Hubungan Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi Terhadap Kejadian Sakit Perut Berulang Pada Remaja

(1)

HUBUNGAN GANGGUAN ANSIETAS DAN GANGGUAN DEPRESI TERHADAP KEJADIAN SAKIT PERUT BERULANG

PADA REMAJA

TESIS

FASTRALINA 077103026/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

HUBUNGAN GANGGUAN ANSIETAS DAN GANGGUAN DEPRESI TERHADAP KEJADIAN SAKIT PERUT BERULANG

PADA REMAJA

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kesehatan Anak / M. Ked (Ped) pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

FASTRALINA 077103026/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

Judul Tesis : Hubungan Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi Terhadap Kejadian Sakit Perut

Berulang Pada Remaja

Nama Mahasiswa : Fastralina Nomor Induk Mahasiswa : 077103026 Program Magister : Magister Klinis Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Dr. Sri Sofyani, Sp.A(K) Ketua

Prof. Dr.H. M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ (K) Anggota

Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS

dr. Hj. Melda Deliana, Sp.A(K) dr. H. Zainuddin Amir, Sp.P(K)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 10 Februari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Sri Sofyani, SpA(K) Anggota : Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, SpKJ(K)

Prof. dr. H. M. Sjabaroeddin Loebis, SpA(K)

dr. Muhammad Ali, SpA(K) dr. Melda Deliana, SpA(K)


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia dan kasih-Nya kepada penulis, hingga tesis ini dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah direncanakan. Tesis ini dibuat sebagai tugas akhir, sekaligus untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun pembahasannya, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Pembimbing utama: dr. Sri Sofyani, SpA(K), dan Pembimbing II: Prof. Dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ(K), yang telah bersusah payah di sela-sela kesibukan waktunya memberikan bimbingan, arahan, saran dan kritik berharga mulai dari tahap awal penelitian hingga penyelesaian penulisan tesis ini.

2. Para penguji: Prof. dr. Rafita Ramayani, SpA(K), Prof. dr. H. M. Sjabaroeddin Loebis, SpA(K), dr. Muhammad Ali, SpA(K), dr. Lily Irsa,


(6)

SpA(K), dan dr. Melda Deliana, SpA(K), yang juga telah banyak memberi masukan, arahan, saran dan kritik berharga dan konstruktif selama proses penelitian dan penulisan tesis ini berlangsung. 3. Dr Melda Deliana, SpA(K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter Spesialis Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan dr. Siska Mayasari, M.Ked(Ped). SpA, selaku Sekretaris Program Studi, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.

4. Prof. dr. H. Chairuddin P Lubis, DTM&H, Sp.A(K), yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), SpA(K), dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD, KGEH, yang juga telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan, periode Januari 2011 sampai sekarang yang telah memberikan banyak bantuan dan pengarahan selama masa penelitian hingga penyelesaian penulisan tesis ini.


(7)

7. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Ilmu kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah mendidik penulis dalam perkuliahan dan juga telah memberikan sumbangan pemikiran selama masa penelitian dan penyelesaian penulisan tesis ini berlangsung.

8. Kepala desa, para kepala sekolah dan guru-guru SLTP, SLTA dan Sekolah Kejuruan setingkat SMP dan SMA, meliputi SMP dan SMA Negeri 1, SMP dan SMK Swasta Maju dan Madrasah Tsanawiyah Amaliyah Karang Gading, dan Madrasah Aliyah Amaliyah Karang Gading di Kecamatan Secanggang sebagai tempat penelitian, Kepala Puskesmas Secanggang, yang telah memberikan izin penelitian dengan keramahtamahannya selama pelaksanaan penelitian berlangsung dan membantu dengan tulus dan ikhlas dari awal hingga akhir pelaksanaan penelitian.

9. Rekan-rekan PPDS periode Juli 2007, yang tak mungkin terlupakan, dan yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian penulisan tesis ini serta atas kebersamaan dalam menempuh pendidikan dan dalam melaksanakan penelitian selama ini, khususnya Poppy Riflizawany, Naomi Riahta, Ade Rahmad, Sri Yanti Harahap, Ade Saifan Surya, Windia Sari, Saiful dan lainnya yang tak mungkin saya sebutkan satu per satu.

10. Orang tua yang sangat penulis cintai dan hormati, Ayahanda Drs. Mustafa Ramadhan, MSc (Alm), dan Ibunda Dra. Ade Djubaedah,


(8)

yang telah bersusah payah melahirkan, membesarkan, mendidik, memberi semangat yang tiada henti-hentinya dan senantiasa memberikan kasih sayang diiringi doa restu yang tulus dan ikhlas kepada penulis sehingga dengan ridho Allah SWT akhirnya kita sampai pada saat yang berbahagia ini. Kepada kakanda tercinta drh. Trie Hastuti. M dan keluarga, dr. Erga Radianti. M dan keluarga yang juga senantiasa memberikan kasih sayang, memotivasi dan memberi bantuan yang tulus dan ikhlas kepada penulis selama masa pendidikan, penelitian dan penyelesaian penulisan tesis ini.

11. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Akhirnya, izinkanlah penulis mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala bantuan, dorongan, bimbingan yang diberikan kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan penulis berharap semoga penelitian

dan tulisan ini dapat membawa manfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Februari 2011 Penulis,


(9)

Fastralina DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Persetujuan iii

Lembaran Panitia Penguji Tesis iv

Ucapan Terima Kasih v

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Singkatan xiii

Daftar Lambang xiv

Abstrak xv

Abstact xvi

Lembaran Pernyataan xvii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 3

1.3. Hipotesis 3

1.4. Tujuan Penelitian 4

1.5. Manfaat Penelitian 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi 5

2.1.1 Gangguan Ansietas 5

2.1.2 Gangguan Depresi 6

2.2. Epidemiologi 8

2.3. Sakit Perut Berulang 8

2.4. Gambaran Klinis 10

2.5. Diagnosis 12

2.5.1 Anamnesis 12

2.5.2 Pemeriksaan Fisik 12

2.6. Pengukuran Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi 13

2.7. Hubungan Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi Terhadap Sakit Perut Berulang Pada Remaja 15 2.8. Kerangka Konseptual 17

BAB 3. METODOLOGI 3.1. Desain Penelitian 18

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 18

3.3. Populasi dan Sampel 18

3.4. Perkiraan Besar Sampel 19


(10)

3.5.1. Kriteria Inklusi 20

3.5.2. Kriteria Eksklusi 20

3.6. Persetujuan / Informed Consent 20

3.7. Etika Penelitian 21

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 21

3.9. Identifikasi Variabel 24

3.10. Definisi Operasional 24

3.11. Pengolahan dan Analisis Data 26

BAB 4. HASIL

4.1. Hasil Penelitian 27

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1. Pembahasan 35

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Penelitian 44

6.2. Saran 44

RINGKASAN 45

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPIRAN

1. Personil Penelitian

2. Jadwal Penelitian

3. Perkiraan Biaya

4. Lembar Penjelasan

5. Persetujuan Setelah Penjelasan

6. Lembaran Penilaian CBCL dan CDI 7. Kuisioner Sakit Perut Berulang

8. Persetujuan Komite Etik


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Gambaran klinis penyebab organik dan non organik

sakit perut berulang 11

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian 30

Tabel 4.2. Distribusi jumlah sampel penelitian pada tiap-tiap

skala CBCL dan CDI yang menderita sakit perut berulang dan tidak menderita sakit perut berulang 31 Tabel 4.3. Hubungan gangguan ansietas dan gangguan depresi

berdasarkan PPDGJ III terhadap sakit perut berulang

dan tidak sakit perut berulang 32 Tabel 4.4. Distribusi jumlah sampel penelitian pada tiap-tiap


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka konseptual 17


(13)

DAFTAR SINGKATAN

DISC : Diagnostic Interview Schedule for Children

FK-USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

PPDGJ III : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi ke-3

LED : Laju Endap Darah USG : Ultrasonografi

CBCL : Child Behavior Checklist

CDI : Children’s Depression Inventory’s

SPSS : Statistical Package for Social Science

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

DSM : Diagnostic andStatistical Manual of Mental Disorders

ICD : InternationalClasification of Diseases

CI : Confiedence Interval

cm : centimeter


(14)

DAFTAR LAMBANG α : Kesalahan tipe I

β : Kesalahan tipe II n : Jumlah subjek / sampel P : Proporsi

P1 : Insiden gangguan anxietas dan gangguan depresi pada populasi

P2 : Insiden tanpa gangguan ansietas dan gangguan depresi

Q : 1 – P

Q1 : 1 – P1 Q2 : 1 – P2

Zα : Deviat baku normal untuk α Zβ : Deviat baku normal untuk β

P : Tingkat kemaknaan

> : Lebih besar dari < : Lebih kecil dari

≥ : Lebih besar atau sama dengan dari ≤ : Lebih kecil atau sama dengan dari


(15)

ABSTRAK

Latar belakang: Gangguan ansietas dan gangguan depresi dapat menimbulkan dampak terhadap prestasi akademik dan aspek sosial lainnya dari kehidupan sekolah sehingga cukup mengganggu aktivitas anak sehari-hari. Kedua gangguan ini lebih cenderung menunjukan adanya keluhan sakit perut berulang.

Tujuan: Menilai hubungan gangguan ansietas dan gangguan depresi terhadap kejadian sakit perut berulang pada remaja.

Metode: Suatu penelitian cross sectional dilakukan di 3 SLTP dan 3 SLTA Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Sumatera Utara dari bulan Agustus sampai September 2009. Pemilihan sampel dipilih dengan cara

consecutive sampling. Sampel yang terjaring melalui formulir CBCL dengan nilai kategori anxious/depressed untuk usia 12 sampai 18 tahun untuk anak laki-laki ≥ 12 dan anak perempuan ≥ 14 dan diduga mengalami depresi anak dengan skor CDI ≥ 13, kemudian diperiksa oleh psikiater berdasarkan PPDGJ III. Anak-anak yang didiagnosis mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi kemudian mengisi kuesioner sakit perut berulang sesuai kriteria Apley dan Naish. Didapati jumlah siswa yang mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi yang menderita sakit perut berulang dan yang tidak menderita sakit perut berulang.

Hasil: Sebanyak 144 siswa ikut berpartisipasi pada penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok gangguan ansietas sebanyak 84 orang dan 60 orang kelompok gangguan depresi, dari kedua kelompok tersebut diperoleh 60 orang kelompok gangguan ansietas dan 31 orang kelompok gangguan depresi yang menderita sakit perut berulang. Didapati prevalensi gangguan ansietas sebanyak 8.7% dan gangguan depresi 6.25% pada remaja di lokasi penelitian. Pada penelitian ini juga didapati perbedaan yang signifikan pada kelompok gangguan ansietas (P=0.008) dan gangguan depresi (P=0.04) dengan sakit perut berulang.

Kesimpulan: Prevalensi remaja yang mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi sebanyak 8.7% dan 6.25%. Gangguan ansietas dan gangguan depresi mempunyai hubungan dengan kejadian sakit perut berulang pada remaja.


(16)

ABSTRACT Abstract

Background: Anxiety and depression disorders affect the academic performance and social aspect of school activities. Adolescents with these disorders tend to develop recurrent abdominal pain.

Objective: To assess the association of anxiety and depression disorders to recurrent abdominal pain in adolescents.

Methods: A cross sectional study was conducted at three junior and three senior high schools in Secanggang Sub-district, Langkat District, Sumatera Utara Province from August to September 2009. The samples for this study were selected through consecutive sampling technique. The samples were instructed to fill out the CBCL form. Those with anxious/depressed score ≥ 12 for boys aged 12 to 18 years old and ≥14 for girls and those with suspected depression (CDI score ≥13) were then examined by psychiatrist. The adolescent diagnosed with anxiety and depression disorder were instructed to fill out a recurrent abdominal pain questionnaire based on Apley and Naish criteria. We have got a number of adolescents with and without recurrent abdominal pain.

Results: The 144 students participated in this study were divided into two groups consisting of 84 students with anxiety disorder and 60 students with depression disorder. Sixty students of the anxiety disorder group and 31 students of the depression disorder group experienced recurrent abdominal pain. The prevalence of anxiety and depression disorder was 8,7% and 6,25% respectively. There was a significant relationship between anxiety disorder (P=0.008) and depression disorder (P=0.04) with recurrent abdominal pain.

Conclusion The anxiety and depression disorder were associated to recurrent abdominal pain in adolescents.

Keyword:Anxiety disorders, depression disorders, recurrent abdominal


(17)

PERNYATAAN

HUBUNGAN GANGGUAN ANSIETAS DAN GANGGUAN DEPRESI TERHADAP KEJADIAN SAKIT PERUT BERULANG

PADA REMAJA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini yang disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, 10 Februari 2011


(18)

ABSTRAK

Latar belakang: Gangguan ansietas dan gangguan depresi dapat menimbulkan dampak terhadap prestasi akademik dan aspek sosial lainnya dari kehidupan sekolah sehingga cukup mengganggu aktivitas anak sehari-hari. Kedua gangguan ini lebih cenderung menunjukan adanya keluhan sakit perut berulang.

Tujuan: Menilai hubungan gangguan ansietas dan gangguan depresi terhadap kejadian sakit perut berulang pada remaja.

Metode: Suatu penelitian cross sectional dilakukan di 3 SLTP dan 3 SLTA Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Sumatera Utara dari bulan Agustus sampai September 2009. Pemilihan sampel dipilih dengan cara

consecutive sampling. Sampel yang terjaring melalui formulir CBCL dengan nilai kategori anxious/depressed untuk usia 12 sampai 18 tahun untuk anak laki-laki ≥ 12 dan anak perempuan ≥ 14 dan diduga mengalami depresi anak dengan skor CDI ≥ 13, kemudian diperiksa oleh psikiater berdasarkan PPDGJ III. Anak-anak yang didiagnosis mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi kemudian mengisi kuesioner sakit perut berulang sesuai kriteria Apley dan Naish. Didapati jumlah siswa yang mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi yang menderita sakit perut berulang dan yang tidak menderita sakit perut berulang.

Hasil: Sebanyak 144 siswa ikut berpartisipasi pada penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok gangguan ansietas sebanyak 84 orang dan 60 orang kelompok gangguan depresi, dari kedua kelompok tersebut diperoleh 60 orang kelompok gangguan ansietas dan 31 orang kelompok gangguan depresi yang menderita sakit perut berulang. Didapati prevalensi gangguan ansietas sebanyak 8.7% dan gangguan depresi 6.25% pada remaja di lokasi penelitian. Pada penelitian ini juga didapati perbedaan yang signifikan pada kelompok gangguan ansietas (P=0.008) dan gangguan depresi (P=0.04) dengan sakit perut berulang.

Kesimpulan: Prevalensi remaja yang mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi sebanyak 8.7% dan 6.25%. Gangguan ansietas dan gangguan depresi mempunyai hubungan dengan kejadian sakit perut berulang pada remaja.


(19)

ABSTRACT Abstract

Background: Anxiety and depression disorders affect the academic performance and social aspect of school activities. Adolescents with these disorders tend to develop recurrent abdominal pain.

Objective: To assess the association of anxiety and depression disorders to recurrent abdominal pain in adolescents.

Methods: A cross sectional study was conducted at three junior and three senior high schools in Secanggang Sub-district, Langkat District, Sumatera Utara Province from August to September 2009. The samples for this study were selected through consecutive sampling technique. The samples were instructed to fill out the CBCL form. Those with anxious/depressed score ≥ 12 for boys aged 12 to 18 years old and ≥14 for girls and those with suspected depression (CDI score ≥13) were then examined by psychiatrist. The adolescent diagnosed with anxiety and depression disorder were instructed to fill out a recurrent abdominal pain questionnaire based on Apley and Naish criteria. We have got a number of adolescents with and without recurrent abdominal pain.

Results: The 144 students participated in this study were divided into two groups consisting of 84 students with anxiety disorder and 60 students with depression disorder. Sixty students of the anxiety disorder group and 31 students of the depression disorder group experienced recurrent abdominal pain. The prevalence of anxiety and depression disorder was 8,7% and 6,25% respectively. There was a significant relationship between anxiety disorder (P=0.008) and depression disorder (P=0.04) with recurrent abdominal pain.

Conclusion The anxiety and depression disorder were associated to recurrent abdominal pain in adolescents.

Keyword:Anxiety disorders, depression disorders, recurrent abdominal


(20)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan ansietas dan gangguan depresi menjadi target dan masalah kesehatan yang penting untuk dicegah, karena onsetnya yang cepat, dapat menetap sampai dewasa dan comorbid dengan masalah kesehatan lain.1 Dikatakan bahwa gangguan ansietas dan gangguan depresi umumnya terjadi pada masa anak dan remaja, bervariasi tergantung dari kelompok umur dan makin meningkat dengan bertambahnya umur.2 Lebih dari 150 juta orang menderita depresi saat ini dan hampir 1 juta remaja melakukan tindakan bunuh diri setiap tahunnya. Studi epidemiologi melaporkan bahwa prevalensi gangguan ansietas dan gangguan depresi pada anak dan remaja bervariasi yaitu berkisar antara 2.6% sampai 41.2%.3 Diagnostic Interview Schedule for Children (DISC) dan

Asian/Pacific Islander Adolescents menyatakan bahwa prevalensi gangguan ansietas secara keseluruhan rata-rata 9.1% pada remaja di Asia Pasifik.4

Ansietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi disertai dengan gejala somatik yang menandakan adanya aktivitas yang berlebihan dari susunan saraf pusat autonomik,5 sedangkan depresi adalah suatu keadaan terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyertanya seperti gangguan pola tidur, nafsu


(21)

makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.5,6

Anak-anak dengan gangguan ansietas dapat menimbulkan dampak terhadap prestasi akademik dan aspek sosial lainnya dari kehidupan sekolah sehingga cukup mengganggu aktivitas anak sehari-hari.5 Anak akan merasa tegang atau khawatir, mudah lelah, mempunyai kesulitan berkonsentrasi dan adanya gangguan tidur.5,6 Gangguan ini biasanya muncul pada pertengahan remaja sampai pertengahan usia 20-an dan dua kali lebih banyak dijumpai pada anak perempuan dibanding anak laki-laki.5

Pada beberapa anak dengan gangguan ansietas dan stres emosional tampak jelas menunjukkan adanya keluhan sakit perut.7 Emosi, proses kognitif dan sistem susunan saraf pusat lainnya berpengaruh juga dalam mengatur persepsi nyeri.8 Sakit perut berulang merupakan salah satu gangguan yang sering terjadi pada anak dan remaja, terjadi secara berulang pada anak sekolah dan meningkat pada anak perempuan di atas usia 9 tahun.9

Sakit perut berulang adalah sakit perut yang terjadi lebih atau paling sedikit tiga kali dalam waktu 3 bulan dan cukup berat berpengaruh pada aktivitas anak.10,11 Sekitar 42% sampai 85% anak dengan gangguan ansietas menderita sakit perut berulang.12

Walaupun beberapa studi menunjukkan bahwa kejadian sakit perut berulang lebih banyak disebabkan oleh karena gangguan ansietas dan


(22)

depresi, tetapi beberapa studi masih memperdebatkan apakah sakit perut berulang pada anak disebabkan oleh karena faktor organik atau psikogenik.13

Peneliti ingin menilai apakah gangguan ansietas dan gangguan depresi dapat mempengaruhi kejadian sakit perut berulang, disamping itu untuk menilai pengaruh keterlibatan faktor psikogenik dalam hal ini ansietas dan depresi pada remaja terhadap kejadian sakit perut berulang. Penelitan ini juga merupakan penelitian bersama dari berbagai divisi di bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU) seperti: divisi Pediatri Sosial, Gastroenterologi, Neurologi, Infeksi dan Respirologi, serta tersedia sarana penelitian berupa laboratorium di kecamatan Secanggang tersebut, sehingga memudahkan dalam penelitian.

1.2. R umusan Masalah

Apakah gangguan ansietas dan gangguan depresi berhubungan dengan sakit perut berulang?

1.3. Hipotesis

Gangguan ansietas dan gangguan depresi berhubungan dengan sakit perut berulang.


(23)

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan gangguan ansietas dan gangguan depresi terhadap kejadian sakit perut berulang pada remaja.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial, khususnya dalam menilai penyebab sakit perut berulang pada remaja.

2. Di bidang pelayanan masyarakat: meningkatkan pelayanan kesehatan remaja yang menderita sakit perut berulang, khususnya pelayanan di bidang Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial Anak, dengan mengetahui prevalensi gangguan ansietas dan gangguan depresi pada remaja, dapat disusun suatu program perencanaan untuk mengatasi gangguan ansietas dan gangguan depresi pada remaja. Jika prevalensi itu ternyata tinggi, program pencegahan dijadikan sebagai program prioritas pelayanan kesehatan pada remaja.

3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan masukan terhadap standar pelayanan kesehatan di bidang pediatri sosial remaja khususnya dalam menilai hubungan gangguan ansietas dan gangguan depresi terhadap kejadian sakit perut berulang pada remaja.


(24)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi 2.1.1.Gangguan Ansietas

Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada anak dan remaja. Ansietas adalah suatu keadaan aprehensi atau khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.14 Ansietas merupakan suatu fenomena kompleks yang menandakan adanya dinamika kehidupan dan bagian dari proses psikis yang memberikan isyarat fisik dan mental bahwa terdapat perubahan internal dan eksternal.15

Ansietas dapat terjadi pada keadaan normal bila secara tiba-tiba berhadapan dengan keadaan bahaya, menghadapi ujian / tantangan dan kadang-kadang terjadi bila bertemu dengan orang yang kita takuti.16 Gangguan ansietas ditandai dengan gejala fisik seperti kecemasan (khawatir akan nasib buruk), sulit konsentrasi, ketegangan motorik, gelisah, gemetar, renjatan, rasa goyah, sakit perut, punggung dan kepala, ketegangan otot, mudah lelah, berkeringat, tangan terasa dingin, dan sebagainya. 5,15,16

Pada beberapa literatur menyebutkan bahwa anak dengan sakit perut berulang lebih lazim disebabkan oleh karena ansietas pada diri mereka dan orang tuanya terutama ibu.6 Satu studi menyatakan bahwa pada stres atau ansietas dapat mengaktifkan reaksi disfungsi otonomik


(25)

tractus gastrointestinal yang dapat menyebabkan gejala sakit perut berulang.7,17

Penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa beberapa sakit perut berulang terbukti secara empiris berhubungan dengan gangguan emosi pada anak dan orang tua mereka.1 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan ansietas lebih tinggi terjadi pada anak dengan sakit perut berulang dibandingkan anak yang sehat dalam masyarakat.7,14

2.1.2. Gangguan Depresi

Depresi adalah gangguan mood (keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang) dan sering terdapat dalam masyarakat, tidak memandang suku maupun ras. 18 Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi ke-3 (PPDGJ III) di Indonesia mengklasifikasikan gangguan depresi atas episode depresif dan gangguan depresif berulang. Menurut PPDGJ III, depresi adalah gangguan yang memiliki karakteristik : 15,19

a. Gejala utama - Afek depresif

- Kehilangan minat dan kegembiraan

- Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah

lelah dan berkurangnya aktivitas b. Gejala lainnya


(26)

- Harga diri, dan kepercayaan diri berkurang - Adanya perasaan bersalah dan tidak berguna - Pandangan masa depan suram dan pesimis

-Perbuatan atau gagasan membahayakan diri atau bunuh diri

-Tidur terganggu

-Nafsu makan berkurang.

Biasanya diperlukan waktu sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan diagnosis.20

Salah satu mekanisme terjadinya depresi adalah mekanisme kolinergik. Berdasarkan hipotesis kolinergik terjadinya peningkatan asetilkolin otak berhubungan dengan depresi. Pada depresi terjadi peningkatan asetilkolin yang mengakibatkan hipersimpatotonik sistem gastrointestinal yang akan menimbulkan peningkatan peristaltik dan sekresi asam lambung yang dapat menyebabkan hiperasiditas lambung, kolik, vomitus dan sebagian besar menyebabkan gejala-gejala gastritis dan ulkus.5

Gangguan ansietas umumnya terjadi bersamaan dengan gangguan depresi dan banyak juga gangguan depresi terjadi bersamaan dengan gangguan ansietas, sehingga sampai saat ini hubungan antara gangguan ansietas dan gangguan depresi masih sering diperdebatkan. Ketakutan pergi ke sekolah dan sikap overprotektif dari orang tua dapat menjadi suatu gejala depresi pada anak.19,20


(27)

Studi terdahulu menemukan adanya hubungan psikologi pada anak dengan terjadinya sakit perut berulang. Penelitian yang dilakukan pada anak dengan masalah kesehatan mendukung adanya hubungan antara sosial, kemampuan diri dan gangguan depresi maupun gangguan ansietas pada anak-anak dengan sakit perut berulang.17,20

2.2. Epidemiologi

Sebanyak duapertiga gangguan depresi memiliki gejala ansietas yang menonjol, dan sepertiga mungkin memenuhi kriteria gangguan panik. Dikatakan bahwa gangguan ansietas biasanya lebih banyak dibandingkan dengan gangguan depresi. 2,3

Gangguan ansietas dan gangguan depresi ditambah gejala hiperaktif sistem saraf autonomik seperti keluhan sakit perut paling sering ditemukan.21 Faktor stres psikososial dapat mempengaruhi intensitas dan kualitas sakit perut. Sakit perut berulang pada anak dilaporkan terjadi antara 10% sampai 15% dengan usia berkisar 4 sampai 16 tahun.22

2.3. Sakit Perut Berulang

Sakit perut berulang menurut kriteria Apley dan Naish adalah sakit perut yang terjadi lebih atau paling sedikit tiga kali dengan jarak tiga bulan berturut-turut dan cukup berat mempengaruhi aktivitas sehari-hari.23,24 Sakit perut berulang terjadi pada sekitar 10% sampai 15% anak sekolah menengah pertama dan atas dengan rentang usia dari 5 sampai 15 tahun.


(28)

Sementara sebagian besar sakit perut berulang disebabkan oleh penyebab non organik (fungsional). Penyebab organik ditemukan hanya sekitar 10% dari penderita.23,25

Dikatakan bahwa anak akan mengurangi aktivitas mereka sehubungan dengan rasa nyeri yang dirasakannya.26 Dilaporkan bahwa anak dengan sakit perut tidak dapat menghabiskan waktunya untuk bermain dengan sesama teman atau melakukan kegiatan olah raga dan hobi mereka. Lebih lanjut ada penulis yang melaporkan adanya gangguan tidur, masalah makan atau terjadinya perubahan selera makan, juga ketidakhadiran mereka selama beberapa hari di sekolah. 26,27

Penyebab sakit perut sangat komplek, tidak hanya disebabkan oleh satu sebab saja.8 Penyebab organik dari sakit perut pada anak adalah konstipasi, kolelitiasis, inflammatory bowel disease, defisiensi lactase, dan infeksi saluran kemih.28 Mekanisme pasti dari sakit perut berulang belum jelas, kebanyakan pada anak penyebabnya adalah non organik.8 Anak dengan sakit perut berulang dapat dipengaruhi oleh karena adanya faktor ansietas, ketakutan dan malu.29

Prevalensi sakit perut berulang pada anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki.8 Namun salah satu studi yang dilakukan di Amerika menyatakan bahwa tidak ada perbedaan prevalensi antara anak laki-laki dan perempuan dan berdasarkan dari usia anak terdapat dua puncak gejala sakit perut berulang yaitu pada usia dibawah 5 tahun dan usia antara 8 sampai 10 tahun.16


(29)

Studi lain mengevaluasi gejala pada kelompok anak dengan usia yang bervariasi, didapatkan hasil bahwa gejala sakit perut berulang terbanyak terjadi pada usia 4 sampai 6 tahun.9,30

Satu studi menyatakan bahwa gejala sakit perut berulang meningkat pada anak-anak usia 12 sampai 15 tahun.5 Jenis kelamin, tingkat kecerdasan dan sifat individu pada anak dengan sakit perut fungsional dan sakit yang disebabkan oleh kelainan organik tidak dapat dibedakan.13

2.4. Gambaran Klinis

Gejala non organik (fungsional) dari sakit perut berulang tidak spesifik. Evaluasi dan penatalaksanaan sakit perut berulang dapat dilihat dengan mengidentifikasi predisposisi somatik seperti ketidakstabilan otonomik dan pergerakan usus.23 Stres lingkungan seperti masalah akademik, sosial, keluarga dan karakteristik temperamen yang spesifik dikatakan dapat memperberat keluhan sakit perut. Penurunan berat badan pada sakit perut berulang organik berpengaruh pada penurunan berat badan akan tetapi hal ini tidak berkaitan dengan sakit perut fungsional.28 Adapun gambaran klinis sakit perut berulang dapat dilihat pada table 2.1.31


(30)

Tabel 2.1. Gambaran klinis penyebab organik dan non organik sakit perut berulang.31

Gambaran klinis Penyebab organik Penyebab Non-organik

Sifat nyeri Dimana saja tetapi umumnya di punggung dan nyeri suprapubik. Catatan khususnya pada regio kuadran kanan atas dan kanan bawah.

Biasanya di tengah dan sering pada epigastrium.

Riwayat keluarga ( umumnya nyeri perut, sakit kepala dan depresi)

Sedikit, dengan catatan ada riwayat keluarga inflammatory bowel disease.

Lebih mungkin

Faktor psikologikal (umumnya

kecemasan)

Ringan Kemungkinan ada

kecemasan

Sakit kepala Ringan Lebih mungkin

Tanda dan gejala alarm

• Umumnya muntah • Diare berat kronik • Demam yang tidak jelas • Kehilangan darah melalui

gastrointestinal

Gejala sedikit

Tanda abnormal Ada Tidak ada

Pertumbuhan abnormal dan penurunan berat badan involunter

Ada Tidak ada

Pemeriksaan abnormal: darah lengkap, laju endap darah, urinalisa

Dijumpai Tidak dijumpai


(31)

2.5.1.Anamnesis

Untuk membuat diagnosis diperlukan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik lengkap, dan pemeriksaan laboratorium penunjang. Anamnesis berdasarkan usia, biasanya terjadi pada usia 5 sampai 14 tahun, rasa sakit, pola defekasi, pola kencing, siklus haid, gejala / gangguan traktus respiratorius, gangguan muskuloskeletal, aspek psikososial, trauma, penyakit yang pernah diderita dalam keluarga, adakah faktor stres dalam keluarga.25,32 Dari anamnesis yang baik sudah dapat mengetahui apakah penyebab sakit perut berulang itu disebabkan oleh kelainan organik atau bukan.32

2.5.2. Pemeriksaan fisik

Umumnya tidak didapatkan kelainan pada pemeriksaan fisik. Dari hasil pemeriksaan fisik dapat diketahui apakah penyebab sakit perut berulang tersebut kelainan organik atau bukan.25

Tanda peringatan sakit berulang pada pemeriksaan fisik adalah penurunan berat badan, pembesaran organ, fistula perianal, fistula ani, ulkus perirektum, pembengkakan sendi. Pemeriksaan laboratorium yaitu dengan melakukan pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah (LED), urinalisa, biakan urin pada anak wanita.25,32 Pemeriksaan penunjang lainnya disesuaikan dengan kelainan yang didapat pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, seperti uji hidrogen nafas,


(32)

ultrasonografi (USG) abdomen, lipase dan amilase darah, serta test fungsi hati.32

2.6. Pengukuran Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi 2.6.1. Child Behavior Checklist (CBCL)

Child Behavior Checklist dibuat oleh Thomas Achenbach, yang diawali dengan deskripsi masalah yang dihadapi orang tua dan para profesional kesehatan mental. Deskripsi ini berdasarkan penelitian terdahulu, literatur klinis dan konsultasi dengan psikolog klinis serta psikiater anak dan pekerja sosial kejiwaan. Akhirnya didapati 118 items seperti yang terdapat pada lampiran.33

Child Behavior Checklist merupakan skala pengukuran yang digunakan untuk menilai prilaku dan kompetensi sosial anak pada usia 4 sampai 18 tahun. CBCL terdiri dari 7 skala subklinikal yaitu withdrawn behaviour, somatic complaints dan anxious/depressed, social problems, thought problems, attention problems, delinquency behavior, aggression behavior.33,34

Child Behavior Checklist merupakan formulir yang sudah distandarisasi, diisi oleh orang tua yang digunakan untuk menilai laporan orang tua dan pribadi anak yang menggambarkan gejala ansietas dan depresi serta keluhan somatik.34 Selanjutnya diperoleh skor internalisasi (withdrawn, somatic complaints dan anxious/depressed) dan skor eksternalisasi(aggression behavior, delinquency behavior). Untuk


(33)

masing-masing skor diperoleh skor T berdasarkan daftar. Data berdasarkan T skor normal untuk usia dan jenis kelamin. Skor T 60 digunakan sebagai

cut off point. 33,34

2.6. 2. Children’s Depression Inventory’s (CDI)

Children’s Depression Inventory’s adalah skala yang digunakan untuk menilai gejala depresi pada anak dan remaja usia 7 sampai 17 tahun. CDI merupakan kuesioner yang terdiri dari 27 item, dimana untuk setiap pertanyaan tersebut mendapat skor minimal nol dan maksimal dua, skor nol menunjukkan tidak ada gejala, skor satu untuk gejala ringan, dan skor dua untuk gejala berat. Dikatakan gangguan depresi bila diperoleh nilai total ≥ 13.12,35

Beberapa studi mengatakan bahwa anak dengan gangguan depresi mempunyai nilai lebih tinggi dengan menggunakan CDI daripada anak yang tidak mengalami depresi dengan gangguan lainnya.36

Children’s Depression Inventory’s digunakan sebagai alat skrining yang berguna untuk memberikan informasi berdasarkan umur, jenis kelamin dan gambaran tentang gejala-gejala anak yang mengalami depresi.35,36 Berdasarkan studi epidemiologi, skala ini sudah banyak dipergunakan sebagai skrining pada anak-anak yang mengalami depresi.36


(34)

2.7. Hubungan Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi Terhadap Sakit Perut Berulang Pada Remaja

Anak dan remaja yang mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi dinilai lebih sering menderita sakit perut berulang dalam masyarakat.27 Satu studi sebelumnya menunjukkan bahwa anak yang stres setiap harinya dilaporkan lebih sering mengalami sakit perut.12

Dikatakan juga bahwa gangguan ansietas, gangguan depresi, serta stres emosional biasanya dialami pada anak-anak yang menderita sakit perut berulang.10 Penelitian yang dilakukan di Amerika menyatakan bahwa prevalensi gangguan ansietas pada anak-anak dengan sakit perut berulang terjadi antara 42% sampai 85%.14

Hubungan antara sakit perut dengan gangguan ansietas dan gangguan depresi pada anak penting untuk beberapa alasan. Pertama dikatakan bahwa adanya bukti hubungan antara fisik dan masalah psikologis pada anak dan remaja.10,14 Penelitian yang dilakukan di Nashville Tennessee, menemukan bahwa sakit perut, sakit kepala dan nyeri otot, kuat hubungannya dengan gangguan ansietas, gangguan depresi dan gangguan tingkah laku pada anak-anak usia 9 sampai 16 tahun. Kedua dikatakan bahwa gejala fisik sering merupakan bagian dari kriteria gangguan psikologis. Ketiga dikatakan bahwa gejala nyeri dapat memperburuk atau menambah gejala psikososial seperti contoh seorang anak dengan muntah berulang kali yang diinduksi oleh sakit kepala, dapat menjadi ansietas, ini menyebabkan si anak akan tinggal di rumah dan


(35)

tidak mau pergi ke sekolah atau melakukan aktivitas lain. Penghindaran kegiatan sosialisasi ini akan meningkatkan ansietas si anak yang pada akhirnya akan memperburuk gejala gastrointestinalnya.13

Hubungan antara sakit perut dan gangguan ansietas serta gangguan depresi ini memerlukan penelitian lebih lanjut sebagai kontrol untuk gejala somatik dan gangguan ansietas. Jika sakit perut berulang ini merupakan satu kriteria dari gangguan ansietas, maka jelas ada hubungan antara sakit perut berulang dengan gangguan ansietas.14


(36)

2.8. Kerangka Konseptual

= yang diamati dalam penelitian = yang berhubungan langsung Faktor emosional

dan psikologikal

Sakit Perut Berulang (Kriteria Apley dan Naish 1958) Gangguan ansietas dan gangguan depresi

Tingkat

Sosioekonomi

Neurotransmiter (asetilkolin, gamma

amino butirat acid,

serotonin,norepinefrin

Status Nutrisi • Berat Badan • Tinggi Badan

Fungsi Kognitif

• Kemampuan Verbal • Kemampuan Motorik • Kemampuan Aritmatik • Kehadiran di Sekolah

Mempengaruhi aktivitas anak sehari-hari

--- = yang tidak secara langsung berhubungan Gambar. 2. 1. Kerangka konseptual


(37)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai hubungan gangguan ansietas dan gangguan depresi terhadap kejadian sakit perut berulang pada remaja.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Swasta Maju, Madrasah Tsanawiyah Swasta Amaliyah Karang Gading, SLTP Negeri 1 dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta Maju, Madrasah Aliyah Swasta Amaliyah Karang Gading, Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) Negeri 1 di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara. Dipilih 3 SLTP dan 3 SLTA tersebut oleh karena ke-6 sekolah tersebut mudah dijangkau dari lokasi penelitian. Waktu penelitian dimulai pada bulan Agustus hingga Oktober 2009. (jadwal terlampir)

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah anak sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas yang mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi beserta orang tuanya. Populasi terjangkau adalah populasi target yang bertempat tinggal di kecamatan Secanggang yang menjadi tempat


(38)

penelitian. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus sampel untuk dua populasi independen,37 yaitu:

(

)

(

)

2

2 1 2 2 2 1 1 β α 2 1 P P Q P Q P Z 2PQ Z n n − + + = = n = jumlah subjek

Zα = deviat baku normal untuk α = 1,96 Zß = 0,842

P1 = insidens gangguan ansietas dan gangguan depresi pada populasi = 9% = 0,09 4

P2 = insidens tanpa gangguan ansietas dan gangguan depresi = 29% = 0,29

Q1 = 1 - P1 = 1 – 0,09 = 0,91 Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,29 = 0,71 P = ½ (P1+P2) = 0,19

Q = 1 – P = 0,81

Dengan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel minimal untuk masing-masing kelompok sebanyak 59 orang. Pemilihan sampel dipilih dengan cara consecutive sampling.


(39)

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi

1. Berusia 12 sampai 18 tahun

2. Mengalami gangguan ansietas dengan skor CBCL pada kategori

anxious / depressed untuk anak laki-laki ≥ 12 dan anak perempuan ≥ 14 dan gangguan depresi anak-anak dengan skor CDI ≥ 13

3. Orang tua bersedia mengisi informed consent.

3.5.2 Kriteria Eksklusi:

1. Siswa yang mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi berat dan sedang menjalani pengobatan psikiatri.

2. Siswa yang mengalami kelainan sakit perut berulang organik. 3. Siswa yang menderita penyakit organik yang menyebabkan

gangguan ansietas dan gangguan depresi.

3.6 Persetujuan / Informed consent

Semua subyek penelitian sudah diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu. Formulir penjelasan terlampir dalam penelitian


(40)

Penelitian ini sudah disetujui oleh Komite Etik Penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 3.8.1 Cara Kerja

1. Orang tua/wali siswa keenam sekolah dikumpulkan di sekolah masing-masing untuk diberi penyuluhan kesehatan mengenai ansietas dan depresi dan kemudian diminta persetujuannya agar anaknya boleh diikutsertakan dalam penelitian ini.

2. Formulir CBCL diisi oleh peneliti melalui wawancara langsung dengan orang tua sampel.

3. Lembaran CDI dibagikan kepada masing-masing siswa, kemudian lembaran tersebut diisi oleh siswa dipandu oleh peneliti.

4. Siswa yang diduga menderita ansietas dan depresi adalah siswa yang terjaring melalui formulir CBCL dengan nilai pada kategori

anxious / depressed untuk usia 12 sampai 18 tahun untuk anak laki-laki ≥ 12 dan anak perempuan ≥ 14 dan yang diduga mengalami depresi anak dengan skor CDI ≥ 13, setelah itu siswa-siswa tersebut diperiksa oleh seorang psikiater untuk menegakkan diagnosis gangguan ansietas dan gangguan depresi berdasarkan PPDGJ III. Jika menurut psikiater anak didiagnosis mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi (berdasarkan PPDGJ III) maka siswa tersebut diminta untuk mengisi kuesioner sakit perut berulang.


(41)

5. Anak yang mengisi kuesioner sakit perut berulang kemudian dilakukan pemeriksaan darah rutin dan urin rutin untuk menyingkirkan kelainan sakit perut organik.

6. Diperoleh jumlah penderita gangguan ansietas dan gangguan depresi yang mengalami sakit perut berulang sesuai kriteria Apley

dan Naish dan yang tidak menderita sakit perut berulang. 7. Data dimasukkan dalam tabel, kemudian dianalisa lebih lanjut.


(42)

3.8.2 Alur Penelitian 3.8.2 Alur Penelitian

Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria

Mengisi kuisioner CBCL dan CDI Mengalami gangguan ansietas Menderita sakit perut berulang Tidak menderita sakit perut berulang Mengalami gangguan depresi Menderita sakit perut berulang Pemeriksaan darah

rutin dan urin rutin

Mengisi kuesioner sakit perut berulang Didiagnosis oleh psikiater

berdasarkan PPDGJ III

Tidak

menderita sakit perut berulang


(43)

3.9 Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Ansietas Nominal

Depresi Nominal

Variabel tergantung Skala

Sakit perut berulang Nominal

3.10. Definisi Operasional

1. Ansietas merupakan suatu keadaan aprehensi atau khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.14 Dalam penelitian ini skrining awal diduga ansietas berdasarkan CBCL dengan skor anxious / depressed untuk usia 12 sampai 18 tahun pada anak laki-laki ≥ 12 dan anak perempuan ≥ 14,33 diagnosis gangguan ansietas kemudian ditegakkan oleh psikiater berdasarkan PPDGJ III.19

2. Depresi merupakan gejala utama hilangnya mood dan inisiatif yang bukan merupakan gangguan neurologi.17 Skrining dilakukan dengan CDI, diduga mengalami depresi jika skor CDI ≥ 13,35 diagnosis gangguan depresi anak ditegakkan oleh psikiater berdasarkan PPDGJ III.19


(44)

3. CBCL adalah alat skrining yang digunakan untuk menilai prilaku dan kompetensi sosial anak pada usia 4 sampai 18 tahun dimana nilai dari masing-masing jawaban dijumlahkan dan kemudian dilihat berapa skor yang diperoleh, untuk skor anxious / depressed pada anak laki-laki ≥ 12 dan anak perempuan ≥ 14 pada usia 12 sampai 18 tahun.33

4. CDI adalah alat skrining yang digunakan untuk menilai gejala depresi pada anak remaja usia 7 sampai 17 tahun dimana setiap jawaban mempunyai nilai skor nol, satu dan dua, kemudian masing-masing skor tersebut dijumlahkan sehingga akhirnya diperoleh skor ≥ 13.35

5. Sakit perut berulang adalah episodik nyeri yang terjadi paling sedikit tiap bulan dalam 3 bulan berturut-turut yang cukup berat berpengaruh pada aktivitas sehari-hari berdasarkan kriteria Apley

dan Naish.23

6. Tidak menderita sakit perut berulang adalah suatu keadaan tidak mengalami episodik nyeri yang terjadi paling sedikit tiap bulan dalam 3 bulan berturut-turut yang cukup berat berpengaruh pada aktivitas sehari-hari berdasarkan kriteria Apley dan Naish.23

7. Kelainan sakit perut organik adalah sakit perut yang disebabkan kelainan organik.28 Pada penelitian ini untuk menyingkirkan


(45)

kelainan sakit perut organik dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah rutin dan urin rutin.

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

Untuk menilai hubungan gangguan ansietas dan gangguan depresi pada anak dengan sakit perut berulang digunakan uji kai kuadrat. Data yang terkumpul diolah, dianalisa, dan disajikan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 15.0 dengan tingkat kemaknaan P<0.05 (CI = 95%).


(46)

BAB 4. HASIL

4. 1. Hasil Penelitian

Dilakukan skrining untuk mencari siswa–siswa SLTP dan SLTA yang mengalami ansietas dan depresi sesuai dengan kriteria CBCL dan CDI pada 6 sekolah yaitu 3 SLTP dan 3 SLTA sederajat di kecamatan Secanggang kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara. Sekolah Lanjutan Pertama Swasta Maju Secanggang mempunyai 6 kelas dengan jumlah siswa 214 orang, Madrasah Tsanawiyah Swasta Amaliyah Karang Gading mempunyai 3 kelas dengan jumlah siswa 145 siswa, SMP Negeri 1 terdapat 5 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 250 orang. Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Maju mempunyai 3 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 138 orang, Madrasah Aliyah Swasta Amaliyah Karang Gading mempunyai 3 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 88 orang dan SMA Negeri 1 mempunyai 3 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 125 orang. Jadi jumlah total siswa yang diskrining sebanyak 960 orang.

Dari 960 siswa yang diskrining, terdapat 250 siswa yang diduga mengalami anxious / depressed sesuai skor CBCL, dan dari 250 siswa tersebut didapatkan 106 siswa yang mempunyai skor CDI ≤ 13 sehingga dikeluarkan dari penelitian. Akhirnya yang diambil sebagai sampel adalah 144 siswa yang mempunyai skor CBCL ≥ 12 (untuk anak laki-laki) dan ≥


(47)

14 (untuk anak perempuan) dan skor CDI ≥ 13. Dari 144 siswa yang diduga mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi sesuai kriteria CBCL dan CDI kemudian diperiksa oleh psikiater untuk memastikan adanya gangguan ansietas dan gangguan depresi berdasarkan kriteria PPDGJ III, dari hasil wawancara tersebut didapatkan sebanyak 60 siswa yang benar-benar mengalami gangguan depresi ringan dan 84 siswa yang mengalami gangguan ansietas sehingga didapatkan prevalensi gangguan anxietas sebanyak 8.7% dan gangguan depresi sebanyak 6.25% pada remaja di lokasi penelitian. Masing-masing kelompok tersebut selanjutnya diberikan kuesioner sakit perut berulang dan didapatkan sebanyak 60 orang siswa yang menderita sakit perut berulang dan 24 orang yang tidak menderita sakit perut berulang pada kelompok gangguan ansietas, sementara dari kelompok gangguan depresi didapatkan sebanyak 31 orang yang menderita sakit perut berulang dan 29 orang yang tidak menderita sakit perut berulang.


(48)

Siswa mengalami

gangguan ansietas/ depresi sesuai skor CBCL (N=250)

Populasi penelitian (N=960)

Siswa sesuai kriteria ansietas dan depresi yang memenuhi skor

CBCL dan CDI (N=144)

Gambar 4. 1. Profil penelitian

Rerata umur sampel dalam penelitian ini adalah 14.3 tahun untuk kelompok gangguan ansietas dan 14 tahun pada kelompok gangguan depresi dengan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan untuk kedua kelompok yaitu sebanyak 47 orang (56%) pada kelompok gangguan ansietas dan 32 orang (53%) pada kelompok gangguan depresi. Berat badan masing-masing kelompok 38.9 kg dan 37.7 kg serta tinggi badan

Siswa menderita gangguan ansietas (sesuai PPDGJ III) (N=84)

Siswa

menderita sakit perut berulang (n=60)

Siswa tidak menderita sakit perut berulang (n=24)

Siswa menderita ganguan depresi (sesuai PPDGJIII) (N=60) Siswa menderita sakit perut berulang (n=31) Siswa tidak menderita sakit perut berulang (n=29) 106 siswa dieksklusikan karena skor CDI < 13


(49)

145.1 cm dan 145.3 cm. Status nutrisi terbanyak pada kedua kelompok adalah gizi normal yaitu sebanyak 70.2% pada kelompok gangguan ansietas dan 60% pada kelompok gangguan depresi. Paling banyak orang tua siswa berpenghasilan rata-rata berkisar 300 ribu rupiah sampai 1 juta rupiah. Pendidikan orang tua terbanyak pada kedua kelompok adalah pendidikan dasar (SD dan SLTP) yaitu sebanyak 62 orang (73.8%) pada kelompok gangguan ansietas dan 40 orang (66.7%) pada kelompok gangguan depresi. (Tabel 4.1)

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian

Karakteristik Gangguan ansietas (n=84)

Gangguan depresi (n=60)

Umur (tahun), rerata (SD) Berat badan (kg), rerata (SD) Tinggi badan (cm), rerata (SD) Jenis kelamin, n (%)

- Laki-laki - Perempuan

Status nutrisi, n (%) - Obesitas - Gizi lebih - Gizi normal

- Gizi kurang Penghasilan orang tua, n (%)

- < Rp. 300 ribu

- Rp. 300 ribu – 1 juta - > Rp. 1 juta Pendidikan orang tua, n (%)

- Tidak sekolah - Sekolah Dasar

- Pendidikan Menengah - Pendidikan Tinggi

Sakit perut berulang, n (%)

- Ya

- Tidak

14.4 (1.34) 38.9 (7.80) 145.1(7.71) 37(44.0) 47(56.0) 2(2.4) 14 (16.7) 59 (70.2) 9(10.7) 0 (0.0) 62 (73.8) 22(26.2) 0 (0.0) 62 (73.8) 17( 20.2) 5 (6.0) 60 (71.4) 24 (28.6) 14.0 (1.36) 37.7 (8.26) 145.3 (7.64) 28 (46,7) 32 (53.3) 2 (3.3) 7 (11.7) 36 (60.0) 15(25.0) 0 (0.0) 36 (60.0) 24 (40.0) 0 (0.0) 40 (66.0) 17 (28.3) 3 (5.0) 31 (51.7) 29 (48.3)


(50)

Tabel 4.2. Distribusi jumlah sampel penelitian pada tiap-tiap skala CBCL dan CDI yang menderita sakit perut berulang dan tidak menderita sakit perut berulang

Parameter (n=144)

Sakit perut berulang n (%)

Tidak sakit perut berulang n (%)

P

CBCL Summary Measure - Internalizing

- Externalizing - Total score Individual CBCL Scale

- Withdrawn

- Somatic complaints - Anxious/Depressed - Social Problems - Thought Problems - Attention Problems - Delinquent Behavior - Aggressive Behavior CDI

- Depresi

89 (61.8) 77 (53.5) 73 (50.7) 78 (54.2) 88 (61.1) 91 (63.2) 74 (51.4) 69 (47.9) 68 (47.2) 67 (46.5) 74 (43.1) 91 (63.2) 55 (27.0) 67 (46.5) 71 (49.3) 66 (45.8) 56 (38.9) 53 (36.8) 70 (48.6) 75 (52.1) 76 (52.8) 77 (53.5) 70 (56.9) 53 (36.8) 0.010 0.390 0.800 0.010 0.020 0.005 0.010 0.135 0.187 0.100 0.240 0.050

Tabel 4.2 menunjukkan distribusi jumlah sampel penelitian pada tiap-tiap skala CBCL dan CDI yang menderita sakit perut berulang dan tidak menderita sakit perut berulang. Semua sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang menderita sakit perut berulang dan tidak menderita sakit perut berulang. Dari penilaian CBCL Summary Measure


(51)

sakit perut berulang (n=89) daripada siswa yang tidak menderita sakit perut berulang (n= 55) (P=0.01), sementara untuk externalizing dan

total score tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok. Penilaian terhadap Individual CBCL Scale tidak didapati perbedaan yang bermakna pada skala thought problems, attention problems, delinquent behavior dan aggressive behavior antara kedua kelompok, sedangkan untuk skala withdrawn, somatic complaints, anxious / depressed, social problems menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok. Sementara itu, kelompok yang menderita sakit perut berulang memiliki nilai CDI lebih tinggi daripada kelompok yang tidak sakit perut berulang. (P=0.05).

Tabel 4. 3. Hubungan gangguan ansietas dan gangguan depresi berdasarkan PPDGJ III terhadap sakit perut berulang dan tidak menderita sakit perut berulang

Sakit perut Tidak sakit perut P berulang n (%) berulang n (%)

Gangguan ansietas (n=84) 60 (71.4) 24 (28.6) 0.008 Gangguan depresi (n=60) 31 (51.7) 29 (48.3) 0.040

Hubungan gangguan ansietas dan gangguan depresi berdasarkan PPDGJ III terhadap sakit perut berulang ditunjukkan pada tabel 4.3. dimana pada kelompok gangguan ansietas terlihat bahwa lebih banyak siswa yang menderita sakit perut berulang dibandingkan dengan yang tidak menderita sakit perut berulang (P = 0.008), demikian juga pada


(52)

kelompok gangguan depresi terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok.

Tabel 4.4. Distribusi jumlah sampel penelitian pada tiap-tiap skala CBCL dengan skor diatas cut off point

Parameter Sakit perut berulang n (%)

Tidak sakit perut berulang

n (%)

P

CBCL Summary Measure - Internalizing (n=74) - Externalizing (n=72) - Total score (n=70) Individual CBCL Scale

- Withdrawn (n=72)

- Somatic complaints (n=80) - Anxious/Depressed (n=144) - Social Problems (n=55) - Thought Problems (n=75) - Attention Problems (n=76) - Delinquent Behavior (n=77) - Aggressive Behavior (n=56)

54 (73.0) 37 (51.4) 34 (48.6) 41 (56.9) 50 (62.5) 91 (63.2) 32 (58.2) 42 (56.0) 34 (44.7) 35 (45.5) 23 (41.1) 20 (27.0) 35 (48.6) 36 (51.4) 31 (43.1) 30 (37.5) 53 (36.8) 23 (41.8) 33 (44.0) 42 (55.3) 42 (54.5) 33 (58.9) 0.008 0.493 0.935 0.032 0.020 0.005 0.050 0.186 0.123 0.210 0.150

Ternyata jika dilihat dari hasil CBCL pada sampel penelitian secara keseluruhan diperoleh keadaan yang patologis (skor CBCL > 60). Pada

internalizing didapati keadaan yang patologis sebanyak 74 orang dengan penderita sakit perut berulang lebih banyak daripada yang tidak menderita sakit perut berulang, begitu juga pada externalizing terdapat 72 orang, sedangkan pada Total score sebanyak 70 orang dengan jumlah yang


(53)

tidak menderita sakit perut berulang lebih banyak daripada yang sakit perut berulang. Sementara pada penilaian Individual CBCL Scale didapati keadaan patologis pada skala withdrawn sebanyak 72 orang , somatic complaints 80 orang, anxious / depressed adalah 144 orang, social problems sebanyak 55 orang dan thought problems 75 orang, dimana sampel yang menderita sakit perut berulang lebih banyak daripada yang tidak menderita sakit perut berulang, sedangkan pada skala attention problems didapati sebanyak 76 orang, delinquent behavior 77 orang dan

aggressive behavior sebanyak 56 orang dengan penderita sakit perut berulang lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak menderita sakit perut berulang. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4.


(54)

BAB 5. PEMBAHASAN

Gangguan ansietas dan gangguan depresi merupakan bentuk gangguan emosional yang terbanyak ditemukan pada remaja. Pada penelitian ini didapati prevalensi gangguan ansietas sebesar 8.7% dan gangguan depresi 6.25%. Prevalensi gangguan ansietas di Indonesia belum banyak diteliti dan agak langka bila dibandingkan dengan prevalensi gangguan neurotik pada umumnya. Penelitian yang dilakukan tahun 2001 di kelurahan Tanjung Duren Utara dan Selatan, Jakarta Barat didapatkan prevalensi gangguan ansietas sebesar 8,71%. Sebagian besar kasus ansietas tidak berupaya untuk mendapatkan pengobatan. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders DSM-III dan DSM IV hanya menyatakan bahwa ansietas banyak dijumpai di masyarakat. International clasification of diseases/ICD ke-10, maupun Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Jiwa (PPDGJ)-III, tidak menyebutkan prevalensi ansietas sama sekali.38 Diagnostic Interview Schedule for Children (DISC) dan

Asian/Pacific Islander Adolescents menyatakan bahwa prevalensi gangguan ansietas secara keseluruhan rata-rata 9.1% pada remaja di Asia Pasifik,4 sementara penelitian yang dilakukan di Amerika tahun 1993 yang melibatkan sebanyak 1500 remaja melaporkan bahwa prevalensi gangguan ansietas berkisar antara 8% sampai 9%.39 Studi epidemiologi di Philadelphia menyatakan bahwa prevalensi gangguan ansietas pada


(55)

remaja berkisar 10%, sedangkan gangguan depresi sekitar 2.6% sampai 18%.40

Perbedaan ini disebabkan oleh karena adanya perbedaan latar belakang sosial budaya masyarakat di negara barat dan timur. Masyarakat di negara barat tidak segan dan malu untuk melaporkan tentang kondisi anak mereka yang mengalami ganguan ansietas dan gangguan depresi, sementara di negara kita, kedua gangguan tersebut masih dianggap tabu, masyarakat masih kurang terbuka dan tidak mengetahui bahwa gangguan perilaku dan emosional ini merupakan suatu gangguan psikiatri, sehingga kedua gangguan tersebut jarang dan bahkan tidak dilaporkan.5

Pada studi ini, usia rerata anak yang mengalami gangguan ansietas adalah 14.3 tahun dan 14 tahun untuk gangguan depresi. Hal ini disebabkan oleh karena pada kelompok usia tersebut lebih cenderung mengalami stress terutama dalam menghadapi kehidupan sosial di sekolah dengan berbagai latar belakang budaya yang berbeda seperti perbedaan suku, sosial dan ekonomi.5 Didapati lebih banyak suku jawa daripada suku batak maupun minang. Beberapa siswa hidup merantau jauh dari orang tua dan keluarga.

Di Amerika, gangguan ansietas dan gangguan depresi lebih sering terjadi pada anak usia 9 sampai 16 tahun, hal ini dihubungkan dengan meningkatnya penggunaan dan ketergantungan obat-obatan dan alkohol yang cenderung dilakukan pada kelompok umur tersebut.40 Dikatakan


(56)

bahwa anak perempuan lebih banyak mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi daripada anak laki-laki. Pada studi ini, diperoleh anak perempuan lebih banyak yang mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi daripada anak laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh faktor psikis dimana anak perempuan lebih mudah mengalami stress daripada anak laki-laki.5

American Psycological Association (APA) menyatakan bahwa lebih banyak jumlah stress yang dihadapi anak perempuan dalam kehidupan kontemporer seperti faktor kemiskinan, penganiayaan fisik dan seksual. Anak perempuan lebih cenderung memperbesar masalah dengan mencoba memahami alasan mengapa mereka merasakan apa yang mereka rasakan, sementara anak laki-laki lebih mencoba untuk mengalihkan masalah dengan melakukan sesuatu yang dapat mereka nikmati untuk menghilangkan fikiran yang mereka rasakan.5.41

Salah satu gejala gangguan ansietas dan gangguan depresi adalah kehilangan nafsu makan, sehingga kedua gangguan tersebut dapat mempengaruhi status gizi seorang anak. Pada studi ini, didapati berat badan yang normal pada kedua gangguan, ini disebabkan karena di lokasi penelitian para remaja hanya mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi yang ringan sehingga hal ini tidak berpengaruh pada penurunan berat badan anak.19

Faktor sosial ekonomi yang rendah juga meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi.42


(57)

Pada studi ini, didapati bahwa paling banyak orang tua siswa yang mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi yang berpenghasilan rata-rata berkisar antara 300 ribu sampai satu juta rupiah, dengan mata pencaharian sebagai buruh kebun. Namun pada studi ini tidak dilakukan penilaian gangguan ansietas dan gangguan depresi terhadap sakit perut berulang di pedesaan ataupun perkotaan.

Di Pakistan, prevalensi gangguan ansietas dan gangguan depresi secara keseluruhan lebih banyak ditemukan pada status ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh karena masalah ekonomi dan riwayat kehidupan keluarga yang sulit,3,42 dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor sosial ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor penyebab kedua gangguan tersebut.5

Keluhan gastrointestinal berupa sakit perut merupakan salah satu keluhan somatik yang terbanyak dikeluhkan remaja pada studi ini. Anak dengan gangguan ansietas dan gangguan depresi akan lebih sering mengalami keluhan somatik seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual dan muntah daripada anak yang tidak mengalami gangguan ansietas. Hal ini disebabkan karena pada kedua gangguan tersebut para remaja cenderung mengalami kehilangan nafsu makan, disamping itu juga terjadi peningkatan asetilkolin yang mengakibatkan peningkatan peristaltik dan sekresi asam lambung yang menyebabkan hiperasiditas lambung.5,19 Kejadian sakit perut berulang pada studi ini lebih banyak terjadi pada remaja yang mengalami gangguan ansietas (P=0.008) dan gangguan


(58)

depresi (P=0.04) daripada remaja yang tidak mengalami sakit perut berulang. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan ansietas dan gangguan depresi yang dipicu akibat stress hidup dalam keluarga yang berkepanjangan sering menimbulkan sakit perut berulang. Adanya gangguan tidur, kehilangan minat dan kesenangan, jauh dari orang tua dan orang yang dicintai serta mudah menjadi lelah sebagian kecil juga dialami para remaja pada studi ini.19

Studi longitudinal tahun 2006, melaporkan bahwa gangguan ansietas pada remaja perempuan lebih banyak mengalami keluhan somatik daripada remaja yang tidak mengalami gangguan ansietas.39,40 Hal ini berbeda dengan apa yang didapatkan pada studi ini, dimana keluhan somatik lebih banyak ditemukan pada remaja yang mengalami sakit perut berulang daripada yang tidak mengalami sakit perut berulang. Studi ini, tidak meneliti hubungan antara gangguan ansietas dan gangguan depresi terhadap keluhan somatik namun kedua gangguan tersebut berpengaruh terhadap sakit perut berulang pada remaja.

Pada studi ini, remaja yang mengalami sakit perut berulang lebih banyak mengalami withdrawn daripada remaja yang tidak mengalami sakit perut berulang dengan P=0.01 (Tabel 4.2). Hal ini sesuai dengan prilaku

avoidance-withdrawn dimana mereka lebih cenderung mengasingkan diri dari kelompok teman sebayanya karena sakit perut yang dirasakannya. Remaja yang mengalami sakit perut berulang sering merasa malu dan


(59)

takut akan mendapat ejekan bila kondisi yang dialaminya diketahui oleh orang lain terutama teman sekolahnya.43

Berdasarkan hasil studi ini, juga didapatkan perbedaan yang signifikan mengenai social problem terhadap kejadian sakit perut berulang

dengan P=0.01 (Tabel 4.2), dimana didapati remaja yang menderita sakit perut berulang lebih banyak mengalami social problem dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami sakit perut berulang. Hal ini disebabkan oleh karena faktor-faktor dalam lingkungan sekolah berpengaruh pada aktivitas remaja yang mengalami sakit perut berulang. Mereka cenderung mengalami kesulitan dan keterbatasan dalam bersosialisasi baik karena sakit perut yang dirasakan maupun karena gangguan ansietas dan gangguan depresi yang dialami.43

Anak yang mengalami sakit perut berulang lebih sering tidak hadir ke sekolah sehingga hubungan sosial dengan teman sebayanya dapat menjadi terganggu. Si anak akan merasa tidak percaya diri dan akhirnya dapat menarik diri dari pergaulan, kondisi yang demikian dapat membuat stress pada remaja.44 Akan tetapi pada studi ini, tidak diteliti berapa jumlah ketidakhadiran siswa ke sekolah.

Studi klinis menunjukkan hasil bahwa remaja yang mengalami sakit perut berulang menggambarkan perilaku yang tunduk dan patuh serta mempunyai kemampuan sosial yang rendah dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami sakit perut berulang.42,43


(60)

Fungsi sosial meliputi hubungan teman sebaya, kompetensi sosial, dan penyesuaian sosial emosional. Ketidakhadiran anak ke sekolah, tidak adanya keterlibatan pada aktivitas sekolah dapat menyebabkan keterbatasan anak untuk mengadakan hubungan dengan teman-temannya. Akibatnya akan meningkatkan kepasifan dan perasaan rendah diri pada si anak. Apabila keadaan ini berlangsung terus menerus dapat menyebabkan tejadinya gangguan depresi yang berat sehingga berpengaruh pada keluhan somatik.13,44

Skala internalisasi terdiri dari withdrawn, somatic complaints dan

anxious/depressed.Pada studi ini menunjukkan hasil bahwa remaja yang menderita sakit perut berulang mempunyai hubungan yang signifikan dengan skala internalisasi, begitu juga dengan anxious/depressed, somatic complaints, namun tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan skala eksternalisasi yaitu delinquent dan aggressive behavior. Hasil yang diperoleh pada studi ini sesuai dengan hasil studi yang dilakukan di Italia pada tahun 2006 yang menyatakan bahwa sakit perut berulang cenderung menunjukkan hubungan bermakna dengan skala internalisasi pada CBCL yang terdiri dari ansietas, depresi dan somatic complaint namun tidak mempunyai hubungan dengan skala eksternalisasi (delinquent dan aggressive behavior).45,46

Skala internalisasi digunakan sebagai indeks distress psikologi pada anak.47 Gangguan skala internalisasi pada anak yang menderita sakit perut berulang sering hanya dilaporkan secara keseluruhan tanpa


(61)

melihat adanya perbedaan antara anxious/depressed, withdrawn dan

somatic complaint, namun bila terdapat anxious/depressed, withdrawn

dan somatic complaint hal ini dapat memperkuat skala internalisasi pada anak-anak yang mengalami sakit perut berulang. Ini menunjukkan bahwa ketiga subskala tersebut erat hubungan dengan sakit perut berulang.38,48

Pada studi ini, didapatkan remaja yang memiliki skala internalisasi secara keseluruhan lebih banyak menderita sakit perut berulang, demikian juga pada subskala withdrawn, somatic complain dan anxious/depressed. Disamping itu, pada penelitian juga didapati hasil bahwa anak yang memiliki skala internalisasi dibawah cut off point, ternyata dapat juga menderita sakit perut berulang, demikian pula pada anak yang memiliki subskala withdrawn dan somatic complain walaupun hanya dalam jumlah sedikit yang mengalami sakit perut berulang, sehingga dalam hal ini dapat dibedakan anak yang memerlukan terapi psikologi dan anak yang tidak memerlukan terapi psikologi.39 Jadi jelaslah bahwa sakit perut berulang dapat disebabkan oleh kelainan organik atau non organik, dimana hanya sekitar 10% sampai 15% saja sakit perut berulang disebabkan oleh karena kelainan organik sehingga dalam hal ini keadaan tersebut tidak memerlukan terapi psikologi,23,25 dan pada studi ini tidak diteliti apakah penyebab sakit perut berulang tersebut oleh karena faktor organik atau non organik.

Pada studi ini, masih dijumpai beberapa keterbatasan yaitu tidak diikutsertakan orang tua untuk mengevaluasi kejadian sakit perut


(62)

berulang yang terjadi pada anaknya, tidak menilai hubungan ketidakhadiran siswa dengan gangguan ansietas dan gangguan depresi terhadap kejadian sakit perut berulang, disamping itu kriteria diagnosis untuk sakit perut berulang dengan menggunakan kriteria Apley dan Naish

sering dianggap terlalu luas dalam menilai kelainan spesifik dari sakit perut berulang.


(63)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Didapati prevalensi remaja yang mengalami gangguan ansietas sebanyak 8.7% dan gangguan depresi sebanyak 6.25%. Adanya hubungan antara gangguan ansietas dan gangguan depresi terhadap kejadian sakit perut berulang.

6.2 Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut berupa case control study tentang hubungan gangguan ansietas dan gangguan depresi dengan keterlibatan orang tua terhadap kejadian sakit perut berulang pada remaja. Skrining gangguan prilaku dan emosional yang berkesinambungan diperlukan khususnya gangguan ansietas dan gangguan depresi dalam rangka mengurangi dampak dari kedua gangguan tersebut demi mengurangi kejadian sakit perut berulang pada remaja.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

1. Roberts CM, Kane R, Bishop B, Cross D, Fenton J, Hart B. The prevention of anxiety and depression in children from disadvantaged schools. Behavior research and therapy. 2010; 48:68-73

2. Hatton SC, Mcnicol K, Doubleday E. Anxiety in a neglected population: Prevalence of anxiety disorder in pre-adolescent children. Clin Psychol Rev. 2006; 26:817-33

3. Luni FK, Ansari B, Jawad A, Dawson A, Baig SM. Prevalence of depression and anxiety in a village in sindh. J Ayub Med Coll Abbottabad. 2009; 21(2):68-72

4. Hishinuma ES, Miyamoto RH, Nishimura ST, Goebert GA, Yuen NC, Makini GK, dkk. Prediction of anxiety disorders using the state–trait anxiety inventory for multiethnic adolescents. J Anxiety Disord. 2001; 15(6):511-33

5. Schapiro M. Anxiety Disorders. Dalam: Nevid JS, Rathus SA, Greene B, penyunting. Abnormal psychology in a changing world. Edisi ke-5. Prentice Hall: Pearson Education, 2003.h. 162-253

6. Khan MS, Mahmood S, Badshah A, Ali SU, Jamal Y. Prevalence of depression, anxiety and their associated factors among medical students in Karachi, Pakistan. J Pak Med Assoc. 2006; 56(12):583-6 7. Hodges K, Kline JJ, Barbero G, Woodruff C. Anxiety in children with

recurrent abdominal pain and their parents. Psychosomatics. 1985; 26(11):859-66

8. Thiessen PN. Recurrent abdominal pain. Pediatr Rev. 2002; 23(2):39-45

9. Weydert JA, Ball TM, Davis MF. Systematic review of treatment for recurrent abdominal pain. Pediatrics. 2003; 111(1):e1-e11

10. Campo JV, Bridge J, Ehmann M, Altman S, Lucas A, Birmaher B, dkk. Recurrent abdominal pain, anxiety, and depression in primary care. Pediatrics. 2004; 113:817-24

11. Bremner AR, Sandhu BK. Recurrent abdominal pain in childhood: the functional element. Indian Pediatr. 2009; 46:375-79

12. Kaminsky L, Robertson M, Deborah D. Psychological correlated of depression in children with recurrent abdominal pain. J Pediatr Psychol. 2006; 31(9):956-66

13. Walker LS, Green JW. Children with recurrent abdominal pain and their parents: More somatic complaints, anxiety, and depression than other patient families?. J Pediatr Psychol. 1989; 14(2):231-43

14. Dufton LM. Anxiety and somatic complaints in children with recurrent abdominal pain and anxiety disorder. J Pediatr Psychol. 2009; 34(2):176-86


(65)

15. Setyonegoro K. Pendekatan terapi psikofarmaka untuk ansietas. Dalam Setyonegoro RK, Iskandar Y, penyunting. Ansietas pendekatan klinik, biokimia dan farmakologi. Edisi ke-1. Jakarta: Yayasan Dharma Husada, 1980.h. 7-24

16. Chitkara DK, Rawat DJ, Talley NJ. The epidemiology of childhood recurrent abdominal pain in western countries: A systematic review. Am J Gastroenterol. 2005; 100:1868-75

17. White KS, Farrell AD. Anxiety and psychosocial stress as predictors of headache and abdominal pain in urban early adolescents. J Pediatr Psychol. 2005; 31(6):582-96

18. Kaplan HI, Saddock BJ, Crebb JA: Gangguan mood. Dalam: Saddock BJ, Crebb JA . penyunting. Kaplan & Sadock’s sinopsis psikiatri. Edisi ke-7. Jakarta: Bina Aksara, 1977.h. 787-9

19. World Health Organization. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Depkes RI, 1993.h. 150-62

20. Stavrakaki C, Vargo B. The relationship of anxiety and depression: A review of the literature. British. J Psychiatry. 1986; 149:7-16

21. Papp LA, Gorman J. Generalized anxiety disorder. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, penyunting. Kaplan & Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. Edisi ke-30, New York: Williams & Wilkins, 1995.h. 1247-8

22. Sadock BJ, Sadock VA. Major Depression and bipolar disorder. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, penyunting. Kaplan & Sadock’s synopsis of Psychiatry. Edisi ke-9. Philadelphia: Williams & Wilkins, 2000.h. 534-72 23. Ulshen M. Recurrent abdominal pain of childhood. Dalam: Behrman

RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelpia: WB Saunders Corporation, 2004.h. 1176-8

24. Malaty HM, Abudayyeh S, O’Malley KJ, Wilsey MJ, Fraley K, Gilger MA, dkk. Development of a multidimensional measure for recurrent abdominal pain in children: population-based studies in three settings. Pediatrics. 2005; 115:210-15

25. Sondheimer JM. Gastrointestinal tract. Dalam: Hay WW, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR, penyunting. Current pediatric diagnosis & treatment. Edisi-18. New York: Mc Graw Hill, 2003.h. 631-7

26. Isigkeit AR, Thyen U, Stoven H, Schwarzenberger J, Schmucker P. Pain among children and adolescent; restrictions in daily living and triggering factors. Pediatrics. 2005; 115:152-62

27. Hicks CL, Baeyer CL, McGrath PJ. Online psychological treatment for pediatrics recurrent pain: A randomized evaluation. J Pediatr Psychol. 2005; 31(7):724-36

28. Merritt KA. Abdominal Pain. Dalam: Rudolph AM, Hoffman JI, Rudolph CD, penyunting. Rudolph’s pediatrics. Edisi ke-20. New Jersey: A Simon & Schuster Company, 1996.h. 108-12


(66)

29. Kairis ML, Alifieraka T, Protagora D, Korpa T, Kondyli K, Dimosthenous E, dkk. Recurrent abdominal pain and headache psychopathology, life event and family functioning. Eur Child & Adolescent Psychiatry. 2002; 11(3):115-22

30. Janicke DM, Finney JW. Emperically supported treatments in pediatric psychology: Recurrent abdominal pain. J Pediatr Psychol. 1999; 24(2):115-27

31. Hyams JS, Treem WR, Justinich CJ, dkk. Characterization of symptoms in children with recurrent abdominal pain: resemblance to irritable bowel syndrome. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 1995; 20(2):209-14

32. Boediarso AD. Sakit perut berulang. Diunduh dari: http//www. pdpersi.co.id. Diakses Juli 2009

33. Achenbach TM. Manual for child behavior checklist/ 4-18 and 1991 profile. Burlington VT: University of Vermont Department of Psychiatry; 1991. h.10-227.

34. Achenbach TM, Ruffle TM. The child behavior checklist and related forms for assessing behavioral/emotional problems and competencies. Pediatr Rev. 2000; 21:265-71

35. Houghton F, Cowley H, Houghton S, Kelleher K. Gender and the children’s depression inventory’s (CDI) ’crying’ question. J Psych Med. 2005; 22(2):52-5

36. Kovacs M. Children’s Depression Inventory (CDI). Dalam: Rush AJ, Pincus HA, First MB, Blacker D, Endicott J, Keith SJ, dkk, penyunting. Handbook of psychiatric measures. Edisi ke-1. Washington DC: American Psychiatric Association, 2000.h. 344-6

37. Madiyono B, Moeslichan M, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam:Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung seto, 2008.h. 302-30

38. Wiguna IMS, Ibrahim AS. Perbandingan gangguan ansietas dengan beberapa karakteristik demografi pada wanita usia 15-55 tahun. J Kedokter Trisakti. 2003; 22(3):87-91

39. Dufton LM. Recurrent abdominal pain, anxiety, and responses to stress in children and adolescent.(disertasi). Nashville Tennessee: Vanderbilt University, 2009. h.1-14

40. Hofflich AS, Huhges AA, Kendall PC. Somatic complaints and childhood anxiety disorders. Int J Clin Health Psychol. 2006; 6(2):230-42

41. Roza SJ, Hofstra MB, Van der Ende J, Verhulst FC. Stable prediction of mood and anxiety disorder based on behavior and emotional problem in childhood: a 14-year follow up during childhood; adolescence, and young adulthood. Am J Psychiatry. 2003; 160(2):2116-21


(1)

42. Shahraki T, Farahmand F, Khatami GR, Najafi M, Shahraki M.

Recurrent abdominal pain: an etiological study among in a referreal

children’s medical center in iran. Iran J ped. 2007; 17(3):236-9

43. Greco LA, Freeman KE, Dufton L. Overt and relational victimization

among children with frequent abdominal pain: links to social skill,

academic functioning, and health service use. J Pediatr Psychol. 2007;

32(3):320-29

44. Chan EC, Piira T, Betts G. The school functioning of children with

chronic and recurrent pain. Diunduh dari: www.pediatric-pain.ca/ppl.

Diakses Agustus 2010

45. Galli F, D’Antuono G, Tarantino S, Viviano F, Borelli O, Chirumbolo A,

dkk.

Headache and recurrent abdominal pain: a controlled study by the

means of the child behaviour checklist (CBCL).

Cephalalgia. 2007; 27:

211-9

46. Master KS. Recurrent abdominal pain, medical intervention, and

biofeedback: what happened to the biopsychosocial model?

Psychophysiology Biofeedback. 2006; 31(2):155-65

47. Levy RL, Langer SL, Walker LS, Feld LD, Whitehead WE. Relationship

between the decision to take a child to the clinic for abdominal pain

and maternal psychological distress. Arch Pediatr Adolesc Med. 2009;

160:961-5

48. Pine DS, Cohen P, Gurley D, Brook J, Ma Y. The risk for

early-adulthood anxiety and depressive disorder in adolescents with anxiety

and depressive disorder. Arch Gen Psychiatry. 1998; 55:56-64


(2)

LAMPIRAN

1. PERSONIL PENELITIAN

1.Ketua Penelitian

a. Nama

: dr. Fastralina

b. NIP

: -

c. Pangkat / Golongan

: -

d. Bidang keahlian

: Ilmu Kesehatan Anak

e. Fakultas / Program Studi

: Kedokteran / PPDS-IKA/ Magister

f. Perguruan Tinggi

: USU

2. Anggota Penelitian

1. dr. Sri Sofyani, Sp.A (K)

2. Prof. Dr. H.M. Yoesoef Simbolon,Sp.KJ(K)

3. Prof. Dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K)

4. dr. Adayani, Sp.KJ

5. dr. Selvi Nafianti, Sp.A

6. dr. Gema Nazri Yani, M.Ked (Ped), Sp.A

7. dr. Ade Saifan Surya

8. dr. Ade Rahmat

9. dr. Poppy Riflizawani

10. dr. Sri Yanti Harahap

2.Jadwal Penelitian

Agustus 2009

September 2009

Oktober 2009 Persiapan

Pelaksanaan

Penyusunan Laporan

3. Perkiraan Biaya

1. Honorarium

: Rp. 3.000.000

2. Bahan / perlengkapan

: Rp. 2..000.000

3. Transportasi / Akomodasi

: Rp. 3.000.000

4. Penyusunan / Penggandaan

: Rp. 3.000.000

5. Seminar hasil penelitian

: Rp. 3.000.000

---+


(3)

4. Lembar Penjelasan

Yth Bapak/ Ibu……

1. Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri (dengan menunjukkan surat tugas dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU). Nama saya dokter………., bertugas di Unit Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan. Saat ini, kami sedang melaksanakan penelitian tentang pengaruh gangguan ansietas dan gangguan depresi terhadap kejadian sakit perut berulang pada remaja.

2. Berdasarkan hasil pemeriksaan kami, anak Bapak / Ibu menderita gangguan ansietas dan depresi dapat berdampak pada jumlah ketidakhadiran di sekolah, defisit akademik yang dapat mempengaruhi prestasi anak di sekolah.

3. Untuk itu, kami berencana untuk melakukan skrining pada anak Bapak / Ibu apakah gangguan ansietas dan gangguan depresi dapat menyebabkan sakit perut berulang pada remaja, karena sampai saat ini penyebab sakit perut berulang pada remaja masih belum diketahui dengan jelas. Penelitian tersebut hanya dilaksanakan di luar negeri. Oleh karena alasan di atas, maka saya mencoba untuk melakukan penelitian ini.

4. Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, pengisisan lembaran CDI oleh siswa. Lembaran CBCL diisi oleh peneliti melalui wawancara langsung dengan orang tua siswa. Kemudian untuk menegakkan diagnosis, anak-anak yang memenuhi skor CBCL pada skala anxious/depressed

(usia 12-18 tahun) untuk anak laki-laki ≥ 12 dan anak perempuan ≥ 14 dan skor CDI ≥ 13 diperiksa oleh psikiater berdasarkan kriteria diagnostik gangguan ansietas dan gangguan depresi. Setelah itu kuesioner sakit perut berulang diisi oleh anak-anak yang mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi. Kemudian data dikumpulkan dan diolah.

5. Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya diwawancarai untuk diminta kelengkapan penelitian maka kami mengharapkan Bapak / Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).

6. Bapak/ Ibu serta anak anda bebas menolak ikut atau mengundurkan diri dalam penelitian ini. Semua data penelitian akan diperlakukan secara rahasia, sehingga tidak memungkinkan orang lain mengetahui data penderita. Semua biaya penelitian akan ditanggung oleh peneliti.

7. Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan terima kasih.


(4)

5. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur ... tahun L / P Alamat : ... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk dilakukan wawancara mengenai gangguan ansietas dan gangguan depresi oleh psikiater dan pemeriksaan sakit perut berulang oleh dokter terhadap anak saya

Nama : ...Umur ... tahun Alamat Rumah : ... Alamat Sekolah : ... yang tujuan, sifat wawancara tersebut di atas telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

... , ...2009

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

dr. ... ...

Saksi-saksi : Tanda tangan

1. ... ... 2. ... ...


(5)

6.

Kuesioner Sakit Perut Berulang

1. Data Pribadi

Nama: ... Tanggal pemeriksaan: ... Alamat :... Tempat/tanggal lahir: ... Anak ke….dari ……jumlah saudara. Kembar…..ya ( ) tidak ( ) Pendidikan orang tua :………. Pekerjaan orang tua :………. Apakah keluarga mempunyai kenderaan : Ya ( ) Jenis……….

Tidak ( )

Apakah keluarga mempunyai televisi di rumah : Ya ( ) Tidak ( ) Orang tua bercerai…….ya ( ) tidak ( )

Berat badan: ...kg Tinggi badan: ...cm

Status nutrisi : Obes / Overweight / Normoweight / Mild malnutrition / Moderate malnutrition / Severe malnutrition

Saat ini duduk di kelas: ...

2. Data 1. Apakah anak menderita nyeri perut berulang : a. Ya b. Tidak

Ya Tidak 1. Apakah nyeri perut timbul ≥ 3x dalam 3 bulan? ( ) ( )

2. Apakah nyeri perut mengganggu aktifitas sehari-hari

seperti tidak hadir ke sekolah ( ) ( ) 3. Apakah nyeri perut berada di sekitar pusat ( ) ( ) 4. Apakah nyeri perut berlangsung kurang 1 jam ( ) ( )

5. Apakah nyeri perut tidak menjalar ke punggung, dada ( ) ( ) 6. Apakah nyeri perut dapat membuat

terbangun pada malam hari ( ) ( ) 7. Apakah diantara episode nyeri perut terdapat

masa bebas gejala ( ) ( ) 8. Apakah nyeri perut berhubungan dengan menstruasi

( bila yang diteliti anak perempuan ) ( ) ( ) 9. Apakah disertai muntah ( ) ( ) 10. Apakah disertai mencret ( ) ( ) 11. Apakah mengalami kesulitan buang air besar ( ) ( ) 12. Apakah ada rasa nyeri ketika buang air kecil ( ) ( )


(6)

Riwayat Hidup

Nama lengkap

: Fastralina

Tanggal lahir

: 1 Juni 1975

Tempat lahir

: Takengon

Alamat

: Jln Karya Jaya, Kompleks Graha Jaya B-13 Titi

Kuning Medan

Pendidikan

1. Sekolah Dasar di SD Persit 1 Banda Aceh, tamat tahun 1987

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Banda Aceh, tamat

tahun 1990

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Banda Aceh, tamat tahun

1993

4. Fakultas Kedokteran Unsyiah, Banda Aceh, tamat tahun 2001

Riwayat Pekerjaan

1. Dokter IGD RS PMI Bogor Jawa Barat, tahun 2001-2007

2. Dokter IGD RS Salak Bogor Jawa Barat, tahun 2001-2007

3. Dokter PTT Puskesmas DTP Cisewu Kabupaten Garut Jawa Barat,

tahun 2003-2004

Pendidikan Spesialis

1. Adaptasi di BIKA FK USU : 01-03-2007 s/d 30-06-2007

2. Pendidikan Tahap I

: 01-07-2007 s/d 30-06-2008

3. Pendidikan Tahap II

: 01-07-2008 s/d 30-06-2009

4. Pendidikan Tahap III

: 01-07-2009 s/d 30-07-2010

5. Pendidikan Tahap IV

: 01-07-2010 - sekarang