyatakan bahwa terbentuknya cemento ossifying fibroma kadang-kadang tidak berhubungan dengan jaringan periodontal. Kemungkinan disebabkan oleh sel-sel mesenkim primitif berdiferensiasi seperti


(20)

6 membran periodontal untuk menghasilkan materi-materi kalsifikasi yang menyerupai tulang dan sementum.5,9

Brademan dkk juga menjelaskan bahwa jaringan periodontal yang ektopik berdiferensiasi dari sel mesenkim primitif pada tulang petrous yang mungkin bertindak sebagai penyebab perkembangan cemento ossifying fibroma pada daerah nasofaringeal dan trauma seperti whiplash mungkin merupakan salah satu faktor yang menginduksi proliferasi cemento ossifying fibroma. Cemento ossifying fibroma yang terdapat pada sinus ethmoid mungkin juga disebabkan oleh migrasi yang tidak sempurna dari mesenkim yang berdiferensiasi ke dalam jaringan periodontal.10


(21)

7

BAB 3

DIAGNOSA CEMENTO OSSIFYING FIBROMA MANDIBULA

Cemento ossifying fibroma merupakan lesi yang jarang dijumpai. Dalam penentuan diagnosis definitif membutuhkan gambaran klinis, radiografi, dan histopatologis yang akurat sehingga penatalaksanaannya sesuai indikasi.5

3.1 Pemeriksaan Klinis

Cemento ossifying fibroma sering ditemukan pada dekade kedua dan keempat dari kehidupan. Lesi ini biasanya dapat terjadi pada penderita dari berbagai usia tetapi biasanya ditemukan pada usia dewasa muda. Biasanya lesi ini terjadi pada rentang usia 20-40 tahun. Beberapa laporan kasus lain menyatakan cemento ossifying fibroma terjadi pada rentang usia 16-63 tahun. 5,8,14

Beberapa laporan penelitian cemento ossifying fibroma lebih dominan terjadi pada wanita dibanding pria. Perbandingan antara wanita dengan pria 5:1. Ada juga yang menyatakan dengan perbandingan 2:1. Sebagian besar lesi timbul pada regio premolar-molar mandibula.5,13,19


(22)

8

Tabel 2. Distribusi kasus-kasus cemento ossifying fibroma mandibula menurut usia (dalam dekade). Jumlah kasus cemento ossifying fibroma pada pria dan wanita dalam tanda kurung (Mcdonald-Jankowski DS, Dentomaxillofacial radiology 1998; 27: 303)

Dekad e Eversole Dkk Sciubba younai Summe rlin

Su dkk Mcdonald Jankowski

Total %tas e

% pria 1 1 (1:0) 1 (1:0) 1 12(8:4) 0 15(10:4) 7 71 2 8 (2:6) 5 (2:3) 9 19(9:10) 0 41(13:19) 18,5 41 3 18(4:14) 3 (1:2) 15 25(2:23) 5 (0:5) 66(7:44) 30 14 4 18(2:16) 3 (1:2) 8 12 (3:9) 7 (0:7) 48(6:34) 22 15 5 8(1:7) 4 (1:3) 6 7 (1:6) 3 (0:3) 28(3:19) 13 14 6 8 (0:8) 1 (0:1) 3 0 4 (0:4) 16(0:13) 7 0 7 3 (2:1) 1 (1:0) 0 0 0 4(3:1) 2 75 8 0 (0:0) 0 (0:0) 0 0 0 0

9 0 (0:0) 0 (0:0) 0 0 1 (0:1) 1(0:1) 0,5 0 Total 64(12:5) 18(7:11 42 75(23:52

)*

20(0:20) 219(42:13 5)

100

*perbedaan pria: wanita yang dikemukakan ole Su, dkk begitu mencolok

Secara klinis cemento ossifying fibroma tanpa disertai rasa sakit, pertumbuhannya lambat pada rahang dimana pergeseran gigi merupakan gambaran klinis awal dari cemento ossifying fibroma. Jika tumor ini timbul pada anak-anak disebut dengan juvenile aggressive cemento ossifying fibroma dimana terlihat pada usia muda, lebih agresif secara klinis, dan lebih vaskular pada pemeriksaan patologis. Secara umum cemento ossifying fibroma bersifat asimtomatis dan dapat menyebabkan wajah asimetris. Bagaimanapun lesi ini sering diabaikan oleh pasien sampai pertumbuhannya menyebabkan pembengkakan dan kecacatan dari wajah.4,5,7,9,22


(23)

9

Gambar 1. Gambaran ekstra oral berupa pembengkakan pada regio bukal kiri mandibula dan menyebabkan wajah asimetris. (Kamajaja DB.

Cemento ossifying fibroma of the jaws Den J majalah

kedokteran gigi. 2009; 42: 165)

Cemento ossifying fibroma memiliki batas yang jelas dari sekeliling tulang dan akan terus tumbuh besar dengan lambat sampai dihilangkan dengan bedah. Beberapa laporan kasus cemento ossifying fibroma pada mandibula menunjukkan perluasan pembengkakan ke arah bukal dengan tulang daerah lingual yang normal. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sapp dkk, yang menyatakan bahwa cemento ossifying fibroma sering ditandai dengan ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual.5


(24)

10

Gambar 2. Gambaran klinis intraoral cemento ossifying fibroma pembengkakan pada kiri mandibula yang meluas ke mukosa bukal kiri. (Kamadjaja DB. Cemento ossifying fibroma of the

jaws. Den J majalah kedokteran gigi. 2009; 42: 165)

Distribusi terjadinya cemento ossifying fibroma bervariasi diantara berbagai kelompok etnik yang berbeda. Cemento ossifying fibroma paling sering ditemukan pada penderita berkulit putih diikuti penderita berkulit hitam (negroid). Distribusi cemento ossifying fibroma pada kelompok etnik yang lain jarang dijumpai. Berdasarkan penelitian terhadap cemento ossifying fibroma yang dilakukan di Nigeria, dijumpai adanya pembengkakan, perubahan posisi gigi dan rasa sakit. Sedangkan penderita di Amerika (penduduk asli/urban) dijumpai tanpa simtom. Oleh karena itu cemento ossifying fibroma ditemukan tanpa kebetulan. Pada penelitian yang dilakukan MacDonal-Jankowski DS di Hongkong, 11 kasus ditemukan secara kebetulan, hanya 8 kasus cemento ossifying fibroma yang menimbulkan pembengkakan dan rasa sakit.10


(25)

11

3.2 Pemeriksaan Radiografis

Pemeriksaan radiografi sangat penting dalam mendiagnosa cemento ossifying fibroma karena sering diperlukan untuk membedakannya dengan lesi fibro-osseous lainnya. Berbagai teknik foto ronsen dapat dilakukan tergantung lokasi cemento ossifying fibroma. Radiografi periapikal dan panoramik dapat digunakan untuk semua kasus cemento ossifying fibroma. Pada kasus-kasus cemento ossifying fibroma mandibula, digunakan teknik true occlusal, sedangkan untuk cemento ossifying fibroma yang berlokasi di regio anterior kedua rahang digunakan teknik oblique anterior. Occipitomental dan lateral sinus view digunakan untuk kasus-kasus yang melibatkan antrum maksila.5,6

Gambar 3. Gambaran radiolusen awal cemento ossifying

fibroma pada daerah edentulous prosesus alveolaris (White

SC, Pharoah MJ. Oral radiology principles and

interpretation. United States: Mosby, 2000: 458)

Cemento ossifying fibroma terlihat berupa lesi unilokular atau multilokular yang berbatas jelas. Terdapat 3 pola batas dari gambaran radiografi cemento ossifying


(26)

12 fibroma yaitu gambaran lesi tanpa batas sklerotik, gambaran lesi dengan batas sklerotik, dan lesi dengan batas tidak jelas.5,18

Kematangan lesi akan menentukan derajat radiopak. Pada tahap awal lesi menunjukkan gambaran radiolusen yang sempurna, pada tingkat pertengahan lesi menunjukkan gambaran berupa campuran radiolusen-radiopak tergantung jumlah materi kalsifikasi dan pada tingkat akhir dapat terlihat gambaran radiopak yang sempurna.7,18

Gambar 4. Gambaran radiografi menunjukkan area campuran radiopak dan radiolusen yang berbatas jelas pada regio 46 sampai 48 dan tampak batas inferior mandibula yang masih utuh. (Jayachandran S, Sachdeva S.

Cemento-ossifying fibroma of mandible: report of two case. JIAOMR

2010; 22(1): 54)

Salah satu gambaran diagnostik yang penting dari cemento ossifying fibroma adalah bahwa terdapat suatu pola pertumbuhan sentrifugal. Oleh karena itu lesi tumbuh dengan ekspansi yang sama pada semua arah dan terlihat sebagai sebuah massa tumor yang bulat.5


(27)

13

Gambar 5. CT scan foto menunjukkan lesi juga ekspansi kearah bukal dan lingual dengan bentuk tulang trabekular terlihat jelas dalam lesi, korteks bukal mengalami erosi dan menjadi sangat tipis. (Syafriadi M. Patologi mulut tumor

neoplastik dan non neoplastik rongga mulut. Yogyakarta:

Andi, 2008: 21-9)

Efek cemento ossifying fibroma terhadap struktur sekitarnya antara lain; perubahan posisi gigi, dapat terjadi resorpsi akar, dan hilangnya lamina dura. Lesi ini dapat juga menyebabkan perubahan letak kanalis alveolaris inferior dan lantai sinus maksilaris.7,14


(28)

14

Gambar 6. Gambaran panoramik yang menunjukkan lesi tidak beraturan, lesi menunjukkan batas jelas dan tampak area dengan bintik-bintik radiolusen ini menandakan peningkatan kalsifikasi dari tumor. (Kamadjaja DB. Cemento ossifying fibroma of the jaws. Den J majalah kedokteran gigi. 2009; 42: 165)

Gambaran radiografi yang dilaporkan dalam literatur bervariasi (tabel 3). Pada penelitian yang dilakukan McDonald-jankowski DS, kebanyakan dijumpai lesi campuran dengan batas jelas, sedangkan Sciuba dan Youni dengan gambaran radiolusen. Alasan perbedaan ini mungkin rata-rata usia yang lebih muda dibanding pada penelitian McDonald-jankowski DS. Pada tabel 4 akan terlihat alasan di atas. Studi pada usia yang termuda memiliki proporsi lesi yang radiolusen lebih tinggi, sedangkan pada penelitian McDonald-jankowski DS dengan usia tertua terlihat paling rendah. Gambaran radiolusen yang utuh hanya terlihat pada kasus-kasus yang lebih muda. Klasifikasi akan meningkat sesuai pertambahan usia.10


(29)

15

3.3 Pemeriksaan Histopatologis

Cemento ossifying fibroma dikarakteristikkan sebagai lesi yang memiliki batas jelas dan berkapsul. Kapsul ini terdiri dari jaringan fibrous yang sangat seluler dengan trabekula yang menyebar pada tulang lamelar.11

Gambar 7. Gambaran mikroskopis menunjukkan adanya batas perifer dan kapsul pada cemento ossifying fibroma. (Ong AH, Siar CH. Cemento-ossyfying fibroma with mandibular fracture.

Case report in young patient. Aus Den J 1998; 43: 229-33)

Pemeriksaan histologis dari cemento ossifying fibroma cukup khas dan berbeda dari lesi fibro osseus benigna lainnya. Tumor ini terdiri dari fibroblas dalam bentuk susunan storiform yang mengandung serabut kolagen. Stroma dari tumor ini secara khas terdiri dari granula tulang sementum yang melingkar dalam jumlah dan ukuran yang bervariasi. Bagaimanapun tumor ini tidak terdapat tanda-tanda seperti haemorhage, sel inflamasi, dan tanda-tanda kartilago hialin. Pada lesi yang lebih matang susunan tulang dari lesi ini digambarkan seperti badan psammoma. Psammoma terbentuk dari osteoid yang berbeda maturitas dan tingkat


(30)

16 mineralisasinya. Badan psammamo memiliki sedikit sel dan mineral yang kasar dengan kemungkinan osteoblast yang tidak aktif pada permukaan.16

Gambar 8. Sel yang mengandung banyak osteoblast pada permukaannya dan struktur seperti badan psammamo. (Jelena S, Drajica R, Tulic G, Mijucic V,Tapavcevic Z.

Cemento-ossifying fibroma of jaws-correlation of clinical and pathological findings. Springer 2010)

Gambaran makroskopis tumor ini adalah penggantian tulang normal oleh suatu matriks jaringan ikat jinak dengan jumlah zat mineral yang bervariasi. Bagaimanapun juga, terdapat beberapa variasi dalam gambaran mikroskopis tumor ini. Temuan mikroskopis ini mencerminkan temuan radiografi. Lesi yang lebih radiolusen terdiri dari sel jaringan ikat fibrous, yang sering berbentuk pola melingkar. Serat kolagen sering ditemukan tidak beraturan, meskipun pola melingkar yang sama mungkin terlihat.5


(31)

17

Sifat jaringan keras umumnya cukup bervariasi pada suatu tumor serta antara lesi-lesi lainnya. Trabekula yang tidak beraturan pada susunan tulang atau tulang lamelar dengan osteoblas yang melingkar adalah yang paling dominan tercatat pada tumor ini dan berbentuk retikular. Pola tambahan dari material yang terkalsifikasi termasuk kecil, oval hingga globular, deposit basofilik dan anastomosis trabekula material yang menyerupai sementum. Variasi ini pada bentuk jaringan keras tidak ada bedanya dengan perilaku klinis tumor. Namun, pengenalan struktur ini penting dalam penetapan diagnosa. Osteoblast jelas atau mungkin tidak jelas pada tepi deposit tulang. Biasanya terdapat sebuah zona luar yang tipis dari jaringan ikat fibrous yang memisahkan jaringan fibro-osseous dari tulang normal disekitarnya.5,19

Gambar 9. A. Stroma dari proliferasi fibroblas dengan kelompok materi sementum. B. Proliferasi sel yang berbentuk spindel dengan berbagai bentuk dari trabekula tulang

menunjukkan, osteoblastik yang melingkar pada sekeliling trabekula (Kamadjaja DB.

Cemento ossifying fibroma of the jaws Den J majalah kedokteran gigi. 2009; 42: 165)


(32)

18

Gambar 10. Gambaran histologi terlihat pembentukan material keras sementum yang dikelilingi proliferasi sel-sel fibrous immature yang padat (hight celularity) (Syafriadi M. Patologi mulut tumor neoplastik dan

non neoplastik rongga mulut. Yogyakarta: Andi,

2008: 21-9)

3.4 Diagnosa Banding

Diagnosa banding dari cemento ossifying fibroma meliputi lesi dengan struktur internal berupa campuran radiopak dan radiolusen. Cukup sulit membedakan lesi ini dengan fibrous dysplasia. Cemento ossifying fibroma berbatas jelas dan memiliki jaringan ikat kapsul dan korteks, sedangkan fibrous dysplasia tidak berbatas jelas dengan tulang sekitar. Ciri khas dari fibrous dysplasia terlihat seperti gambaran ground glass. Fibrous dysplasia jarang menyebabkan resorpsi akar dan mengekspansi tulang yang masih sama dengan morfologi normal. Struktur internal dari fibrous dysplasia biasanya homogen dan menunjukkan sedikit variasi.9,14

Cemento ossifying fibroma juga cukup sulit dibedakan dengan focal cemento osses dysplasia karena kesamaan campuran radiopak-radiolusen. Focal cemento osseus dysplasia merupakan lesi yang reaktif, tidak merupakan neoplasma fibro


(33)

19 osseus, dan terdapat di sekitar akar gigi mandibula tanpa meluas ke tulang, sedangkan cemento ossifying fibroma memeliki potensi untuk menjadi lesi yang agresif yang menyebabkan ekspansi kortikal dan sering menyebabkan pergeseran gigi. Kedua lesi ini menunjukkan persamaan gambaran histologis dengan tulang trabekula dan area sementum. Gambaran histologi dari focal cemento osseus dysplasia menunjukkan kelompok tulang kortikal yang banyak dimana tidak ditemukan pada cemento ossifying fibroma1.16

Peripheral giant cell granuloma bisa juga memiliki kemiripan dengan cemento ossifying fibroma secara klinis. Kedua lesi ini sering terjadi pada anterior molar dan terlihat massa seperti peduncle atau sessile. Bagaimanapun peripheral giant cell granuloma bisa dipisahkan dari dasar tergantung ukuran lesi (0,5-1,5 cm),

17

Lesi lain yang secara klinis menyerupai cemento ossifying fibroma adalah calcifying epithelial odontogenic tumor. Tumor ini biasanya terjadi pada umur 8-92 tahun dengan rata-rata umur 40 tahun, padahal cemento ossifying fibroma secara umum jarang terlihat pada pertengahan umur. Calcifying epithelial odontogenic tumor biasanya terjadi pada area molar, sedangkan cemento ossifying fibroma secara umum terlihat pada anterior molar. Calcifying epithelial odontogenic tumor secara umum juga berhubungan dengan tidak erupsinya gigi atau gigi yang impaksi. Awalnya, gambaran radiografi kedua lesi ini merupakan campuran radiolusen-radiopak tetapi lesi ini berkembang menjadi seperti gambaran honeysomb atau driven snow.17


(34)

20

BAB 4

PERAWATAN CEMENTO OSSIFYING FIBROMA

Penatalaksanaan cemento ossifying fibroma biasanya dilakukan dengan enukleasi atau reseksi tergantung dari ukuran atau lokasi lesi itu sendiri. Rekonstruksi mandibula pasca bedah dapat dilakukan dengan pemasangan kawat (kirschner wire), bridging plate atau dengan autotransplantasi dari tulang iga atau tulang pinggul.3,5

4.1.1 Enukleasi

Enuklesi adalah suatu proses pengambilan lesi secara keseluruhan. Enukleasi direkomendasikan apabila tumor lebar, berbentuk seperti mangkok dan terjadi erosi pada batas inferior di mandibula. 4

Terdapat beberapa keuntungan jika perawatan cemento ossifying fibroma yang besar dilakukan dengan enukleasi, contohnya; sedikit diperoleh trauma setelah bedah, susunan tulang yang baik dan solid, serta tidak kehilangan sensasi seperti tidak dibutuhkan bone graft setelah pengambilan tumor.4,26

Teknik enukleasi diawali dengan insisi dan pembuatan flap mukoperiosteal. Flap harus dibuat lebih besar dari luasnya lesi. Kadang-kadang tulang yang mengelilingi lesi tipis. Jika dinding lesi melekat pada periosteum maka harus dipisahkan. Dengan pembukaan yang cukup maka lesi bisa diangkat dari tulang. Gunakan sisi yang konveks dari kuret dengan tarikan yang lembut. Setelah lesi


(35)

21 dikeluarkan maka rongga dibersihkan dan tulang-tulang yang tajam dihaluskan, kemudian flap ditutup dan dijahit kembali.2,26

4.2.2 Reseksi

Reseksi adalah pengambilan tumor dengan cara menginsisi sampai ke jaringan yang sehat di sekitar tumor. Pada kasus-kasus tumor jinak mandibula yang besar, khususnya yang melibatkan hampir seluruh dimensi rahang, perawatan yang sering dilakukan adalah reseksi marginal atau segmental. Reseksi marginal atau segmental adalah reseksi tumor tanpa merusak kontinuitas dari tulang. Beberapa grup tumor benigna memiliki sifat untuk menjadi lebih agresif dan membutuhkan batas dari jaringan yang sehat untuk mengurangi terjadinya rekurensi. Reseksi marginal/segmental biasanya digunakan untuk membuang tumor ini.3,5,26

Gambar 11. Reseksi segmental mandibula (shah JP. Cancer of the head and neck. Canada: BC Decker inc, 2001: 115)


(36)

22 Teknik reseksi secara umum, spesimen reseksi harus mencakup lesi dan 1 cm tepi tulang di sekitar lesi. Metode reseksi marginal merupakan pilihan terbaik jika batas tepi inferior mandibula masih utuh, rekonstruksi pasca reseksi bertujuan untuk mengganti struktur tulang yang hilang termasuk alveolus. Sedangkan jika lesi ditutupi batas inferior mandibula, maka semua ketebalan mandibula harus tercakup di dalam spesimen, dimana mengganggu kontinuitas mandibula. Rekonstruksi pada kasus ini sangat sulit karena fragmen mandibula harus baik hubungannya dengan fragmen lainnya terhadap fungsi sebenarnya dan harus simetris. Teknik reseksi mandibula relatif jelas. Pertama-tama dilakukan insisi lalu jaringan lunak dipisahkan dari tulang dengan menggunakan periosteal elevator. Dibuat mukoperiosteal flep. Segmen alveolus mandibula kemudian di reseksi dengan bur atau dengan betel hammer dan mukoperiostel flap dijahit kembali.26

Gambar 12. Beberapa tipe reseksi mandibula. A. Reseksi marginal atau segemental mandibula dimana tidak mengganggu kontinuitas mandibula. B dan C. Reseksi mandibula parsial. (Peterson LJ.

Contemporary oral and maxillofacial surgery. 4th ed. St Louis: The C.V Mosby, 2003: 493)


(37)

23

BAB 5

PENATALAKSANAAN CEMENTO OSSIFYING FIBROMA MANDIBULA DENGAN ENUKLEASI DAN PEMASANGAN BRIDGING PLATE

Cemento ossifying fibroma adalah tipikal kambuhan dengan ekspansi lambat dan gigi dapat mengalami perubahan tempat. Secara umum, tampak benjolan tanpa rasa sakit tetapi mengalami perluasan yang secara khas mengenai rahang bawah di regio anterior. Hamner dkk menyatakan bahwa beberapa cemento ossifying fibroma dapat menjadi agresif. Sifat ini mengakibatkan cemento ossifying fibroma menjadi ukuran yang lebih besar, kondisi ini dikenal dengan giant cemento ossifying fibroma. Disamping itu juga dapat menyebabkan deformitas fungsi dan estetis yang luas. Oleh karena itu sangat penting untuk memperkirakan bentuk tumor ketika akan direncanakan suatu tindakan bedah yang tujuannya untuk mengeliminasi tumor secara menyeluruh dan mencegah kembalinya tumor, pada waktu yang sama tindakan ini dapat mengembalikan estetis dan gangguan fungsional pada pasien.3,4,5,6

5.1 Persiapan Pra Bedah

Persiapan pra bedah penting sekali untuk mengurangi faktor risiko karena hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan penderita. Dalam persiapan inilah ditentukan adanya kontraindikasi operasi, toleransi penderita terhadap tindakan bedah, dan ditetapkan waktu yang tepat untuk dilakukan pembedahan.27


(38)

24 Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan pembedahan dimaksudkan untuk mempersiapkan penderita agar hambatan pasca bedah dapat dicegah. Hambatan-hambatan bedah dapat diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis merupakan tindakan pertama dalam proses pemeriksaan pasien. Tujuan anamnesis ini adalah untuk memperoleh gambaran kesehatan pasien secara umum maupun khusus.27

Sebelum tindakan bedah, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, diantaranya pemeriksaan klinis, pemeriksaan histopatologis (biopsi), dan pemeriksaan radiografis, sehingga diagnosa yang tepat dapat ditegakkan dan memperkecil risiko timbulnya keadaan patologis dikemudian hari.3

Biopsi merupakan salah satu pemeriksaan patologi anatomi yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi, khususnya yang dicurigai suatu keganasan. Pemeriksaan patologi ini juga bermanfaat tidak hanya untuk menegakkan diagnosis dan rencana perawatan tetapi juga untuk menentukan prognosis.28

Biopsi dilakukan dengan mengambil sebagian atau seluruh jaringan lesi untuk dilakukan pemeriksaan secara makroskopis dengan mengamati perubahan yang terjadi pada sel. Dalam rongga mulut pemeriksaan biopsi dilakukan untuk menegakkan diagnosis lesi yang dicurigai sebagai keganasan dan juga sebagai alat bantu diagnostik untuk mengevaluasi lesi yang bukan keganasan.28

Dikenal beberapa macam biopsi yang secara garis besar dibagi dalam biopsi insisi, eksisi, dan aspirasi. Biopsi insisi dan eksisi termasuk dalam biopsi


(39)

25 pembedahan. Masing-masing teknik biopsi mempunyai beberapa indikasi dan kontraindikasi. Beberapa indikasi spesifik biopsi.28

• Keadaan ulserasi yang tidak menunjukkan tanda-tanda kesembuhan dalam waktu tiga minggu

• Setiap penonjolan yang dicurigai neoplasma • Setiap jaringan yang diambil secara bedah

• Setiap jaringan yang keluar secara spontan dari orifis tubuh

• Bahan berikut dinding sinus yang berasal dari drainase sinus yang menetap yang tidak dapat diidentifikasi

• Setiap lesi dalam tulang yang tidak dapat diidentifikasi secara radiologis Biopsi insisi merupakan suatu teknik biopsi yang mengambil sebagian dari jaringan lesi dengan mengikut sertakan jaringan normal sekitarnya. Indikasi biopsi insisi: lesi kecil yang diameternya lebih dari 1 cm dengan karakteristik yang berbeda area satu dengan yang lainnya, lesi yang bersifat multipel atau mencakup lokasi yang berbeda, perlu melakukan diagnosis sebelum melakukan rencana perawatan, jika eksisi menyeluruh tidak dapat dilakukan, mengingat ukuran lesi atau karena faktor lainnya, seperti: lokasi lesi mempunyai faktor resiko tinggi, sedangkan kontraindikasi biopsi insisi: lesi berpigmen melanin karena akan lebih cepat menyebar, lesi keunguan berisi darah karena dapat menyebabkan pendarahan yang membahayakan, dan keganasan yang terlihat jelas secara klinis.28

Biopsi eksisi adalah teknik biopsi yang mengambil seluruh jaringan lesi. Indikasi biopsi eksisi adalah: memastikan diagnosis klinis yang telah dibuat dan ukuran lebih


(40)

26 kecil (diameter kurang dari 1 cm) sehingga seluruh jaringan dapat diambil semuanya.28

5.2 Tindakan Bedah

Cemento ossifying fibroma dapat dirawat dengan bedah enukleasi atau kuretase karena lesi ini mempunyai massa berkapsul sehingga dapat dipisahkan dengan mudah dari tulang normal sekitar. Bahkan meskipun cemento ossifying fibroma mencapai ukuran yang besar, dapat dipisahkan dari jaringan sekitarnya sehingga dapat diambil secara keseluruhan. 3,4,5

Dalam stadium teranastesi dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik dengan larutan providon iodine 10%. Dilakukan insisi dan pembentukan flap mukoperiosteal. Insisi dilakukan lapis demi lapis sampai tulang, lalu semua jaringan dipisahkan dari tulang.2,3

Enukleasi dengan menggunakan rasparatorium dari pinggir tumor dengan cara kapsul dipisahkan dari pinggir tulang. Seluruh kapsul diambil, ruang bekas tumor diperiksa, dan pastikan jaringan tumor sudah terangkat semua.Setelah kapsul tumor diambil seluruhnya, rongga bekas tumor dikuret hingga bersih sehingga diharapkan tidak terjadi kekambuhan di kemudian hari. Tindakan ekstraksi dilakukan pada gigi yang terinfeksi.3,26


(41)

27

Dilakukan penghalusan tulang yang tajam dengan knabel, bone file dan bur fraser. Lalu dilakukan pemasangan bridging plate mandibula, pemasangan bridging plate dilakukan karena cemento ossifying fibroma dapat tumbuh besar dan mendesak. Bridging plate ini berfungsi untuk menjaga kontinuitas tulang mandibula dan diharapkan ada pertumbuhan tulang pada bekas lesi sehingga terbentuk jaringan tulang baru. Dilakukan pembersihan daerah operasi. Luka bekas insisi dijahit lapis demi lapis dengan mengembalikan flap pada keadaan semula.3

a b

Gambar 13. a. Jaringan tumor yang telah terangkat. b. Pemeriksaan ruang bekas tumor dan pastikan tumor sudah terangkat semua. (Widiyanti E. Penatalaksanaan cemento ossifying

fibroma mandibula dengan enukleasi dan pemasangan bridging plate. Maj Ked Gi 2009;


(42)

28

Gambar 14. Pemasangan bridging plate untuk menjaga kontinuitas tulang. (Widiyanti E. Penatalaksanaan

cemento ossifying fibroma mandibula dengan enukleasi dan pemasangan bridging plate. Maj Ked Gi 2009;

16(1): 51-6)

5.3 Perawatan Pasca Bedah

Setelah pasien sadar penuh dipindahkan ke ruang pemulihan, diinstruksikan untuk pemeriksaan vital sign tiap 2 jam, perdarahan dan kesadaran. Diberikan obat-obatan meliputi antibiotik, analgetik, dan antiinflamasi. Diintruksikan untuk diet cair atau lunak. Pasien dirawat inap selama lima hari dan dianjurkan hari berikutnya rawat jalan. Pada hari ketujuh pasca operasi dilakukan pelepasan jahitan.3

5.4 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain adalah pendarahan, infeksi, injuri terhadap saraf, pembengkakan dan fistula. Odem setelah operasi adalah normal dan fisiologis. Kemungkinan infeksi dapat diminimalisasi dengan terapi antibiotik, teknik pembedahan yang baik, dan memperhatikan syarat-syarat asepsis. 3,20


(43)

29 BAB 6

KESIMPULAN

Cemento ossifying fibroma adalah salah satu neoplasma fibro-osseus benigna yang terdiri dari sel tulang yang abnormal dan sementum dalam jaringan fibrous. Cemento ossifying fibroma sering menunjukkan variasi dalam gambaran klinis, radiografis, dan histopatologis. Sebagian besar lesi ini tumbuh lambat dan tidak teridentifikasi oleh pasien hingga menimbulkan bengkak pada wajah.

Faktor etiologi dari cemento ossifying fibroma belum jelas. Namun beberapa ahli mengemukakan bahwa kemungkinan berhubungan dengan trauma, iritasi lokal yang kronis, infeksi, faktor herediter dan penggunaan obat-obatan. Cemento ossifying fibroma ini bisa timbul dari setiap bagian tulang wajah dan tengkorak, dimana lebih dari 70% kasus-kasus melaporkan bahwa cemento ossifying fibroma timbul pada regio kepala dan leher terutama pada mandibula dan maksila. Cemento ossifying fibroma juga dapat ditemukan pada tulang nasal, orbital, sinus ethmoid, sinus sphenoid, sinus maksilaris, oksipital, tulang temporal, dan nasofaring.

Secara klinis cemento ossifying fibroma tanpa disertai rasa sakit, pertumbuhannya lambat pada rahang dimana pergeseran gigi merupakan gambaran klinis awal dari cemento ossifying fibroma. Secara umum cemento ossifying fibroma bersifat asimtomatis dan dapat menyebabkan wajah asimetris. Bagaimanapun lesi ini sering diabaikan oleh pasien sampai pertumbuhannya menyebabkan pembengkakan dan kecacatan wajah.


(44)

30 Cemento ossifying fibroma terlihat berupa lesi unilokular dan multilokular yang berbatas jelas. Terdapat tiga pola batas dari gambaran radiografi cemento ossifying fibroma yaitu gambaran lesi tanpa batas sklerotik, gambaran lesi dengan batas sklerotik, dan lesi dengan batas tidak jelas.

Cemento ossifying fibroma dapat dirawat dengan bedah enukleasi atau kuretase karena tumor ini memiliki batas jelas dan berkapsul sehingga dapat dipisahkan dengan mudah dari tulang normal sekitar.


(45)

31 DAFTAR PUSTAKA

1. Gaillard F. Cemento ossifying fibroma. 2010

<http://radiopaedia.org/cases/cemento-ossifying-fibroma> (2 September 2010).

2. Tjiptono TR, Harahap S, Arnus S, Osmani S. Ilmu bedah mulut. edisi VI. Medan: FKG USU, 1989: 249, 252, 271, 272.

3. Widiyanti E. Penatalaksanaan cemento ossifying fibroma mandibula dengan enukleasi dan pemasangan bridging plate. Maj Ked Gi 2009; 16(1): 51-6. 4. Ong AH, Siar CH. Cemento-ossyfying fibroma with mandibular fracture.

Case report in young patient. Aus Den J 1998; 43: 229-33.

5. Kamadjaja DB. Cemento ossifying fibroma of the jaws. Den J majalah kedokteran gigi 2009; 42: 164-71.

6. McDonald-jankowski DS. Cemento-ossifying fibroma of the jaws in Hongkong Chinese. Dento maxillofacial radiology 1998; 27: 298-304.

7. Anonymous. Cemento-ossifying fibroma. . 2010.

8. Chuang MC, Nieh S, Wang HW. Cemento-ossifying fibroma of the spheno-ethmoid sinus with compressive optic neuropathy. J Med Sci 2004; 24: 145-8. 9. Jayachandran S, Sachdeva S. Cemento-ossifying fibroma of mandible: report


(46)

32 10.Jung SL, Choi KH, Park YH, Song HC, Kwon MS. Cemento-ossifying fibroma presenting as a mass of the parapharingeal and masticator space. Am J Neuroradial 1999; 20: 1744-6.

11.Longobardi G, Pagano I, Sisalli U, Foresti M, Poddi V. Case report exstraosseus cemento-ossifying fibroma of the cheek. Sholarly research exchange 2009: 1-3.

12.Apaydin M, Calli C, Yardim BG. A rare cause of exopthalmos: Cemento-ossifying fibroma. Case report. 2008; 18: 185-7.

13.Balaji SM. Textbook of oral & maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier, 2007: 383-84

14.White SC, Pharoah MJ. Oral radiology principles and interpretation fifth edition. United States: Mosby, 2004: 498-501.

15.Coulthard P, Horner K, Sloan P, Theaker E. Master dentistry oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine. Philadephia: Churchill livingstone, 2003: 103.

16.Sopta J, Drajica R, Tulic G, Mijucic V,Tapavcevic Z. Cemento-ossifying fibroma of jaws-correlation of clinical and pathological findings. Springer 2010.

17.Sarwar HG, Jindal MK, Ahmad SS. Cemento ossifying fibroma-a rare case. J ind soc pedo and prev dent 2008;26:126-43

18.Dalghous A, Alkhabuli JO. Cemento-ossifuing fibroma occurring in an elderly patient. A case report and a review of literature. Libyan J med 2006: 95-98


(1)

27

Dilakukan penghalusan tulang yang tajam dengan knabel, bone file dan bur fraser. Lalu dilakukan pemasangan bridging plate mandibula, pemasangan bridging plate dilakukan karena cemento ossifying fibroma dapat tumbuh besar dan mendesak. Bridging plate ini berfungsi untuk menjaga kontinuitas tulang mandibula dan diharapkan ada pertumbuhan tulang pada bekas lesi sehingga terbentuk jaringan tulang baru. Dilakukan pembersihan daerah operasi. Luka bekas insisi dijahit lapis demi lapis dengan mengembalikan flap pada keadaan semula.3

a b

Gambar 13. a. Jaringan tumor yang telah terangkat. b. Pemeriksaan ruang bekas tumor dan pastikan tumor sudah terangkat semua. (Widiyanti E. Penatalaksanaan cemento ossifying fibroma mandibula dengan enukleasi dan pemasangan bridging plate. Maj Ked Gi 2009; 16(1): 51-6)


(2)

28

Gambar 14. Pemasangan bridging plate untuk menjaga kontinuitas tulang. (Widiyanti E. Penatalaksanaan cemento ossifying fibroma mandibula dengan enukleasi dan pemasangan bridging plate. Maj Ked Gi 2009; 16(1): 51-6)

5.3 Perawatan Pasca Bedah

Setelah pasien sadar penuh dipindahkan ke ruang pemulihan, diinstruksikan untuk pemeriksaan vital sign tiap 2 jam, perdarahan dan kesadaran. Diberikan obat-obatan meliputi antibiotik, analgetik, dan antiinflamasi. Diintruksikan untuk diet cair atau lunak. Pasien dirawat inap selama lima hari dan dianjurkan hari berikutnya rawat jalan. Pada hari ketujuh pasca operasi dilakukan pelepasan jahitan.3

5.4 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain adalah pendarahan, infeksi, injuri terhadap saraf, pembengkakan dan fistula. Odem setelah operasi adalah normal dan fisiologis. Kemungkinan infeksi dapat diminimalisasi dengan terapi antibiotik, teknik pembedahan yang baik, dan memperhatikan syarat-syarat asepsis. 3,20


(3)

29 BAB 6

KESIMPULAN

Cemento ossifying fibroma adalah salah satu neoplasma fibro-osseus benigna yang terdiri dari sel tulang yang abnormal dan sementum dalam jaringan fibrous. Cemento ossifying fibroma sering menunjukkan variasi dalam gambaran klinis, radiografis, dan histopatologis. Sebagian besar lesi ini tumbuh lambat dan tidak teridentifikasi oleh pasien hingga menimbulkan bengkak pada wajah.

Faktor etiologi dari cemento ossifying fibroma belum jelas. Namun beberapa ahli mengemukakan bahwa kemungkinan berhubungan dengan trauma, iritasi lokal yang kronis, infeksi, faktor herediter dan penggunaan obat-obatan. Cemento ossifying fibroma ini bisa timbul dari setiap bagian tulang wajah dan tengkorak, dimana lebih dari 70% kasus-kasus melaporkan bahwa cemento ossifying fibroma timbul pada regio kepala dan leher terutama pada mandibula dan maksila. Cemento ossifying fibroma juga dapat ditemukan pada tulang nasal, orbital, sinus ethmoid, sinus sphenoid, sinus maksilaris, oksipital, tulang temporal, dan nasofaring.

Secara klinis cemento ossifying fibroma tanpa disertai rasa sakit, pertumbuhannya lambat pada rahang dimana pergeseran gigi merupakan gambaran klinis awal dari cemento ossifying fibroma. Secara umum cemento ossifying fibroma bersifat asimtomatis dan dapat menyebabkan wajah asimetris. Bagaimanapun lesi ini sering diabaikan oleh pasien sampai pertumbuhannya menyebabkan pembengkakan dan kecacatan wajah.


(4)

30 Cemento ossifying fibroma terlihat berupa lesi unilokular dan multilokular yang berbatas jelas. Terdapat tiga pola batas dari gambaran radiografi cemento ossifying fibroma yaitu gambaran lesi tanpa batas sklerotik, gambaran lesi dengan batas sklerotik, dan lesi dengan batas tidak jelas.

Cemento ossifying fibroma dapat dirawat dengan bedah enukleasi atau kuretase karena tumor ini memiliki batas jelas dan berkapsul sehingga dapat dipisahkan dengan mudah dari tulang normal sekitar.


(5)

31 DAFTAR PUSTAKA

1. Gaillard F. Cemento ossifying fibroma. 2010 <http://radiopaedia.org/cases/cemento-ossifying-fibroma> (2 September 2010).

2. Tjiptono TR, Harahap S, Arnus S, Osmani S. Ilmu bedah mulut. edisi VI. Medan: FKG USU, 1989: 249, 252, 271, 272.

3. Widiyanti E. Penatalaksanaan cemento ossifying fibroma mandibula dengan enukleasi dan pemasangan bridging plate. Maj Ked Gi 2009; 16(1): 51-6. 4. Ong AH, Siar CH. Cemento-ossyfying fibroma with mandibular fracture.

Case report in young patient. Aus Den J 1998; 43: 229-33.

5. Kamadjaja DB. Cemento ossifying fibroma of the jaws. Den J majalah kedokteran gigi 2009; 42: 164-71.

6. McDonald-jankowski DS. Cemento-ossifying fibroma of the jaws in Hongkong Chinese. Dento maxillofacial radiology 1998; 27: 298-304.

7. Anonymous. Cemento-ossifying fibroma. . 2010.

8. Chuang MC, Nieh S, Wang HW. Cemento-ossifying fibroma of the spheno-ethmoid sinus with compressive optic neuropathy. J Med Sci 2004; 24: 145-8. 9. Jayachandran S, Sachdeva S. Cemento-ossifying fibroma of mandible: report


(6)

32 10. Jung SL, Choi KH, Park YH, Song HC, Kwon MS. Cemento-ossifying fibroma presenting as a mass of the parapharingeal and masticator space. Am J Neuroradial 1999; 20: 1744-6.

11. Longobardi G, Pagano I, Sisalli U, Foresti M, Poddi V. Case report exstraosseus cemento-ossifying fibroma of the cheek. Sholarly research exchange 2009: 1-3.

12. Apaydin M, Calli C, Yardim BG. A rare cause of exopthalmos: Cemento-ossifying fibroma. Case report. 2008; 18: 185-7.

13. Balaji SM. Textbook of oral & maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier, 2007: 383-84

14. White SC, Pharoah MJ. Oral radiology principles and interpretation fifth edition. United States: Mosby, 2004: 498-501.

15. Coulthard P, Horner K, Sloan P, Theaker E. Master dentistry oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine. Philadephia: Churchill livingstone, 2003: 103.

16. Sopta J, Drajica R, Tulic G, Mijucic V,Tapavcevic Z. Cemento-ossifying fibroma of jaws-correlation of clinical and pathological findings. Springer 2010.

17. Sarwar HG, Jindal MK, Ahmad SS. Cemento ossifying fibroma-a rare case. J ind soc pedo and prev dent 2008;26:126-43

18. Dalghous A, Alkhabuli JO. Cemento-ossifuing fibroma occurring in an elderly patient. A case report and a review of literature. Libyan J med 2006: 95-98