b. Kelemahan Weakness
1. Rendahnya pemahaman masyarakat dan pengunjung tentang sumberdaya dan
ekosistem mangrove dan juga ekowisata. 2.
Kurangnya dukungan dari pemerintah desa setempat . 3.
Kurangnya informasipromosi tentang adanya wisata mangrove di desa Sei Nagalawan.
2. Faktor-Faktor Eksternal EFAS a.
Peluang Opportunities
1. Tingginya minat wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata mangrove.
2. Lokasi tempat wisata yang strategis.
3. Menghasilkan produk unggulan hasil dari sumberdaya mangrove dan satu –
satunya di Sumatera Utara.
b. Ancaman Threats
1. Persaingan dengan obyek wisata yang lain.
2. Dampak negatif dari aktifitas wisata sampah, potensi buangan limbah,
kegiatan yang merusak ekosistem mangrove, dll. 3.
Konflik kepentingan.
Matriks SWOT Alternatif Strategi
Berdasarkan analisis yang mempertimbangkan kepentingan faktor-faktor eksternal dan internal serta keterkaitan antar faktor-faktornya analisis SWOT
Universitas Sumatera Utara
maka diperoleh alternatif strategi kegiatan ekowisata mangrove di sekitar pesisir Sei Nagalawan sebagai berikut:
1. Meningkatkan usaha pengelolaan ekosistem mangrove melalui kegiatan
ekowisata 2.
Menjaga obyek wisata mangrovc dengan tetap memperhatikan daya dukung kawasan.
3. Memberikan promosi baik lewat internet maupun media lainnya untuk menarik
minat wisatawan berwisata mangrove. 4.
Meningkatkan dan mempromosikan usaha hasil pengolahan produk dari mangrove kepada wisatawan.
5. Memberikan pendidikan lingkungankonservasi kepada setiap wisatawan
dengan cara menjaga kebersihan di tempat wisata, dll. 6.
Meningkatnya partisipasi dari pemerintah setempat dalam penyelesaian konflik kepentingan yang terjadi antara kelompok masyarakat pengelola
dengan beberapa masyarakat sekitar yang belum sadar akan pentingnya menjaga lingkungan pesisir, terkhusus ekosistem mangrove.
7. Meningkatkan peran PEMDES setempat dalam partisipasinya mendukung
pengelolaan obyek wisata mangrove lebih lanjut. 8.
Meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar penginjung untuk mau merehabilitasi ekosistem mangrove yang rusak dan kritis.
9. Diadakannya pelatihan tambahan kepada kelompok masyarakat pengelola
kawasan supaya masyarakat pengelola kawasan wisata bisa berbagi tentang pendidikan lingkungan kepada wisatawan.
Universitas Sumatera Utara
Dari delapan alternatif strategi diperoleh tiga prioritas utama kegiatan untuk pengelolaan ekowisata di pesisir Sei Nagalawan. Strategi-strategi tersebut adalah:
Pertama, meningkatkan usaha pengelolaan ekosistem mangrove melalui kegiatan ekowisata Menurut Dahuri 1996, alternatif pemanfaatan hutan mangrove yang
paling memungkinkan tanpa merusak ekosistem mangrove meliputi: penelitian ilmiah scientific research, pendidikan education, dan rekreasi terbatas
ekoturisme limited recreationecoturism. Ekowisata Ecotourism, green tourism atau alternative tourism, merupakan
wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alamlingkungan dan industri kepariwisataan
Yulianda, 2007. Konsep ekowisata merupakan salah satu alternatif untuk pengelolaan kawasan wisata dalam suatu wilayah yang tetap memperhatikan
konservasi lingkungan dengan menggunakan potensi sumberdaya dan mengikut sertakan masyarakat lokal.
Kedua, menjaga obyek wisata mangrovc dengan tetap memperhatikan daya dukung kawasan. Banyak cara dapat dilakukan dalam menjaga obyek wisata
dengan memperhatikan daya dukung kawasan, salah satunya tidak membuang sampah sembarangan pada kawasan mangrove maupun membatasi setiap
pengunjung yang datang tidak melebihi kemampuan daya dukung kawasan suatu wisata, karena dapat mengakibatkan mangrove dikawasan tersebut rusak dan
otomatis dengan rusaknya mangrove maka tempat wisata mangrove akan rusak baik secara langsung maupun perlahan dan ini otomatis akan mengurangi minat
pengunjung yang akan berkunjung lagi ke tempat wisata mangrove ini.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, memberikan promosi baik lewat internet maupun media lainnya untuk menarik minat wisatawan berwisata mangrove. Dari hasil kuisioner yang
didapat dari pengunjung, masih banyak yang belum tahu adanya tempat wisata mangrove, masih banyak yang baru pertama kali untuk datang mengunjungi
tempat wisata mangrove ini dan belum pernah mengetahui bahwa mangrove dapat diolah menjadi makanan dan minuman yang dapat dikonsumsi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan promosi baik melalui internet maupun pamplet di pinggir jalan besar menuju tempat wisata mangrove ini sehingga dapat menarik banyak
wisatawan untuk mengunjugi dan melakukan wisata mangrove.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari hasil pengamatan mangrove di 5 stasiun diperoleh 4 jenis mangrove yang
terdiri dari Api-api A.officinialis, Api-api putih A.marina, Burus Bruguiera cylindrica
dan pucuk merah R.apiculata. Sedangkan untuk keberadaan fauna yang didapat dari pengamatan visual dilapangan terdiri dari kelompok fauna
daratan terestrial yakni 1 jenis burung dan 3 jenis reptil dan kelompok fauna perairan akuatik adalah 3 jenis ikan, 8 jenis moluska, 3 jenis crustaceae
2. Indeks kesesuaian ekosistem untuk kegiatan wisata mangrove di pesisir Sei
Nagalawan termasuk kedalam kategori sesuai bersyarat SB dan ada juga yang tidak sesuai dikarenakan kondisi mangrove yang sudah rusak dikarenakan
faktor alam dan faktor manusia. Nilai daya dukung kawasan pesisir Sei Nagalawan ini adalah 36 oranghari.
3. Strategi alternatif pengelolaan ekowisata mangrove yang diprioritaskan di
kawasan pesisir Sei Nagalawan adalah meningkatkan usaha pengelolaan ekosistem mangrove melalui kegiatan ekowisata, menjaga obyek wisata
mangrove dengan tetap memperhatikan daya dukung kawasan dan memberikan promosi baik lewat internet maupun media lainnya untuk menarik minat
wisatawan berwisata mangrove.
Universitas Sumatera Utara
Saran
1. Perlu adanya diadakan pelatihan tambahan atau diberikan pemahaman dan
pengertian kepada masyarakat pengelola dan masyarakat sekitar yang masih belum sadar dan mengetahui tentang pentingnya menjaga lingkungan pesisir
terkhusus ekosistem mangrove dari pihak LSM pecinta lingkungan maupun dari pemerintah.
2. Pemerintah setempat kiranya dengan cepat bisa menyelesaikan konflik
kepentingan antara masyarakat pihak pengelola dengan masyarakat sekitar non pengelola tentang batas jalan aksesbilitas menuju tempat wisata
mangrove ini. 3.
Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut tentang wisata mangrove baik dari analisa keanekaragaman biota maupun kerusakan mangrove lebih lanjut di
kawasan pesisir Sei Nagalawan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, A. 2004. Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangan Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar,
Sulawesi Selatan [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Bato, M., Yulianda, F. dan Achmad Fahruddin. 2013. Kajian manfaat kawasan
konservasi perairan bagi pengembangan ekowisata bahari, Studi kasus di kawasan konservasi perairan Nusa Penida, Bali. Depik 2 2:104-113.
ISSN 2089-7790. Bengen, G. dan L. Adrianto. 1998. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pelestarian Hutan Mangrove. Makalah Lokakarya Jaringan Kerja Pelestarian Mangrove. Bogor: PKSPL. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
hal 21. Bengen, D. G. 2001. Ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut serta
pengelolaan secara terpadu dan berkelanjutan. Prosiding pelatihan pengelolaan wilayah pesisir terpadu. Bogor, 29 Oktober – 3 November
2001. Bengen, D. G. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dahuri, R. 1996. Pengembangan Rencana Pengelolaan Pemanfaatan Berganda Hutan Mangrove di Sumatera. PPLH. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dedi, S. 2007. Ekofisiologi dan Zonasi. http:web.ipb.ac.id 13 Mei 2014.
. Diakses pada tanggal FAO. 2007. The World’s Mangroves 1980–2005. Forest Resources Assessment
Working Paper No. 153. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome.
Honey, M. 1999. Ecotourism and Sustainable Development. Who owns Paradise? Island Press. Washington D.C.
Kelompok Konservasi Muara Baimbai, 2011. Proposal Jasa Lingkungan KSU Muara Baimbai Perbaungan Serdang Bedagai.
Kepala Desa Sei Nagalawan, 2014. Data Administrasi dan Kependudukan Sei Nagalawan Perbaungan Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
Mangindaan, P., Wantesan, A., Stephanus V. dan Mandagi. 2012. Analisis potensi sumberdaya mangrove di Desa Sarawet, Sulawesi Utara, sebagai kawasan
ekowisata. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis VIII 2 : 44-51. Muhaerin, M. 2008. Kajian Sumberdaya Ekosistem Mangrove
Untuk Pengelolaan Ekowisata Di Estuari Perancak, Jembrana, Bali. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mukaryanti dan Saraswati A., 2005. Pengembangan ekowisata sebagai pendekatan pengelolaan sumberdaya pesisir berkelanjutan. Kasus Desa
Blendung - Kabupaten Pemalang. Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-BPPT 6 2 : 391 - 396.
Muttaqin, T., Purwanto, R.H., dan Siti N.R., 2011. Kajian potensi dan strategi pengembangan ekowisata di cagar alam pulau sempu Kabupaten Malang
provinsi Jawa timur. GAMMA 6 2:152-161. Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Noor, Y.R., Khazali, M., dan Suryadiputra, I.N.N., 2006. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia.Wetlans International Indonesia Programme. Bogor.
Nugrahanti, I. M. dan Ardi, M.T. 2012. Pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata di Pantai Timur Surabaya. Jurnal Teknik Pomits
1 1 : 1-5. Rangkuti, F. 2003. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21. Cetakan ke- 10.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rumapea, M. 2005. Pengaruh keberadaan hutan bakau mangrove terhadap usaha produksi arang dan perekonomian daerah di Kecamatan Secanggang
Kabupaten Langkat. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Wahana Hijau 1 2:60-68.
Satria, D. 2009. Strategi pengembangan ekowisata berbasis ekonomi lokal dalam rangka program pengentasan kemiskinan di wilayah Kabupaten
Malang. Journal of Indonesian Applied Economics 31:37-47.
Sawitri, R., Bismark, M. dan Endang K. 2013. Ekosistem mangrove sebagai obyek wisata alam di kawasan konservasi mangrove dan Bekantan di Kota
Tarakan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 10 3:297-314. Setiawan, 2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel
Krejcie-morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya. Skripsi. Universitas Padjajaran. Bandung.
Universitas Sumatera Utara
Simanjuntak, Y. M. N. 2009. Analisis Nilai Ekonomi dan Sosial Ekowisata Tangkahan Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang
Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Medan. Supardjo, M. N. 2008. Identifikasi Mangrove di Segoro Anak Selatan, Taman
Nasional Alas Purwo Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal Saintek Perikanan 3 2:9-15.
Suratmo, G. 1990. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
The Ecoutorism Society. 1999. Ekotourisme. Petunjuk untuk Perencana dan Pengelola. Megan Epplerwood USAID. Jakarta.
Wiharyanto, D. dan Asbar L. 2010. Kajian pengelolaan hutan mangrove di kawasan konservasi Desa Mamburungan Kota Tarakan Kalimantan Timur.
Media Sains 21 : 10-17. Wijayanti, T., 2011. Konservasi hutan mangrove sebagai wisata pendidikan.
Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan 1:15 - 25. Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya
Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Seminar Sains 21 Februari 2007. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK. IPB.
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian 1. Masyarakat Lokal
a. Karakteristik Masyarakat Pesisir Nagalawan 1.
Nama :
2. Umur
: a. 17 -26thn c. 37-46thn
e. 56thn b. 27-36thn
d. 47-56thn 3.
Jenis Kelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan 4.
Pendidikan : a. SD
c. SMASMKSederajat b. SMP
d. DiplomaSarjana e. Tidak Sekolah
5. Pekerjaan :
a. Wiraswasta b. PNS
c. Nelayan d.Petani
e. Lain-lain f. Tidak bekerja
6. Pendapatanbulan : a. Rp. 500.000
b. Rp.500.000-Rp.2.000.000 c. Rp.2.000.000-Rp.4.000.000
d. Rp. 4.000.000
b. Pemanfaatan Ekosistem Mangrove 1.